BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN BAB I Umum

BPS - REPUBLIK INDONESIA

SURVEI USAHA KONSTRUKSI TIDAK BERBADAN HUKUM 2012

SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2013 DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

KATA PENGANTAR. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas peran serta para pengawas/pemeriksa dalam pelaksanaan SUSI05 ini, dan selamat bekerja.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2012 Direktur Statistik Industri. DR. Mudjiandoko, MA

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS)

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA BUDIDAYA IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SBI.PMS)

Survei Usaha Konstruksi Perorangan, 2014

Survei Usaha Konstruksi Perorangan, 2015

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DESA / NAGARI 2017

REPUBLIK INDONESIA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUN 2014 PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2017 pala Badan Pusat Statistik. Suhariyanto

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Agustus 2015 Kepala Badan Pusat Statistik. Dr. Suryamin, M.Sc.

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2015 Direktur Statistik Industri, Ir. Emil Azman Sulthani MBA NIP :

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SENSUS PERTANIAN 2013 EVALUASI PASCA SENSUS

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN

BUKU 2 PEDOMAN PENCACAHAN BADAN PUSAT STATISTIK

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014

KATA PENGANTAR. Selamat Bekerja. Jakarta, Juni 2004 Kepala Badan Pusat Statistik. DR. Soedarti Surbakti NIP

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2016 Kepala Badan Pusat Statistik. Dr. Suryamin, M.Sc.

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

LAMPIRAN Pedoman Survei Perusahaan Konstruksi

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Tim Penyusun

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

PEDOMAN PENCACAH. Februari Survei Angkatan Kerja Nasional. Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DESA / NAGARI 2013 PERHATIAN

SENSUS PERTANIAN 2013

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK13-DS)

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING

Indonesia - Survei Kehutanan 2014

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013

BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS:

BLOK I: PENGENALAN TEMPAT

DAFTAR ISI. I. Tahapan Pra Komputer 1.1. Mekanisme Dokumen ST Penerimaan Dokumen 1.3. Batching 1.4. Penyimpanan 1.5.

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK10-DS)

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2015 PENERBITAN

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota

PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014

PEDOMAN PENGOLAHAN DATA PRA KOMPUTER SENSUS PERTANIAN 2013 BAB I PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN. v BAB. 1.1 Umum

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2011

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK12-DS)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan)

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK13-DS)

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

TRIWULAN IV. BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK11-DS)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 8 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBERITAHUAN SINOPSIS SURVEI STATISTIK KHUSUS

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN KOORDINATOR TIM SENSUS PERTANIAN 2013 DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR GAMBAR... ii BAB I PENDAHULUAN Umum... 1 BAB II TAHAP PRA KOMPUTER... 2

JASA TELEVISI BERBAYAR

PEDOMAN PENCACAH Survei Angkatan Kerja Nasional 2016

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA MENENGAH BESAR RESTORAN DAN RUMAH MAKAN TAHUN 2013 BLOK I: PENGENALAN TEMPAT (2)

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI ( APBD 2013 ) PERHATIAN

Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013

PEDOMAN PENGGUNAAN PROGRAM PEMUTAKHIRAN DAN PENARIKAN SAMPEL RUMAH TANGGA SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS 2015

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..

BADAN PUSAT STATISTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Indonesia - Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan 2008

BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS:

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DESA / NAGARI 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Sakernas Agustus 2017 i Pedoman Pengawas

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Indonesia - Survei Industri Mikro Dan Kecil 2015 Tahunan

BAB I PENDAHULUAN U m u m

Inventarisasi dan Pendataan Calon Penghuni Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Direktif Presiden di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2013

- 1 - PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014

METADATA KEGIATAN STATISTIK DASAR

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2013 PENERBITAN BLOK I. KETERANGAN TEMPAT. RT : RW : Kode Pos :

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

REPUBLIK INDONESIA BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14) BPS - REPUBLIK INDONESIA

BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14)

KATA PENGANTAR Buku Pedoman ini disusun dalam rangka Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 (SKP14) yang akan dilaksanakan pada tahun 2014. Buku ini disamping memuat petunjuk teknis berkaitan dengan tata cara pengelolaan kegiatan lapangan dan pemahaman metodologi bagi penanggung jawab di BPS Provinsi dan di BPS Kabupaten/Kota, juga memuat tata cara pendataan bagi pencacah, dan pedoman pengawasan/pemeriksaan lapangan bagi pengawas. Diminta agar semua pihak yang berkaitan membaca dan menggunakan buku ini secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, agar memiliki keseragaman pemahaman yang sama, sehingga dapat diperoleh hasil pendataan yang maksimal sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Akhirnya diucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran BPS atas konstribusinya dalam pelaksanaan Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014. Jakarta, Maret 2014 Deputi Bidang Statistik Produksi Dr. Adi Lumaksono, MA NIP: 196008311983021002

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1. Umum... 1 1.2. Landasan Hukum... 2 1.3. Tujuan... 2 1.4. Ruang Lingkup... 3 1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan... 3 1.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan... 4 1.7. Jenis Dokumen dan Buku yang Digunakan... 5 1.8. Arus Dokumen Pelaksanaan SKP14... 8 BAB II. METODOLOGI 2.1 Cakupan Wilayah... 9 2.2 Pembentukan Kerangka Sampel... 9 2.3 Metode Pemilihan Sampel... 9 2.4 Metode Identifikasi Responden... 10 2.5 Alokasi Sampel Usaha... 11 2.6 Penarikan Sampel Usaha... 14 2.7 Penarikan Sampel Pengganti... 17 2.8 Pengisian Daftar SKP14-DS... 19 2.9 Contoh Penarikan Sampel... 19 BAB III ORGANISASI LAPANGAN 3.1 Organisasi Lapangan... 21 3.2 Penanggung Jawab Pelaksanaan SKP14 di Daerah... 21 BAB IV. TATA CARA PENYUSUNAN &PENGIRIMAN DOKUMEN 4.1 Pengiriman Dokumen dari BPS ke BPS Provinsi... 27 4.2 Pengiriman Dokumen dari BPS Provinsi... 27 4.3 Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kotake BPS Provinsi... 28 BAB V. TATA CARA PELAKSANAAN PENDATAAN 5.1 Umum... 31 iii v Pedoman Survei Usaha KonstruksiPeroranganv

5.2 Tata Tertib Pengisian Daftar... 31 5.3 Konsep dan Definisi... 33 5.4 Penyiapan Dokumen Pendataan... 35 5.5 Mekanisme Pendataan... 37 BAB VI. TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 6.1 Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-P... 41 6.2 Penggunaan dan Tata Cara PengisianLembar Pembantu... 51 6.3 Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-DS... 52 6.4 Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-S... 58 BAB VII.PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 7.1 Latar Belakang... 83 7.2 Fungsi Pengawasan dan Pemeriksaan... 83 7.3 Pengawasan... 84 7.4 Pemeriksaan... 85 BAB VIII.PEMERIKSAAN ISIAN DAFTARSKP14-P 8.1 Pemeriksaan Blok I: Keterangan Tempat... 87 8.2 Pemeriksaan Blok II: Ringkasan... 87 8.3 Pemeriksaan Blok III: Keterangan Petugas dan pengesahan... 87 8.4 Pemeriksaan Blok IV: Catatan... 87 8.5 Pemeriksaan Blok V: Daftar Rumahtangga/Usaha Konstruksi.. 88 BAB IX. PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR SKP14-S 9.1 Pemeriksaan Secara Umum... 91 9.2 Pemeriksaan Blok I: Keterangan Tempat... 92 9.3 Pemeriksaan Blok II: Keterangan Usaha... 92 9.4 Pemeriksaan Blok III: Keterangan Umum,Bimbingan, dan Sumber Modal... 93 9.5 Pemeriksaan Blok IV: Pekerja, Hari Kerja,Balas Jasa dan Upah... 94 9.6 Pemeriksaan Blok V: BiayaKegiatan UsahaSelama Setahun yang Lalu... 95 9.7 Pemeriksaan Blok VI: Pendapatan SelamaSetahun yang Lalu.. 95 9.8 Pemeriksaan Blok VII: Ringkasan... 96 9.9 Pemeriksaan Blok VIII: Permodalan... 97 vipedoman Survei Usaha KonstruksiPerorangan

9.10 Pemeriksaan Blok IX: Kendala danprospek Usaha... 97 9.11 Pemeriksaan Blok X: KeteranganResponden dan Petugas... 97 9.12 Pemeriksaan Blok XI: Catatan... 98 LAMPIRAN Lampiran 1: KBLI 2009 Bidang Konstruksi... 99 Lampiran 2: Contoh SKP14-DSDESA... 131 Lampiran 3: Alokasi Usaha dan Petugas... 132 Lampiran 4: Contoh Pengisian Daftar... 133 Pedoman Survei Usaha KonstruksiPeroranganvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Pertama kali pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangandilaksanakan secara lengkap melalui Sensus Konstruksi 1977. Kemudian secara lengkap pula terintegrasi pada Sensus Ekonomi 1986, Sensus Ekonomi 1996, dan Sensus Ekonomi 2006. Seiring dengan makin diperlukannya informasi mengenai kegiatan usaha konstruksi rumahtangga/perorangan, maka secara tersendiri pada tahun 2012 Badan Pusat Statistik melaksanakan survei usaha konstruksi rumahtangga/perorangan untuk pertama kalinya, yang disebutsurvei Usaha Konstruksi Tidak Berbadan Hukum (VTBH12 Konstruksi). Pada tahun 2013 juga dilaksanakan survei usaha konstruksi rumahtangga/perorangan dengan nama Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 (SKP13). T ahun 2014ini Badan Pusat Statistik kembali akan melaksanakan pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangan yang ketigamelaluisurvei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.Perubahan nama dan identitas ini mengacu pada tingkatan kualifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tingkat Nasional Nomor 02/SE/LPJK-N/III/2012. Tingkatan kualifikasi ini terdiri dari gred 5, 6 dan gred 7 disebut dengan kualifikasi Non Kecil, gred 2, 3, dan 4 disebut dengan kualifikasi Kecil sedangkan gred 1 disebut dengan kualifikasi Perorangan. Jumlah sampel Survei Usaha Konstruksi Perorangan (SKP14) sama seperti SKP13. Survei Usaha Konstruksi Perorangan Tahun 2014 yang selanjutnya disebut SKP14 diselenggarakan untuk mengetahui profil, keberadaan, penyebaran, aktivitas, dan karakteristik kegiatan usaha konstruksi perorangan yang Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan1

menyebar pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sedang untuk pencacahan sampel SKP14 dilakukan melalui pendekatan usaha. Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota, pedoman pendataan bagi pencacah, dan pedoman pengawasan/pemeriksaan bagi pengawas agar mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama berkaitan dengan pelaksanaan SKP14. 1.2. Landasan Hukum Landasan hukum pelaksanaan SKP14: a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik. c. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja BPS. d. Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik. 1.3. Tujuan Secara umum Survei Usaha Konstruksi Perorangan(SKP14) bertujuan untuk mengetahui profil usaha konstruksi perorangan di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. SKP14 akan mengumpulkan dan menyajikan data tentang kegiatan usaha konstruksi perorangan pada tingkat nasional. Secara khusus tujuan SKP14 adalah mendapatkan informasi dasar tentang berbagai informasi mengenai kegiatan, seperti: a. Banyaknya usaha b. Banyaknya tenaga kerja c. Pengeluaran untuk tenaga kerja 2Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

d. Struktur input dan output e. Permodalan f. Kendala dan prospek usaha g. Keterangan lain yang berkaitan dengan usaha konstruksi perorangan 1.4. Ruang Lingkup Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 (SKP14) dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Banyaknya kabupaten/kota yang menjadi lokasi survei adalah 160 kabupaten/kota yang tersebar di 33 Provinsi. Sampel SKP14sebanyak 12.000 usaha konstruksi perorangan yang berusaha di sektor konstruksi dengan sistem borongan baik borongan bahan dan tenaga kerja maupun borongan tenaga kerja saja dan aktif selama setahun lalu yangtersebar di 1.200 desa/kelurahan. 1.5.Data dan Keterangan yang Dikumpulkan Adapun data dan keterangan yang dikumpulkan dalam SKP14: a. Daftar SKP14-P terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu: Blok I : Keterangan Tempat Blok II : Ringkasan Blok III : Keterangan Petugas dan Pengesahan Blok IV : Catatan Blok V : Daftar Rumahtangga/Usaha Konstruksi Blok VI : Keterangan Penarikan Sampel b. Daftar SKP14-S terdiri dari 11 (sebelas) blok, yaitu: Blok I : Keterangan Tempat Blok II : Keterangan Usaha Blok III : Keterangan Umum, Bimbingan dan Sumber Modal Blok IV : Pekerja, Hari Kerja, Balas Jasa dan Upah Blok V : Biaya Kegiatan UsahaSelama Setahun yang Lalu Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan3

Blok VI : Pendapatan Selama Setahun yang Lalu Blok VII : Ringkasan Blok VIII : Permodalan Blok IX : Kendala dan Prospek Usaha Blok X : Keterangan Responden dan Petugas Blok XI : Catatan 1.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan Adapun jadwal kegiatan dan pelaksanaan SKP14yang dilaksanakan pada tahun 2014 seperti tabel di bawah ini: No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan (1) (2) (3) 1. Penyusunan Metodologi, Kuesioner dan Buku Pedoman Januari 2014 2. Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Maret 2014 3. Pengiriman Dokumen ke BPS Provinsi/Kabupaten/Kota April 2014 4. Listing dan Pengambilan Sampel Mei 2014 5. Pencacahan Sampel (Daftar S) Juni 2014 6. Pemeriksaan di BPS Kabupaten/Kota Juni Juli 2014 7. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS Provinsi Juli 2014 8. Pemeriksaandi BPS Provinsi Juli Agustus 2014 9. Pengiriman dokumen hasil pencacahana ke BPS Agustus 2014 10. Pengolahan (Data Entri & Pasca Konputer) di BPS Agust Sept 2014 11. Finalisasi Tabulasi Hasil di BPS 1 15 Okt 2014 12. Penulisan Naskah Publikasi di BPS 16 30 Okt 2014 13. Pencetakan Publikasi di BPS 1 14 Nop 2014 14. Penyebaran/Diseminasi Publikasi 15 31Nop 2014 4Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

1.7. Jenis Dokumen dan Buku yang Digunakan 1) Peta SP2010-WA Satuan pengamatan SKP14 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, salinan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) sangat dibutuhkan oleh pencacah sebagai panduan dalam mengenali wilayah tugasnya agar tidak terjadi lewat cacah maupun cacah ganda. Hal ini sekaligus untuk memberikan keyakinan bahwa pencacahan yang dilakukan tidak akan melewati batas wilayah kerjanya. Dokumen SP2010-WA berisi informasi batas wilayah desa/kelurahan dan muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta. Dalam Gambar 1, Sketsa SP2010-WA berisi informasi di Desa Limboro dengan kode wilayah 7204082005.Desa ini terdiri dari 6 blok sensus dan 8 rukun tetangga, BS berkode 001B dan 005B berasosiasi masing-masing dengan RT 7 dan RT 8. Kode BS 002B berasosiasi dengan gabungan RT 6 dan RT 5, kode BS 003B berasosiasi dengan gabungan RT 3 dan RT 4, dan kode BS 004B berasosiasi dengan gabungan RT 1 dan RT 2. Simbol tempat kedudukan kantor camat, kantor desa/kelurahan, masjid, sekolah, dan lainlain tergambar di dalam sketsa peta akan memudahkan proses pencarian responden kegiatan SKP14. Beberapa hal yang harus disiapkan berkaitan dengan peta SP2010-WA adalah sebagai berikut: BPSKabupaten/Kota menyediakan peta Desa/Kelurahansampel SP2010- WA terpilih. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan5

Apabila ada peta yang tidak lengkap, maka BPS Kabupaten/Kota mencetak ( print) file image peta SP2010-WA pada kertas ukuran A3 menggunakan tinta berwarna. Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahanharus diselesaikan oleh 2 (dua) orang pencacah, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 menggunakan tinta warna untuk petugas kedua. Pembagian tugas kerja di lapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA. Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada pencacah pada saat pelatihan untuk digunakan dalam pendataan. Gambar 1. Contoh peta Desa/Kelurahan SP2010-WA 2) Daftar SKP14-P Daftar SKP14-P digunakan untuk pemutakhiran pengusaha/badan usaha konstruksi. Daftar ini dicetak (print) pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota. Untuk 1 (satu) desa/kelurahanyang menggunakan 2 (dua) orang pencacah, maka Daftar SKP14-P Konstruksi harus diprint rangkap 2 (dua). 6Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Pada lembar SKP14-P ini disediakan baris kosong untuk diisi berdasarkan hasil snowballing. 3) Daftar SKP14-RD Daftar SKP14-RD diisi oleh pengawas dan digunakan untuk merekap jumlah usaha konstruksi perorangan per desa/kelurahan. Daftar SKP14-RD sebagai dasar BPS kabupaten/kota mengalokasikan target sampel usaha konstruksi peroranganper desa/elurahan per bidang pekerjaan utama. 4) Daftar SKP14-DS Daftar SKP14-DS adalah daftar nama dan alamat sampel usaha konstruksi perorangan terpilih per desa/kelurahan. 5) Daftar SKP14-S Daftar SKP14-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha konstruksi perorangan terpilih. 6) Lembar Pembantu Lembar Pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi dari narasumber tentang keberadaan calon responden hasil snowballing. 7) Buku Pedoman Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Pimpinan BPS Propinsi dan Pimpinan BPS Kabupaten/Kota, untuk Pencacah dan Pengawas dalam melakukan pencacahan maupun petunjuk bagi para Pengawas dalam melakukan pengawasan/pemeriksaan. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan7

1.8. Arus Dokumen Pelaksanaan SKP14 Alur pendistribusian dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan2014(SKP14) seperti pada gambar di bawah ini: 8Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

BAB II METODOLOGI 2.1. Cakupan Wilayah Survei Usaha Konstruksi Perorangandilaksanakan di 1.200 Desa/Kelurahan pada 160 Kabupaten/Kotayang tersebar di 33 Provinsi di Indonesia. 2.2. Pembentukan Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan desa/kelurahan dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha. Kerangka sampel pemilihan desa/kelurahanadalah daftar nama desa/kelurahankondisi Juli 2013yang dilengkapi dengan informasi banyaknya usaha konstruksi hasil Sensus Ekonomi (SE2006). Kerangka sampel pemilihan usaha konstruksi adalah daftar usaha konstruksi hasil pencacahan SE2006 dengan Daftar SE2006-L2,yaitu isian pada Daftar SE2006-L2 Rincian 11 yang berkode 9 (usaha) dan Rincian 14.dberkategori NK (Non Kualifikasi).Kerangka sampel ini dimutakhirkan dengan Daftar SKP13-P pada tahun lalu dan dilengkapi dengan daftar usaha hasil pemutakhiran berdasarkan Daftar SKP14-P. 2.3. Metode Pemilihan Sampel Survei dirancang menggunakan desain sampel 2 (dua) tahap (two-stage sampling design), dengan prosedur pemilihan sampel sebagai berikut: Tahap pertama, pada setiap kabupaten/kota dipilih desa/kelurahansecaraprobality proportional to size (PPS) dengan size jumlah usaha konstruksi perorangan hasil SE2006. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan9

Tahap kedua, dari setiap desa/kelurahan terpilih, dipilih sejumlah usaha konstruksi perorangan dari hasil pendaftaran usaha konstruksi perorangan didesa/kelurahan terpilih secara linear systematic sampling. Pemilihan sampel desa dilakukan di BPS, sedangkan pemilihan sampel usaha dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Jumlah sampeldesa/kelurahan dan usaha Banyaknya sampel desa/kelurahanskp14 adalah 1.200 desa/kelurahan, dan 12.000 usaha konstruksi perorangan. Alokasi jumlah sampel desa/kelurahan per kabupaten/kota dilakukan secara proporsional berdasarkan banyaknya desa/kelurahan yang terdapat usaha konstruksi perorangan per kabupaten/kota terhadap total usaha konstruksi perorangan di kabupaten/kota terpilih. 2.4. Metode Identifikasi Responden Identifikasi responden dilakukan dengan Daftar SKP14-P. Identifikasi ini dilakukan untuk memperoleh data populasi usaha/badan usaha konstruksi baik yang berbadan usaha maupun perorangandi setiap desa terpilih yang selanjutnya digunakan sebagai kerangka sampel untuk pemilihan sampel usaha. Petugas harus melakukan identifikasi adanya usaha konstruksi di setiap desa secara optimal. Pengumpulan data pada pelaksanaan SKP14 dilakukan dengan kunjungan dan wawancara langsung dengan responden. Sedang penentuan responden melalui proses identifikasi rumahtangga/usaha konstruksi perorangan (Daftar SKP14-P) dan snowballing. Metode identifikasi responden SKP14 dilakukan dengan cara snowballing. Pendataan dengan snowballing atau getok tular adalah pendataan semua usaha konstruksi baik berbadan hukum maupunperoranganberdasarkan 10Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

informasi dari berbagai narasumber termasuk pengusaha yang dikunjungi oleh pencacah. Metode ini dilakukan dalam suatu wilayah desa/kelurahan usaha konstruksi. Pengidentifikasian dimulai dengan mengkonfirmasi keberadaan pengusaha/badan usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14-P kepada Ketua atau pengurussatuan Lingkungan Setempat (SLS), seperti Ketua RukunTetangga/Dusun/Lingkungan/Jorong, maupun tokoh masyarakat setempat. Hasil konfirmasi dari narasumber ini adalah identifikasi pengusaha/badan usaha konstruksi, yang selanjutnya harus dikunjungi oleh pencacah. Apapun hasil kunjungan pada pengusaha/badan usaha tersebut, pencacah harus melakukan proses snowballing, yaitu dengan menanyakan kepada pengusaha/badan usaha konstruksi tersebut apakah ada pengusaha/badan usaha konstruksi yang lain yang berada dalam desa/kelurahan tersebut.informasi yang diperoleh dari narasumber tersebut dicantumkan pada Daftar SKP14-P. 2.5. Alokasi Sampel Usaha a. Alokasi sampel usaha per bidang pekerjaan utama Dari populasi usaha menurut bidang pekerjaan utama, seluruh usaha konstruksi sipil dan khusus dipilih sebagai sampel (take all), sedangkan sampel usaha konstruksi gedungdiperoleh dari pengurangan target sampel usaha dengan sampel usaha sipil dan khusus. Penghitungan alokasi sampel usaha menurut bidang pekerjaan utama untuk setiap kabupaten/kota dilakukan di Kabupaten/Kota. n ij n i N ij 3 n ij j 2 ; j 1 ; j 2,3 BPS dengan: Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan11

n ij : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupateni,bidang pekerjaan utama j (1 = gedung, 2 = sipil, 3 = khusus), n i : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, N ij : Populasi usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang pekerjaan utamaj. Contoh: Dari rekapitulasi usaha konstruksi perorangan menurut bidang pekerjaan utama hasil pemutakhiran dengan Daftar SKP14-P di suatu kabupaten, diperoleh 449 usaha yang bidang pekerjaan utamanya gedung, 3usaha konstruksi sipil, dan 35 usaha konstruksi khusus. Diketahui target sampel usaha untuk kabupaten tersebut diketahui sebanyak 80 usaha. Alokasikan menurut bidang pekerjaan utamadilakukan sebagai berikut: Bidang pekerjaan utama Gedung Sipil khusus Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Populasi 449 3 35 487 Sampel 42 3 35 80 b. Alokasi sampel usaha per desa Penghitungan alokasi sampel usaha pada masing-masing bidang pekerjaan utama untuk setiap desa dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota setelah pemutakhiran seluruh usaha konstruksi perorangan selesai dilakukan dalam satu kabupaten. Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan per bidang kegiatan utama pada setiap desa terpilih dihitung dengan rumus power allocation dengan α = 0,5, yaitu: 12Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

n ijk Nijk n K ij K Nijk k 1 k 1 N ijk N ijk n, dengan: n ijk : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k, n ij : Target sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, N ijk : Jumlahpopulasi usaha konstruksi peroranganhasil pemutakhiran di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k. Contoh: Dari hasil pemutakhiran usaha konstruksi pada desa terpilih di suatu kabupaten diperoleh populasi usaha konstruksi dengan bidang pekerjaan utama konstruksi gedung seperti pada tabel berikut pada kolom (2). Bila target sampel usaha bidang pekerjaan utama konstruksi gedung sebesar 42, maka alokasi jumlah sampel untuk setiap desa dapat dihitung sebagai berikut: ij Tabel. Rekapitulasi populasi usaha konstruksi bidang pekerjaan utama gedung per desa Provinsi: Kabupaten/Kota: Desa Populasi usaha konstruksi perorangan bidang kegiatan Jumlah utama konstruksi gedung (Hasil pemutakhiran) sampel (1) (2) (3) 1 103 10 2 78 9 3 95 10 4 173 13 Jumlah 449 42 engisian Daf tar SKP14-DS Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan13

2.6.Penarikan Sampel Usaha Penarikan atau pengambilan sampel usaha dilakukan setelah pemutakhiran usaha konstruksi dalam satu desa/kelurahan selesai dilakukan dan target sampel per BPU sudah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota.Tugas penarikan atau pengambilan sampel usaha konstruksi perorangan dalam satu desa/kelurahan dilakukan oleh pengawas. Keterangan pengambilan sampel usaha terdapat pada Daftar SKP14-P Blok VI.Tahapan pengambilan sampel usaha dijelaskan sebagai berikut: - Periksa apakah pemberian tanda cek ( ) pada Blok V Kolom (13) s.d.kolom (15) sudah benar yaitu terisi hanya jika isian Kolom ( 10) berkode 1 atau 9. Cek pula apakah benar setiap baris yang sesuai hanya ada satu tanda cek. - Periksa apakah pemberian nomor urut disamping kanan tanda cek pada Kolom (1 3) s.d.kolom ( 15) sudah benar, yaitu berurutan mulai nomor 1 pada Kolom (1 3) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, kemudian dilanjutkan ke Kolom (1 4) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, dan nomor halaman pertama pada Kolom (15) sampai halaman terakhir yang terisi. Jika ditemui ada kesalahan, perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel. - Contoh : Untuk Kolom (13) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian nomor dimulai dari : 1, 2, 3, 4,... 27. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada Kolom (1 4) halaman pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2, 3,... 11. Selanjutnya pemberian nomor untuk Kolom ( 15) halaman pertama hingga halaman terakhir dengan nomor 1, 2, 3,... 7. Contoh pemberian nomor urut Daftar SKP14-P Blok V Kolom (13) s.d. Kolom (15) halaman 1 s.d. terakhir: - 14Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Halaman 1 dari 5 halaman 1 (Gedung) 2 (Sipil) 3 (Khusus) (13) (14) (15) 1 1 1 2 Halaman 2 dari 5 halaman 1 (Gedung) 2 (Sipil) 3 (Khusus) (13) (14) (15) 2 3 2...... Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan15

Halaman 5 dari 5 halaman 1 (Gedung) 2 (Sipil) 3 (Khusus) (13) (14) (15) 27 11 7 - Hitung interval penarikan sampel per desa/kelurahanj per BPU k (I jk ) untuk pemilihan usaha dengan cara: Banyaknya Ij Banyaknya usaha per desa/kelur ahan BPU gedung sampel per desa/kelur ahan BPU gedung mj Ij nj Interval sampel dihitung sampai dua angka dibelakang koma. - Gunakan angka random (AR) yang tertera pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6, untuk mendapatkan nomor urut sampel rumahtangga/usaha pertama (R 1 ) BPU gedungdengan rumus berikut: R 1 AR I j - Angka random yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6 adalah angka yang dibangkitkandengan program sedemikian sehingga mengikuti distribusi Uniform dengan nilai antara 0 s.d. 1. - Untuk desa pengganti yang terpilih, bila isian AR pada SKP14-P kosong atau belum tercetak maka AR-nya mengikuti AR dari desa yang digantikan sebelumnya. - Catatan: apabila R 1 <1, maka R 1 nya adalah 1 16Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

- Selanjutnya gunakan interval sampel per desa/kelurahan BPU gedung (I j ) untuk menentukan angka random pemilihan sampel rumahtangga/usaha berikutnya, yaitu R 2, R 3,..., R nj sebagai berikut: R 2 = R 1 + I j R 3 = R 2 + I j... R nj = R (nj-1) + I j - Nomor urut rumahtangga/usahaterpilih adalah yang memiliki nomor urut tanda cek yang sesuai dengan R 1,, R nj dengan membulatkan hasil perhitungan sampai 0 angka dibelakang koma. - Lingkari nomor urut pada salah satu tanda cek ( ) Kolom (13) s.d. Kolom(15) yang sesuai dengan R 1,, R nj. - Lingkari pula Nomor Blok Sensus Kolom (1), Nomor Urut rumahtangga/usaha Kolom ( 2) dan Nomor Urut Usaha/NUU Kolom ( 11) yang berada sebaris dengan nomor urut pada salah satu Kolom (13) s.d. Kolom (15) yang dilingkari. - Salin seluruh sampel rumahtangga/usaha tersebut ke Daftar SKP14-DS. 2.7. Penarikan Sampel Pengganti Bila ada calon responden yang tidak berhasil dicacah dengan dokumen SKP14-S, maka wajib ada sampel pengganti dari desa yang sama sampai jumlah target pencacahan (Daftar SKP14-DS Blok II Rincian 1) terpenuhi. Penentuan sampel pengganti ini dilakukan setelah pemilihan sampel utama selesai dilakukan untuk setiap Bidang pekerjaan Utama (BPU).Jika dari desa yang sama sudah tidak ada lagi usaha konstruksi perorangan yang bisa dijadikan sampel pengganti, maka tidak perlu dilakukan penarikan sampel pengganti dari desa Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan17

yang lain. Penentuan sampel pengganti dilakukan sampai batas akhir pencacahandan hanya untuk BPU berkode 1 (Gedung), sedangkan untuk BPU 2 dan 3 tidak ada sampel pengganti karena dilakukan take all (populasi diambil semua). Uraian rinci tentang cara menentukan sampel pengganti adalah sebagai berikut : a. Cari nomor urut konstruksi perorangan yang telah terpilih sebagai sampel utama. yaitu yang Nomor Blok Sensus, Nomor Urut, Nomor Urut Usaha di Daftar SKP14-P Blok V Kol.(1), Kol.(2) dan Kol.(11) yang dilingkari. b. Kemudian cari di Daftar SKP14-P Kol.(13) : 1. Nomor urut usaha konstruksi perorangan berikutnya dari sampel utama, yaitu usaha konstruksi perorangan Gedung yang nomor urutnya lebih besar dari nomor urut sampel utama. Contoh :nomor urut sampel utama Gedung yang tidak berhasildicacah adalah 7, maka sampel penggantinya adalah usaha konstruksi perorangan Gedung dengan nomor urut usaha 8. 2. Jika sampel utama yang tidak berhasil dicacah adalah usaha konstruksi perorangan nomor urut terakhir, maka sampel penggantinya adalah nomor urut usaha konstruksi perorangan sebelumnya (nomor urut sampel pengganti lebih kecil dari sampel utama). Contoh : nomor urut sampel utama Gedung yang tidak berhasil dicacah adalah 12, maka sampel penggantinya adalah usaha konstruksi perorangan Gedung dengan nomor urut usaha 11. c. Berikan tanda segitiga ( Δ) di Kol.(13) pada Blok V SKP14-P untuk nomor urut usaha konstruksi perorangan gedung yang telah terpilih sebagai sampel pengganti. d. Berikan tanda segitiga ( Δ) di Kol.(11), yang nomor urut tanda cek ( ) nya pada Kol.(13) diberi tanda segitiga (Δ). 18Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

e. Berikan pula tanda segitiga (Δ) di Kol.(1) dan Kol.(2) pada Daftar SKP14-P yang nomor urut tanda cek ( ) nya pada Kol.(13) diberi tanda segitiga (Δ).D 2.8.Pengisian Daftar SKP14-DS Pengisian Daftar SKP14-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan sampel usaha. Tahapan pemindahan informasi usaha dari Daftar SKP14-P ke Daftar SKP14-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Salin Nomor Urut Usaha (NUU) yang diberi lingkaran pada Daftar SKP14-P Blok V Kol.(11) ke Daftar SKP14-DSBlok V Kol.(3) mulai dari nomor urut terkecil. b. Salin KIP dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(3) ke daftar SKP14-DS Blok V Kol.(4) c. Salin nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(4) kedalam Daftar SKP14-DSBlok V Kol.(5), yang Nomor Urut Usaha tanda cek ( ) nya diberi lingkaran. d. Salin alamat lengkap dan BPU dariskp14-p Blok V Kolom(5) dan Kolom(13) s.d.kolom(15) yang nomor urut tanda cek ( ) nya diberi lingkaran, ke Daftar SKP14-DSBlok V Kolom(6) dan Kolom (7). 2.9.Contoh Penarikan Sampel a. Hasil pemuktahiran Daftar SKP14-P Kelurahan Baros, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut: Jumlahusaha konstruksi perorangan sebanyak 22 usaha [penjumlahan nomor urut terakhir pada Daftar SKP14-P Blok V Kolom (13) s.d.kolom (15) = 22]. Jumlah usaha konstruksi perorangankode BPU gedung (usaha konstruksi dengan bidang pekerjaan utama gedung) sebanyak 12. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan19

b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut: Target sampel usaha konstruksi perorangan pada kelurahan ini adalah 14. Target sampel usaha konstruksi perorangan BPU gedungadalah 4. Interval untuk usaha konstruksi perorangan BPU gedung adalah 12/4 = 3,00. c. Menghitung R 1,, R n untuk BPU gedung sebagai berikut: Angka random satu (AR) yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6 adalah 0,35, maka R 1 = AR1 x I = 0,35 x 3,00 = 1,05 1. Karena 1 < Interval (3,00), maka R 1 = 1 Setelah didapat R 1 selanjutnya menghitung R 2 s.d. R 4 dengan cara: R 1 = 1,05 1 R 2 = R 1 + I = 1,05 + 3,00= 4,05 4 R 3 = R 2 + I = 4,05 + 3,00 = 7,05 7 R 4 = R 3 + I = 7,05 + 3,00=10,05 10 e. Pemilihan Sampel Usaha Berikan lingkaran di kolom BPU gedung, yaitu Kolom (13) pada nomor-nomor tanda cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula pada Nomor Blok Sensus kolom (1), Nomor Urut Kolom (2), dan Nomor Urut Usaha Kolom (11). Untuk BPU 2 dan 3 dilakukan take all (populasi diambil semua). 20Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

BAB III ORGANISASI LAPANGAN 3.1. Organisasi Lapangan Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan kegiatan SKP14, struktur organisasi lapangan telah ditetapkan sebagai berikut: BPS Provinsi Bidang Statistik Produksi BPS Kabupaten/Kota Seksi Statistik Produksi PML Staf BPS PCL KSK/Staf BPS 3.2. Penanggung JawabPelaksanaan SKP14 di Daerah Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab pelaksanaan SKP14 di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS Provinsi dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan21

Tugas masing-masing unsur, yaitu BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas (PML), dan pencacah (PCL) adalah sebagai berikut: a. BPS Provinsi 1. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan persiapan pelaksanaan seperti: alokasi petugas, alokasi dokumen, dan alokasi sampel per kabupaten/kota. 2. Membuat petunjuk rinci tentang pengerahan petugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. 3. Mengatur pengiriman dokumen ke dan dari setiap BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 4. Mengatur pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS sesuai jadwal yang ditentukan setelah terlebih dahulu diperiksa. 5. Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi. 6. Membuat laporan secara lengkap pelaksanaan kegiatan SKP14, mengenai bidang teknis dan ditujukan ke BPS (Direktur Statistik Industri). 7. BPS Provinsi secara berkala mengadakan pertemuan dengan aparat pelaksana wilayahnya dalam rangka koordinasi untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan dan pemecahan permasalahan yang timbul. 8. Membuat Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) untuk memantau pelaksanaan kegiatan SKP14, baik kualitas data dan jumlah kuesioner yang telah didaftar oleh petugas maupun ketepatan waktu penyampaian dokumen. 22Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

b. BPS Kabupaten/Kota 1. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan dikoordinir oleh kepala BPS Kabupaten/Kota. 2. Menyediakan surat tugas para petugas lapang (pencacah/pengawas) untuk pelaksanaan dilapangan. 3. Merekrut calon petugas PML/PCL SKP14 yang berasal dari staf BPS Kabupaten/Kota dan KSK. 4. Menyediakan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) terpilih untuk diserahkan ke PCL sesuai dengan wilayah kerja yang dimiliki. 5. Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan pencacahan usaha, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan usaha tersebut. 6. Penghitungan alokasi sampel per desa/kelurahandilakukan di setiap BPS Kabupaten/Kota dikoordinir oleh kepala seksi statistik produksi atau yang berwenang. 7. Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana survei harus dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah lapangan. 8. Pelaksanaan administrasi dan pengolahan keuangan di BPS Kabupaten/Kota harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan. 9. Pembuatan laporan akuntabilitas tentang penyelengaraan survei harus dibuat oleh setiap BPS Kabupaten/Kota dan dikirim ke BPS Provinsi. 10. Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan23

c. Tugas Pengawas 1. Menyiapkan peta desa/kelurahan (Peta SP2010-WA), Daftar SKP14-P, SKP14-S untuk diteruskan kepada pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, serta Daftar SKP14-DS Desa, SKP14-DS, SKP14-RD. 2. Bersama-sama pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan pengamatan dan penelitian lapangan terhadap ketepatan sasaran wilayah pencacahan dan mengenali batas-batas desa/kelurahan yang menjadi tanggungjawab setiap pencacah, dengan berpedoman Peta SP2010-WA. 3. Mendampingi dan membimbing pencacah pada awal pencacahan, sehingga pencacah mampu melaksanakan pencacahan dengan benar. 4. Memantau aktivitas pencacah di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah dapat selesai tepat waktu dan membantu memecahkan masalah jika pencacah menghadapi kesulitan di lapangan. 5. Melakukan pertemuan dengan pencacah yang menjadi tanggungjawabnya secara periodik, untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. 6. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar SKP14-P, dan menanyakan kepada pencacah apabila ditemui isian yang meragukan untuk dilakukan pembetulan dan pendaftaran ulang ke lapangan, kalau perlu bersama-sama dengan pencacah. 7. Apabila setiap pencacah telah selesai melakukan pendataan rumahtangga/usaha, maka pengawas harus segera memeriksa tanda cek ( ) Daftar SKP14-P Blok V untuk usaha konstruksi peroranganpadasalah satu Kolom (13) s.d.kolom (15) sesuai jenis 24Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

pekerjaan utama pada Kolom (12). 8. Selanjutnya pengawas memeriksa Daftar SKP14-P Blok V banyaknya usaha ke dalam baris jumlah dari halaman 1 s.d. halaman terakhir. 9. Mengisi rekapitulasi jumlah usaha konstruksi peroranganper desa/kelurahan (SKP14-RD) dari SKP14-P Blok II Rincian 1 populasi usaha konstruksi perorangandan mengisi Blok II Rincian 2 jumlah sampel per bidang pekerjaan utama setelah mendapat target sampel dari BPS Kabupaten/Kota. 10. Berdasarkan target sampel usaha dari BPS Kabupaten/Kota, selanjutnya pengawas bertugas untuk melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan Daftar SKP14-P Blok VI Keterangan Penarikan Sampel menurut bidang pekerjaan utama. 11. Pengawas harus segera menyalin sampel usaha dari hasil pemutakhiran ke dalamdaftar SKP14-DS di setiap desa/kelurahan terpilih. 12. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar SKP14-S. d. Tugas Pencacah 1. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan acuan Peta SP2010-WA terpilih. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah. 2. Memberitahukan dan minta pengesahan aparat desa/lurah atau yang setara sebelum dan sesudah melakukan pencacahan pada wilayah tersebut. 3. Melakukan pemuktahiran dan pendataan dengan Daftar SKP14-P 4. Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar SKP14-S yang berpedoman pada Daftar SKP14-DS (Daftar Sampel). 5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan25

temuan/masalah yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya. 6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas. 7. Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas. 8. Menepati jadwal pelaksanaan lapangan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 26Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

BAB IV TATA CARA PENYUSUNAN & PENGIRIMAN DOKUMEN Untuk memudahkan pelaksanaan pelatihan petugas dan pelaksanaan pencacahan di BPS Prov/Kab/Kota, maka perlu diatur mekanisme pengiriman dokumen baik dari BPS ke BPS Provinsi, BPS Provinsi ke BPS Kab/Kota. Begitu sebaliknya BPS Kab/Kota ke BPS Provinsikemudian dari BPS Provinsi ke BPS. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut: 4.1. Pengiriman Dokumen dari BPS ke BPS Provinsi a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 (SKP14) akan dikirim melalui ekspedisi. b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap pengiriman. d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli, contoh:bila pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah: Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3] Boxketiga : [3] [3] 4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Provinsi a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangandikirim ke BPS Kabupaten/Kota terpilih melalui ekspedisi. b. Seluruh dokumen hasil Survei Usaha Konstruksi Perorangan dikirim ke Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan27

BPS melalui ekspedisi. c. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. d. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap pengiriman. f. Pada salah satu sisi box/koli dan banyaknya box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli. Contoh: Bila pengiriman 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke BPS, maka cara penomoran untuk masing-masingbox/koli adalah: Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3] Boxketiga : [3] [3] g. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS ditujukan ke alamat berikut: Subdirektorat Statistik Konstruksi Direktorat Statistik Industri Badan Pusat Statistik (BPS) Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Pusat 10710 dan diinformasikan melalui alamat email: konstruksi@bps.go.id 4.3. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi,sebagai berikut: a. Pengemasan dokumen SKP14tidak boleh dicampur dengan dokumen lain. b. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai. 28Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Pengiriman minimal satu desa/kelurahanselesai. c. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu desa/kelurahandan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing desa/kelurahan di setiap kecamatan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi harus diurutkan berdasarkan kecamatan. d. Surat pengantar harus dilampiri daftar isi setiap box/koli yang dikirim rinci. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan29

30Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

BAB V TATA CARA PELAKSANAANPENDATAAN 5.1. Umum Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan petugas dalam memahami berbagai konsep, definisi, tata tertib penulisan daftar, dan mekanisme pendataan Survei Usaha Konstruksi Perorangan2014(SKP14). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa SKP14 menggunakan 6 (enam) jenis daftar yaitu Daftar SKP14-DSDesa, Daftar SKP14-P, Lembar Pembantu, SKP14-RD, SKP14-DS, dan SKP14-S. Mengingat banyaknya daftar yang digunakan dalam SKP14, maka setiap petugas harus memahami jenis dan kegunaan masing-masing daftar, dan berbagai informasi serta tata cara pengisian. 5.2. Tata Tertib Pengisian Daftar Berikut tata tertib pengisian daftar: a. Semua pengisian daftar harus menggunakan pensil hitam. b. Semua isian harus ditulis dengan jelas agar mudah dibaca. Penulisan kata-kata harus menggunakan huruf kapital (balok) dan tidak boleh disingkat, kecuali kata-kata yang terlalu panjang.angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi). Contoh:Daftar SKP14-Phasil snowballing Rincian Penulisan salah Penulisan benar Blok V Kolom (4) : Calon Responden 1. Rudi 1. RUDI (Nama usaha/pengusaha/pemilik) 2. Inggar 2. INGGAR Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan31

c. Cara pengisian daftar dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Mengisikan keterangan/jawaban pada tempat yang tersedia dan tuliskan pada kotak yang tersedia. Contoh: Daftar SKP14-S Blok III Rincian 3 : 3. Umur : 41 Tahun (dibulatkan ke bawah) 4 1 2. Melingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawabannya ke dalam kotak yang tersedia. Contoh: Daftar SKP14-S Rincian Penulisan salah Penulisan benar Blok III Rincian 2 : Jenis Kelamin Laki - laki - 1 1 Laki - laki - 1 Perempuan - 2 Perempuan - 2 1 3. Memindahkan isian ke kotak mengikuti kaidah penuh tepi kanan ( right justified) Contoh: Daftar SKP14-S Rincian Penulisan salah Penulisan benar Blok III Rincian 5.b : b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi adalah : Instansi Pemerintah 1 Perusahaan BUMN/Swasta 2 Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM 4 Lainnya (tuliskan.) 8 3 0 3 4. Bila keterangan/jawaban responden tidak terdapat pada pilihan jawaban yang tersedia, tuliskan jawaban di lainnya. 32Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Contoh: Daftar SKP14-S Rincian Penulisan Salah Penulisan Benar Blok III Rincian 5.b : Blok III Rincian 5.b : Blok III Rincian 5.b : b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi adalah : di bidang konstruksi adalah : di bidang konstruksi adalah : Instansi Pemerintah 1 Instansi Pemerintah 1 Instansi Pemerintah 1 Perusahaan BUMN/Swasta 2 Perusahaan BUMN/Swasta 2 Perusahaan BUMN/Swasta 2 Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM 4 Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM 4 Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM 4 Lainnya (tuliskan.) 8 Lainnya (tuliskan.) 8 Lainnya (tuliskan KOPERASI ) 8 5. Referensi waktu survei: a. Bulan Mei 2014. b. Selama setahun yang lalu (12 bulan terakhir) yaitu : Mei 2013- April 2014. 5.3. Konsep dan Definisi Konstruksi adalahsuatukegiatanyang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek, konstruksi yang bersifat sementara, dan juga pembongkaran bangunan. Hasil kegiatan antara lain: gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dan lain-lain. Usahaadalah suatu badan yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang/jasa, terletak di suatu bangunan fisik pada lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri. Usahakonstruksi perorangan adalah usaha rumahtangga dibidang konstruksi yang modal usahanyatidak dipersyaratkan dan batas nilai satu pekerjaan hingga Rp. 100 juta. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan33

Usahakonstruksi non-gred adalahusaha non-perorangan di bidang konstruksi yang belum meregistrasikan usahanya ke Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN). Bidang Pekerjaan adalah pengelompokan kegiatan konstruksi berdasarkan golongan pokok2 digit KBLI 2009, yaitu: Konstruksi Gedung (41), Konstruksi Sipil (42), dan Konstruksi Khusus (43). Bouwheer adalah pemilik/investor pemberi perintah untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pemborong Umumadalah usaha yang bergerak di bidang pembangunan, perubahan/perombakan, perbaikandan pembongkaran yang pekerjaannya berdasarkan atas dasar borongan langsung dengan pemilik(bouwheer/investor).jenis-jenis pekerjaannya meliputi: gedung, jalan, jembatan, rel KA dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara. Pemborong Khususadalah perusahaan yang khusus mengerjakan sebagian dari satu pekerjaan proyek pembangunan. Jenis-jenis pekerjaannya meliputi: pemasangan alat pendingin (AC) ; alat pemanas ruangan ( heater); pemasangan batu hias, ubin, batu marmer, pintu, jendela, atap; pengerjaan lantai; dekorasi instalasi listrik; fasilitas sanitasi; pondasi; pembongkaran; perbaikan dan pemeliharaan rumah/gedung dsb. Borongan adalah perjanjian antara pemilik pekerjaan (bouwheer) dengan pemborong umum yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan seluruh kegiatan proyek pembangunan. Sub-boronganadalah perjanjian antara pemborong dengan pemborong lain atau pemilik yang biasanya mengerjakan sebagian dari suatu proyek pembangunan. 34Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Nilai Boronganadalahnilai nominal pekerjaan yang disepakati antara pemborong dengan pemilik atau pemborong lain. Nilai Pekerjaanadalah nilai fisik proyekyang telah diselesaikan oleh pihak pemborong menurut realisasi proyek yang telah diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan nilai borongan antara pemilik dengan pemborong. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku statistik mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi, tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal.kbli 2009 menggunakan kode angka 5 digit yang menunjukkan struktur klasifikasi. KBLI untuk sektor konstruksi ada pada bagian Lampiran. 5.4. Penyiapan Dokumen Pendataan Satuan pengamatan dalam SKP14 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, peta desa/kelurahan dijadikan pemandu kerja petugas untuk mencapai tempat kerja, agar tidak terjadi lewat cacah dan ganda cacah. Hal ini sekaligus akan memberikan keyakinan bahwa pencacahan tidak akan melewati batas wilayah kerja. Sebelum melakukan pendataan, beberapa dokumen tertentu yang perlu disiapkan adalah: a. Salinan Sketsa Peta Desa SP2010-WA di BPS Kabupaten/Kota 1) BPS Kabupaten/Kota menyiapkansketsa Peta Desa/kelurahan SP2010- WA. 2) Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahan harus diselesaikan oleh 2 (dua) PCL, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan35

menggunakan tinta warna untuk petugas kedua. Pembagian tugas kerja dilapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA. 3) Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada PCL pada saat pelatihan untuk digunakan dalam pendataan. Peta SP2010-WA berisi informasi batas wilayah desa/kelurahan dan muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta. Informasi batas wilayah terdiri dari batas wilayah desa dan satuan lingkungan setempat (SLS) ti ngkat 1 ditulis dengan warna merah, sedangkan batas blok sensus (BS) ditulis dengan warna hijau. SLS ini dapat berupa Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Jorong, Korong, Lingkungan, Dusun, atau nama lain yang berlaku di wilayah setempat. b. Daftar SKP14-P 1) Daftar SKP14-P di print pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.Untuk keperluan penyalinan hasil snowballingdari Lembar Pembantu ke daftar SKP14-PBlok V,tambahkan ( print) satu lembar kosongblok V bolak balik. 2) Untuk 1 (satu) desa/kelurahan yang menggunakan 2 (dua) PCL, maka Daftar SKP14-P harus di print rangkap 2 (dua). c. Lembar Pembantu 1) Lembar Pembantu dicetak di BPS Kabupaten/Kota. 2) Setiap informasi narasumber tentang keberadaan calon responden hasil 36Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

snowballingsebelum disalin ke daftar SKP14-Pwajib ditulis di Lembar Pembantu. d. Daftar SKP14-S 1) Daftar SKP14-S di cetak di BPS. 2) Daftar SKP14-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha konstruksi perorangan terpilih. 5.5. Mekanisme Pendataan Adapun tahapan/proses pendataan SKP14 oleh PCL sebagai berikut: 1) Setiap petugas dibekali dengan instrumen yang diperlukan, yaitu peta desa (SP2010 -WA), Daftar SKP14-P ( pre-printed), Lembar Pembantu, Daftar SKP14-DS, dan SKP14-S. 2) Kunjungi Kepala Desa/Lurah untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah ini dengan membawa surat tugas dari BPS kabupaten/kota. 3) Identifikasi keberadaan pengusaha/usaha konstruksi dimulaidari Blok Sensus pertama yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok V Kolom (1) yang merupakan bagian dari Alamat Lengkap. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan37

4) Lakukan identifikasi keberadaan pengusaha/usaha konstruksi dan identifikasi pengusaha/usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14-P untuk setiap Blok Sensus dengan menanyakan kepada narasumber (prioritas utama adalah ketua/pengurus SLS setempat). 5) Apabila diperoleh informasi keberadaan pengusaha/usaha konstruksi, selanjutnya pencacah melakukan kunjungan ke alamat pengusaha/usaha tersebut dan melakukan pendataan dengan Daftar SKP14-P. Jika pengusaha/usaha yang dikunjungi termasuk usaha konstruksi perorangan, maka katakan pada respondendilain waktu kemungkinan pendataan akan dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih rinci. 6) Setelah selesai melakukan pendataan pada responden tersebut, tanyakan tentang keberadaan usaha konstruksilainnyabaik yang perorangan maupun yang berbadan usaha yang berada di Blok Sensus/SLS tersebut atau SLS lainnya dalam desa/kelurahan tersebut.catat nama responden sebagai narasumber dan semua informasi keberadaan calon responden lainnya menggunakan Lembar Pembantu. 7) Cek informasi yang telah di catat di Lembar Pembantu dengan daftar nama pengusaha/usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14- PBlok V. Jika tidak ada, tuliskan nama pengusaha konstruksi tersebut pada Daftar SKP14-PBlok Vdi baris kosong setelah baris terakhir yang tercetak. 8) Selanjutnya kunjungi pengusaha/usaha konstruksi yang baru diperoleh informasinya tersebut, dan lengkapi pula dengan informasi lainnya yang diperlukan pada Daftar SKP14-PBlok V. 9) Lakukan lagi proses identifikasi seperti pada butir 5) hingga 8) sampai pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan yang menjadi wilayah tugasnya. 38Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Ilustrasi metode snowballing dapat dilihat seperti padagambar 3. Gambar 3. Identifikasi responden dengan metode snowballing Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan39

40Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

BAB VI TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 6.1. Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-P Daftar SKP14-P digunakan untuk memutakhirkan dan mendata semua usaha konstruksi perorangan yang berada di desa/kelurahan terpilih. 1). Struktur Daftar SKP14-P BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi (Pro vinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan)sertaAngka Random (AR) Gedung. BLOK II. RINGKASAN, berisi hasil rekapitulasi populasi usaha dan jumlah sampel usaha. BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan dan pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara. BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan pada saat pelaksanaan lapangan. BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI, terdiriatas 15kolom dengan uraian masing-masing kolom adalah sebagai berikut: Kolom (1) : Kolom (2) : NomorBlok Sensus Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut blok sensus dalam desa/kelurahan. Nomor Urut Nomor yang tercantum pada kolom ini adalahnomor urut rumahtangga/usaha dalam desa/kelurahan. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan41

Kolom (3): KIP berisi 9 digit Kode Identitas Perusahaan. Masing-masing digit KIP ini memiliki arti sebagai berikut Kode Propinsi Kode Kab/Kota Kode Skala Usaha *) Nomor urut usaha di dalam Kab/Kota *) Kode Skala Usaha : 1 : Gred 1, Perorangan/Mikro 2 : Gred 2 4, Badan usaha bersertifikasi dari LPJKN berskala kecil 3 : Gred 5 Badan usaha bersertifikasi dari LPJKN berskala sedang 4 : Gred 6 7, Badan usaha bersertifikasi dari LPJKN berskala besar 5 : Non Gred, Badan usaha dan belum bersertifikasi dari LPJKN Kolom (4) : Calon Responden Nama-nama yang tercetaktercantum pada kolom ini adalah nama pengusaha/usahahasil pemutakhiranpendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya yangteridentifikasi sebagai pengusaha/usaha di sektor konstruksi. Kolom (5): Alamat Lengkap Alamat yang tercetak tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal pengusaha atau tempat domisili badan usaha hasil pemutakhiranpendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya. Kolom (6): Identifikasi keberadaan calon responden, Ada bila berkode 1, Tidak ada bila berkode 0. 42Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Ada, adalah kondisi dimana nama pengusaha/badan usaha konstruksi dan alamat pada saat pendataan sama dengan nama kepala rumahtangga atau nama badan usaha dan alamat pada hasil pemutakhiranpendataan usaha konstruksi perorangan tahun sebelumnya. Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama pengusaha/badan usaha konstruksi berbeda yang dikarenakannama yang tercantum adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan dalam penulisan dalam pendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya, dan perbedaan alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya. Termasuk pengusaha/badan usaha konstruksi yang pindah tetapi masih dalam satu desa/kelurahan, dan pengusaha/badan usaha konstruksi yang baru (yaitu pada saat pendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya bukan sebagai pengusaha/badan usaha konstruksi, tapi pada saat pendataan SKP14merupakan usaha konstruksi). Tidak ada, adalah kondisi dimana pengusaha/badan usaha konstruksi pada saat pendataan tidak dapat ditemukan dan setelah dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya memang tidak ada yang mengenalnya. Termasuk pengusaha/badan usaha konstruksi yang pindah keluardesa/kelurahan, dan tidak usaha lagi. Kolom (7): Ditanyakan kepada calon responden apabila menurut narasumber usaha ini keberadaannya Adaatau Kolom ( 6) berkode 1. Apakahberusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu, Ya bila isian berkode 1, dan kode 0 bila Tidak. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan43

Kolom (8): Kolom (9): Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 20 13 s.d. April 2014) usaha ini masih merupakan usaha konstruksi meskipun pada saat pencacahan tidak aktif/berubah sektor usahanya. Tidak, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2013 s.d. April 2014) usaha ini telah tutup atau berubah sektor usahanya. Ditanyakan kepada calon responden : apabila usaha ini berusaha di sektor konstruksiatau Kolom ( 7) berkode 1. Apakah alamat kantor usaha ada di desa ini, berkode 1 bila Ya, berkode 0 bila Tidak. Ya, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha berada dalam satu desa/kelurahan. Tidak, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha tidak berada dalam satu desa/kelurahan. Ditanyakan kepada calon responden: apabila alamat kantor usaha ini berada dalam satu desa/kelurahan atau Kolom (8) berkode 1, Apakah berusaha dengan sistem borongan dan aktif selama setahun yang lalu, isian bila Ya kode 1, kode 0 bila Tidak. Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2013 s.d. April 2014) berusaha dengan sistem borongan meskipun pada saat pencacahan tidak aktif/berubah sektor usahanya. Tidak, apabila usaha konstruksi ini selama setahun yang lalu order pekerjaannya tidak ada yang menggunakan sistem borongan. 44Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Kolom (10): Tuliskan Kode Gred usaha ini Kualifikasi Usaha Batas Nilai Satu Pekerjaan(Rp) Kode Perorangan 0 s.d 100 juta 1 Gred 2 0 s.d 500 juta 2 Gred 3 0 s.d 1 Milyar 3 Gred 4 0 s.d 2,5 Milyar 4 Gred 5 0 s.d 10 Milyar 5 Gred 6 0 s.d 50 Milyar 6 Gred 7 0 s.d Tak Terbatas 7 Non-Gred *) - 9 *) Non- Gred adalah badan usaha non perorangan yang belum me-registrasi-kan usahanya di LPJKN. Kolom (11) Kolom (15): ada isian bila Kolom (10) berkode 1 Kolom (11): Nomor Urut Usaha Kolom (12): Jenis Kegiatan/Pekerjaan Utama Kolom (13) (15): Kode Bidang Pekerjaan Utama Kode Bidang Pekerjaan Utama terbagi menjadi 3 jenis: 1. Konstruksi Gedung; mencakup rumah tempat tinggal, gedung perkantoran, gedung kesehatan, gedung pendidikan, gedung hiburan, dan gedung lainnya. 2. Konstruksi Sipil; mencakup jalan, jembatan, rel KA, landasan, pengairan, dermaga, lapangan olahraga, lapangan parkir, bangunan pengolah, penyaluran dan penyimpan air limbah, minyak dll. 3. Konstruksi Khusus; mencakup konstruksi bangunan elektrikal dan komunikasi, instalasi gedung dan bangunan sipil, penyelesaian konstruksi gedung, penyewaan alat berat konstruksi dll. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan45

Tabel 1. Ringkasan tugas pengisian Daftar SKP14-P Uraian Pencacah Pengawas Blok I - - Blok II - - Blok III - Rincian 1 & 3 Rincian 2 Blok IV - Blok V Pre printed Kolom (1) s.d (5), Identitas Nomor halaman, Kolom (6) s.d (15), Jumlah a,b,c Diisi oleh Memberi lingkaran Kolom (1), Kolom (2), Kolom (11) dan nomor di samping tanda di salah satu Kolom (13) s.d Kolom (15) yang terpilih sampel Blok VI - - 2). Pengisian Daftar SKP14-P BLOK I. KETERANGAN TEMPAT Blok ini isiannya telah tercetak ( pre-printed) mulai dari nama Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan, dan Angka Random (AR) Gedung. BLOK II. RINGKASAN Tujuan pengisian Blok II adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil identifikasi calon responden pendataan pengusaha konstruksi peroranganpada satu desa/kelurahan. Blok ini diisi setelah kegiatan pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan. Isian Blok II disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi. Sebelum mengisi Blok II, petugas pendataan harus memastikan bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat kebenaran isian. Rincian 1: Populasi usaha konstruksi perorangan Isian rincian ini disalin dari Blok V Rincianc : Jumlah kumulatif hingga halaman ini dengan ketentuan sebagai berikut Blok II Rincian 1 Kolom (2) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (13) pada halaman terakhir. 46Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Blok II Rincian 1 Kolom (3) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (14) pada halaman terakhir. Blok II Rincian 1 Kolom (4) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (15) pada halaman terakhir. Rincian 2: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan Isiannya merupakan hasil dari penarikan sampel usaha yaitu banyaknya R i yang terisi (Blok VI). BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawab melakukan pendaftaran dan pemeriksaan Daftar SKP14-P, serta keterangan waktu pelaksanaan pendataan dan pemeriksaan, serta pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara. 1. Nama Petugas Tuliskan nama pencacah dan pemeriksa pada kolom yang tersedia. 2. Tanggal Pengawasan/Pemeriksaan Tuliskan tanggal pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan pada kolom yang tersedia 3. Tanda Tangan Sebelum membubuhkantanda-tangannya pencacah danpemeriksa diharuskan memeriksa kebenaran dan kelengkapan isian Daftar SKP14- P.Bubuhkan tanda-tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggungjawab pendataan dan pengawasan/pemeriksaan. Penandatanganandilakukan oleh orang yang benar-benar telah melakukan tugasnya. 4. Pengesahaan oleh Kepala Desa/Lurahatau yang setara tempat dimana pendataan dilaksanakan dengan membubuhkan tanggal, nama, tanda tangan, dan cap/stempel. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan47

BLOK IV. CATATAN Gunakan Blok IV untuk menuliskan hal-hal yang perlu diinformasikan dan belum tercakup dalam Daftar SKP14-Pdi desa/kelurahan tersebut. BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh pengusaha/badan usaha konstruksipada satu desa/kelurahan. Padasudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera Halaman.dari..halaman, yang pengisiannya dilakukan setelah pendataan bangunan dan rumahtangga dalam satu desa/kelurahan selesai. Sedang sudut kanan bawahnya setiap lembar Blok V tertera identitas desa/kelurahan yang tercetak. Contoh pengisian Halaman dari...halaman pada Blok VDaftar SKP14-Padalah sebagai berikut:jika jumlah halaman Blok V yang terpakai ada 5halaman, maka pengisiannya adalah pada halaman pertama Blok V diisi Halaman 1 dari 5 halaman, dan halaman terakhir diisi Halaman 5 dari 5 halaman. Kolom (1)-(5) (No. Blok Sensus, No. urut, KIP, Calon Responden, Alamat Lengkap) Kol.(1) s.d Kol.(5) Blok V telah tercetak (Pre-printed). Bila dari hasil kunjungan ada perubahan informasi, dapat diperbaiki disampingnya dengan cara mencoret kemudian menuliskan informasi yang benar disebelahnya. Misalnya kesalahan penulisan alamat, dapat diperbaiki seperti pada contoh berikut: 48Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Nomor Blok Sensus Nomor Urut KIP Calon Responden Alamat Lengkap (Nama jalan, blok, nomor,sls, RT/RW) (1) (2) (3) (4) (5) 001B 1 327210103 PEMBORONG BANGUNAN 'AGUS' KP. JAMBU RT.10/RW.05 RT.11 Pengisian Kolom (1)-(5) untuk responden hasil snowballing Kolom (1): Isikan nomor blok sensus calon responden hasil snowballingsesuai dengan di lapangan di baris kosong setelah baris yang terisi. Kolom (2): Isikan nomor urut calon responden hasil snowballingdi baris kosong setelah baris yang terisi. Penulisan nomor urut, usahakonstruksi hasil snowballingmeneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi menggunakan angka biasa. Kolom (3): untuk KIP calon responden hasil snowballing dikosongkan. Kolom (4): Isikan nama lengkap calon responden dengan menggunakan huruf kapital Contoh: 1. ADITA UTAMA (penulisan yang mempunyai nama usaha). 2. PEMBORONG AC RUDI ( penulisan pemborong AC yang tidak mempunyai nama usaha). 3. PEMBORONG GEDUNG SUGI (penulisan pemborong bangunan yang tidak mempunyai nama usaha). 4. KONSTRUKSI GEDUNG BAMBANG (penulisan nama usaha yang pekerjaannya tidak selalu borongan dan tidak mempunyai nama usaha). 5. USAHA TIGA, CV (penulisan nama badan usaha) Kolom (5): Isikan alamat lengkap calon responden nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW. Pengisian Kolom ( 6)-(15) untuk responden pre-printeddan hasil snowballing Kolom (6): Identifikasi keberadaan calon responden pada narasumber Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan49

isikan kode 1 bila ada, dan kode 0 bila tidak ada. Kolom (7): Bila Kolom (6 ) berkode 1, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah berusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu.isikan kode 1 bila menjawab Ya, kode 0 bila Tidak. Kolom (8): Bila Kolom ( 7) berkode 1, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah alamat kantor usaha di desa ini.isikan kode 1 bila menjawab Ya, kode 0 bila Tidak. Perbaiki Kolom (5) bila ada perbedaan alamat lengkap rumahtangga/usaha. Kolom (9): Bila Kolom (8 ) berkode 1, Ditanyakan kepada calon responden, Isikan kode 1 untuk calon responden yang berusaha dengan sistem borongan dan aktif selama setahun yang lalu (lanjutkan ke pertanyaan kolom selanjutnya), dan kode 0 jika tidak (STOP pendataan pada responden ini). Kolom (10):Bila Kolom (9) berkode 1, Isikan kode gred usaha Kualifikasi Usaha Kode Gred Usaha Perorangan 1 Gred 2 2 Gred 3 3 Gred 4 4 Gred 5 5 Gred 6 6 Gred 7 7 Non-gred 9 Kolom (11) Kolom (15): ada isian bila Kolom (10) berkode 1 Kolom (11): Isikan Nomor Urut Usaha (NUU) pada baris-baris yang termasuk usahakonstruksi perorangan, dimulai dari angka 1. Kolom (12):Tuliskan sejelas jelasnya Jenis Kegiatan/Pekerjaan Utama: 50Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Contoh : Pembangunan tempat tinggal, Pemasangan pagar besi kantor, Pembuatan sumur bor, Pembuatan saluran irigasi untuk pertanian, Instalasi listrik untuk perumahan, Pemeliharaan jalan, Pengecatan kantor, dsb. Kolom (1 3)-(15): Isikan tanda cek( ) pada salah satu Kolom (1 3) atau Kolom (14) atau Kolom (15) sesuai uraian Kolom (12). Misal dari contoh diatas Kolom ( 12) isiannya Pembuatan sumur bor,maka beri tanda cek( ) Kolom (14) karena isiannya termasuk kategori pekerjaan/konstruksi sipil. 6.2. Penggunaan dan Tata Cara Pengisian Lembar Pembantu Lembar pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi calon responden dari narasumber hasil snowballing. Penulisan lembar pembantu wajib dilakukan, selain sebagai legalitas pemberi informasi juga diperlukan untuk mempermudah pengisian Daftar SKP14-P hasil snowballing. Tata cara pengisian Lembar Pembantu yaitu: Kolom (1): Isikan nama Narasumber (Ketua SLS, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Responden dll). Kolom (2): IsikanNama calon responden hasil rekomendasi dari Narasumber. Kolom (3): Isikan Alamat Lengkap (Nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW). Penyalinan isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP14-PBlok V Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan51

Salin isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP14-P Blok V, yaitu Lembar Pembantu Kolom ( 2) ke Daftar SKP14-P Blok V Kolom ( 4) dan Lembar Pembantu Kolom (3) ke Daftar SKP14-P Blok V Kolom (5) di baris kosong setelah baris yang terisi. Sedangkan untuk penulisan nomor urut Kolom (2) Daftar SKP14-P Blok V menggunakan angka biasa dengan meneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi. 6.3. Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-DS Daftar sampel survei usaha konstruksi perorangan (SKP14-DS) adalah daftar yang memuat sejumlah sampel usaha konstruksi perorangan terpilihdalam 1 (satu) desa/kelurahan. Daftar SKP14-DS digunakan oleh PCL sebagai pedoman untuk mendata dengan Daftar SKP14-S. 1). Struktur Daftar SKP14-DS BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi (Pro vinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan). BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN, berisi hasil rekapitulasi jumlah pendataan. BLOK III. KETERANGAN PETUGAS, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan dan tanda tangan. BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam pelaksanaan lapangan. BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN TERPILIH, terdiri atas 9 kolom, dengan uraian pada masing-masing kolom adalah sebagai berikut: Kolom (1): Nomor Blok Sensus 52Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Berisi nomor blok sensus Kolom (2): Nomor Urut Sampel (NUS) Berisi nomor 1 sampai dengan terakhir Kolom (3): Nomor Urut Usaha (NUU) Berisi nomor urut usaha yang terpilih sampel Kolom (4): KIP berisi 9-digit kode identitas perusahaan Kolom (5): Nama Usaha/Pengusaha/Pemilik Berisi nama usaha atau pengusaha atau pemilik usaha Kolom (6): Alamat Lengkap Berisi alamat lengkap usaha konstruksi perorangan Kolom (7): Bidang Pekerjaan Utama Berisi kode bidang pekerjaan utama, kode 1 atau 2 atau 3 Kolom (8): Keterangan berhasil dicacah Berisi kode 1 berhasil dicacah, kode 0 tidak Kolom (9): Keterangan alasan tidak dapat dicacah Berisi kode 1 atau 2 atau 3 atau 4 Tabel 2. Ringkasan tugas pengisian daftar SKP14-DS Uraian Pencacah Diisi oleh Pengawas Blok I - Blok II Rincian 2 s.d 4 Rincian 1 Blok III Blok IV Blok V Kolom (8) s.d (9) Kolom (1) s.d (7) Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan53

2). Pengisian Daftar SKP14-DS BLOK I.KETERANGAN TEMPAT Blok ini berisi keterangan lokasi dari desa/kelurahan terpilih, yaitu nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan. Isian blok ini disalin dari SKP14-P Blok I Rincian 1 s.d. 5. BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN Blok II Rincian 2 dan 3 diisi oleh pencacah setelah selesai melakukan pencacahan pada 1 (satu) desa/kelurahan. Blok II terdiri dari 4 (empat) rincian, yaitu: Rincian 1 : Jumlah target pencacahan Adalah jumlah sampel usaha konstruksi perorangan (diambil dari SKP14-P Blok II Rincian 2 Kol.(5)) Rincian 2 : Jumlah realisasi pencacahan Adalah jumlah usaha konstruksi perorangan yang berhasil dicacah dengan Daftar SKP14-S. Keterangan ini diambil dari Blok V Kol.(8) Rincian Jumlah. Rincian 3.a : Bukan usaha konstruksi Isikan jumlah bukan usaha konstruksibila ternyata responden yang dicacah adalah bukan usaha konstruksi perorangan.keterangan ini merupakan banyaknya kode 1 pada Blok V Kolom (9). Rincian 3.b : Pindah keluar desa Isikan jumlah usaha konstruksi peroranganyang tidak dapat dicacah karena alasan pindah keluar desa/kelurahan. Keterangan ini merupakan banyaknya kode 2 pada Blok V Kolom (9). 54Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Rincian 3.c : Tidak ditemukan Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan tidak ditemukan. Keterangan ini merupakan banyaknya kode 3 pada Blok V Kolom (9). Rincian 3.d : Lainnya Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan lainnya. Keterangan ini merupakan banyaknya kode 4 pada Blok V Kolom (9). Rincian 4 : Jumlah sampel pengganti Adalah jumlah usaha konstruksi perorangan yang menggantikan sampel utama yang tidak berhasil dicacah.keterangan ini diambil dari Blok V jumlah Kol.(8) berkode 1 yang di bawah garis. Rincian 4 ini harus sama dengan Rincian 3. BLOK III.KETERANGAN PETUGAS Blok III berisi keterangan nama, tanggal pencacahan/pemeriksaan dan tanda tangan dari petugas pencacah serta pengawas. Rincian 1 s.d. 4 : Tuliskan nama, tanggal pelaksanaan dan tanda tangan pencacah serta pengawas. BLOK IV. CATATAN SKP14-DS. Isikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan Daftar BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN TERPILIH Terdiri dari 9 (sembilan) kolom yang berisi keterangan nomor blok Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan55

sensus, nomor urut sampel (NUS), nomor urut usaha (NUU), nama usaha/pengusaha/pemilik, alamat lengkap, serta kode bidang pekerjaan utama. Kolom (1) s.d.kolom ( 7) telah diisi oleh pengawas/pemeriksa yang bersumber dari Daftar SKP14-P. Sedangkan Kolom (8) s.d (9) diisi oleh petugas pencacah. Kolom (1) : Nomor Blok Sensus Isikan nomor blok sensus sesuai kondisi lapangan Kolom (2) : Nomor Urut Sampel(NUS) Isikan nomor urut dimulai dari 1 sampai dengan terakhir Kolom (3) : Nomor Urut Usaha (NUU) Salin nomor urut usaha dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(11) yang dilingkari. Kolom (4) : KIP Salin KIP yang bersesuaian dengan nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(3). Untuk usaha konstruksi perorangan hasil snowballing, rincian KIP tidak terisi. Kolom (5) : Nama usaha/pengusaha/pemilik Salin nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP14- PBlok V Kol.(4) yang Kolom (1), Kolom (2) dankolom (11) dilingkari. Kolom (6) : Alamat lengkap Salin alamat lengkap dari Daftar SKP14-PBlok V Kol.(5) yang Kolom (1), Kolom (2) dan Kolom (11) dilingkari. Kolom (7) : Kode Bidang Pekerjaan Utama (BPU) Salin kode bidang pekerjaan utama dari Daftar SKP14- PBlok VKolom (13) atau Kolom (14) atau Kolom (15) yang nomor tanda cek( )nya dilingkari. Kode bidang pekerjaan utama (BPU) meliputi: Kode 1 : Konstruksi Gedung Kode 2 : Konstruksi Sipil Kode 3 : Konstruksi Khusus 56Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Kolom (8) : Berhasil dicacah? Ya = 1, Tidak = 0 Isikan kode 1 jika usaha konstruksi peroranganberhasil dicacah, dan isikan kode 0 jika tidak. Pencacah wajib melaporkan jumlah kolom ( 8) yang berkode = 0 pada pengawas. Kolom (9) : Jika Kolom ( 8) berkode 0, alasan tidak dapat dicacah (kode) Isikan kode alasan tidak dapat dicacah, yaitu: Kode 1 : Kode 2 : Bukan usaha konstruksi Pindahkeluar desa/kelurahan Kode 3 : Tidak ditemukan Kode 4 : Lainnya Penjelasan: 1. Bukan usaha konstruksi (kode 1 ) Bukan usaha konstruksi, jika responden yang terpilih sebagai sampel ini ternyata bukan usaha konstruksi perorangan. 2. Pindah keluar desa (kode 2 ) Pindah keluar desa, jika keberadaan usaha konstruksi perorangan sudah tidak lagi di desa/kelurahan tersebut. 3. Tidak ditemukan (kode 3 ) Jika usaha konstruksi perorangan tersebut tidak ditemukan di lapangan. 4. Lainnya (kode 4 ) Jika sampai dengan batas waktu pencacahan yangtelahditentukanternyatacontact person/pemilik/pengusaha/penanggung jawab tidak dapat diwawancarai. Jika ada sampel pengganti, maka penulisannya di Blok V adalah sebagai berikut : 1. Tarik garis horizontal setelah baris terakhir sampel utama Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan57

2. Sampel pengganti ditulis di baris baru berikutnya setelah garis horizontal.tata Cara PenDaftar SKP14-S 6.4. Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-S Daftar Isian Sampel Survei Usaha Perorangan 2014 (SKP14-S) adalah daftar yang memuat keterangan karakteristik usaha konstruksi perorangan terpilih. 1). Struktur Daftar SKP14-S KIP, berisi rincian KIP (Kode Identitas Perusahaan) disalin dari daftar SKP14-DS Blok V Kol.(4) BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, Rincian 1 s.d.7berisi kode dan nama wilayah administrasi (Pro vinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan)disalin dari daftar SKP14-DS Blok I sedangkan Rincian 5Rincian 6, dan Rincian 7 dari daftar SKP14-DS Blok V Kolom (1), Kolom (3), dan Kolom (2). BLOK II. KETERANGAN USAHA, berisi nama usaha, alamat usaha, bidang pekerjaan usaha konstruksi, kegiatan utama yang dilakukan usaha selama setahun yang lalu, dan persentase biaya penggunaan bahan/material dan upah pekerja harian. BLOKIII.KETERANGAN UMUM,BIMBINGAN DAN SUMBER MODAL, berisi identitas pengusaha, bimbingan/pelatihan/penyuluhan, dan sumber modal usaha. BLOK IV. PEKERJA, HARI KERJA, BALAS JASA DAN UPAH, berisi keterangan pekerja, hari kerja, balas jasa dan upah. BLOK V. BIAYA KEGIATAN USAHA SELAMA SETAHUN YANG LALU, berisi seluruh biaya kegiatan usaha selama setahun yang lalu. 58Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

BLOK VI. PENDAPATAN SELAMA SETAHUN YANG LALU, berisi pendapatan usaha konstruksi, pendapatan dari kegiatan lainnya, dan nilai pekerjaan yang disubkontrakkan selama setahun yang lalu. BLOK VII. RINGKASAN, berisi rekapitulasi pendapatan dan pengeluaran yang diisi oleh pengawas. BLOK VIII. PERMODALAN, berisi modal usaha konstruksi pada 30 April 2014. BLOK IX. KENDALA DAN PROSPEK USAHA, berisi permasalahan, kondisi, dan prospek usaha konstruksi. BLOK X. KETERANGAN RESPONDEN DAN PETUGAS, berisi identitas pemberi jawaban, petugas, pengawas/pemeriksa dengan keterangan no. telp/hp, tanggal pelaksanaan dan tanda tangan. BLOK XI. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam pelaksanaan lapangan. 2). Pengisian Daftar SKP14-S BLOK I : KETERANGAN TEMPAT Blok ini digunakan untuk mencatat identitas usaha konstruksi, diisi sebelum melakukan wawancara terhadap responden disalin dari Daftar SKP14- DS. Rincian KIP : Pengisian kode identitas perusahaan (KIP) disalin dari Daftar SKP14-DS Kol.(4) oleh pengawas dari BPS Kab/Kota. Untuk usaha konstruksi perorangan hasil snowballing Rincian KIP tidak terisi. Rincian 1s.d 4 : Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP14-DS rincian yang sama. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan59

Rincian 2 & 4 : Pada rincian 2 dan 4 coret salah satu keterangan wilayah sesuai dengan tempat tugasnya, seperti Kabupaten/Kotaatau Desa/Kelurahan. Rincian 5 : Nomor Blok Sensus Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP14-DS Blok V Kolom (1). Rincian 6 : Nomor Urut Usaha Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP14-DS Blok V Kolom (3). Rincian 7 : Nomor Urut Sampel Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP14-DS Blok V Kolom (2). BLOK II : KETERANGAN USAHA Tujuan blok ini adalah untuk mendapatkan keterangan usaha seperti: nama usaha, alamat usaha, bidang pekerjaan usaha konstruksi, dan kegiatan utama yang dilakukan usaha selama setahun yang lalu besertapersentase nilai penggunaan bahan/material dan persentase upah pekerja harian terhadap nilai kegiatan utama tersebut. Rincian 1 : Nama Usaha Tuliskan nama usaha konstruksi tersebut dengan lengkap. Jika tidak ada nama usahanya, isikan jenis kegiatan utama dan nama pengusahanya. Cek nama usaha dengan daftar SKP14- DS Blok V Kolom (5). Jika nama usaha yang tercantum dalam daftar tidak sesuai dengan nama yang ada di lapangan maka nama tersebut harus disesuaikan. Rincian 2 : Alamat Usaha Alamat usaha adalah alamat dimana usaha tersebut berada. Tuliskan alamat usaha konstruksi dengan lengkap, seperti 60Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

nama jalan, gang, lorong, nomor bangunan, kavling, nama gedung, lantai, nomor ruangan ( room). Apabila alamat yang tercantum di daftar SKP14-DS tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, termasuk disini perubahan nama jalan maka sesuaikan, misalnya Jl. R. Hartonomenjadi Jl. Jenderal Suprapto (keberadaan perusahaan tetap). Rincian 3 : Bidang pekerjaan usaha konstruksi Pilihlah salah satu bidang pekerjaan usaha konstruksi. 1. Konstruksi gedung mencakup kegiatan pembangunan gedung baru, perbaikan gedung, penambahan dan renovasi gedung, pendirian bangunan atau struktur prafabrikasi pada lokasi dan konstruksi yang bersifat sementara. Seperti: bangunan tempat tinggal, pabrik industri, bangunan kantor, sekolah, rumah sakit, hotel, mall, tempat ibadah, restoran, fasilitas olahraga di dalam ruangan, garasi parkir, dan lain-lain. 2. Konstruksi sipil mencakup kegiatan konstruksi fasilitas industri, proyek infrastruktur dan sarana umum, sistem pembuangan dan irigasi, saluran pipa dan jaringan listrik, fasilitas olahraga ditempat terbuka, dan lain-lain. Seperti: jalan raya, jalan kendaraan bermotor, jembatan terowongan, rel kereta api, lapangan udara, pelabuhan dan bangunan air lainnya, sistem irigasi, sistem limbah, dan lain-lain. 3. Konstruksi khusus mencakup kegiatan konstruksi yang berhubungan dengan keahlian khusus, biasanya khusus pada satu aspek umum untuk struktur yang berbeda, yang membutuhkan peralatan atau ketrampilan khusus dan Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan61

lebih banyak dilakukan berdasarkan subkontrak. Konstruksi khusus juga mencakup kegiatan pembongkaran dan penyiapan lahan, penyelesaian gedung, instalasi berbagai macam keperluan yang membuat bangunan berfungsi seperti pipa-pipa ledeng, pemanas, pendingin ruangan (AC), s istem alarm dan pekerjaan listrik lain, sistem penyiraman, lift dan tangga berjalan, penerangan jalan raya, penyewaan alat berat konstruksi beserta operator, dan lain-lain. Rincian 4 : Kegiatan utama yang dilakukan usaha selama setahun yang lalu Jenis kegiatan konstruksi ini harus ditulis secara lengkap dan jelas. Jika usaha ini memiliki pekerjaan/proyek lebih dari satu, maka yang diisikan adalah pekerjaan/proyek yang utama, berdasarkan; 1. Kegiatan yang memiliki nilai konstruksi/omset/pendapatan terbesar 2. Jika butir 1 sama besar, maka penentuannya berdasarkan volume pekerjaan terbesar 3. Jika butir 1 dan 2 sama, maka penentuannya berdasarkan waktu terlama 4. Jika butir 1, 2, dan 3 sama, maka penentuannya oleh responden Contoh : Ngadino seorang pemborong konstruksi selama setahun yang lalu mengerjakan 3 proyek sebagai berikut : 1. Pembangunanan rumah tinggal dengan luas 200 m 2 selesai dalam 5 bulan dengan nilai konstruksi Rp. 300 juta 2. Pembangunan gedung sekolah dengan luas 200 m 2 selesai dalam 6 bulan dengan nilai konstruksi Rp. 300 juta 3. Pembangunanan rumah tinggal yang belum diselesaikan dengan nilai konstruksi Rp. 50 juta 62Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Maka pengisian pekerjaan utama usaha Ngadino ini adalah pembangunan gedung sekolah. Rincian 4.a : Persentase penggunaan bahan/material terhadap nilai pekerjaan kegiatan utama, adalahpersentase penggunaan bahan/material terhadap nilai pekerjaan konstruksi pada kegiatan utama usaha konstruksi. Rincian 4.b : Persentase upah pekerja harian terhadap nilai pekerjaan kegiatan utama, adalah persentase upah pekerja harian terhadap nilai pekerjaan konstruksi pada kegiatan utama usaha konstruksi. BLOK III : KETERANGAN UMUM, BIMBINGAN DAN SUMBER MODAL Tujuan blok ini adalah untuk mendapatkan keterangan secara umum mengenai pengusaha, bimbingan/pelatihan/penyuluhan yang diperoleh baik oleh pengusaha maupun pekerja, dan sumber modal usaha yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan/proyek. Rincian 1 : Nama pengusaha Tuliskan nama pemilik atau yang bertanggung jawab pada usaha konstruksi ini. Misalnya: H. Rudi Hartono, Inggar Prasetya, S.T Rincian 2 : Jenis Kelamin Cukup Jelas Rincian 3 : U m u r Umur dituliskan dalam tahun dengan pembulatan ke bawah, berdasarkan ulang tahun yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada kalender masehi. Untuk yang berumur 99 tahun ke atas maka isikan 98. Misalnya: Bapak Inggar seorang pengusaha konstruksi perseorangan lahir di Jakarta, Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan63

17 Agustus 1960. Pencacahan SKP14 pada bulan Mei 2014. Karena pada saat pencacahan Bapak Inggar belum berulang tahun, maka umur Bapak Inggar adalah 53 Tahun. Rincian 4 : Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Lingkari salah satu kode pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan, kemudian tuliskan kode tersebut pada kotak yang tersedia. Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan adalah: Jenjang pendidikan tertinggi terakhir yang diselesaikan (ditamatkan). 1. Seseorang yang bersekolah pada jenjang tertentu dan tidak mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi akan tetapi lulus ujian akhir, orang itu dianggap tamat pada jenjang tersebut. 2. Seseorang yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu dan tidak tamat, maka jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah jenjang pendidikan sebelumnya. Contoh :Pengusaha pernah kuliah D3 Manajemen Pemasaran tetapi hanya 2 tahun dan tidak dapat menyelesaikan pendidikannya, maka pendidikan tertinggi pengusaha tersebut adalah SMA & Sederajat. Jenjang pendidikan: Tidak tamat SD: Mereka yang tidak sekolah/belum pernah sekolah atau mereka yang pernah sekolah/tidak tamat di sekolah dasar 5/6/7 tahun, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong (Pendidikan anak oleh Masyarakat Orang Tua dan Guru), Sekolah Dasar 64Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Kecil, Paket A1 - A100. Mereka yang tamat Sekolah Dasar 3 tahun atau sederajat dianggap belum tamat. SD & sederajat: Mereka yang tamat sekolah dasar 5/6/7 tahun, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong (Pendidikan anak oleh Masyarakat Orang Tua dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, Paket A1 - A100. SMP & sederajat: Mereka yang tamat SMP, MULO, HBS 3 tahun, SLB Menengah Tingkat Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Kepandaian Putri, SMEP, ST, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama, Sekolah Ketrampilan Kejuruan 4 tahun, Sekolah Usaha Tani, Sekolah Pertanian Menengah Pertama, Sekolah Guru Bantu, Pendidikan Guru Agama 4 tahun, Kursus Pegawai Administrasi, Kursus Karyawan Perusahaan, dan Pendidikan Pegawai Urusan Peradilan Agama. SMA & sederajat: Mereka yang tamat dari Sekolah Menengah Atas, HBS 5 tahun, AMS, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial, Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Sekolah Menengah Musik, Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi Atas, Sekolah Teknologi Menengah, Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi Pertambangan, dan Sekolah Menengah Teknologi Grafika. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan65

Perguruan Tinggi :Mereka yang tamat DI/DIIatau Sarjana Muda/DIII atausarjana/s1/div atau Pasca Sarjana/S2/S3 DI/DII: Mereka yang tamat Sekolah Guru Olah Raga, Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama, Pendidikan Guru Agama 6 tahun, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Kursus Pendidikan Guru, Sekolah Analisis Menengah Kimia Atas, Sekolah Asisten Apoteker, Sekolah Bidan, Sekolah Pengatur Rontgen, dan Kursus Pegawai Administrasi Atas, Diploma I atau Diploma II pada suatu pendidikan yang khusus diberikan untuk program diploma. Program Akta I dan Akta II termasuk dalam jenjang pendidikan program Diploma I atau Diploma II. Sarjana Muda/DIII: Mereka yang tamat Akademi/Diploma III/Akta III atau yang telah mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu fakultas. Jenjang sekolah ini pada umumnya dilakukan oleh suatu Akademi/Universitas/Institut/Sekolah Tinggi. Sarjana/S1/DIV: Mereka yang tamat program pendidikan Sarjana (Strata-1) atau yang telah mendapatkan gelar sarjana (menyelesaikan sejumlah SKS tertentu) pada suatu fakultas. Jenjang sekolah ini pada umumnya dilakukan oleh suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi. S2/S3 : Mereka yang tamat program pendidikan program pasca sarjana, Magister (Strata-2), atau Doktor (Strata-3) yang telah mendapatkan gelar master/doktor pada suatu program studi di sebuah fakultas. Jenjang sekolah ini pada umumnya dilakukan oleh Universitas/Institut/Sekolah Tinggi. 66Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

Rincian 5. : a.apakah pekerja pada usaha ini pernah mengikuti bimbingan/pelatihan/penyuluhan dibidang konstruksi? Lingkari salah satu kode 1 jika ya dan kode 2 jika tidak, kemudian tuliskan kode tersebut pada kotak yang tersedia. Bimbingan/pelatihan/penyuluhan adalah kegiatan bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi yang pernah diikuti oleh pengusaha atau pekerja. Misalnya: Bimbingan/pelatihan/penyuluhan Manajerial yaitu jenis bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi untuk meningkatkan ketrampilan dan pengelolaan usaha konstruksi. Bimbingan/pelatihan/penyuluhan Ketrampilan/Teknik yaitu jenis bimbingan/pelatihan/penyuluhan untuk meningkatkan kemampuan/ketrampilan dalam bidang konstruksi. Bimbingan/pelatihan/penyuluhan Pemasaran yaitu jenis bimbingan/pelatihan/penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemasaran konstruksi, seperti: cara mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, cara melakukan promosi dan penawaran pekerjaan/proyek. Dan bimbingan/pelatihan/penyuluhan lainnya yang masih ada hubungannya dengan bidang konstruksi. b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi adalah : Lingkari kode penyelenggara mana saja yang pernah diikuti. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan67

Jika jawaban kode yang dilingkari lebih dari satu maka jumlahkan, kemudian tuliskan kode tersebut pada kotak yang tersedia. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan dapat juga diselenggarakan oleh usaha konstruksi tersebut. Instansi Pemerintah, misal Dinas PU, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Pendidikan, dan sebagainya. Perusahaan BUMN/Swasta, misalpt Hutama Karya, PT Waskita karya, Grup Bakri, Sampoerna Grup, dan sebagainya. Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM : misalnya Universitas Indonesia, Balai Latihan Kerja yang dikelola oleh yayasan. Lainnya ( tuliskan ), misal pengusaha bahan bangunan, pihak luar negeri, usaha konstruksi sendiri, dan sebagainya Rincian 6. Sumber modal usaha konstruksi berasal dari: Lingkari kode sumber modal usaha mana saja yang digunakan. Jika jawaban kode yang dilingkari lebih dari satu maka jumlahkan, kemudian tuliskan kode tersebut pada kotak yang tersedia. Sumber modal usaha: modal yang digunakan oleh usaha konstruksi seperti: untuk kantor, peralatan konstruksi, modal awal untuk mengerjakan pekerjaan/proyek, dan sebagainya. Milik sendiri: modal usaha yang dimiliki oleh usaha konstruksi, termasuk hibah/transfer. Pinjaman bank: pinjaman yang berasal dari Bank, baik 68Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

berasal dari Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Pinjaman koperasi: pinjaman yang berasal dari koperasi. Contoh: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa. Lainnya (tuliskan ): diisi nama pemberi sumber modal bila pilihan sumber modal tidak terdapat pada pilihan di atas. Modal usaha yang diperoleh dari menggadaikan mobil atau barang lain dikategorikan sebagai modal pinjaman. Jika modal usaha didapatkan dengan sistem kredit, maka pilihan milik sendiri jika sudah lunas. Jika belum lunas maka pilihan milik sendiri dan pinjaman. BLOK IV : PEKERJA, HARI KERJA, BALAS JASA DAN UPAH Blok ini digunakan untuk mencatat keterangan pekerja, hari kerja, balas jasa dan upah. Rincian 1 : Pekerja tetap, jumlah pekerja harian,dan hari kerja setiap bulan kegiatan Pekerja: semua orang yang terlibat secara langsung dalam pekerjaan/kegiatan di usaha ini pada bulan tertentu. Pekerja tetap: tenaga kerja yang secara administrasi tercatat sebagai pekerja tetap dan biasanya memperoleh gaji bulanan secara tetap dari usahasepanjang tahun. Pekerja harian: pekerja pada proyek konstruksi yang dikerjakan, dan hanya bekerja selama proyek tersebut masih berjalan. Pekerja ini biasanya dibayar atas dasar upah harian. Contoh: mandor (ke pala tukang), tukang batu, tukang kayu, kenek bangunan, dan sebagainya. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan69

Hari kerja : Hari usaha melakukan kegiatan dan ada seorang atau lebih yang bekerja secara terus menerus paling sedikit satu jam dalam sehari. Bulan kegiatan : Bulan usaha melakukan kegiatan minimal satu hari dalam sebulan. Rincian 1.a : Pekerja tetap Isikan banyaknya pekerja tetap per bulan kerja dari bulan Mei 2013 s.d.april 2014 menurut jenis kelamin. Perlu diperhatikan pekerja tetap ini yang jumlahnya cenderung tetap setiap bulannya, jadi jika ada perubahan jumlah pekerja tetap yang cukup besar pastikan kebenarannya dan beri catatan di Blok XI Catatan. Rincian1.b : Jumlah pekerja harian Isikan banyaknya pekerja harian dari bulan Mei 2013 s.d.april 2014 menurut jenis kelamin. Rincian1.c : Banyaknya hari kerja pekerja harian Isikan banyaknya hari kerja per bulan kerja dari bulan Mei 2013 s.d. bulan April 2014. Apabila usaha sedang tidak ada kegiatan (seperti: tidak ada proyek yang dikerjakan), maka pada bulan-bulan tersebut tidak ada kegiatan. Sehingga banyaknya hari kerja isiannya kosong. Contoh: pekerja tetap, pekerja harian, dan hari kerja Pak Amir seorang pemborong pekerjaan konstruksi yang dibantu oleh Ane adik iparnya. Selama bulan Mei s.d. Juni 2013 usahanya belum mendapat pekerjaan borongan. Pada bulan Juli 2013 Pak Amir mendapat proyek pembangunan 70Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan

rumah Pak Inggar yang diperkirakan selesai bulan Juli 2014. Untuk proyek ini Pak Amir mempekerjakan 10 orang per hari. Pekerja hanya libur pada hari Minggu dan hari-hari besar. Pada bulan Januari 2014 Pak Amir mendapat proyek lagi yaitu pemasangan keramik lantai di PT. Sukamaju yang diselesaikan selama satu bulan tanpa libur dengan pekerja 14 orang per hari. Bagaimana pengisian pekerja tetap, pekerja harian, dan hari kerja? Rincian 2 : Balas jasa dan upah selama setahun yang lalu Balas jasa pekerja dirinci antara pekerja tetap dan pekerja harian. Balas jasa pekerja terdiri dari gaji dan lainnya (upah lembur, hadiah, bonus, tunjangan dll). Upah/gaji: Balas jasa usaha untuk pekerja, sebelum dikurangi pajak baik dalam bentuk uang maupun barang. Perkiraan sewa rumah dinas, fasilitas kendaraan dan sejenisnya dimasukkan dalam upah/gaji walaupun tidak tertulis dalam neraca (catatan) usaha. Lainnya termasuk tunjangan, upah lembur, hadiah, bonus, dan Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan71