ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

ISSN DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

PROSESI PERCERAIAN MELALUI TRADISI MESAMSAM DI DESA ADAT MENYALI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG ARTIKEL. Oleh Ni Komang Mira Dewi NIM

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

ISSN ANAK TIDAK SAH DALAM PERKAWINAN YANG SAH (Studi Kasus Perkawinan Menurut Hukum Adat Bonyoh )

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

Transkripsi:

ARTIKEL Judul TRADISI MAKANDAL DALAM UPACARA PERNIKAHAN DI DESA PAKRAMAN SONGAN,KINTAMANI,BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim 1214021006 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016

TRADISI MAKANDAL DALAM UPACARA PERNIKAHAN DI DESA PAKRAMAN SONGAN,KINTAMANI,BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh: Ni Nengah Sariasih*, Prof Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA.**, Dr Tuty Maryati, M.Pd.*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: Sariasih92@yahoo.com. Nengah_bawa_atmadja@gmail.com. Tuty_maryati_ragil@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan latar belakang Tradisi Makandal tetap dipertahankan. (2) Mendeskripsikan tata cara pelaksanaan Tradisi Makandal. (3) Mendeskripsikan nilainilai dari Tradisi Makandal yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Songan, Kintamani, (2) pendekatan penelitian ini mengunakan metode deskriftp kualitatif, (3) teknik penentuan informan, (4) teknik pengumpulan data ini menggunakan tehnik wawancara,observasi dan studi dokumen, (5) teknik validitas atau teknik keabsahan data menggunakan tri angulasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pemertahanan Tradisi Makandal di latar belakangi karena adanya suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah mengakar di masyarakat, di samping adanya alasan membersihkan pengantin dari cuntaka,melegitimasi keanggotaan pada desa pakraman,mengumumkan peresmian pasangana pengantin, mempertunjukan status ekonomi social, memperkuat solidaritas keluarga laki-laki dan perempuan, memperkuat posisi kubayan, memperkuat posisi pemangku,memperkuat struktur desa adat dan desa dinas, memperkuat tradisi agama hindu. Tata cara pelaksanaan tradisi Makandal diantaranya: persiapan dan pelaksanaan upacara (tempat, waktu, perlengkapan, pemimpin dan peserta upacara). Nilai-nilai yang terdapat pada tradisi Makandal diantaranya: nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetis, nilai social dan nilai politik dan nilai teoritis. Kata Kunci: Tradisi, Makandal, nilai tradisi.

Abstract This research aims (1) to describe the background of Makandal Tradition that still retained. (2) to describing the procedures of Makandal tradition. (3) to describing the values of Makandal Tradition that used as a source of history teaching in high school. This study used a qualitative method by stages; (1) location determination techniques of research, (2) the research approach, (3) determination techniques informant, (4) techniques of data collection, (5) the validity of the technique or techniques data authenticity. The results of this researched showing that, the background retention of Makandal Tradition in backs because of the people s credibility and confidence that had been taken root in their community, besides the reason to the grounds bathe the brides from cuntaka, legitimizing the members in Pakraman, announced the inauguration of couple bride, point out their economic status, social, strengthening the solidarity between man and woman s family, strengthening the position of kubayan, strengthening the position of stakeholders, strengthening the structure of the traditional village and village offices, strengthening the Hindu s tradition. The procedure for Makandal s execution traditions include: the preparation and execution of the ceremony (place, time, equipment, leaders and participants of the ceremony).the contained of values in Makandal tradition: religion values, economic values, aesthetic values, social values and political values. Keywords: Tradition, Makandal, the values of tradition. Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing I

PENDAHULUAN Masyarakat/suku Bali merupakan salah satu dari beraneka ragam suku bangsa yang ada di kepulauan Nusantara, dimana suku ini terikat kepada sistem social budayanya. Suku Bali pada umumnya mayoritas beragama Hindu dan memiliki adat istiadat yang berbeda-beda pula (Widja, 1993:92) Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang yang masih tetap dipertahankan. Tradisi-tradisi dalam budaya Bali yang diwarisi dewasa ini, berpangkal pada budaya asli Indonesia khusunya Bali. (Dharmayuda Suasthawa : 2007,11). Salah satunya dalam upacara perkawinan. Berdasarkan undangundang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Berdasarkan pasal 1: (1). Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya. (2) tiap-tiap 1 perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam perkawinan adat Bali ada dua tujuan hidup yang harus bisa diselesaikan dengan tuntas yaitu mewujudkan artha dan kama yang berdasarkan dharma. Namun berbeda halnya dengan Tradisi Makandal di dalam upacara pernikahan yang berada di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Perkawinan dianggap sah secara adat (menjadi pengayah Desa dan masuk ke pura Desa ) apabila sudah melangsungkan tradisi tersebut. Keunikan lain dari Tradisi Mekandal adalah mempelai pria dan wanita diiringi oleh kedua keluarga belah pihak dengan berbagai jenis banten, dan mempelai pria dan wanita menggunakan pakaian adat Bali (busana agung). Selain itu keunikan lain dari tradisi ini adalah banten sampian mebaung harus dibawa oleh truna (dari keluarga mempelai). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tradisi Makandal ini adalah dengan memasukan tradisi Makandal

sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah khususnya sumber pembelajaran sejarah di SMA yaitu SMAN 1 Kintamani. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di SMA masih belum mengenalkan materi tentang tradisi- tradisi lokal dalam materi pembelajaran. Yang mana dalam buku sejarah SMA kelas X (Sejarah Kajian Kehidupan Masyarakat) dalam kajian materinya masih belum menyelipkan tentang tradisi lokal dalam isi materinya yang dapat memberikan kontribusi terhadap pembelajaran sejarah). Hal ini didukung pada silabus mata pelajaran sejarah di SMA kelas X yakni KD : Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa Praaksara dan aksara. Materi pokok yang dapat dikaitkan terhadap tradisi Makandal yaitu tradisi masyarakat masa pra sejarah (silabus mata pelajaran sejarah di SMA kelas X, kurikulum KTSP). Sejalan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis masalah tentang tradisi yang mengakar di masyarakat Desa Songam yang bernama tradisi 2 Makandal kedalam pembelajaran sejarah. Berdasar pada latar belakang permasalahan terdapat tiga permasalahan yang dikaji pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1) Mengapa Desa Pakraman Songan Melaksanakan Tradisi Makandal?. 2) Bagaimana tata cara ritual Tradisi Makandal di lidesa Songan,Kintamani,Bangli?. 3) Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Tradisi Makandal yang bisa dimanfaatkan pada sumber pembelajaran Sejarah di SMA?. Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah 1) pemertahanan tradisi yang terdiri dari pengertian tradisi, latar belakang munculnya tradisi. 2) sistem ritual yang terdiri dari sistem keyakinan, sistem ritual/upacara, peralatan ritual, tempat dan waktu upacara, dan peserta upacara.3) Sejarah lokal 4) sumber belajar sejarah, yaitu dengan menjadikan tradisi Makandal sebagai pengayaan materi dalam pembelajaran sejarah. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan latar belakang tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan. 2)

Mendeskripsikan tata cara Ritual Tradisi Maknadal di Desa Pakraman Songan. 3) Mendeskripsikan nilai-nilai dari Tradisi Makandal yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yaitu menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Agar lebih mudah dalam mengkaji permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan beberapa metode yang meliputi : Lokasi Penelitian,penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Songan, kintamani Pendekatan Penelitian ini mengunakan metode deskriftp kualitatif, teknik Penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara porposive sampling atau sampel bertujuan. Informan merupakan penduduk asli desa Songan yang mengetahui tentang tradisi Makandal yang dilaksanakan di desa Songan,Kintamani,Bangli. Prosedur pengambilan sampel secara purposive kemudian 3 dikembangkan melalui teknik snowball. Data dalam penyusunan proses penelitian ini diperoleh melalui data skunder dan data primer. Data skunder diperoleh dari buku-buku, arsip/dokumen, sumber-sumber. Data primer diperoleh melalui observasi wilayah dan diisi wawancara. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data dengan wawancara dan observasi yang dilaksanakan berkaitan dengan tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan diantaranya, yaitu: 1. Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Makandal 1) Adanya sistem keyakinan Pemertahanan tradisi Makandal dilakukan oleh masyarakat Desa Pakraman Songan karena diyakini bahwa tradisi bagi suatu daerah pada dasarnya harus tetap dijunjung tinggi pelaksanaannya. Pemertahan tradisi disuatu tempat akan memberikan warna bagi corak kehidupan masyarakat, yang tentunya akan membedakan dengan desa maupun daerah lain.

Dalam mempertahankan tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan kuat dipengaruhi oleh beberapa alasan atau faktor-faktor, yaitu adanya sistem keyakinan, membersihkan pengantin dari cuntaka,melegitimasi keanggotaan pada desa pakraman,mengumumkan peresmian pasangana pengantin, mempertunjukan status ekonomi social, memperkuat solidaritas keluarga laki-laki dan perempuan, memperkuat posisi kubayan, memperkuat posisi pemangku,memperkuat struktur desa adat dan desa dinas, memperkuat tradisi agama hindu. 2) Membersihkan Pengantin dari Keletehan/Cuntaka Tradisi Makandal merupakan suatu upacara yang dilaksanakan secara turuntemurun oleh krama Desa Pakraman Songan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Songan Tradisi Makandal berasal dari akar kata kandal (kumel) yang artinya kotor. Kemudian mendapat awalan me sehingga menjadi Makandal yang artinya ngaturang pekumel atau upacara penyucian diri. Tradisi Makandal ini mengandung suatu tujuan yaitu agar pasangan suami istri dapat disucikan secara lahir dan bathin sehingga bias melakukan persembahyangan ke pura Desa. 3) Melegitimasi Keanggotaan Pada Desa Pakraman Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral dan merupakan suatu pranata sosial yang keramat karena terbentuk Grhasta Asrama yaitu tempat untuk melaksanakan Dharma dan mengusahakan Artha serta kama. Sebagai akibat dari ketentuan pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 yang menegaskan bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing adat dan agamanya (Pudja,1975:18). Begitu pula dengan tradisi Makandal, pernikahan dianggap sah secara adat jika sudah melaksanakan tradisi ini. 4) Mengumumkan Peresmian Pasangan Pengantin 4

Pengumuman adalah pesan atau informasi yang disampaikan kepada umum. Dalam upacara Makandal pengumuman ini diperlihatkan ketika pelaksanaannya dilangsungkan. 5) Mempertunjukan Status Ekonomi Sosial Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat `yang ditentukan oleh jenis aktifitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Begitu pula dalam halnya tradisi Makandal diperlihatkan dalam prosesi pelaksanaanya terdapat berbagai perbedaan yang mencerminkan perbedaan status sosial diantara masyarakat. Contonhya seperti makanan, banten dan busana. 6) Memperkuat Solidaritas Keluarga Laki-Laki dan Perempuan Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Keluarga didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara lakilaki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama. Demikian halnya dengan upacara Makandal dengan adanya upacara ini akan mengakar didalam masyarakat itu sendiri dalam menjaga dan melestarikan upacara Makandal ini dan menjadi salah satu cara untuk menjaga solidaritas sosial dalam berkeluarga sehingga bisa bekerja sama untuk melaksanakan upacara Mekandal. 7) Memperkuat Posisi Kubayan Upacara Makandal di desa lain sering disebut Upacara Maperagat. Upakara ini dilangsungkan di Bale Agung yang dipuput oleh Prajuru Adat bersamasama dengan Prajuru Dinas yaitu Jro Kubayan yang didampingi oleh Jro Keraman dan Prajuru Adat lainnya termasuk Perbekel (Kepala Desa) dari desa dinas. Kubayan yang ada didesa Songan di desa lain disebut Bendesa adat. Kubayan yang ada di Desa songan 5

tugasnya adalah mengatur segala jenis kegiatan yang ada di desa adat, dan wajib diundang oleh orang-orang yang memiliki setiap upacara agama. 8) Memperkuat Posisi Pemangku Tingkat upacara Manusa Yajña, Pitra Yajña dan Bhuta Yajña selain para pemimpin adat di atas juga dipimpin oleh Jro-jro yang sesuai dengan fungsinya masingmasing. Dalam pelaksanaan tradisi Makandal upacara byasanya dipinpin dari awal sampai akhir dipinpin oleh Jro Mangku, dengan hal ini maka pemangku yang ada di Desa Songan tetap berfungsi dalam upacara keagamaan termasuk pernikahan. 9) Memperkuat Struktur Desa Pakraman dan Desa Dinas Desa Adat Songan berada di 2 (dua) wilayah Desa Dinas yaitu Perbekelan Songan A dan Perbekelan Songan B. Namun peran Perbekel di Desa Songan masih sangat erat hubungannya dengan Desa Adat Pakraman baik dalam fungsi sosialnya maupun 6 dalam fungsi religiusnya antara Prajuru adat dengan Prajuru Dinas masih duduk bersama dalam melakukan tugasnya baik yang ada hubungannya dengan Ketuhanan, kemasyarakatan maupun yang ada hubungannya dengan pelemahan Desa. Upacara Makandal ini upacara yang mesti harus dilakukan oleh masyarakat Songan yang telah melangsungkan perkawinan, dengan hal ini maka struktur desa Pakraman dngan Desa dinas dapat diperkuat. 10 ) Memperkuat Tradisi Agama Hindu Agama adalah kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang kekal abadi (Mudjahid, 1994: 1) Tradisi adalah kebiasan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini. Tradisi Agama Hindu banyak dijumpai di Indonesia khusunya di Bali. Salah satu tradisi agama Hindu yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah Makandal. Tradisi Makandal masih tetap eksis dan bahkan diikuti oleh kalangan generasi muda. Hal ini menunjukan betapa mereka

memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap tradisi lokal karena mau menghargai kebudayaan sendiri dengan ikut berpartisipasi. 2.Pelaksanaan Upacara 1 )Peserta Upacara Pada setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada tiga kelompok yang harus dilibatkan yang disebut dengan Tri manggalaning Yadnya yaitu 1) Sang Sadaka, yaitu pendeta yang akan memimpin secara ritual suatu upacara keagamaan, 2) Sang Widya, yaitu tukang banten yang akan membuat dan mengatur upakara atau sesaji. 3) Sang Yajamana, yaitu umat yang menyelenggarakan upacara keagamaan itu (Wiana, 1996 :13). 2). Tempat Upacara Dalam hal ini upacara Makandal adalah suatu upacara yang ada di Desa Pakraman Songan, upacara ini dilaksanakan di Pura Desa karena hal ini dipercaya oleh masyarakat Desa Pakraman Songan bahwa di pura Desa merupakan salah satu pura Kahyangan Tiga (dewa Brahma) sebagai pencipta, selain itu para leluhur desa Songan percaya bahwa di desa Songan bersemayam Bhatara Setimaan.. 3 )Waktu Upacara Upacara Makandal ini dilaksanakan berdasarkan hari baik / Dewasa Ayu yang dipilih krama desa yang akan melaksanakan upacara Mekandal tersebut, yang dilaksanakan dari pagi sampai sore hal ini disesuaikan dengan adat setempat atau desa kala patra. Pelaksanaan upacara Makandal masih tetap dilaksanakan karena masyarakat Desa Pakraman Songan percaya akan mitos yang ada. Menurut penuturan masyarakat jika upacara ini tidak dilaksanakan akan membawa masalah bagi keluarga yang belum melaksanakan tradisi Makandal tersebut. 4). Alat- Alat Upacara/Ritual Pelaksanakan suatu ritual, juga memerlukan alat dan sarana yang sesuai dengan jenis upacara keagamaan yang dilakukan. Adapun peralatan/banten yang 7

digunakan dalam tradisi Makandal adalah Banten pangresikan yang terdiri dari prayascita, dur manggala,lis, panglukatan, toya anyar, Banten pinunasan, Kuskus pangantin 2 (dua pasang) warna hitam (purusa) dan putih (pradana) dan 90 kuskus biasa, Pejati penigasanaan Salaran, pajegan dan banten pejati piuning di jaba sisi. 5). Prosesi upacara 1. Membawa Banten Dengan Iring- Iringan Ke Pura Desa Semua anggota keluarga dari mempelai laki-laki dan perempuan membantu membawa banten ke pura desa. Dan banten khusus yang harus dibawa oleh teruna adalah kuskus pengantin, hal ini bertujuan supaya sang bujang cepat menyusul ke pelaminan. Pengantin berada dibelakang iring-iringan banten dengan busana agung Bali yang terlihat sangat bagus. Banten ini biasanya dibawa dengan berjalan kak ke pura desa, masyarakatpun antusias menonton tradisi ini, dengan hal ini secara tidak sengaja masyarakat menjadi tau bahwa ada 8 pasangan oengantin yang sedang melaksanakan ritual makandal. 2. Upacara Pejati Piuning di jaba Sisi Upacara pejati piuning dilakasanakan di Jaba Sisi dengan dipimpin oleh seorang pemangku yang nantinya akan memuput upacara MakandalTujuan dari upacara Pejati piuning adalah sebagai alat pemberitahuan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Adapun urutan pengahuturan pejati piuning ini adalah sebagai berikut: Pemangku menghaturkan sarana upakara pejati piuning, Nunas tirta wangsuhpada ida bhatara, Memakan buah sirih dan pinang yang dibelah menjadi duadan diberikan kepada mempelai laki-laki dan perempuan, Persembahyangan kramaning sembah. Secara keseluruhan banten ini memiliki fungsi sebagai pemberitahuan. Gambar 01 : Upacara Pejati Piunung

Sebelum masuk kejeroan pengantin laki-laki dan perempuan menginjakan kakinya masingmasing sebanyak tiga kali, karena angka tiga diaanggap sacral. Pengantin masuk melalui pintu kiri di pura desa (ngeranjing ) dan keluar di pintu kanan (medal ). Tujuanya adalah diharapkan kedua mempelai betul-betul memang sudah siap untuk menanggung segala kewajiban yang akan dibebankan sebagai anggota masyarakat desa yang baru. 3. Upacara Ngaturang Bakti Pekumel di Jeroan Upacara selanjutnya yaitu ngaturang bakti pekumel di jeroan. Setelah pengantin berada di jeroan dan disaksikan oleh kepala desa, kubayan, pemangku serta keluarga dari kedua mempelai, maka upacara akan dilaksanakan. Adapun proses jalannya upacara bakti pekumel adalah sebagai berikut : pemangku membuat tirta pangresikan setelah itu kedua mempelai diberikan tirta pangresikanpemangku menghaturkankan sarana upakara bakti pekumel dengan puja pangastawanya, Melaksanakan tradisi mekumel, Pemangku melaksanakan puja panyineban Gambar 02: Upacara bakti pekumel di jeroan 4. Pemutus/Penutup Upacara puncak atau pemuputnya yaitu mepelai wanita dan laki-laki melakukan persembahyang berdua tanpa pemangku, hal ini dimaksudkan pengantin yang sudah melaksanakn upacara makandal ini sudah suci dan boleh bersembahyang ke pura desa. Banten-banten yang lainnya Setelah upacara Makandal selesai akan diberikan kepada krama yang membantu dalam kegiatan ini (Ngejot) dalam istilah Bali. 9

Gambar 03 : mempelai laki laki dan wanita bersembahyang Adapun hal-hal lain yang harus dilakukan oleh pengantin setelah upacara keagamaanya selesai adalah sbb :Mendapatarkan diri pada penyarikan (sekertaris desa adat), Menghaturkan bakti penigasanaan disertai uang 50 ribu rupiah. Rangkain upacara ini sudh dilaksanakan, maka kubayan akan mengumumkan kepada karma bahwa pengantin ini telah sah sebagai anggota desa adat, dan waib mengemban tugas-tugas yang akan dilimpahkan. 3.Nilai-Nilai dan Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah 1) Nilai-Nilai dalam Upacara Makandal (1) Nilai Religius Upacara sacral Makandal merupakan suatu upacara manusa yajnya untuk melakukan wujud bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan meminta perlindungan dari-nya. Jadi dapat di ketahi bahwa tradisi Makandal memiliki nilai religius dalam pelaksanaannya dan merupakan bagian utama dari nilai pendidikan. (2) Nilai Ekonomi Tradisi Makandal ini sangat menguntungkan bagi para pelaku ekonomi salon,penjual banten dan makanan, pemenuhan kesxehatan. Ekonomi adalah salah satu factor pemertahanan tradisi Maknadldi Desa Pakraman Songan. (3) Nilai Estetis Nilai estetis terdapat dalam tradisi Makandal, seperti dalam hal seni kidung, tata rias gong, maupun dalam membuat banten. (4) Nilai Sosial Dalam pelaksanaan tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan, tentu tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu, yaitu konsep Tri Hita Karana. Dalam ajaran Agama Hindu, yaitu Tri Hita Karana ditekankan untuk menjaga harmonisasi antara manusia dengan sang penciptanya, 10

manusia dengan sesame manusia serta manusia dengan alam. (5) Nilai Politik Tradisi Makandal terkandung nilai politik,dimana dalam pelaksanaan upacara ini melibatkan pemimpin desa adat dan desa dinas. Dalam peranan prajuru desa dalam upacara ini sangatlah penting,karena prajuru desa adat dan desa dinas sebagai saksi dalam upakara ini. Secara tidak langsung peran dari prajuru desa dalam upacara ini akan memperkuat posisi mereka masingmasing. (6) Nilai Teoritis Dalam tradisi Makandal adapun nilai teoritis yang dimiliki adalah bagaimana latar belakang terjadinya tradisi Makandal, tata urutan pelaksanaan tradisi Makandal mengetahui nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetika dan nilai politik yang terdapat dalam tradisi Makandal, untuk itu diharapkan kedepanya bagi generasi muda agar tradisi ini mampu dipelajari dan dpertahankan 2) Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pemanfaatan tradisi Makandal sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran sejarah di SMA dapat dilaksanakan dengan penyesuaian kompetensi dasar mata pelajaran sejarah SMA. Tradisi Makandal tersebut digunakan sebagai pengayaan materi ajar demi mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Penyisipan Makandal sebagai pengayaan materi dapat dilaksanakan melalui pengembangan RPP yang disesuaikan dengan KD di silabus pada materi dan pokok bahasan yang sesuai. SIMPULAN DAN SARAN Berdasakan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Pelaksanaan Tradisi Makandal yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Songan berpedoman pada loka dresta yaitu tradisi yang sudah diterima secara turun temurun oleh masyarakat Desa Pakraman Songan. Tradisi ini sampai 11

sekarang masih dipertahan. Tradisi Makandal masih bertahan sampai sekarang karena adanya kepercayaan dari para masyarakat jika tidak dilaksanaka akan terjadi suatu bencana yang melanda desa. Selain itu, ada faktor lain yang turut mempengaruhi keberlangsungan tradisi Makandal antara lain adanya sistem keyakinan, membersihkan pengantin dari cuntaka,melegitimasi keanggotaan pada desa pakraman,mengumumkan peresmian pasangana pengantin, mempertunjukan status ekonomi social, memperkuat solidaritas keluarga laki-laki dan perempuan, memperkuat posisi kubayan, memperkuat posisi pemangku,memperkuat struktur desa adat dan desa dinas, memperkuat tradisi agama hindu. 2) Tradisi Makandal memiliki beberapa tata upacara sebagaimana layaknya upacara lainnya. Tahap pelaksanaan upacara Makandal yaitu: (1) Tahap Persiapan; (2) ngaturang pejati piuning di jaba sisi (3) ngaturang bakti pekumel di jeroan dan penutup. 3) Tradisi Makandal merupakan salah satu budaya lokal 12 yang memiliki nilai-nilai dan dapat di implementasikan ke dalam pembelajaran sejarah. Adapun nilai-nilai dalam Tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan yang dapat diimplementasikan ke dalam pelajaran Sejarah di antaranya : nilai religious, teoritis, estetis, sosial dan nilai politik. Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran dan masukan kepada Masyarakat Desa Pakraman Songan, siswa dan guru, masyarakat umum, dan pemerintah. Masyarakat Desa Pakraman Darmasaba, hendaknya pelaksanaan Tradisi Makandal tetap dipertahankan sebagai suatu warisan budaya yang juga memiliki nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan sumber berpijak dan bertindak yang positif. Siswa dan guru, agar tradisi Ngerebeg diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber belajar di luar sekolah sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya berkaitan dengan sejarah kebudayaan dan pendidikan karakter dapat ditingkatkan, dan khusus untuk guru agar dapat memanfaatkan sarana teknologi

yang ada, guna mewujudkan strategi pembelajaran inovatif. Masyarakat umum, diharapkan dapat memfungsikan Tradisi Makandal sebagai sumber belajar umum secara positif dan mampu melestarikan hasil budaya leluhur. Pemerintah yang terkait, diharapkan ikut serta menjaga eksistensi Tradisi Makandal melaui kebijakan-kebijakan yang bisa menjaga dan mempertahankan Tradisi Makandal karena merupakan bagian dari warisan leluhur yang perlu UCAPAN TERIMAKASIH Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Beliau: (1) bapak Prof Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril kepada penulis dalam dari perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artiel ini; (2) Ibuk Dr. Tuty Maryati,M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan serta dukungan moril dan materiil kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Dr. I Wayan Mudana, M.Si selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan, semoga semua amal kebaikan dan pengorbanan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 13

DAFTAR PUSTAKA Dharmayuda, I Made Suasthawwa.2002.Pe ranan Desa Pakraman dakam Menyelesaikan Kasus Adat. Denpasar : Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali Pudja. Gde. 1973. Pengantar Tentang Perkawinan Menutut Hukum Hindu. Jakarta : Mayasar Wiana, K. 2002. Memelihara Tradisi Weda. Denpasar: BP Widja. I Gede 1993. Pelestariann Budaya.Denpasar : Makna dan Implikasinya dalam Proses Regenerasi. Denpasar : PT Upada Sastra. 14