TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai mulai muncul disekitar misofil. Kemudian akar muncul kedalam tanah, sedangakan kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan dari hipokotil. Akar tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang. Untuk memperluas permukaan kontaknya dalam menyerap unsur hara, akar juga membentuk bulu-bulu akar. Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar. Pada akar terdapat bintil-bintil akar yang berkoloni dari bakteri Rhizhobium japonicum yang terbentuk di akar, yang dapat mengikat N, bersimbiosa dengan tanaman (Suprapto, 1999). Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan perkembangan pesat dari populasi bakteri yang menyebabkan akar rambut melengkung sebelum bakteri menginfeksi ke dalamnya. Gejala ini tidak tampak apabila infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hidajat, dkk, 1985). Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan menurut AAK (1991) dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Hipokotil adalah bagian batang dibawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan epicotil adalah bagian batang yang berada diatas keping biji. Sistem pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
determinate adalah tipe pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga (Adisarwanto, 2005). Daun kedelai berwarna hijau, mempunyai dua bentuk daun, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat masih kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga yang tumbuh setelah masa perkecambahan. Daun berbentuk bulat (oval), yang mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. kepadatan bulu berkisar 3-20 buah/mm. pada varietas anjasmoro kepadatan bulu jarang (Adisarwanto, 2005). Kedelai dapat berbunga ketika memasuki stadia reproduktif yaitu 5-7 minggu bergantung pada varietas. Bunga kedelai umumnya muncul pada ketiak tangkai daun. Jumlah bunga yang ada pada setiap tangkai daun beragam, antara 2-25 bunga (Adisarwanto, 2005). Penyerbukan bunga berlangsung secara sendiri dengan tepung sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga kedelai mekar (AAK, 1991). Polong pertama kali muncul sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Polong berwarna hijau, Panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong terbentuk pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 1-10 polong dalam setiap kelompok. Dalam satu polong berisi 1-4 biji. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar bulat agak pipih (Adisarwanto, 2005).
Syarat Tumbuh Iklim Kedelai dapat tumbuh dengan curah hujan yang merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Pada fase perkecambahan air merupakan hal terpenting. Kebutuhan air akan bertambah sesuai dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian polong. Menurut Adisarwanto (2005) pada umumnya kebutuhan air tanaman kedelai berkisar 350 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai, dan Curah hujan dalam hitungan pertahunnya adalah sekitar 1.500-2.500 mm/tahun. Tanaman menghendaki suhu tanah yang optimal sekitar 30 0 C untuk mendukung proses perkecambahannya. Disamping suhu tanah kedelai menghendaki suhu lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan bunga yaitu 25-28 0 C (Adisarwanto, 2005). Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat berkisar 20-300 m dpl. Umur berbunga tanaman kedelai yang ditanam pada dataran tinggi mundur 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (Adisarwanto, 2005). Kedelai termasuk tanaman berhari pendek, artinya kedelai tidak mampu berbunga jika panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam per hari. Oleh sebab itu pada daerah topik yang panjang hari 12 jam kedelai akan mengalami penurunan produksi karena masa berbunganya menjadi pendek (Adisarwanto, 2005).
Tanah Tanaman kedelai dapat tumbuh baik jika dreanase dan aerase tanah baik, untuk dapat tumbuh subur kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, serta kaya akan bahan organik. Bahan organik yang cukup akan memperbaiki dan menjadi bahan makanan bagi organisme dalam tanah (Suprapto,1999). Tanah yang dapat ditanami kedelai memiliki air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan draenase dan aerase sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumusol, latosol dan andosol (Suprapto,1999). Keasaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman tanah mempengaruhi pada jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman, kondisi keasaman yang baik adalah 6-7 pada kondisi ini semua unsur hara paling banyak tersedia sehingga penyerapan unsur hara menjadi efektif (Isnaini, 2006). Jika ph 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai dapat keracunan alumunium (Najiyati dan Danarti, 1999).
Bekas Cacing (Kascing) Keberadaan berbagai mikroba tanah sesungguhnya sangat diperlukan karena sangat berperan melepaskan atau memproduksi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti halnya cacing tanah. Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia (Nuryati, 2004). Cacing makhluk fauna berukuran kecil yang membuat lorong pada tanah, memakan tanah dan menghaluskan bahan organik. Kegiatan cacing didalam tanah bukanlah suatu kegiatan sia-sia sebab sisa kotoran cacing ini tertinggal di permukaan tanah juga tertinggal di lorong tanah yang dilewatinya, produk inilah yang disebut kascing. Kelebihan kascing sendiri adalah adanya keseimbangan unsur hara baik makro maupun mikronya (Palungkun, 1999). Bahan organik yang telah melewati proses vermikompos yang disebut kascing, ternyata kandungannya lengkap baik makro maupun mikro. Unsur-unsur tersebut merupakan makanan bagi tanaman yang sangat berperan unruk perkembangan dan pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah (Mulat, 2003). Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Sugeno, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh IPPTP Mataram (2001) mengatakan bahwa kascing mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, seperti aktinomisetes 2,8 x 106 sel/g Berat Kering, bakteri 1,8 x 10 8 sel/g BK dan fungi
2,6 x 105 sel/g BK dengan adanya mikroorganisme tersebut berarti kascing mengandung senyawa yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain bakteri Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Tisdale et al, (1985) menyatakan bahwa serapan unsur P oleh tanaman juga dipengaruhi oleh adanya unsur N. Pemberian unsur P yang dikombinasikan dengan N dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman. Pengujian Mikoriza dan pupuk kascing yang dilakukan oleh Gonggo (2008) (bekas cacing) yang terdiri atas 4 dosis yaitu 0, 5, 10, dan 15 ton kascing /ha. Memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil biji kering kedelai yang ditanam ditanah ultisol, Hasil pengujian menunjukan bahwa Mikoriza dan pupuk kascing ternyata meningkatkan hasil biji kering per tanaman yang mendapat dosis kascing 15 ton/ha tertinggi sebesar 47.56 g diperoleh per tanaman. Menurut Krishnawati (2003) yang mengatakan kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin yang pada konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemakaian pupuk kascing yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai 25% dari dosis pupuk kimia yang dianjurkan. Secara fisik kascing dapat menggemburkan tanah serta memperbaiki aerase tanah yang dapat menyokong perkembangan akar tanaman,
selain itu kascing juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah, menambah mikroba tanaman sehingga tanah sehat dan hasil tanaman meningkat (Mulat, 2003). Pupuk Posfat dan Perananya Pada Tanaman Tanaman kedelai memerlukan unsur P dalam setiap masa pertumbuhannya. Tanaman lebih banyak menyerap H2PO4 dibandingkan HPO4 dan PO4. Posfat didalam tanah mudah tersedia pada ph tanah antara 5,5 7,0 jika ph tanah berada diatas atau dibawah kisaran tersebut maka serapan P oleh tanaman akan menyusut (Hasibuan, 2006). Status hara tanaman kedelai dan tanah di dalam bertanam kedelai erat kaitanya dengan tingkat hasil tanaman yang dapat dinilai dan digambarkan. Periode penggunaan P terbesar atau dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak pada kedelai adalah dimulai pada pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari biji berkembang penuh. Hal ini disebabkan karena P banyak terdapat didalam selsel tanaman. (Lakitan, 2004). Keadaan ini berhubungan dengan fungsi dari P dalam metabolisme sel. Posfat dapat pula dikatakan menstimulir pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di permukaan akar sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman (Agustina, 1990). Pemberian pupuk pada pertanian intensif juga harus memperhatikan hukum penambahan hasil yang berkurang (The Law of Determinishing Return) yang dapat diartikan bahwa apabila penggunaan pupuk dalam jumlah besar
meningkatkan hasil pertanian, sampai pada suatu kondisi dimana penambahan pupuk tidak lagi mampu meningkatkan hasil pertanian seperti sebelumnya (Isnaini, 2006). Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maskimum dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasil justru menurun (Agustina, 1990). Pemberian dosis pupuk P sebesar 0, 50, 100,150 P 2 O 5 ton/ha memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditanam di tanah Ultisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk P ternyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat akar, serapan P dan menurunkan nisbah tajuk/akar. Hasil menunjukkan bahwa dosis P 2 (100 P 2 O 5 ton/ha) memberikan pertumbuhan tanaman yang paling baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian dosis 100 Kg P 2 O 5 /ha meningkatkan berat kering akar 3,5 kali lipat dibandingkan kontrol (tanpa pemberian pupuk P). Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang, jumlah daun dan tinggi tanaman yang paling besar dibandingkan dengan dosis P lain. Peningkatan ini diduga erat kaitannya dengan semakin tingginya jumlah P yang terserap oleh tanaman. Posfat yang terserap ini digunakan untuk pembentukan akar serta pertumnbuhan tanaman. Serta serapan posfat oleh tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara sumber asam humat dengan dosis P yang digunakan (Suhardi, 2007) Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang
jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman (Sutedjo dan Kartosapoetra, 1987) Kandungan yang terdapat di dalam pupuk SP-36 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2 : Persen Kandungan SP 36 No Uraian Persyaratan 1 Kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5 - Total 36% - Yang dapat diserap 34% - Yang larut air 30% 2 Kadar belerang sebagai S 5% 3 Kadar asam bebas sebagai H3PO4 Maksimal 6% 4 Kadar air Maksimal 5% (Nasih, 1995) Secara umum fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut: dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, dapat mempercepat serta memperkuat tanaman muda menjadi dewasa pada umumnya, dan dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji (Sutedjo, 2002).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan, Medan dengan ketinggian + 25 m dpl, mulai bulan November 2008 sampai dengan Februari 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih Kedelai varietas Anjasmoro, Kascing, pupuk P yaitu SP36, tanah top soil, air, Insektisida Decis 2.5 EC untuk mengendalikan hama dan fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur serta bahan lain yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, Polibek ukuran 35x40 cm/volume 10 kg, gembor, meteran, jangka sorong, polibek, timbangan analitik, handsprayer, pacak sampel, pacak ajir, kertas label, ember dan alat lain yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan, yaitu : Faktor I: Kascing yang terdiri dari 4 taraf yaitu: K0 K1 = 0 ton/ha = 0 g/ polibek = 9 ton/ha = 81 g/ polibek
K2 = 18 ton/ha = 162 g/ polibek K3 = 27 ton/ha = 243 g/ polibek Factor II : Pupuk P yang terdiri dari 4 taraf yaitu : P0 = 0 Kg P2O5/ha = 0 g P2O5/ polibek P1 P2 P3 = 60 Kg P2O5/ha = 0,54 g P2O5/polibek = 120 Kg P2O5/ha = 1,08 g P2O5/polibek = 180 Kg P2O5/ha = 1,62 g P2O5/polibek Sehingga akan diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu : K0P0 K0P1 K0P2 K0P3 K1P0 K1P1 K1P2 K1P3 K2P0 K2P1 K2P2 K2P3 K3P0 K3P1 K3P2 K3P3 Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah kombinasi Jumlah plot : 16 kombinasi : 48 plot Jumlah tanaman/plot : 8 tanaman Jumlah sampel : 5 tanaman Jumlah seluruh tanaman Jumlah tanaman sampel Panjang plot Lebar plot Jarak antar plot Jarak antar blok : 384 tanaman : 240 tanaman : 180 cm : 90 cm : 30 cm : 50 cm
Jarak antar polibek : 10 cm berikut: Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai Yij = µ + τi + αj + βk + ( αβ ) jk + εijk Dimana : Yij = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan perlakuan kascing taraf ke-j dan pupuk P taraf ke-k µ = Nilai tengah τ i α j β k = Efek dari blok ke-i = Efek dari perlakuan kascing taraf ke-j = Efek dari perlakuan dosis pupuk taraf ke-k (αβ ) jk = Efek interaksi perlakaun kascing taraf ke-j dan perlakua dosis pupuk taraf ke-k ε ijk = Efek galat yang mendapat perlakuan kascing taraf ke-i dan perlakuan dosis pupuk posfat ke-j dan interaksi perlakuan kascing dan dosis pupuk posfat ke-k. (Gomez dan Gomez, 1995). Jika sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata maka analisis dilanjutkan denagan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test 5%