Pemodelan Sistem Geotermal Daerah Telomoyo dengan Menggunakan Data Magnetotellurik

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTRO MAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI MAPOS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Modeling of Geothermal Reservoir in Lawu field Using 2-D Inversion of Magnetotelluric Data

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

STUDI EFEK STATIK PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) MENGGUNAKAN PEMODELAN INVERSI 2-D

Identifikasi Sistem Geothermal Menggunakan Metode Magnetotellurik 2-Dimensi di Daerah Suwawa, Gorontalo

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

Inversi 3-Dimensi Data Magnetotellurik Dengan Memperhitungkan Initial Model Untuk Mendelineasi Sistem Panasbumi

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

Pemodelan Sistem Geotermal Arjuno Welirang, Jawa Timur Dengan Menggunakan Inversi Data Magnetotellurik 3-Dimensi

PEMODELAN RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN METODE MAGNETOTELLURIK (STUDI DAERAH GUNUNGMERAKSA-TASIM, SUMATERA SELATAN)

PENERAPAN METODE MAGNETOTELLURIK DALAM PENYELIDIKAN SISTEM PANAS BUMI

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

INVERSI 2-D MAGNETOTELLURIK DENGAN MENGGUNAKAN INITIAL MODEL 1-D UNTUK PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI CUBADAK

Exploration Geophysics Laboratory, Departement of Physics, The University of Indonesia. PT. NewQuest Geotechnology, Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakasanakn pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015 dan

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

PENERAPAN KOREKSI STATIK TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) UNTUK PEMODELAN RESISTIVITAS LAPANGAN PANAS BUMI SS.

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains MAULANA SOFYAN

INVERSI 1-D PADA DATA MAGNETOTELLURIK DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE OCCAM DAN SIMULATED ANNEALING

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI WAESANO, KABUPATEN MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Puji Suharmanto 1,Fikri Fahmi 2, Yunus Daud 1, Ahmad Zarkasyi 3, Asep Sugiyanto 3, and Edi Suhanto 3

Abstrak

3-D Inversion of Magnetotelluric Data in Kepahiang Geothermal System, Bengkulu

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 6, No. 3, Juli 2017, Hal

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

IV. METODOLOGI PENELITIAN

INTERPRETASI SISTEM PANAS BUMI GUNUNG TELOMOYO BAGIAN UTARA KABUPATEN SEMARANG BERDASARKAN DATA GEOMAGNET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

Integrated Analysis of Magnetotelluric and Gravity Data for Delineating Reservoir Zone at Patuha Geothermal Field, West Java

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

PENGGUNAAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK ANALISA PATAHAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI ARJUNO WELIRANG PROVINSI JAWA TIMUR

PENDEKATAN INVERSI 1D UNTUK MENGURANGI EFEK GALVANIC PADA MODEL 2D MAGNETOTELLURIK DAERAH PANASBUMI DANAU RANAU. Muhammad Gunadi Arif Wibowo

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KADIDIA SELATAN, KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

PEMODELAN 2D SEBARAN TAHANAN JENIS TERHADAP KEDALAMAN DAERAH PANASBUMI GARUT BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK

UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN DATA MAGNETOTELLURIK MULTIDIMENSI UNTUK MENDELINEASI SISTEM GEOTERMAL DAERAH TAWAU, MALAYSIA SKRIPSI

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI WAESANO, KABUPATEN MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk mempelajari karakteristik panas bumi di sepanjang lintasan

Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran

Identifikasi geological strike dan dimensionalitas berdasarkan analisis phase tensor untuk pemodelan 2D magnetotelurik di lapangan panas bumi GYF

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

Noise Elimination Technique in Magnetotelluric Data Using Digital Filter and Time Series Data Selection

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

Pemodelan 2D sistem pana bumi daerah Garut Bagian Timur menggunakan metode magnetotelurik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

Transkripsi:

Pemodelan Sistem Geotermal Daerah Telomoyo dengan Menggunakan Data Magnetotellurik Zulimatul Safa ah Praromadani 1, Yunus Daud 1, Edi Suhanto 2, Syamsu Rosid 1, Supriyanto 1 1 Laboratorium Geothermal, Departemen Fisika, Universitas Indonesia, Kampus Depok 16424 2 Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Bandung zulimatul.praromadani@yahoo.com, ydaud87@yahoo.com Abstrak Daerah prospek geotermal Telomoyo terletak sekitar 34 km sebelah selatan dari kota Semarang, Jawa Tengah. Geomorfologi Telomoyo terdiri atas komplek Gunung Telomoyo yang didominasi batuan vulkanik plistosenkuarter berupa piroklastik dan lava dengan komposisi andesit-basaltik. Manifestasi permukaannya berupa mata air panas dan batuan teralterasi. Berdasarkan data sumur landaian suhu, pendugaan temperatur reservoirnya berkisar 230 0 C. Dari data gravitasi diketahui ada intrusi di bawah kaldera Telomoyo. Untuk mengetahui informasi bawah permukaan daerah prospek geothermal Telomoyo, dilakukan survey magnetotellurik (MT). Selanjutnya data MT yang diperoleh diolah melalui tahapan pemilihan data time series sampai inversi 2D dan divisualisasikan ke dalam 3D. Hasil penelitian ini memperlihatkan lapisan resistivitas sangat rendah (<15 Ωm), diinterpretasikan sebagai lapisan penudung (clay cap). Lapisan yang berada di bawah clay cap dengan nilai resistivitas sekitar 50-150 Ωm diinterpretasikan sebagai reservoir dari sistem geotermal. Lapisan heat source tampak berbentuk dome dengan nilai resistivitas >250 Ωm. Selanjutya model dari data MT tersebut diintegrasikan dengan data geologi, geokimia, dan geofisika (gravitasi) sehingga dapat dibuat model konseptual yang dapat mendelineasi sistem geotemal daerah prospek. Kata kunci : Daerah prospek geotermal Telomoyo, metode magnetotellurik, pemodelan sistem geotermal. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi geotermal yang cukup besar karena berada dalam jalur tumbukan lempeng (zona subduksi). Menurut Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM), saat ini diperkirakan total potensi energi geotermal Indonesia adalah sebesar 29000 MW. Potensi ini setara dengan 40% dari cadangan geotermal dunia. Sekarang ini pihak pemerintah pun secara intensif mengembangkan sumber energi terbarukan ini. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk eksplorasi geotermal adalah metode magnetotellurik (MT). Metode magnetotellurik merupakan metode geofisika pasif yang melibatkan pengukuran fluktuasi medan listrik dan medan magnet alami yang saling tegak lurus di permukaan bumi dari kedalaman beberapa meter hingga ratusan kilometer (Simpson & Bahr, 2005). Oleh karena metode MT telah terbukti berhasil melokalisasi daerah prospek geotermal, maka penulis melakukan pengolahan data MT di daerah prospek geotermal Telomoyo, Jawa Tengah. Selanjutnya hasil yang didapat dari pengolahan data MT diintegrasikan dengan data data pendukung yaitu data geologi, geokimia, dan geofisika (data gravitasi) sehingga dapat dibuat suatu model konseptual yang dapat mendelineasi sistem geotermal di daerah Telomoyo. 2. TINJAUAN DAERAH PENELITIAN Daerah prospek geotermal Telomoyo terletak sekitar 34 km ke arah selatan dari kota Semarang, Jawa Tengah. Lokasi area prospek geotermal Telomoyo ditunjukkan pada Gambar 1. sedangkan distribusi stasiun MT ditunjukkan pada Gambar 2. U Daerah Gbr 1. Lokasi Daerah Prospek Geotermal Telomoyo Secara umum, daerah ini didominasi batuan vulkanik plistosen-kuarter berupa piroklastik dan lava dengan komposisi andesit-basaltik. Berdasarkan penyelidikan geologi- geokimia Pusat Sumber Daya

Geologi tahun 2010, teramati beberapa struktur sesar yaitu tiga rim kaldera, struktur vulkanik berupa sesar normal pada arah barat daya - timur laut, dan struktur tektonik berupa sesar mendatar seperti terlihat pada Gambar 2. Gbr 2. Struktur di Daerah Prospek Geotermal Telomoyo Di area prospek Telomoyo terdapat beberapa manifestasi permukaan berupa mata air panas dan alterasi batuan. Batuan yang teralterasi ditemukan di sekitar area kaldera Telomoyo. Mata air panas yang ada di daerah ini adalah mata air panas di Candi Umbul (temperatur 36 0 C, ph 7,6), mata air panas Pakis Dadu (temperatur 35 0 C, ph 6,5), keduanya bertipe air klorida. Selain itu ada 2 dua mata air panas di Candi dukuh (temperatur air berkisar 35 0 C dan 36 0 C, ph 7,2 dan 7) bertipe air bikarbonat berada pada zona immature waters. Hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan adanya pengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik cukup dominan (PSDG,2010). Sebaran manifestasi permukaan terlihat pada Gambar 3. Dari perhitungan geotermometer Na-K, suhu reservoir daerah prospek ini berkisar 181-228 o C (PSDG, 2010). Sedangkan dari perhitungan interpolasi landaian suhu pada kedalaman 2000 m temperatur reservoirnya berkisar 230 0 C (Agung et al., 2011). Data geofisika berupa peta anomali Bouguer yang memperlihatkan adanya zona yang memiliki nilai anomali bouguer yang tinggi di bagian dalam rim kaldera yang dimungkinkan menunjukkan adanya suatu batuan intrusi di dalamnya, berasosiasi dengan sumber panas pada sistem panasbumi area prospek Telomoyo ini (Agung et al., 2011). 3. PENGOLAHAN DATA MAGNETOTELLURIK Data MT diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2010 sebanyak 36 titik yang distribusi datanya ditunjukkan pada Gambar 3. Gbr 3. Distribusi Titik MT Daerah Prospek Geotermal Telomoyo Selanjutnya, dilakukan proses pengolahan data MT yang terdiri dari: - Pemilihan time series menggunakan software Syncro Time Series Viewer. Dalam proses ini, dipilih rentang waktu yang dianggap tidak mengandung noise agar kurva MT yang dihasilkan memiliki trend yang smooth. - Pengubahan domain waktu pada Time Series ke Frekuensi Domain menggunakan prinsip transformasi Fourier. Proses ini dapat dilakukan dengan mempergunakan software SSMT 2000. Dalam tahap ini dilakukan pula proses robust yang prinsipnya adalah sebagai filter data MT yang dapat meminimalisir noise yang ada. - Seleksi data cross power, dilakukan untuk mendapatkan representasi resistivitas dan phase agar memiliki trend dengan error bar yang kecil. Di dalam proses ini juga harus ditentukan derajat rotasi yang digunakan karena dalam proses 2- dimensi kejelasan arah strike sangat diperlukan, yaitu untuk melakukan rotasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rotasi yang besarnya sesuai dengan arah sesar dominan yang ditunjukkan oleh polar diagram yaitu mengarah barat daya- timur laut sebesar 64 0, sehingga dengan melakukan rotasi, arah medan listrik dan medan magnet dapat terpolarisasikan sejajar dengan arah strike. Gambar 4 menunjukkan salah satu kurva MT Telomoyo yang telah dirotasi, dimana kurva (a) sebelum dan (b) sesudah dilakukan seleksi cross power. - Koreksi Efek Statik Shift. Pergeseran statik (static shift) merupakan suatu distorsi yang apabila tidak dilakukan koreksi akan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity) bawah permukaan. Oleh karena itu kurva yang mengalami shifting dikoreksi

menggunakan software Static Shifter-X yang dikembangkan oleh PT NewQuest Geotechnology dengan meng-gunakan metode Averaging. Gambar 5 merupakan kurva MT sebelum (a) dan sesudah (b) dilakukan proses koreksi dengan Software Static Shifter-X. zona yang berbentuk dome dengan resistivitas yang sangat besar (>250 Ohm.m) yang diinterpretasikan sebagai heat source. Zona di antara clay cap dan heat source merupakan zona reservoir. (a) (b) Gbr 4. Seleksi Cross Power (a) Sebelum (b) Sesudah Gbr 6. Lintasan Inversi 2-Dimensi Gbr 5. Koreksi Static Shift (a) Sebelum dikoreksi (b) Sesudah - Inversi 2D. Inversi merupakan kegiatan untuk mendapatkan model kondisi bawah tanah berdasarkan proses fitting dengan data yang ada. Proses inversi 2D dilakukan dengan menggunakan software WinGlink. Software WinGlink ini mempergunakan algoritma dengan prinsip NLCG (Rodi and Mackie, 2001). - Visualisasi 3 Dimensi dilakukan dengan software Geoslicer-X yang dikembangkan oleh Laboratorium Geothermal Universitas Indonesia. Visualisasi ini akan mempermudah dalam proses interpretasi hasil dan pemodelan. Gbr 7. Hasil Inversi 2D Lintasan 1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Lintasan yang dimodelkan melalui proses inversi 2-dimensi tampak pada Gambar 6. Lintasan 1 (Line 1) merupakan lintasan yang menghubungkan manifestasi air panas Candi Umbul dan Pakis Dadu dengan Candi Dukuh. Lintasan ini berarah Barat Daya - Timur Laut. Lintasan 2 (Line 2) merupakan lintasan yang memotong struktur dominan dan berarah Tenggara-Barat Laut..Hasil inversi 2 dimensi pada penampang 1 dan 2 ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8. Gambar 7 dan 8, memperlihatkan adanya sebaran resistivitas sangat rendah < 15 Ohm.m yang dapat diinterpretasikan sebagai batuan penudung (clay cap). Tampak pula Gbr 8. Hasil Inversi2D Lintasan 2 Interpretasi Terintegrasi Untuk mempermudah menginterpretasi sebaran resistivitas, hasil inversi divisualisasikan dalam 3-dimensi seperti tampak pada Gambar 9 dan 10. Gambar 9 dan 10 meunjukkan bahwa sebaran resistivitas sangat rendah terdistribusi di sekitar kaldera Telomoyo. Berdasarkan data geologi, adanya sesar- sesar pada daerah Telomoyo terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Telomoyo. Aktivitas inilah yang

memfasilitasi munculnya manifestasi berupa mata air panas. Manifestasi air panas tersebut berada di desa Candi Umbul dan Pakis Dadu yang terletak disebelah barat daya komplek Telomoyo. Kedua sumber mata air panas ini berada pada struktur sesar utama yang berarah barat daya- timur laut. Selain itu terdapat pula dua sumber mata air panas di Desa Candi Dukuh. Selain sumber mata air panas yang terdapat di daerah Telomoyo, manifestasi permukaan lain yang muncul adalah batuan ubahan atau batuan teralterasi. Kemunculan manifestasi permukaan ini mengindikasikan bahwa di area komplek Gunung Telomoyo terdapat potensi geotermal. Secara geologi, potensi geotermal di daerah Telomoyo di-generate oleh aktivitas vulkanik Telomoyo terakhir. Dari tipe air yang terdapat pada manifestasi permukaan air panas Candi Umbul, Pakis Dadu, dan Candi Dukuh yang bertipe klorida-bikarbonat, maka dapat diperkirakan bahwa daerah ini merupakan zona outflow dari sistem geotermal Telomoyo. Gbr 9. Model Hasil Inversi 2D Arah Utara- Selatan intrusi di daerah tersebut yang kemungkinan merupakan heat sorce. Nilai gravitasi tertinggi berada di dalam kaldera bekas letusan terakhir Gunung Telomoyo yang membuka ke arah timur laut. Data gravitasi ini sesuai dengan hasil pengolahan data magnetotelurik di mana diketahui distribusi resistivitas yang tinggi (> 250 Ωm) dengan bentuk menyerupai dome yang diinterpretasikan sebagai sumber panas (heat source). Dari data MT pula diketahui adanya lapisan dengan nilai resistivitas rendah (<15 Ωm) berbentuk dome yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung (clay cap) yang berasosiasi dengan batuan yang teralterasi. Lapisan clay cap yang berbentuk up-dome ini berada di tengah rim kaldera di mana puncak dome ini dapat diindikasikan sebagai zona up-flow. Di antara clay cap dan heat source ini terdapat zona dengan pola updome yang diperkirakan sebagai zona reservoir (50-150 Ωm) pada sistem geotermal daerah geotermal Telomoyo. Berdasarkan data geokimia dari PSDG dan landaian suhu, temperatur reservoir di daerah prospek geotermal Telomoyo dapat dikategorikan sebagai moderate to high temperature geothermal system.. Melalui model cross-section yang ditunjukkan pada Gambar 10 dapat diperkirakan luasan reservoir daerah prospek ini sekitar 25 km 2. Dari data magnetotellurik dan integrasi dari data lain yaitu data, geologi, geokimia, dan geofisika (gravitasi), dapat dibuat sebuah model konseptual yang menggambarkan sistem geotermal di daerah Telomoyo. Model konseptual tersebut dapat dilihat dalam bentuk 2D seperti pada Gambar 10. Dari model konseptual tersebut dapat disimpulkan bahwa reservoir geotermal berada pada kedalaman 1500-2500 m. Reservoir ini dibatasi oleh batuan penudung (clay cap) yang tebal dan heat source. Ketidakmunculan manifestasi permukaan yang menandakan keberadaan up-flow seperti fumarol di tengah kaldera kemungkinan besar disebabkan oleh lapisan batuan impermeabel (clay cap) yang sangat tebal mencapai 1500 meter yang berada di tengah kaldera. Dari interpretasi yang diintegrasikan dengan data pendukung, dapat dibuat model konseptual daerah prospek geotermal Telomoyo seperti pada Gambar 11. 5. KESIMPULAN Gbr 10. Model Hasil Inversi 2D cross section Peta gravitasi menunjukkan adanya nilai gravitasi yang tinggi di dalam kaldera Telomoyo. Data gravitasi ini mengindikasikan adanya body Berdasarkan studi metode MT yang didukung dengan data gravitasi, data geologi, dan data geokimia, dapat disimpulkan sbb: 1. Metode magnetotellurik dapat digunakan secara efektif untuk mengkarakterisasi komponen sistem panasbumi daerah prospek geotermal Telomoyo. 2. Data MT memperlihatkan adanya lapisan dengan resistivitas rendah (<15Ωm) yang tebal mencapai 1500 meter diindikasikan sabagai lapisan batuan penudung (clay cap). Lapisan

yang berada dibawah clay cap dengan nilai resistivitas 50-150 Ωm diinterpretasikan sebagai reservoir dari sistem geotermal. Lapisan heat source tampak berbentuk dome dengan nilai resistivitas >250 Ωm yang berada pada kedalaman lebih dari 2500 meter. Luas daerah prospek geotermal Telomoyo sekitar 25 km 2. 3. Reservoir geotermal terdistribusi di bawah kaldera Gunung Telomoyo yang diduga sebagai zona up-flow dengan kedalaman berkisar 1500-2500 m. Keberadaan manifestasi air panas diindikasikan sebagai zona out-flow. Clay Cap Reservoir Heat Source Gbr 11. Konseptual Model Daerah Prospek Geotermal Telomoyo DAFTAR ACUAN [1] Agung, Lendriadi, Edi S., Kasbani, Sri W., Arief M., Ahmad Z., Asep S., Sugianto., M. Kholid, Yunus D., Supriyanto S., dan Surya A., 2011, Investigasi Magnetotellurik Terintegrasi pada Area Prospek Geotermal Telomoyo, Proceeding The 11 th Annual Indonesian Geothermal Association Meeting & Conference [2] Cumming, William and Mackie, Randall, 2010, Resistivity Imaging of Geothermal Resources Using 1D, 2D and 3D MT Inversion and TDEM Static Shift Correction Illustrated by a Glass Mountain Case History, Proceedings World Geothermal Congress 2010. [3] Daud, Yunus(a), 2010, Diktat Kuliah : Metode Magnetotelluric (MT), Laboratorium Geofisika, FMIPA Universitas Indonesia. [4] Daud, Yunus(b), 2010, Diktat Kuliah : Introduction to Geotermal System and Technology, Laboratorium Geofisika, FMIPA Universitas Indonesia. [5] Daud, Yunus(c), 2010, Diktat Kuliah Static Shift dalam Metode Magnetotelluric (MT), Laboratorium Geofisika, FMIPA Universitas Indonesia. [6] Daud, Yunus(d), 2010, Diktat Kuliah : Geophysical Studies Over A Difficult Geothermal Area (Case Study), Laboratorium Geofisika, FMIPA Universitas Indonesia. [7] Goff, Fraser and Janik, Cathy J., 2000, Ensyclopedia of Volcanoes : Geotermal Systems, Academic Press : A Harcourt Science and Technology Company. [8] Gupta, Harsh and Roy, Sukanta, 2007, Geotermal Energy : An Alternative Resource For The 21st Century, Elsevier B.V. [9] Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), 2010, Laporan Akhir Survey geotermal Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Candi Umbul- Telomoyo, Bandung, Indonesia. [10] Rodi, William and Mackie, Randall L., 2001, Nonlinear Conjugate Gradient Algorithm for 2D Magnetotelluric Inversion, Geophysics Vol. 66, No. 1 ; page 174-187. [11] Sanyal, Subir K., 2005, Classification of Geothermal System - A Possible Scheme, Proceeding Thirtieth Workshop on Geothermal Reservoir Engineering 2005.

[12] Simpson, Fiona and Bahr, Karsten, 2005, Practical Magnetotellurics, Cambridge University Press. [13] Sulistyo, A, 2010 Pemodelan Static Shift Menggunakan MT2dFor. Depok: Universitas Indonesia. [14] Suparno, S., 2007, Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi. Departemen Fisika-FMIPA, Universitas Indonesia. [15] Unsworth, M, 2008, Bahan Mata Kuliah Elektromagnetik. [16] Ussher, Greg, Colin C.,Roy, and Errol, 2000, Understanding The Resistivities Observed in Geothermal System, Proceedings World Geothermal Congress 2010