BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

PEMERINTAH KOTA PADANG

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BADAN AMIL ZAKAT KOTA PEKANBARU MENURUT PSAK 109 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan allah

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Imelda D. Rahmawati Firman Aulia P Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. umat Islam, yaitu yang disebut dengan Rukun Islam. Rukun Islam itu

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan.menjaga keserasian dan keseimbangan aspek jasmaniah dan rohaniah,

NU CARE LAZISNU UPZIS TRENGGALEK NERACA PERIODE : 01 OKTOBER OKTOBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

IMPLEMENTASI PSAK NO. 109 PADA BADAN AMIL ZAKAT SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109)

BAB I PENDAHULUAN. antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin adalah mengeluarkan

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

BAB II TELAAH PUSTAKA. 2.1 Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Akuntansi Zakat. Akuntansi ( accountancy) berasal dari akar kata to accout, yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi unsur pokok

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesungguhnya seluruh kebutuhan manusia telah diciptakan Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu khawatir lagi tidak akan memperoleh bagian rezeki. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang dikatakan masalah ekonomi dan menjadi penyebab munculnya sistem ekonomi. Sistem ekonomi non-islam sangat yakin bahwa inti persoalan ekonomi adalah masalah produksi, Penyebab kemiskinan menurut mereka adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak pernah terbatas dan beraneka ragam. Dan untuk mengatasi persoalan tersebut, menurut mereka perlu bekerja keras memproduksi sebanyak-banyak alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka berpendapat harus meningkatkan produksi sampai titik maksimum. Jika produksi telah maksimum, tentu kebutuhan manusia yang banyak itu akan terpenuhi. Sedangkan menurut sistem ekonomi islam, inti masalah ekonomi bukanlah kekurangan produksi, melainkan adalah distribusi. Kajian tentang zakat sebagai sistem distribusi memperoleh porsi yang besar dalam sistem ekonomi islam. Sedemikian pentingnya, sehingga zakat ditempatkan sebagai rukun islam yang ketiga sesudah shalat, mendahului kewajiban puasa dan haji. 1

Islam memandang bahwa sumber daya alam tersedia cukup untuk seluruh makhluk, hanya saja yang diperlukan adalah sistem distribusi yang adil yang menjamin semua penduduk untuk mempunyai kesempatan dan memperoleh rezekinya melalaui mekanisme zakat. Hal ini telah dibuktikan keberhasilannya dizaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, dimana dunia dengan sistem ekonomi Islam menjadi sejahtera, sampai sulit dicari para mustahiq untuk diberi zakat (Gusfahmi 2007: 53). Di dalam Al-Qur an terdapat 32 kata zakat, dan 82 kali diulang dengan menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting dalam Islam. Dari 32 ayat dalam Al-Qur an yang memuat ketentuan zakat tersebut, 29 ayat diantaranya menghubungkan ketentuan zakat dengan sholat (Nuruddin Mhd. Ali, 2006: 24). Sebagaimana firman Allah SWT, yang berbunyi: Artinya: Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku lah bersama orang-orang yang ruku. (QS. Al-Baqarah: 43). Zakat sendiri bukanlah suatu kegiatan yang semata-mata untuk tujuan duniawi, seperti distribusi pendapatan, stabilitas ekonomi dan lainnya, tetapi juga mempunyai implikasi untuk kehidupan akhirat (Nurul Huda dkk, 2009: 64). Dengan kata lain selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama dana zakat tersebut mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat

akan selalu ada serta bermanfaat untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat (Mursyidi, 2003: 170). Setelah zakat dikeluarkan, seseorang telah suci (bersih) diri dari penyakit kikir (bakhil) dan tamak. Hartanya juga bersih, karena tidak ada lagi hak orang lain pada hartanya. Sebagai landasan kewajiban mengeluarkan zakat, Allah SWT, berfirman: Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah: 103). Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan dalam konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari rukun Islam. Sedangkan infak dan sedekah merupakan wujud kecintaan hamba terhadap nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah Islamiyah. Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara sedekah fitrah pada tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.

Peraturan mengenai pengeluaran zakat diatas muncul pada tahun ke-9 hijrah ketika dasar Islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi sistem pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase zakat untuk barang yang berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan waktu dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapatkan bayaran dari dana zakat (Heri Sudarsono, 2004: 233). Zakat adalah persoalan faridhah sulthaniyah, yaitu suatu kewajiban yang terkait dengan pemerintah Islam. Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat Allah SWT, berfirman: Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang -orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.At-Taubah: 60) Zakat dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, maka perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam

memaksimalkan pengelolaan akuntansi zakat, pemerintah membentuk badan yang mengelola dana zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat kemudian dikukuhkan oleh pemerintah. Dalam hal ini akuntansi zakat berfungsi untuk melakukan pencatatan dan pelaporan atas penerimaan dan pengelolaan zakat. Lembaga zakat berkewajiban untuk mencatat setiap setoran zakat dari muzakki baik jumlah maupun jenis zakat. Di Indonesia, pengelolaan dana zakat telah diatur berdasarkan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 115 Tahun 2011 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dalam Undang-Undang ini dikatakan bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam dan merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dalam pasal 25 dikatakan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam. Tentang pengelolaan zakat pasal 29 dikatakan bahwa BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan Pemerintah Daerah secara berkala.

Dalam proses pelaporan keuangan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) belum memiliki standar akunta nsi keuangan sehingga terjadi perbedaan penyusunan laporan keuangan antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Namun pada tahun 2011 opini syariah telah dikeluarkan, PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah telah diselesaikan. Dalam bulan Oktober 2011 lalu, buku PSAK 109 telah terbit dan dinikmati oleh kita semua. Itu artinya bahwa PSAK 109 telah resmi berlaku. Berlakunya PSAK 109 pada 1 Januari 2012 akan menjadi babak baru dalam perkembangan zakat di Indonesia. Semua Organisasi Pengelola Zakat ( OPZ) akan dapat menjadikan PSAK 109 sebagai pedoman pengelolaan keuangan dan akuntansi, sekaligus dalam menyajikan laporan keuangan. Para akuntan publik juga dapat menjadikan PSAK 109 untuk melakukan audit atas laporan keuangan Organisasi Pengeloa Zakat (OPZ). Dengan semua Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) merujuk pada PSAK 109 dalam menyajikan laporan keuangan, akan menjadi lebih mudah apabila hendak melakukan perbandingan kinerja keuangan antar Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Dengan terbitnya PSAK 109, m aka semakin lengkaplah pedoman pengelolaan zakat di Indonesia. Penelitian jenis ini pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu penelitian oleh Nurul Fitria (2013) menunjukkan Badan Amil Zakat dalam penyaluran zakat kepada mustahik belum mencatat program pekanbaru taqwa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap saldo dana zakat pada laporan keuangan hingga saldo akhir di tahun 2012. Dan juga pada Laporan Keuangan Badan Amil Zakat

terdapat kesalahan dalam pencatatan dana sehingga mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami laporan keuangan Badan Amil Zakat. Dan Penyajian laporan keuangan pada Badan Amil Zakat Kota Pekanbaru sudah sesuai dengan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, namun Badan Amil Zakat dalam penyajian laporan keuangannya belum lengkap seperti yang disebutkan dalam PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah yang menyatakan bahwa laporan amil terdiri dari: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahana Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Kemudian penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Akhmad Syabil Suhendra (2011) menunjukkan Laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan zakat, infak dan sedekah diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan berupa Neraca, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas, Laporan Dana Termanfaatkan, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan tersebut harus disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, namun pada Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Kampar tidak menerapkan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dan dalam penelitian ini juga banyak saldo dana yang ada dilaporkan pada laporan keuangan tidak sesuai dengan lampiran pada laporan tahunan akan menyebabkan pembaca keliru dalam membaca laporan keuangan. Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi disebabkan karena kesalahan petugas amil dalam menginput data laporan keuangan yang disusun oleh bendahara Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Kampar. Dan untuk mengoptimalkan

pengumpulan zakatnya, pada tahun 2009 Badan Amil Zakat Provinsi Riau mengadakan kerja sama dengan Bank Riau Cabang Bangkinang dan BRI Cabang Bangkinang yang mana keduanya merupakan bank konvensional. Bendahara Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Kampar mengakui bahwa dari BRI Cabang Bangkinang rekening dana Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Kampar mendapatkan bunga bank. Namun dalam laporan keuangannya tidak ditemukan suatu keteranganpun mengenai bunga bank tersebut. Seharusnya petugas amil membuat kebijakan khusus mengenai penggunaan dan pencatatan bunga bank. Dengan adanya fenomena tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pada Badan Amil Zakat Provinsi Riau. Badan Amil Zakat Provinsi Riau merupakan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang telah beroperasi sejak tahun 1987 bernama Badan Amil Zakat, Infak, Sedekah dan Baitul Maal Provinsi Daerah Tingkat I Riau dan sekarang bernama Badan Amil Zakat Provinsi Riau, akan memasuki tahun yang ke 26. Kalau diibaratkan orang, Badan Amil Zakat di Provinsi Riau telah memasuki usia cukup dewasa. Dalam hal ini digunakan PSAK 109 sebagai standar perbandingan pada Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau, karena data yang diperoleh ialah laporan keuangan tahun 2013. Sebagaimana diketahui bahwa Ikatan Akuntan Indonesia telah menyusun PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah sebagai bagian dari penyempurnaan transaksi pengelolaan zakat dan Infak/Sedekah pada Lembaga Keuangan Syariah. Adapun masalah yang ditemukan pada Badan Amil Zakat Provinsi Riau adalah sebagai berikut:

1. Badan Amil Zakat Provinsi Riau dalam mempertanggungjawabkan laporan keuangan tidak melakukan penyusunan Neraca atau Laporan Posisi Keuangan, Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan yang disajikan hanyalah laporan keuangan yang sederhana saja. Hal ini tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. Sehingga mengakibatkan informasi yang didapat sangat terbatas. 2. Pada Laporan Keuangan Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Riau ada saldo dana yang tidak sesuai yaitu antara rekapitulasi penerimaan dana zakat dan infak/sedekah dengan daftar penerimaan dana zakat dan infak/sedekah, kemudian antara rekapitulasi penyaluran dana zakat dan infak/sedekah dengan daftar penyaluran dana zakat dan infak/sedekah, yaitu sebagai berikut: a. Saldo dana pada rekapitulasi penerimaan dana zakat dilaporkan sebesar Rp.1.305.906.773,00 sedangkan pada daftar penerimaan jumlah seluruh dana zakat ialah sebesar Rp.1.314.334.598,00 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.8.427.825,00. Saldo dana infak pada rekapitulasi penerimaan dana dilaporkan sebesar Rp.6.755.425,00 sedangkan pada daftar penerimaan jumlah seluruh dana infak ialah sebesar Rp.3.250.000,00 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.3.505.425,00. Saldo dana sedekah pada rekapitulasi penerimaan dana dilaporkan sebesar Rp.4.922.400,00 sedangkan

pada daftar penerimaan tidak ada dana untuk sedekah. Kesalahan pencatatan mengakibatkan pembaca laporan keuangan keliru dalam membaca laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena kurang telitinya bandahara dalam menyusun laporan keuangan. b. Pada rekapitulasi penyaluran dana untuk fakir miskin dilaporkan sebesar Rp.1.522.750.000,00 sedangkan dana pada daftar penyaluran berjumlah sebesar Rp.1.527.250.000,00 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.4.500.000,00. Pada rekapitulasi penyaluran dana untuk muallaf dilaporkan sebesar Rp.29.225.000,00 sedangkan dana pada daftar penyaluran berjumlah sebesar Rp.28.225.000,00 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.1.000.000,00. Pada rekapitulasi penyaluran dana untuk fisabilillah dilaporkan sebesar Rp.105.990.000,00 sedangkan dana pada daftar penyaluran berjumlah Rp.105.490.000,00 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.500.000,00. Terjadinya selisih saldo dana ini akan menyebabkan pembaca laporan keuangan keliru dalam membaca laporan keuangan. 3. Pada Laporan Keuangan Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Riau dalam penyaluran dana untuk gharimin dan amil tidak dicatat, namun pada rekapitulasi penyaluran dana terdapat data untuk gharimin di bulan Februari sebesar Rp.2.500.000,00 dan amil sebesar Rp.200.000,00. Tidak dicatatnya penyaluran dana untuk gharimin dan amil mengakibatkan perbedaan saldo dana antara laporan keuangan dengan rekapitulasi penyaluran dana.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang diangkat adalah: Apakah penyajian laporan keuangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau telah sesuai dengan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau telah sesuai dengan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. Untuk menambah wawasan penulis dibidang akuntansi, dimana penulis dapat melihat secara langsung praktek akuntansi tentang penyajian laporan keuangan yang diterapkan pada Badan Amil Zakat Provinsi Riau. 2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan program Strata Satu (SI) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan judul yang sama. 1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Badan Amil Zakat Provinsi Riau yang berlokasi di Jalan Hangtuah, Komplek Mesjid Agung An-Nur Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai dari tanggal 10 Maret s/d 28 Mei 2014. 1.5.2 Jenis dan Sumber Data Adapun jenis dan sumber data adalah sebagai berikut: a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Burhan Bungin, 2011: 132). Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Badan Amil Zakat Provinsi Riau melalui wawancara, kemudian diolah dan disusun kembali mengenai proses Pelaporan Keuangan Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Burhan Bungin, 2011:132). Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Badan Amil Zakat Provinsi Riau dalam bentuk jadi, seperti Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Provinsi Riau, Dasar Hukum, Visi Misi, Susunan Pengurus, Tugas Pokok dan Fungsi, serta data lain yang relevan yang diperlukan dalam penelitian ini.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan datanya, yaitu: a. Teknik dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar (http://www.sarjanaku.com/2011/06/metode dokumentasi). Dalam pengumpulan data penelitian ini, metode yang dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur, baik berupa Undang-Undang, peraturan pemerintah, dan buku-buku yang berhubungan dengan akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah. b. Penelitian Lapangan, yaitu suatu cara pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak penelti (http://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian lapangan). Pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan proses pelaporan keuangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau dan dengan cara melakukan wawancara untuk mendapatkan data atau keterangan secara langsung. 1.5.4 Analisis Data Dalam penyusunan penelitian ini, di gunakan Metode Deskriptif yaitu dengan membandingkan antara praktek dan teori yang ada. Kemudian ditarik

kesimpulan untuk disajikan dalam bentuk skripsi. Menurut Travers (1978) dalam Husein Umar (2009: 22), metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebabsebab dari suatu gejala tertentu. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisannya, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Merupakan bab yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TELAAH PUSTAKA Merupakan bab yang menjelaskan tentang pertama: pengertian akuntansi, pengertian akuntansi syariah, prinsip-prinsip akuntansi syariah, perbedaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional, serta pengertian, tujuan dan teknik akuntansi zakat. Kedua: penjelasan tentang PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, infak dan sedekah. Ketiga: pengertian zakat, infak, dan sedekah, landasan kewajiban zakat, hukum zakat, syarat dan jenis zakat, pihak-pihak yang terkait dengan zakat, pendayagunaan dan manfaat zakat, serta perbedaan dan persamaan antara zakat dan pajak. Keempat: pengertian amil zakat, syarat-syarat amil zakat, organisasi pengelola zakat, serta tugas dan wewenang amil zakat. BABIII : GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT PROVINSI RIAU

Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah berdirinya, dasar hukum, visi dan misi, susunan pengurus, tugas pokok dan fungsi, serta program unggulan Badan Amil Zakat Provinsi Riau. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan bab yang menjelaskan tentang analisis laporan keuangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau dan kinerja petugas amil zakat dalam menyusun laporan keuangan. BAB V : PENUTUP Merupakan bab yang mengemukakan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan serta memberikan saran-saran.