REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)

dokumen-dokumen yang mirip
SS S TS STS SS S TS STS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

Ketika Memutuskan untuk Berbisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

5 KEY ELEMENT SERVICE

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB II LANDASAN TEORITIK

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

Cara Mudah Menjadi Wirausaha Sukses

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang. pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek

KEWIRAUSAHAAN II MENGENALI POTENSI DIRI DALAM MERINTIS USAHA BARU. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hlm Dadang Hawari, Al-Qur an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. maupun bangsa. Pendidikan memperoleh perhatian khusus baik dari. dari berbagai media elektronik, cetak, dan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

Transkripsi:

REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis) Oleh: Kartika Nur Fathiyah, M.Si Disampaikan dalam acara seminar tentang Revitalisasi Usaha Pedagang Klithikan DIY Pasca Gempa Buni 27 Mei 2006 di DIY tanggal 22 Agustus 2006 A. Pendahuluan Gempa bumi tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terjadi pada hari Sabtu pagi 27 Mei 2006 telah menghancurkan tempat tinggal, berbagai fasilitas umum, dan melumpuhkan berbagai sektor peerekonomian warga. Usaha dengan segala permodalan yang dikumpulkan bertahun-tahun sirna begitu saja oleh sapuan gempa hanya dalam hitungan detik. Tidak hanya kerusakan fisik, bencana gempa bumi juga menimbulkan luka psikologis yang sangat dalam pada sebagian korban. Peristiwa gempa 27 Mei 2006 dirasakan sangat mencekam. Kehilangan orang-orang yang dicintai, dan kehilangan harta benda dan sumber mata pencaharian dalam waktu yang tiba-tiba merupakan suatu peristiwa yang pada banyak orang dapat menimbulkan gangguan emosi, gangguan kognisi dan gangguan tingkah laku lainnya. Pasca gempa banyak dijumpai korban menampakkan ketakutan, muncul ekspresi kecemasan yang berlebihan, gelisah, psikosomatik, serta tanda-tanda stress lainnya. Gempa telah menyebabkan situasi yang semula tenang dan tenteram menjadi tidak menentu dan menggelisahkan sehingga berdampak pada tidak stabilnya kondisi psikologis korban. Bagi kalangan wirausaha dari berbagai sektor di DIY, akibat bencana gempa cukup terasa. Bagi warga yang sumber mata pencahariannya hancur, jelas tampak kerugian yang luarbiasa karena usaha yang telah dirintis bertahun-tahun hancur karena gempa bumi. Selain itu, muncul pula dampak sampingan yang dirasakan terutama bagi wirausaha yang beruntung karena usahanya tidak mengalami kerusakan akibat gempa. Dampak sampingan itu adalah adanya penurunan pelanggan secara drastis, jaringan usaha rusak, dan terdapat kesulitan untuk memperoleh permodalan. Gempa memang menghancurkan, akan tetapi, cukupkah berhenti sampai disini? Akankah waktu kita habis tersita hanya untuk meratap dan selalu kita pelihara rasa khawatir dan rasa tidak berdaya kita? 1

B. Strategi Usaha Pasca Gempa Bumi Bagaimana memulai usaha pasca gempa? apa yang perlu kita lakukan? Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: 1. Melakukan analisis situasi dan analisis diri Analisis situasi dan analisis diri berkaitan dengan bidang usaha yang kita geluti dapat dilakukan dengan menilai secara mendalam berbagai kondisi dalam diri dan lingkungan sekitar setelah gempa bumi 27 Mei 2006. Analisis diri dan analisis situasi meliputi beberapa hal yaitu: a. Apa yang dilihat dari usaha pasca gempa? (dagangan hancur, pelanggan menurun drastis, jaringan usaha rusak, kesulitan untuk memperoleh permodalan) b. Apa yang dirasakan pasca gempa berkaitan usaha (apakah masih gemetar?, cemas?, masihkah muncul mimpi-mimpi buruk, rasa takut untuk memulai usaha karena takut gempa susulan yang menghancurkan usaha yang kedua kali, prasangka buruk, perasaan tidak mampu (unhelplesness) maupun perasaan tidak pantas? c. Apa yang difikirkan berkaitan dengan usaha pasca gempa Mau mulai lagi, alih profesi, memikirkan strategi yang akan dilakukan, memikirkan pihak-pihak yang akan diajak bekerjasama ataukah masih menunggu waktu beberapa saat setelah situasi tenang? Jalinan analisis diri dan analisis situasi membentuk kemampuan seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri dikaitkan dengan situasi yang ada di sekitarnya sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar. Diharapkan, seseorang melakukan analisis diri maupun analisis situasi secara positif dan realistis. Dengan analisis diri dan analisis situasi yang positif dan realistis seseorang dapat makin mengembangkan diri dengan cara meningkatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri, serta mengurangi atau meminimalisir aspek-aspek negatif yang ada. 2. Mengembangkan keberanian untuk memulai usaha Berpedoman pada analisis situasi dan analisis diri dapat diketahui kenyataan tentang diri dan situasi sekitar berkaitan dengan usaha kita pasca bencana gempa bumi. Misalnya kenyataan menunjukkan bahwa kita harus memulai usaha dari nol, dagangan hancur, pelanggan menurun drastis., masih ada ketakutan untuk memulai usaha lagi, masih takut untuk mengembangkan usaha, dan sebagainya. 2

Rasa tidak berdaya, rasa takut setelah munculnya gempa bumi adalah wajar adanya. Rasa takut justru merupakan kelengkapan yang dibekalkan Tuhan pada manusia agar dapat survive atau bertahan hidup, seperti halnya dorongan untuk makan, minum, berteduh dan sebagainya. Ahli klinis berpandangan bahwa rasa takut menjadi alarm (bel) tanda adanya bahaya, sehingga dengan demikian orang dapat berupaya dan mengatur strategi dalam menghadapi bahaya yang muncul. Akan tetapi seringkali dalam kehidupan banyak muncul ketakutan dengan sumber ketakutan yang tidak realistis. Ketakutan muncul dan berkembang dari pikiran seseorang dan tidak selaras dengan sumber ketakutan itu sendiri. Dengan kata lain orang pada akhirnya membesar-besarkan masalah, padahal masalah itu sendiri tidak seberapa besarnya. Ketakutan pada akhirnya akan terus-menerus menghantui, dan energi kita habis bukan untuk mengatasi masalah tetapi justru berhamburan hanya untuk menciptakan dan mengembangkan ketakutan itu sendiri. Ini yang disebut dengan distorsi kognitif. Beberapa bentuk distorsi kognitif menurut Beck dalam bukunya terapi kognitif yaitu: a. Pemikiran segalanya atau tidak sama sekali. Hal ini menunjuk pada kecenderungan untuk mengevaluasi kualitas pribadi dalam kategori hitam atau putih secara ekstrim. Sebagai contoh, seorang pedagang klithikan yang dagangannya hancur karena gempa mengatakan bahwa ia seorang pedagang yang gagal total. Padahal kehancuran hanya pada barang dagangannya, tidak pada kemauan, relasi usahanya, maupun dukungan sosial di sekitarnya. Ia masih memiliki banyak yang ada pada diri dan lingkungan sekitar untuk dikembangkan tetapi diabaikan karena mengalami kesalahan berfikir. b. Terlalu menggeneralisasi. Pada kesalahan berfikir ini, ada kecenderungan pada pelaku untuk menyimpulkan bahwa suatu hal yang pernah terjadi pada dirinya dan berdampak negatif akan terjadi berulang-ulang dan menimbulkan kerugian berlipat ganda. Misalnya: Bencana gempa yang memang menghancurkan pada tanggal 27 Mei, dianggap akan datang lagi secara terus menerus dengan akibat yang lebih besar. Informasi BMG tentang bencana susulan yang intensitasnya lebih kecil diabaikan. Akibatnya ada ketakutan yang terus-menerus akan datangnya gempa susulan, sehingga tidak ada keberanian untuk memulai lagi usaha. c. Filter mental. Ada kesalahan berfikir pada pelaku untuk mengambil suatu hal kecil yang bersifat negatif dalam situasi tertentu, terus memikirkannya, dan mempersepsikan seluruh situasi secara negatif. Misalnya, bencana gempa dipandang sebagai hukuman Tuhan, akhirnya merasa sebagai orang yang hina, orang yang terhukum, dan pikiran ini menghantu terus sepanjang hidupnya. 3

d. Mendiskualifikasikan yang positif. Kesalahan pikir yang ada berakibat pada ketidakmampuan untuk melihat sisi-sisi positif dari suatu peristiwa. Bencana gempa bumi tidak lagi dipandang sebagai ujian, cara Tuhan untuk memperingatkan, memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, serta sebagai sarana untuk mendekatkan diri. Tetapi justru dinilai selalu dari sisi negatif. Beberapa hal lain yang termasuk distorsi kognitif antara lain: loncatan kesimpulan, pembesaran atau pengecilan, penalaran emosional, pernyataan harus, labelling yang salah, dan personalisasi. Yang perlu disadari adalah kenyataan yang ada tidak akan berubah kalau kita sendiri tidak melakukan perubahan. Berwirausaha menurut Gervirtz (dalam Prasetya, 2000) diibaratkan seperti kesabaran dan ketenangan aktor akrobat dalam meniti tambang tipis hingga sampai ke tujuan. Bukan menghabiskan waktu dengan pikiran negatif dan perasaan kawatir sepanjang waktu. Mari kita cermati beberapa baris kata bijak berikut : Hati-hati dengan pikiranmu Pikiranmu akan menjadi perkataanmu Hati-hati dengan kata-katamu Perkataanmu akan menjadi perbuatanmu Hati-hati dengan perbuatanmu Perbuatanmu akan menjadi kebiasaanmu Hati-hati dengan kebiasaanmu Kebiasaanmu akan menjadi karaktermu Hati-hati denagn karaktermu Karaktermu akan menjadi nasibmu Untuk memulai usaha. Dibutuhkan modal (investasi). Investasi awal bukan dari kantong kita atau dalam arti berapa rupiah yang kita miliki untuk memulai usaha. Tetapi investasi awal yang terpenting adalah justru dari pikiran kita. Pikiran-pikiran positif kita tentang dunia usaha, tentang dirl kita sendiri, baru setelah itu kita mulai bertindak. 3. Penetapan Tujuan Keberhasilan sseseorang dalam mencapai prestasi termasuk di dalamnya prestasi dalam berwirasaha ditentukan oleh kemampuan untuk menetapkan tujuan dan memilih dengan cermat prioritas mana yang akan dilakukan. Tujuan akan lebih bermakna apabila memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 4

a. realistis, apabila tujuan yang dibuat terlalu sukar, biasanya akan mengarah pada keputusasaan dan menyerah. b. Berarti bagi diri. Tujuan yang dibuat memiliki kesan yang ada dalam diri sehingga timbul kegairahan untuk mencapainya, ada kepuasan, kebanggaan. c. Berbatas waktu, kadang ada kecenderungan untuk menunda-nunda dan tidak menyelesaikannya apabila timbul masalah. d. Spesifik, tujuan yang dibuat terlalu umum dan luas sering menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam dan memerlukan waktu yang lama untuk mencapainya. e. Dapat diukur, hal ini dapat digunakan sebagai standar perbandingan yang telah dicapai pada masa lampau, sekarang, dan yang akan dating. 3. Merumuskan aktivitas yang akan dilakukan Jika tujuan yang akan dicapai sudah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Penetapan aktivitas yang akan dilakukan memerlukan perhitungan beban pekerjaan secara keseluruhan. Selanjutnya, anda perlu memutuskan aktivitas-aktivitas yang merupakan prioritas utama maupun aktivitas-aktivitas dengan priorita rendah. 4. Mulai Bertindak, action. Untuk mulai berwirausaha dibutuhkan beberapa strategi personal. Strategi personal tersebut menurut Walker meliputi: a. Kemauan berusaha dan belajar. Perubahan selalu menuntut proses belajar. Oleh karena itu, pengembangan wawasan berfikir merupakan suatu keharusan b. Visi dan tujuan hidup.. Dengan adanya arah yang jelas, maka orang memilki pegangan untuk mencapai tujuan. c. Kematangan sosial. IQ bukan semata-mata suarat keberhasilan. Setiap orang harus pula cerdas dalam kematangan sosial. Justru dengan kecerdasan dalam mengelola lingkungan menjadikan seseorang sukses. d. Orientasi kepuasan pelanggan. Konsumen adalah orang yang menggaji anda. Olehkarena itu wajib dipuaskan. e. Fleksibel terhadap perubahan. Hanya orang-orang yang dapat beradaptasi dengan perubahanlah yang dapat sukses. Dalam bertindak, yang terpenting bagi seorang wirausaha adalah kemampuannya untuk memadukan dan mengelola 3 hal penting, yaitu: kapasitas diri, motivasi, dan kesempatan. Kapasitas diri diasah dengan cara pengenalan diri, tampil percaya diri, mau bergaul, belajar dari pengalaman, berani mengambil kesempatan, dan bermental juara. Motivasi hendaknya selalu diperbaharui dan dibangkitkan terus-menerus. Motivasi dapat diwujudkan melalui penghargaan terhadap diri, selalu menciptakan kesenangan dalam berkarya, dan senantiasa beroientasi pada tujuan. 5