II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PEMBERDAYAAN LANSIA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

KONDISI PSIKIS DAN ALTERNATIF PENANGANAN MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL LANSIA DI PANTI WREDHA

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu:

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Secara umum timbulnya gangguan jiwa pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

Analisis Relevansi Program Dan Pelaksanaan Pelayanan Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

I. UMUM. menjadi...

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Asuhan Nurul Falah. kehidupan yang layak. Secara tegas hukum di Indonesia menghendaki bahwa

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

Peneliti, Win Hally Sulubere. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2004 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Peranan 2.1.1 Pengertian Peranan Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjelaskan sesuatu peranan. Peran atau peranan merupakan pola perilaku seseorang yang dikaitkan dengan status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat. Gross, Mason dan McEachern (Berry, 1995: 99) menyatakan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu dapat ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Menurut Levinson ( Abdulsyani, 1994: 94) peranan mencakup tiga hal yakni: a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

14 merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Menurut Tallcot Parsons (Berry, 1995: 101) di dalam peranan ada dua macam harapan: a. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. b. Harapan-harapan yang dimiliki dari si pemegang peranan terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajibankewajibannya. Menurut Soekanto (1982: 246), peranan mempunyai beberapa unsur antara lain: a. Peranan ideal sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat terhadap status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban seseorang yang terkait pada status tertentu. b. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini merupakan hal yang harus dilakukan individu pada situasi tertentu. c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Peranan ini merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu dalam pola perilaku yang nyata, peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang bersangkutan.

15 Dari berbagai pengertian peranan diatas maka dapat dikatakan peranan adalah status yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau lembaga yang menempati atau memangku posisi dalam suatu sistem sosial dengan memenuhi hak dan kewajibannya. Abdulsyani (1994: 94) fasilitas utama seseorang yang akan menjalankan peranannya adalah lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk pelaksanaaan suatu peranan. Peranan lembaga mengacu pada kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Lembaga yang bersifat suatu organisasi tetap, terstruktur dan tersusun yang mengatur bagaimana individu, kelompok bertindak yang diharapkan dapat menjaga ketertiban dan keutuhan di dalam masyarakat. Dalam penelitian ini Panti Sosial Tresna Werdha di bawah naungan Dinas Sosial merupakan lembaga yang berwenang melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesejahteraan sosial dalam menangani permasalahan-permasalahan sosial dan memiliki fungsi strategis di dalam proses penyelenggaraan kesejahteraan bagi lanjut usia terlantar. Menurut Soekanto (1982: 199) lembaga sosial memiliki fungsi sebagai berikut: a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

16 b. Menjaga keutuhan masyarakat. c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotaanggotanya. 2.2. Tinjauan Tentang Panti Sosial Tresna Werdha Panti Sosial Tresna Werdha merupakan sebuah tempat tinggal yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta yang memiliki berbagai sumber daya yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Panti Sosial Tresna Werdha menampung para lansia yang terlantar atau tidak mempunyai keluarga maupun lansia dari keluarga yang tidak mampu untuk memberikan perawatan dan pelayanan akan kebutuhan materiil maupun spiritual sehingga lansia dapat merasa aman dan senang dalam menikmati masa tuanya. Pada dasarnya sistem pelayanan kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha adalah membantu para lansia untuk hidup wajar sebagaimana orang dewasa lainnya yang sehat, mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan Panti Sosial Tresna Werdha dalam merawat dan mengurus para lansia sebagai perwujudan pelayanan sosial terhadap lansia adalah memberikan perawatan atau pelayanan (sandang, pangan, papan dan kesehatan) melaksanakan kesehatan, melaksanakan bimbingan mental, spritual dan kesehatan. Sistem pelayanan kesejahteraan sosial bagi para

17 lansia melalui kegiatan asistensi yaitu membantu para lansia hidup wajar tanpa diliputi rasa khawatir dan gelisah, kegiatan rehabi/itasi, yaitu mengembalikan fungsi sosial lansia seperti waktu dulu sebelum di panti, kegiatan promotif artinya mengembangkan kerpibadian, bakat, minat dan keterampilan sesuai dengan keterampilan dan bakatnya, termasuk kegiatan agama, dan kegiatan suportif yaitu mengikutsertakan secara aktif kegiatankegiatan dalam kehidupan masyarakat. Adapun tujuan dan fungsi dari Panti Sosial Tresna Werdha itu sendiri adalah memberikan pelayanan dan perlindungan sosial dalam upaya memenuhi hak dan kewajiban terhadap lanjut usia sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Fasilitas yang diperoleh para lansia selama berada di Panti Sosial Tresna Werdha: a. Makan 3 kali sehari dengan menu seimbang. b. Hunian kamar. c. Pemenuhan kebutuhan sandang. d. Pemeriksaan kesehatan secara rutin oleh dokter. e. Pelayanan kesehatan oleh tenaga perawat setiap hari. f. Penyaluran minat dan bakat untuk mengisi waktu luang. g. Kegiatan bimbingan fisik, mental, sosial, spiritual dan spiritual oleh tenaga yang berkompeten di bidangnya melalui program-programnya antara lain:

18 1. Program Bimbingan a. bimbingan fisik Meliputi kegiatan senam dan olahraga yang dilakukan setiap hari pada pagi hari. Walaupun mereka berada pada usia lanjut namun stamina fisik mereka harus tetap terjaga. b. bimbingan mental dan sosial. Pada bimbingan mental ini para lansia diharapkan dapat tetap membangun mental dan psikologi mereka dengan harapan mereka tidak merasa terasingkan walaupun berada di dalam panti sosial sehingga mereka tetap semangat dalam menjalani hidup. Para lansia yang mempunyai masalah juga dapat berkonsultasi dengan para petugas untuk mendapatkan pemecahan masalahnya. Di dalam panti sosial ini juga terdapat bimbingan sosial yang meliputi aspek kemandirian bagi para lansia yang ditanamkan kepada mereka sehingga kebutuhan keseharian mereka tetap dapat terpenuhi. c. bimbingan keterampilan. Bimbingan keterampilan yang diberikan bagi para lansia yaitu meliputi keterampilan menjahit, membuat kerajinan tangan bungabunga, membuat keset dan lain-lain sehingga para lansia dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki para lansia dalam menyalurkan bakat lansia dan dapat membantu menghilangkan kejenuhan selama berada di dalam panti.

19 d. bimbangan rohani (mental keagamaan) Di dalam panti sosial ini pula para lansia tetap diberikan bimbingan spiritual yang meliputi bimbingan keagamaan yang diharapkan para lansia tetap merasa mendapatkan ketenangan jiwa dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. 2. Program Pelayanan a. Pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan. b. Pengawasan rutin terhadap kelayan dalam panti. c. Pengurusan pemakaman terhadap kelayan yang meninggal dunia. 3. Program Penyantunan a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. b. Alat dan bahan kebersihan pelayanan dan wisma. c. Kelengkapan wisma serta sarana prasarana lainnya. h. Penanganan permasalahan sosial lanjut usia oleh para pekerja professional. i. Lanjut usia yang memasuki masa udzur/bed rest dirawat oleh tenaga perawat dan pramu werdha di ruang rawat khusus. 2.3. Tinjauan Tentang Lanjut Usia Terlantar 2.3.1. Pengertian Lanjut Usia Terlantar Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 19 tahun 2012 tentang pedoman pelayanan sosial lanjut usia mendefinisikan bahwa lanjut usia terlantar adalah orang yang berusis 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan

20 dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya. WHO membagi lansia kedalam beberapa kelompok bedasarkan tingkatan usia, yakni: Usia pertengahan (middle age): antara 54-59 tahun, lanjut usia: antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun. 2.3.2. Kriteria Lanjut Usia Terlantar Kriteria lanjut usia terlantar sebagai berikut: a. usia 60 tahun keatas (laki-laki/perempuan). b. tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD. c. Makan < 2 x per hari. d. Hanya mampu makan makanan berprotein tinggi (4 sehat 5 sempurna) < 4 x per minggu. e. pakaian yang di milki kurang dari 4 stel. f. Tempat tidur tidak tetap. g. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan. h. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya. Ada pula beberapa faktor yang menyebabkan lanjut usia menjadi terlantar, yaitu: a. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya. b. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal. c. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin penghidupannya secara layak.

21 d. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada. 2.4. Kerangka Pemikiran Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara, akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Lanjut usia terlantar sebagai masalah gejala sosial yang sudah lama hadir ditengah kita mengharuskan pemerintah secara formal mengambil sikap yang jelas terhadap masalah ini. Di Kota Bandar Lampung tercatat sebanyak 1.179 jiwa merupakan para lanjut usia yang terlantar pada usia senja mereka, hal ini dapat disebabkan karena faktor ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara layak. Selain itu, para lansia terlantar ini memiliki keterbatasan dalam mengakses fasilitas umum dan rendah dalam berinteraksi sosial. Tidak lagi adanya pemberian perhatian dan perawatan anak kapada orang tuanya, orang tua yang memasuki masa lanjut usia semakin terabaikan secara sosial, budaya dan psikologis, mereka menjadi terasingkan, merasa kesepian dan terlantar dalam rumah. Ketika fenomena ini semakin menguat dan mengarah yang lebih ekstrim, maka seyogyanya diperlukan sebuah institusi yang akan menjalankan atau mengambil alih fungsi-fungsi yang telah ditinggalkan/diabaikan oleh keluarga.

22 Dalam permasalahan kesejateraan sosial diatas tentunya sangat membutuhkan adanya penanganan dan pelayanan yang terutama dibutuhkan bagi para lanjut usia terlantar yang mengalami gangguan fungsi-fungsi sosial akibat ketidakmampuannya lagi dalam melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungannya. Hal ini menjadi tugas penting bagi pemerintah khususnya Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam memberikan jaminan perlindungan dan perhatian terhadap masyarakat yang terpinggirkan sebagai konkritisasi dari tanggung jawab pemerintah untuk memberikan kesejahteraan sosial bagi para lansia terlantar ini. Dinas Sosial Kota Bandar Lampung terkait peranannya sebagai penyelenggara/pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial memberikan kontribusi nyata dalam penanganan para lanjut usia terlantar dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Namun upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar di Kota Bandar Lampung dirasakan masih kurang jika dilihat dari banyaknya para lansia terlantar yang memerlukan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang jelas tidak sebanding dengan tindakan pemerintah yang hanya mendirikan satu panti sosial saja yang sudah jelas tidak dapat menampung seluruh para lansia terlantar tersebut. Di dalam pelaksanaannya pun dirasakan masih minimnya tenaga operasional yang bertugas melayani lansia yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya, serta masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.

23 Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan merupakan lembaga yang bernaung dibawah Dinas Sosial Kota Bandar Lampung yang memang berwenang menangani permasalahanpermasalahan sosial dan memiliki fungsi strategis di dalam proses penyelenggaraan kesejahteraan para lanjut usia terlantar yang diharapkan dapat memberikan agar mereka dapat melaksanakan peranan sosialnya secara baik agar dapat terciptanya kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia terlantar melalui program-program kerja yang menunjang meskipun dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada. Gambaran ringkas terkait alur kerangka pemikiran tentang peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam penanganan lanjut usia terlantar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

24 2.5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Pemerintah Dinas Sosial Peranan Panti Sosial Tresna Werdha dalam penanganan lanjut usia terlantar Terciptanya Kesejahteraan Sosial bagi para lanjut usia terlantar Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran