MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING KELUARGA PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Semester : 1 Materi Pelajaran : Berita : 2 jam pelajaran

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

Instrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial INSTRUMEN SKALA Variabel: Kepercayaan Diri

FUNGSI PEMBIMBING DALAM BIMBINGAN KELOMPOK MELAKUKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BAGI SISWA MENGEMBANGKAN PROSES KELOMPOK DI SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

materi tidak terpusat. Selain itu siswa cenderung ramai dan tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan materi. Dalam proses belajar mengajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang akan. baik dalam perkembangan pengetahuan, penguasaan keterampilan, dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan jejaring laya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

2

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

115 Universitas Indonesia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

1.1 Latar Belakang Masalah

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Transkripsi:

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI JAWA BARAT 2000

A. PEDOMAN APA ITU KONSELING INDIVIDUAL Proses komunikasi antara konselor (seseorang yang terlatih) dengan Konseli (remaja - orang tua remaja) dalam hubungan yang membantu sehingga konseli remaja dan atau orang tua dapat mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan keputusan yang diambil APA TAHAPAN KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA Kegiatan konseling terdiri atas tahapan : 1) membangun relasi; 2) mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan konseling; 3) menggali permasalahan; 4) personalisasi ; 5) menyusun rancangan tindakan serta monitoring atau evaluasi tindakan TUJUAN Konseli (remaja orang tua) memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengubah perilaku kearah perilaku tanpa nafza berdasarkan keputusan sendiri PRINSIP KONSELING PENANGGULANGAN NAFZA 1. konselor harus memiliki sifat : menghargai Konseli apa adanya, hangat, respek, pemahaman, ramah, berteman/ bersahabat dan mampu menjaga rahasia. 2. konselor yang efektif adalah konselor yang percaya diri, berpengetahuan, memiliki keterampilan komunikasi yang baik, mampu memahami persepsi Konseli serta menciptakan suasana yang bersahabat 3. konselor harus mempu mendorong Konseli untuk mengungkap masalah, memahami masalah, mengambil keputusan yang tepat

SASARAN KONSELING PENANGGULANGAN NAFZA 1. remaja 2. orang tua KONSELOR PENANGGULANGAN NAFZA 1. Konselor/ Guru BP 2. Psikolog 3. Psikiater 4. Kader yang ada di masyarakat yang memperoleh pengetahuan konseling 5. tokoh agama yang memperoleh pengetahuan konseling 6. tokoh masyarakat yang memperoleh pengetahuan konseling 7. guru/ dosen yang memperoleh pengetahuan konseling 8. kepala asrama yang memperoleh pengetahuan konseling KOMUNIKASI YANG BAIK ADALAH KEMAMPUAN 1. menyampaikan pesan dengan jelas dan tepat 2. mendengarkan pesan yang disampaikan orang lain 3. memberikan perhatian sehingga Konseli merasa aman, nyaman dan percaya pada konselor 4. menggunakan kekuatan kata-kata untuk mendukung Konseli, menggali permasalahan dan menciptakan suasana, 5. Bahasa yang digunakan sebaiknya tidak resmi serta menggunakan berbagai istilah yang sederhana. Pada Konseli remaja disarankan untuk menggunakan bahasa dan istilah yang populer di kalangan remaja 6. Jangan bersifat menggurui, lebih baik mengajak berdiskusi mengenai contoh keadaan atau masalah yang dihadapi 7. gunakan berbagai media yang dapat menggugah pemikiran dan perasaan Konseli tentang nafza

TEMPAT Dapat dilakukan dimana saja, dengan prasyarat : nyaman, aman, tenang serta menjamin privasi dan kerahasiaan TEKNIK Curah fikir, curah hati, diskusi, penyampaian informasi, relaksasi dan desentisisasi, mengelola diri, bermain peran, assertif training. EVALUASI 1. bersifat langsung dalam bentuk lisan dan observasi 2. bentuk evalusi : a) proses dengan fokus keterlibatan Konseli dalam konseling; b) Hasil dengan fokus rancangan tindakan, persepsi Konseli dan perasaan Konseli setelah proses konseling dilaksanakan 3. Instrumen evaluasi : berbentuk portofolio bagi setiap Konseli, yang didalamnya mendeskripsikan proses dan hasil evaluasi konselor terhadap Konseli PENCATATAN 1. Siapkan buku konseling yang didalammya memuat : hari tanggal konseling, tempat, identitas Konseli, fokus konseling, catatan selama proses konseling, tahapan/ tindak lanjut konseling 2. pencatatan dibuat setelah kegiatan KONSELING dilaksanakan. Fasilitator dapat menuliskan hal-hal penting dalam kertas lain (bukan buku KONSELING) atas seijin Konseli 3. pencatatan digunakan sebagai catatan pelayanan KONSELING berikutnya serta evaluasi diri KONSELOR

B. MATERI 1. Definisi : KONSELING individual adalah : Proses komunikasi antara KONSELOR dengan Konseli (remaja - orang tua remaja) dalam hubungan yang membantu sehingga Konseli remaja dan atau orang tua dapat mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan keputusan yang diambil Hubungan yang membantu adalah hubungan yang dilandasi oleh kebutuhan untuk memperoleh bantuan dan memberikan bantuan pada orang lain. Persyaratan yang harus terpenuhi agar terjalin hubungan yang membantu adalah kesiapan dan kesediaan memberikan bantuan serta kepercayaan Konseli terhadap pemberi bantuan. Fokus hubungan yang membantu adalah Konseli mampu mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan keputusan yang diambil. Implikasinya proses pemberian bantuan menuntut keterlibatan Konseli, tanggung jawab Konseli terhadap permasalahan serta berpusat pada Konseli. 2. Tahapan KONSELING 1) membangun relasi. Kunci proses KONSELING adalah jalinan relasi yang harmonis antara KONSELOR dengan Konseli. KONSELOR harus mampu menyapa Konseli dengan baik sehingga Konseli merasa dirinya diterima. Semua atribut yang akan mengganggu harus diminimalkan, baik itu berhubungan dengan tempat, pakaian, status sosial ekonomi,

persepsi dan pemikiran KONSELOR tentang Konseli. Observasi terhadap keberadaan Konseli harus dilakukan dengan hati-hati sehingga Konseli tidak merasa dinilai. Hal yang harus diobservasi dari Konseli adalah : penampilan fisik, motivasi, indikator-indikator kecemasan atau penolakan. 2) mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan KONSELING. Konseli harus tahu apa hak, kewajiban dan peran selama proses KONSELING, karena subjek dna objek KONSELING adalah Konseli. Tujuan KONSELING harus ditetapkan bersama-sama dengan Konseli, sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan, mengubah perilaku dan berkeinginan untuk mengembangkan diri.pada tahap ini juga harus dibicarakan berapa lama waktu KONSELING dilakukan 3) menggali permasalahan. Pada tahapan ini KONSELOR harus mengembangkan berbagai pertanyaan maupun pernyataan yang akan mendorong Konseli untuk menggali permasalahan yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai melalui tahapan ini adalah pemahaman Konseli tentang masalah yang dihadapi serta bagaimana hubungan atau dampak masalah terhadap diri. Pertanyaan maupun pernyataan dapat dikembangkan dari lima kata kunci yaitu 5WH, What (apa), why (mengapa), when (kapan), where (dimana), who (siapa) dan How (bagaimana). Pernyataan maupun pernyataan sebagai respon terhadap ungkapan atau pernyataan Konseli serta umpan balik dapat berupa sebab akibat, mengurutkan berdasarkan kepentingan Konseli, mengurutkan berdasarkan waktu kejadian serta makna peristiwa bagi Konseli. 4) personalisasi. Prinsip personalisasi adalah kien menyadari permasalahan dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan. Besarnya kecilnya permasalahan sangat tergantung pada persepsi Konseli tentang masalah, sehingga kita dapat mengurangi kegelisahan, frustasi ataupun stress dalm diri Konseli dengan menempatkan permasalahan

secara proporsional serta mendorong Konseli untuk berfikiran positif tentang dirinya. 5) menyusun rancangan tindakan serta monitoring atau evaluasi tindakan. Tugas KONSELOR pada tahap ini adalah mendukung klie untuk dapat membuat rancangan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dimulai dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai, tahapan kegiatan yang akan dilakukan, waktu pelaksanaan, keterlibatan orang lain, penggunaan alat Bantu serta bagaimana KONSELOR dapat membantu memonitor ataumemberikan balikan terhadap usaha yang dilaksanakan oleh Konseli. KONSELOR harus mampu memberikan support agar Konseli memiliki kekuatan mental untuk dapat melakukannya. Secara tegas menetapkan kapan kegiatan akan dimulai. Jika memungkinkan KONSELOR dapat membantu tanpa sepengetahuan Konseli menciptakan berbagai kondisi yang mendukung terlaksananya kegiatan. 3. Tujuan Setelah mengikuti KONSELING diharapkan remaja atau orang tua memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengubah perilaku kearah perilaku tanpa nafza berdasarkan keputusan sendiri. Tujuan akan bersifat khusus untuk setiap individu, sangat tergantung dari permasalahannya. Pengetahuan apa yang harus dimiliki oleh Konseli, pemahaman tentang apa yang dibutuhkan serta perubahan perilaku apa yang diharapkan oleh Konseli terjadi pada dirinya sangat relatif dan individualistik. Pada dasarnya konselor harus mampu mendorong Konseli memiliki harapan tentang hidup dan menjalani kehidupan tanpa nafza, kemampuan untuk menghindar dan menolak terlibat menggunakan nafza serta dukungan positif untuk menjadi orang lebih dinamis, produktif, kreatif dengan landasan kenyakinan agama. 4. Prinsip KONSELING 1). KONSELOR sebagai pribadi harus memiliki sifat :

a) menghargai Konseli apa adanya, artinya bagaimanapun kondisi Konseli dengan latar belakang apapun KONSELOR harus siapa menerima Konseli apa adanya. Menerima dan menghargainya sebagai menusia yang utuh tanpa label-label yang lebih bersifat negatif tentang dirinya. b) hangat, seseotang akan memiliki keberanian untuk menyampaikan sesuatu jika orang yang dihadapinya bersikap hangat, menyapa Konseli dengan ketulusan hatti untuk membantu c) respek, menghormati Konseli dengan memperlakukan Konseli sebagai teman dan tamu yang diharapkan kehadirannya d) pemahaman, menunjukkan sikap menghargai dan memahami apa yang difikirkan dan dirasakan oleh Konseli. Mencoba menempatkan diri sebagai orang yang sipa untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh Konseli. e) ramah, klie akan merasa terganggu dan kehilangan kepercayaan diri jika merasa dirinya di tolak. KONSELOR harus mampu menggunakan kata-kata serta mimik muka yang menentramkan Konseli. f) berteman/ bersahabat, sikap bahwa KONSELOR peduli akan apa yang difikirkan dan dirasakan oleh Konseli. Kehadiran KONSELOR sebagai teman atau sahabat yang siap untuk membantu. g) mampu menjaga rahasia, kunci memperoleh kepercayaan dari Konseli adalah kemampuan menjaga rahasia, KONSELOR tidak boleh menceritakan apa yang disampaikan oleh Konseli tanpa seijin Konseli atau dianggap membahayakan jiwa.. 2) KONSELOR yang efektif adalah KONSELOR yang memiliki : a) rasa percaya diri. Sulit bagi Konseli untuk mempercayai dan memperoleh jaminan KONSELOR dapat membantu jika KONSELORnya tidak percaya diri. Percaya diri artinya siap untuk menghadapi orang lain dan percaya bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan apa yang dihadapi

b) berpengetahuan. KONSELOR harus memmiliki pengetahuan yang cukup tentang nafza dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari dan melepaskan diri adaru ketergantungan terhadap nafza. KONSELOR juga harus memiliki pengetahuan yang luas tentang perilaku manusia, kondisi sosial budaya, norma dan aturan agama, komunikasi dan menjalin relasi sosial, upaya mengemas informasi serta penggunkan media komunikasi. c) memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Bagaimana menyapa seseorang, kalimat apa yang harus digunakan, kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan sesuatu, sikap dan bahasa tubuh apa yang harus tertampilkan adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang konsulatan pada saat memberikan KONSELING. d) mampu memahami persepsi Konseli, KONSELOR perlu memahami kerangka fikir Konseli tentang apa yang sedang dihadapinya. Apa landasan yang digunakan Konseli, prasangkaprasangka apa yang difikirkan Konseli, kecemasan- ketakutan apa yang dialami oleh Konseli, bagaimana Konseli memandang permasahannya serta apa makna permasalahan bagi dirinya. e) menciptakan suasana yang bersahabat, relasi akan berjalan lancar jika tercipta atmosfir yang bersahabat diantara KONSELOR dengan Konseli. Pemilihan tempat, pakaian, waktu serta alat Bantu yang digunakan akan membantu penciptaan suasana. 3) Selama proses KONSELING, KONSELOR mendorong Konseli memiliki kemampuan untuk : a) mengungkap masalah, seseorang akan sanggup mengungkapkan masalah jika merasa menemukan orang yang dapat dipercaya, tidak berada dalam suasana yang tertekan, memperoleh stimulasi atau arahan tentang apa yang harus dibicarakan b) memahami masalah, penggalian masalah yang dilakukan melalui pertanyaan atau pernytaan tentang 5 WH akan membantu Konseli memahami proporsi masalah dalam kehidupannya,

c) mengambil keputusan yang tepat, Konseli perlu memperolah gambaran yang komprehensif tentang apa yang dialaminya serta berbagai alternatif solusi. Pembuatan keputusan harus didasarkan pada kepentingan dan analisis sisi positif maupun negatif solusi dalam pemikiran Konseli bukan pemikiran KONSELOR. 5. KONSELOR yang baik adalah KONSELOR yang mampu berkomunikasi dengan baik, yakni yang dapat : 1) menyampaikan pesan dengan jelas dan tepat 2) mendengarkan pesan yang disampaikan orang lain 3) memberikan perhatian sehingga Konseli merasa aman, nyaman dan percaya pada KONSELOR 4) menggunakan kekuatan kata-kata untuk mendukung Konseli, menggali permasalahan dan menciptakan suasana, 5) menggunakan bahasa yang tidak resmi serta menggunakan berbagai istilah yang sederhana. Pada Konseli remaja disarankan untuk menggunakan bahasa dan istilah yang popuker di kalangan remaja 6) mengajak diskusi mengenai contoh keadaan atau masalah yang dihadapi, tidak bersifat menggurui. 7) menggunakan berbagai media yang dapat menggugah pemikiran dan perasaan Konseli tentang nafza 9. Memahami Individu Setiap individu memiliki potensi, baik secara fisik, psikologis maupun religius. Potensi yang dimiliki berbeda satu sama lainnya, masing-masing individu menunjukkan perbedaan individual sebagai ciri khas pribadinya. Sebagai manivestasi hidup individu akan berperilaku. Perilaku dapat dikelompokkan dalam : a) perilaku sadar, yaitu perilaku yang dilakukan dalam alam kesadaran manusia; perilaku tak sadar. Yaitu perilaku yang dilakukan di luar kesadaran manusia, seringkali disebut

perilaku instingtif; c) perilaku disadari, yaitu perilaku yang dikontrol dan melalui pemikiran; d) perilaku tidak disadari, yaitu perilaku sebagai respon terhadap sesuatu yang membahayakan atau melindungi diri,sesringkali disebut perilaku refleks; e) perilaku kognitif yaitu perilaku yang berhubungan dengan daya nalar; f) perilaku afektif, yaitu perilaku yang berhubungan dengan perasaan; g) perilaku psikomotorik, yaitu perilkau yang berhubungan dengan aktivitas motorik yang dikordinasikan melalui sistem syarat pusat; serta h) perilaku konatif, ayitu perilaku yang berhubugan dengan motif, ide, sistem nilai. Individu selama rentang kehidupannya akan mengalami proses pertumbuhan, kematangan, belajar dan perkembangan. Lempat hal ini dipengaruhi oleh factor hereditas yaitu hal-hal yang dibawa oleh individu pada saat dilahirkan (keturunan dan proses sampai dengan kelahiran), factor enviroment atau lingkungan serta time atau waktu. Individu akan melewati tahap dan masa perkembangan dari dalam kandungan, bayi, kanak-kanak, anak, pubertas, remaja, dewasa dan orang tua.