STUDI KARAKTERISTIK DAN KESTABILAN EMULSI MINYAK MENTAH INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata kunci : karakterisasi, kestabilan emulsi, minyak mentah Indonesia ABSTRACT

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten di dalam minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Optimasi Injeksi Demulsifier Sebagai Respon Terhadap Proses Acidizing

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI SEPARASI PADA PEMISAHAN GLISEROL HASIL PROSES HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis)

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG

PENGARUH KOMBINASI SUHU, WAKTU, DAN CARA PEMANASAN TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN MIKROBIOLOGI MAYONNAISE

KATA PENGANTAR. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 1% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERBANDINGAN RATIO MINYAK JAGUNG DAN JERUK LEMON TERHADAP STABILITAS DAN RASA PADA SALAD DRESSING

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. .

UJI STABILITAS PROSES HOMOGENISASI SALAD DRESSING DARI MINYAK JAGUNG DAN AIR JERUK NIPIS

PENGARUH KONSENTRASI NaCl TERHADAP LAJU REAKSI PENGENDAPAN CaSO 4

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 2% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

Evaluasi Efisiensi Proses Crude Oil Dehydtation di CGS 5 Lapangan X Provinsi Riau

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

Studi Pengembangan Demulsifier Pada Skala Laboratorium Untuk Mengatasi Masalah Emulsi Minyak Di Lapangan "Z", Sumatera Selatan

EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KAYU MANIS BERBANTU ULTRASONIK DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT ALKOHOL

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

PENGARUH NaCl TERHADAP PRESIPITASI CaCO 3

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

THERMAL EFFECT OF COCONUT CREAMS ABILITY TO ADSORB CALCIUM(II)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH RASIO MOL REAKTAN DAN LAMA SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK METHYL ESTER SULFONIC (MES) DARI METIL ESTER MINYAK SAWIT

PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

SKRIPSI OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN

PENGARUH EMULSIFIER TERHADAP STABILITAS EMULSI SALAD DRESSING DARI MINYAK KEDELAI DAN AIR JERUK LEMON

PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI DETERJEN KOMERSIL SKRIPSI NORA PARDEDE

Laporan Praktikum KI3141 Kimia Fisik Percobaan G-3 Tegangan Permukaan Cairan Cara Cincin Du Nouy. : Gayatri Ayu Andari NIM :

Jason Mandela's Lab Report

KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

KINERJA DESTILASI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DESTILASI UAP-AIR

PENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea HOMOGENIZER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN

PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITRO EMULSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MENGGUNAKAN EMULGATOR TWEEN 80 DAN GOM ARAB SKRIPSI

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

OPTIMASI LAJU INJEKSI DEMULSIFIER

KARAKTERISASI SURFAKTAN POLIMER PADA SALINITAS PPM DAN SUHU 85 C

PENGUNAAN SURFAKTAN POLIVINIL ALKOHOL SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM PEMBUATAN ASPAL EMULSI SKRIPSI TRI SAHPUTRA RAMADANI

LAPORAN AKHIR PENGARUH WAKTU SULFONASI DALAM PEMBUATAN SURFAKTAN MES (METHYL ESTER SULFONATE) BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (CPO)

Biotechnology and Energy Conservation. Prof. Dr.oec.troph. Ir. Krishna Purnawan Candra, M.S. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu

OPTIMASI PENCAMPURAN CARBON ACTIVE

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

(Effect of Sand Filter With Reverse Osmosis Technology In Processing Aquadest Using Raw Water Against Physical Parameter)

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat

Aspal merupakan bahan perkerasan untuk jalan raya. Tentu "penghuni" jurusan Teknik Sipil mengenalnya. Mari kita bahas bersama mengenai aspal.

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DARI SANTAN SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN ENZIM PAPAIN DENGAN PENAMBAHAN RAGI TEMPE

Pemisahan Emulsi Minyak Dalam Air dengan Membran Berslot Mode Operasi Dead End

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan,

PENGARUH KONSENTRASI LILIN dan LAMA PEMBERIAN TEKANAN TERHADAP SIFAT FISIK EMULSI LILIN SARANG LEBAH

DEGRADASI GLISEROL MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. homogenizer. Homogenisasi adalah proses penyeragaman ukuran partikel

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta

Transkripsi:

1 STUDI KARAKTERISTIK DAN KESTABILAN EMULSI MINYAK MENTAH INDONESIA Nuki Lindya Susanti (L2C607040) dan Yusrina Arum Rahardian (L2C607061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudono, MS. Abstrak Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang karakterisasi dan kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia. Lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh parameter agitasi dan penambahan fine / solid particles terhadap kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia. Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan hidrokarbon sebagai komponen utamanya. Produksi minyak dari sumur selalu disertai dengan kandungan air yang menimbulkan emulsi air dalam minyak (W/O emulsion). Semakin tua sumur minyak, semakin besar kandungan airnya. Emulsi air dalam minyak menyebabkan berbagai masalah dalam proses. Minyak mentah yang berasal dari daerah berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan studi karakteristik dan kestabilan emulsi. Studi karakteristik meliputi sifat fisika dan kimia minyak mentah. Studi kestabilan emulsi memberikan gambaran tentang metode yang tepat dalam penanganan emulsi minyak mentah. Kestabilan emulsi ditinjau dari waktu, volume air, dan volume minyak terpisah. Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa perlakuan agitasi dan penambahan fine particles (CaCO 3 ) berpengaruh terhadap kestabilan emulsi minyak mentah. Semakin tinggi kecepatan agitasi maka semakin stabil emulsi suatu minyak mentah. Semakin banyak fine particles yang ditambahkan maka semakin stabil emulsi suatu minyak mentah. Kata kunci: karakteristik; kestabilan emulsi; minyak mentah Abstract The objective of this proposed research is to examine the characteristic and stability of Indonesia's crude oil emulsions. More specifically, this research aims to determine the effect of agitation and addition of fine / solid particles to the stability of Indonesia's crude oil emulsion. Crude oil is a complex mixture which hydrocarbons as a main component. Oil production from the well is always accompanied by water content leading to water in oil emulsion (W/O emulsion). The older the oil well, the greater the water content. Water in oil emulsion causes many problems during the process. Crude oil from different regions have different characteristics as well. Therefore it is necessary to study the characteristics and stability of emulsions. Characteristic study includes the physical and chemical properties of crude oil. Study of emulsion stability gives an idea about the proper method to handle crude oil emulsion. Emulsion stability in terms of time, the volume of separated water, and oil. From the research, it is known that agitation and addition of fine particles (CaCO 3 ) influenced the stability of crude oil. The higher the agitation velocity, the greater emulsion stability of crude oil. The more addition of fine particles, the greater emulsion stability of crude oil. Key Words: characteristics; emulsion stability; crude oil 1. Pendahuluan Energi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Energi yang paling banyak digunakan bersumber dari minyak bumi. Saat ini Indonesia menjadi negara pengekspor minyak mentah, namun sudah digolongkan menjadi negara net oil importer, artinya nilai impor minyak lebih besar dibanding nilai ekspornya. Hal tersebut disebabkan oleh semakin tuanya sumur-sumur minyak yang ada, juga belum diketemukannya sumber minyak yang baru. Semakin tua sumur minyak menunjukkan semakin besar kandungan airnya, di mana akan menyebabkan terbentuknya emulsi air dalam minyak (water in oil emulsion). Emulsi ini distabilkan oleh zat zat kimia alami yang terkandung dalam minyak mentah itu sendiri, seperti : asphaltene, resin, dan wax yang dikenal sebagai interfacial active

2 components atau surfaktan alam. Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks, mulai dari hidrokarbon sebagai komponen utama, minyak mentah juga mengandung komponen-komponen lain, yaitu sulfur, nitrogen, oksigen, logam, asphaltenes, resin, wax, basic sediment and water (BS & W), dan padatan (suspended solid). Karakteristik minyak mentah sangat mempengaruhi kestabilan emulsinya, sedangkan minyak mentah yang berasal dari daerah / region berbeda mempunyai sifat karakteristik yang berbeda pula. Untuk itu, perlu diketahui karakteristik minyak mentah Indonesia dan kestabilan emulsinya agar bisa didapatkan penanganan yang tepat untuk proses pengolahan selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah studi sifat fisik dan kimia minyak mentah Indonesia (minyak mentah Blora, Cepu, Jambi, dan Riau) dan mengetahui pengaruh parameter kecepatan agitasi dan konsentrasi fine particles bagi kestabilan minyak mentah tersebut. 2. Bahan dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan 4 sampel minyak mentah Indonesia yaitu Blora, Cepu, Jambi, dan Riau. Air yang digunakan adalah aquadest sedangkan pada variabel konsentrasi fine particles digunakan CaCO 3. Karakteristik Bahan Baku Kajian karakteristik minyak meliputi : 1. Karakteristik fisik (physical characterization) Kajian karakteristik fisik meliputi densitas, viskositas, dan tegangan muka. 2. Karakteristik kimia (chemical characterization) Kajian karakteristik kimia meliputi salinitas, kandungan asphaltene, resin, wax dan sulfur. Persiapan Bahan Baku Minyak mentah yang telah diberi label nama daerahnya masing-masing diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 10 ml kemudian tuangkan dalam beaker glass. 10 ml aquadest ditambahkan ke dalam beaker glass tersebut. Perbandingan minyak : air dibuat 1 : 1 dengan basis volume 20 ml. Setelah minyak dan air menjadi satu dalam beaker glass, bahan baku siap digunakan. Homogenisasi I Homogenisasi I ini dilakukan untuk menghomogenkan bahan baku (minyak dan air) dengan variasi kecepatan agitasi sesuai variabel yang telah ditentukan yaitu 8000 rpm, 9500 rpm, 11500 rpm. Bahan baku yang telah siap, diaduk menggunakan alat homogenizer dengan waktu pengadukan konstan yaitu 2 menit, suhu yang digunakan 30 C dan kecepatan pengadukan sesuai variabel pada tiap-tiap minyak mentah yang dipakai. Setelah dilakukan pengadukan selama 2 menit, akan terbentuk larutan emulsi antara minyak dan air, tuangkan ke dalam tabung reaksi berskala dan letakkan dalam rak. Homogenisasi II Homogenisasi II ini dilakukan untuk menghomogenkan bahan baku (minyak dan air) dengan variasi penambahan fine particles sesuai variabel kedua yang telah ditentukan yaitu penambahan fine particles sebesar 100 ppm, 300 ppm, 500 ppm ke dalam 20 ml minyak dan air. Fine particles yang digunakan yaitu partikel-partikel halus yang berasal dari CaCO 3. Bahan baku yang telah siap, diaduk menggunakan alat homogenizer dengan waktu pengadukan konstan yaitu 2 menit, suhu yang digunakan 30 C, kecepatan pengadukan yang konstan yaitu 8000 rpm dan pada tiap-tiap minyak mentah yang dipakai ditambahkan fine particles CaCO 3 sesuai variabel. Setelah dilakukan pengadukan selama 2 menit, akan terbentuk larutan emulsi antara minyak dan air, tuangkan ke dalam tabung reaksi berskala dan letakkan dalam rak. 1 3 Keterangan : 1. Homogenizer 2. Pengaduk 3. Pengatur kecepatan 4. Statif dan Klem 2 4 Gambar 1. Rangkaian alat homogenizer

3 Pengolahan Data Data percobaan diolah dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif yang meliputi kajian: hasil karakteristik sampel minyak mentah, volume minyak terpisah, volume air terpisah, waktu minyak dan air terpisah selama 72 jam, grafik hubungan waktu versus presentase minyak mentah, grafik hubungan waktu versus presentase air terpisah. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Studi karakteristik Tabel 1. Karakteristik fisik (physical characterization) sampel minyak mentah Blora Cepu Jambi Riau Spesific Gravity 60 o F 0,9297 0,8575 0,9329 0,8966 Viskositas kinematis 100 o F (Cst) 20,77 21,73 14,89 15,39 Tegangan muka (dyne/cm) 28,26 27,09 25,71 25,75 Tabel 2. Karakteristik kimia (chemical characterization) sampel minyak mentah Jenis Crude Oil Salinitas Kandungan Sulfur (wt%) Asphaltene (%) Resin (%) Wax (%) Rasio R/A Blora 0,0 0,1 2,381 7 2,162 2,94 Cepu 0,0 0,231 2,002 5,65 3,939 2,82 Jambi 0,0 0,09 0,548 4,7 0,996 8,58 Riau 0,0 0,08 0,404 7,04 1,271 17,43 3.2 Kajian pengaruh kecepatan agitasi Gambar 4.1 s/d 4.7 menunjukkan pengaruh kecepatan agitasi pada kestabilan emulsi air dalam minyak. Emulsi yang paling tidak stabil ditunjukkan oleh perlakuan kecepatan agitasi 8000 rpm sedangkan emulsi paling stabil ditunjukkan oleh perlakuan kecepatan agitasi 11500 rpm. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecepatan agitasi maka emulsi akan semakin stabil sehingga jumlah air terpisah semakin sedikit sedangkan jumlah minyak terpisah didapatkan hasil yang berbeda untuk masing-masing minyak mentah tersebut. Kecepatan agitasi sangat berpengaruh terhadap ukuran droplet yang terbentuk. Kecepatan agitasi yang semakin tinggi akan mengakibatkan pencampuran minyak dan minyak yang membentuk ukuran droplet yang semakin kecil pula. Setelah emulsi W/O ini terbentuk, droplet-droplet ini akan bergabung satu sama lain melalui proses flokulasi yang diikuti oleh koalesensi. Ukuran droplet yang kecil akan relatif lebih stabil daripada droplet yang berukuran lebih besar. Hal ini disebabkan karena droplet yang besar memiliki tegangan muka yang lebih kecil bila dibandingkan dengan droplet kecil (Mat H.B et al, 2006). Droplet ukuran besar ini akan menarik droplet-droplet yang lebih kecil sehingga membentuk droplet yang lebih besar lagi. Berdasarkan Gambar 4.8 dan 4.9, dapat diketahui bahwa minyak mentah yang mempunyai sifat asli emulsi paling stabil adalah minyak mentah Cepu dengan tidak adanya air yang terpisah bahkan dalam waktu yang lama. Sedangkan minyak yang mempunyai sifat asli emulsi paling tidak stabil adalah minyak mentah Riau kemudian diikuti oleh minyak mentah Jambi lalu minyak mentah Blora. 3.3 Kajian pengaruh konsentrasi fine particles Gambar 4.10 s/d 4.17 menunjukkan pengaruh konsentrasi fine particles CaCO 3 pada kestabilan emulsi air dalam minyak. Hasil percobaan menunjukkan emulsi yang paling tidak stabil ditunjukkan oleh perlakuan penambahan 100 ppm CaCO 3 sedangkan emulsi paling stabil ditunjukkan oleh perlakuan penambahan 500 ppm CaCO 3. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi fine particles maka emulsi akan semakin stabil sehingga jumlah air dan minyak yang terpisah akan semakin sedikit dan membutuhkan waktu yang semakin lama. Keberadaan fine particles di dalam minyak mentah terbukti dapat menaikkan kestabilan emulsi W/O. Hal ini disebabkan karena fine particles menambah interfacial area di antara fasa minyak dan fasa air. Pada interface ini, partikel inorganik (CaCO 3 ) bersama dengan molekul-molekul aktif, dalam hal ini adalah agregat asphaltene-resin, akan membentuk film antarmuka yang kuat yang akan menghalangi koalesensi dan menurunkan laju destabilisasi emulsi. Oleh karena itu, kajian penambahan fine particles ini tidak dapat lepas dari kandungan asphaltene dan resin (rasio R/A) di dalam masing-masing minyak mentah. Kenaikan konsentrasi fine particles akan menaikkan volume emulsi, menurunkan ukuran droplet emulsi, dan menaikkan area total permukaan droplet sehingga memungkinkan lebih banyak agregat asphaltene-resin menempel pada interface. Pada rasio R/A yang rendah (minyak mentah Blora dan Cepu), agregat asphaltene yang besar akan

4 teradsorbsi pada partikel sehingga partikel akan berada pada fasa minyak dan air yang menyebabkan emulsi menjadi lebih stabil. Pada rasio R/A yang lebih tinggi (minyak mentah Riau dan Jambi), yang artinya kandungan asphaltene semakin sedikit sehingga makin sedikit pula agregat asphaltene yang teradsorbsi pada partikel. Hal ini menyebabkan partikel berada pada fasa air dan emulsi menjadi tidak stabil. 4. Kesimpulan Dari hasil studi karakteristik dapat diketahui karakteristik 4 sampel minyak mentah Indonesia yaitu Blora, Cepu, Jambi, dan Riau. Hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa perlakuan agitasi dan penambahan fine particles (CaCO 3 ) berpengaruh terhadap kestabilan emulsi minyak mentah. Semakin tinggi kecepatan agitasi, semakin stabil emulsi suatu minyak mentah. Semakin besar konsentrasi fine particles, semakin stabil emulsi suatu minyak mentah. Ucapan Terima Kasih 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudono, MS selaku dosen pembimbing penelitian. 2. Bapak Ir. Abdullah, MS, PhD sebagai Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro. 3. Orangtua, keluarga penyusun dan teman-teman yang telah memberikan doa, support, dan materi Daftar Pustaka Sullivan, A.P., Kilpatrick, P.K. 2002. The effect of inorganic solid particles on water and crude oil emulsion stability. Ind. Eng. Chem. Res. 41, 3389-3404. Speight, J.G. (1994). Chemical and Physical Properties of Petroleum Asphaltenes. In. T.F. Yen and G.V. Chilingarian. Asphaltenes and Asphalt, 1. Elsevier Science, Amsterdam. Nuri, W. 2010. Pemisahan emulsi minyak mentah Indonesia menggunakan gelombang mikro. Magister Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. NRT Science & Technology Committee. 1997. Emulsion Breakers and Inhibitors For Treating Oil Spills. Fact Sheet. Speight, J. G. (1991). The Chemistry and Technology of Petroleum. Marcel Dekker Inc. New York.

5 1. Kajian pengaruh kecepatan agitasi Minyak mentah Riau Gambar 4.1 Gambar 4.2 Kestabilan emulsi minyak mentah Riau (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada berbagai kecepatan agitasi Minyak mentah Jambi Gambar 4.3 Gambar 4.4 Kestabilan emulsi minyak mentah Jambi (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada berbagai kecepatan agitasi Minyak mentah Blora Gambar 4.5 Kestabilan emulsi minyak mentah Riau (ditinjau % minyak terpisah) pada berbagai kecepatan agitasi

6 Minyak mentah Cepu Gambar 4.6 Gambar 4.7 Kestabilan emulsi minyak mentah Cepu (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada berbagai kecepatan agitasi Gambar 4.8 Gambar 4.9 Kestabilan emulsi minyak mentah (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada kecepatan agitasi 8000 Rpm pada berbagai jenis minyak mentah Indonesia 2. Kajian pengaruh konsentrasi fine particles Minyak mentah Riau Gambar 4.10 Gambar 4.11 Kestabilan emulsi minyak mentah Riau (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada berbagai konsentrasi fine particles

7 Minyak mentah Jambi Gambar 4.12 Gambar 4.13 Kestabilan emulsi minyak mentah Jambi (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada berbagai konsentrasi fine particles Minyak mentah Blora Gambar 4.14 Gambar 4.15 Hubungan antara respon waktu (jam) dengan % air terpisah dan % minyak terpisah pada minyak mentah Blora pada 3 penambahan fine particles yang berbeda Minyak mentah Cepu Gambar 4.14 Gambar 4.15 Kestabilan emulsi minyak mentah Cepu (ditinjau % air dan % minyak terpisah) pada berbagai konsentrasi fine particles