BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

: FERI ADHI ASMARA J2E

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

BAB II KAJIAN TEORITIS

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2015

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu :

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN

RESIKO PEMBANGKITAN ENERGI

Peran Dunia Pendidikan Dalam Memajukan Teknologi PLTN di Indonesia

PENETAPAN KINERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

BAB IV METODE PENELITIAN. 3. Alur Penelitian Penelitian ini mengikuti kerangka kerja sebagai berikut :

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KAJIAN RINGKAS REGULASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014. Hal. Kol.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA

Inilah 6 Fakta Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia, No 3 Potensi Babel, No 6 Paling Ditunggu

Inggris akan membangun delapan reaktor nuklir baru pada 2025 mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya akan potensi sumber daya alam yang melimpah, baik matahari,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan faktor penentu yang terpenting dalam kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan energi listrik juga digunakan untuk kebutuhan lainnya

Transkripsi:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai reaktor yang menakutkan dan merusak lingkungan justru bisa memberikan solusi bagi kriris energi. Hubungan antara PLTN dengan global warming atau pemanasan global sesutu yang tidak benar, bahkan apabila dikelola secara benar teknologi nuklir ini sangatlah ramah lingkungan. Dalam membangun sesuatu itu harus ada kontrol dan regulasi yang jelas tentunya dan tidak bisa asal bangun saja. Pemanfaatan teknologi nulir ini akan dapat menyediakan energi listrik yang sangat besar dimana kebutuhan akan energi listrik di masyarakat sudah semakin tinggi. PLTN harus mulai diproses sebelum kebutuhan energi Indonesia sudah tidak terpenuhi lagi, sehingga tidak tergesa-gesa dan hasilnya dapat lebih efektif. Untuk pembangunan PLTN sendiri membutuhkan waktu sekitar 4 (empat) tahun, asalkan tempat atau lahan sudah tersedia dan reaktor sudah ada. Dunia internasional sangat mendukung Indonesia untuk memanfaatkan teknologi nulir, harus tetap melalui prosedur terpenting dalam pembangunan PLTN ialah harus ada regulasi dan sumber daya manusia yang kompeten serta terpenting diharapkan secepatnya dapat direalisasikan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dari 5 (lima) responden ahli sumber daya energi, pengamaatan di lapangan dan beberapa referensi buku serta analisisnya aka diperoleh maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai reaktor yang menakutkan dan merusak lingkungan justru bisa memberikan solusi bagi kriris energi. Hubungan antara 108

109 PLTN dengan "global warming" atau pemanasan global sesutu yang tidak benar, bahkan apabila dikelola secara benar teknologi nuklir ini sangatlah ramah lingkungan. Dalam membangun sesuatu itu harus ada kontrol dan regulasi yang jelas tentunya dan tidak bisa asal bangun saja. Pemanfaatan teknologi nulir ini akan dapat menyediakan energi listrik yang sangat besar dimana kebutuhan aka energi listrik di masyarakat sudah semakin tinggi. PLTN harus mulai diproses sebelum kebutuhan energi Indonesia sudah tidak terpenuhi lagi, sehingga tidak tergesa-gesa dan hasilnya dapat lebih efektif. Untuk pembangunan PLTN sendir itu membutuhkan waktu sekitar empat tahun, asalkan tempat atau lahan sudah tersedia dan reaktor sudah ada. Dunia internasional sangat mendukung Indonesia untuk memanfaatkan teknologi nulir, harus tetap melalui prosedur terpenting dalam pembangunan PLTN ialah harus ada regulasi dan sumber daya manusia yang kompeten serta terpenting diharapkan secepatnya dapat direalisasikan. Kemudian ditinjau dari teori William N. Dun (2003) dapat dilihat dari berbagai criteria evaluasi berikut ini, yaitu : 1. Efektifitas Semua pihak yang kompeten di bidang sumber daya energi baik dari pemerintah, lembaga litbang maupun LSM. Untuk lebih efisien maka pemerintah menunjuk BATAN sebagai pelaksanan. PLTN padat teknologi tinggi, maka proyek ini pun bisa menjadi "investasi" SDM berkualitas tinggi. Di samping itu, kehadiran PLTN pun bisa dimanfaatkan untuk pusat-pusat penelitian yang lain seperti penelitian pangan, tumbuhan, bahan baku industri, konstruksi, dan lain-lain. Kehadiran PLTN bisa memicu multiplier effect yang besar sekali dalam pembangunan teknogi. PLTN akan memberikan multiflier effect yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik daerah maupun nasional, hal ini karena PLTN akan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, perbaikan infrastruktur ke lokasi PLTN sehinggga bisa menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar, serta output yng dihasilkan PLTN nanti akan meningkatkan perekonomian nasional.

110 2. Efisiensi Secara garis besar, teknologi dan SDM bangsa Indonesia sudah siap dengan adanya kerjasama di bidang teknologi nuklir dengan bangsa-bangsa lain. nah disinilah peran masyarakat untuk mendukung pembangunan PLTN di Indonesia ini agar hasil yg kita dapatkan dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia ini. Untuk meningkat pasokan daya listrik yang cenderung defisit, sedangkan sumber daya alam jika digali terus akan habis juga, sedangkan uranium cadangannya melimpah dan tak akan habis.. Maka dengan pembangunan PLTN, karena PLTN dapat menghasilkan energi listrik kapasitas tinggi pada lahan yang luasnya terbatas. 3. Kecukupan PLTN akan memberikan multiflier effect yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik daerah maupun nasional, hal ini karena PLTN akan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, perbaikan infrastruktur ke lokasi PLTN sehinggga bisa menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar, serta output yang dihasilkan PLTN nanti akan meningkatkan perekonomian nasional. PLTN bisa memicu multiplier effect yang besar sekali dalam pembangunan teknogi. Pada saat ini baru 60 % masyarakat yang sudah menikmati listrik. Dengan dibangunnya PLTN diharapkan pasokan listrik bagi lebih dari 40 persen masyarakat yang saat ini belum akan segera terpenuhi. 4. Kesamaan Pemerintah harus lebih pro aktif dalam mensosialisasikan harus dilakukan secara terus menerus secara berkelanjutan sampai rencana pembangunan PLTN itu bisa terwujud, sehingga diperoleh kesamaan pendapat antara elemen masyarakat yang setuju maupun tidak setuju. Sosialisasi bisa menggunakan berbagai cara seperti seminar, temu wicara, musyawarah desa, brosur atau selebaran, atau lewat media elektronik.

111 Kondisi sosial budaya penting untuk mengetahui persepsi, harapan, dan keinginan masyarakat atas segala bentuk rencana pembangunan yang ada. Sedangkan pembiayaan pembangunan PLTN penting dikaji, karena meski PLTN adalah salah satu opsi penyediaan listrik dengan biaya murah, lantas bagaimana dengan kebutuhan dana untuk investasi pembangunan maupun aktivitas operasionalnya.. 5. Responsibilitas Pemerintah harus aktif mengajak masyarakat luas turut berpartisipasi dalam memikirkan hal-hal yang penting khususnya rencana pembangunan PLTN ini. Walau ada sebagian masyarakat yang menentang pembangunan PLTN hal mana wajar dalam alam demokrasi. Pada dasarnya masyarakat setuju agar pembangunan segera ditindak-lanjuti, sehingga terwujud kebijakan go nuclear. Namun pelaksanaanya harus hati-hati dan didukung dengan mengintensifkan kegiatan sosialisasi pada masyarakat luas. Untuk meningkat pasokan daya listrik yang cenderung defisit, sedangkan sumber daya alam jika digali terus akan habis juga, sedangkan uranium cadangannya melimpah dan tak akan habis Sistem keselamatan PLTN adalah berlapis yaitu lapisan penghalang terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan. Sebagai gambaran disajikan sistem penghalang pada suatu reaktor daya. Sistem keselamatan yang ada dibuat berdasarkan dengan "inherent safety feature" maupun "engineered safety feature", yang akhirnya akan disimulasikan sebagai suatu sumber kecelakaan yang dapat terjadi, dan sistem keselamatan PLTN tersebut dapat menahannya. Pengolahan limbah radio aktif hasil PLTN dengan menggunakan teknologi tinggi dan dikemas dengan aman dan dapat dikirim kembali ke negara pemasok bahan bakar nuklir tersebut. 6. Ketepatan Pemilihan lokasi pembangunan PLTN di Semenanjung Muria Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah berdasarkan studi kelayakan ekonomis, teknis, geologi, sosial budaya dan lain-lain.

112 Pembangunan PLTN, karena PLTN pada tahun 2010 karena dapat menghasilkan energi listrik kapasitas tinggi pada lahan yang luasnya terbatas. pembangunan PLTN harus secepatnya diikuti dengan persiapan SDM dan teknologi yang handal. Sampai saat ini sudah lebih dari 31 negara sudah memilikinya. 7. Hambatan dan Solusi Hambatan: ada beberapa pihak bahkan sebagian ahli geologi tidak setuju dengan rencana pembangunan PLTN sebagian besar meragukan studi kelayakan: sosio-kultural, politik, ekonomi, dan lingkungan dengan sedikit porsi tinjauan teknis yang telah dilakukan oleh BATAN. Mereka menanyakan apakah studi kelayakan Semenanjung Muria sudah dilakukan dengan benar? Solusi: diperlukan sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat maupun LSM dan perlunya keterbukaan atas segala sesuatu yang timbul dengan dibangunknya PLTN baik itu masalah resiko, bahaya kebocoran, limbah radioaktif, dan sebagainya.. 6.2. Saran saran 1. Pemerintah pusat maupun daerah harus sering mengadakan sosialisasi terhadap pembangunan PLTN kepada perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat, sehingga rencana pembangunan PLTN tersebut dapat diterima oleh semua kalangan. 2. Meskipun teknologi dan SDM bangsa Indonesia sudah siap maka sebaiknya menjalin kerjasama dengan tenaga-tenaga ahli teknologi nuklir negara lain yang telah berpengalaman menggunakan energi nuklir. Namun harus dilihat seberapa keuntungan yg akan kita dapatkan baik itu materi maupun non materi, tapi kita berusaha jangan sampai SDA kita dikuasai lagi oleh pihak asing yngg jelas-jelas sangat merugikan bangsa Indonesia, kita tidak akan mengulang kembali kesalahan-kesalahan yang dulu. 3. Pemerintah sudah harus memikirkan dampak negatif dari didirikannya PLTN dan cara penyelesaiannya bila terjadi hal-hal yg tidak diinginkan baik secara materi maupun non materi.