Refleksi Forum Jatinangor (Catatan warga Pegiat di ForJat)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Perencanaan Partisipatif di Kawasan Jatinangor: Advokasi bersama Warga. Teti A Argo Kamis, 17 Maret 2016 ITB Kampus Jatinangor

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BAB V PEMBAHASAN. Amanat undang-undang dalam penyempurnaan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan oleh setiap instansi. Humas mengambil bagian penting dalam proses penetapan

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat, menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

B A B I P E N D A H U L U A N

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI DAN MISI BAKAL CALON BUPATI KABUPATEN KAIMANA

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

SKEMA KELEMBAGAAN PATROLI TERPADU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TINGKAT TAPAK TERKAIT DENGAN SATLINMAS DESA

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV VISI DAN MISI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 3 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Transkripsi:

Refleksi Forum Jatinangor (Catatan warga Pegiat di ForJat) Nandang Suherman mantan Sekretaris Pokja Forjat

Jatinangor era 2000-an Kawasan cepat tumbuh yang mengalami perubahan sangat cepat diberbagai aspek, perubahan tersebut mempunyai dampak diantaranya sebagai berikut : Terjadinya perubahan sosial dari struktur masyarakat agraris ke masyarakat perkotaan dengan masuknya aktivitas pendidikan tinggi di bagian utara dan industri di bagian selatan Belum adanya sistem pengelolaan kota/kawasan (selain pemerintah kecamatan) yang memadai untuk kawasan Jatinangor yang cepat tumbuh Prasarana publik yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada Mulai muncul konflik-konflik sosial diantara masyarakat Sebagian besar kepemilikan lahan ada ditangan orang luar Jatinangor Mulai terjadi degradasi kualitas lingkungan (kekurangan air, penggundulan hutan, banjir, sampah dan kemacetan lalu lintas) Mulai terjadi degradasi nilai-nilai moral masyarakat Terjadinya marginalisasi penduduk lokal (pengangguran tinggi pada masyarakat lokal) Lokasi kawasan Jatinangor yang berada pada batas dua Pemerintahan Daerah

Kronologi Terbentuknya Kelompok Kerja Pengembangan Jatinangor Upaya membangun Jatinangor ke depan telah dilakukan oleh berbagai pihak diantaranya masyarakat, pemerintah, dan perguruan tinggi yang selama ini berjalan sebagai berikut : Tahun 1995 pernah dibentuk Forum Rektor Perguruan Tinggi di Jatinangor, untuk menggagas model pembangunan Jatinangor ke depan akan tetapi kemudian tidak berjalan. Pada masyarakat sendiri (Dudi cs) muncul gagasan untuk menumbuh kembangkan kepedulian terhadap Jatinangor. (Asosiasi BPD, Forum Peduli Jatinangor dsb). Tumbuhnya kesadaran kembali pada perguruan tinggi yang ada di Jatinangor untuk menggagas kembali model pembangunan Jatinangor yang di stimulasi ITB dengan munculnya seminarseminar di Perguruan Tinggi tersebut. Lahirnya kelompok kerja pengembangan Jatinangor sebagai hasil pertemuan perguruan tinggi, pemerintah dan unsur masyarakat, cikal bakal Pokja Forjat

Gagasan Awal Kelompok Kerja Merespon model pembangunan pra-reformasi yang bersifat top-down dan hanya dilakukan oleh pemerintah, maka digagas model pembangunan yang dilakukan oleh multi stakeholder secara aktif. Bahwa pembangunan Jatinangor yang diharapkan tumbuh dan mengakar dari bawah. Pembangunan Jatinangor haruslah berbasis keadilan, aspirasi, dan partisipasi para stakeholder yang dikelola secara transparan, akuntabilitas, demokrasi dan berwawasan lingkungan.

Visi : Mewujudkan jaringan stakeholder dalam rangka membangun Jatinangor ke depan yang demokratis, transparan, akuntabilitas dan berwawasan lingkungan. Misi : memperkuat institusi-institusi lokal agar tumbuh kesadaran kolektif dalam membangun Jatinangor ke depan serta memperkuat posisi tawar mayarakat Jatinangor sebagai kontrol sosial terhadap lembaga pemerintah dan swasta sebagai pengelola kawasan Jatinangor dan mampu menciptakan alternatif-alternatif pembangunan. Strategi : membangun dan menumbuh kembangkan institusi-institusi lokal dan menjadi jaringan kohesif dalam membangun Jatinangor. Dalam membangun, menumbuhkan dan penguatan institusi-institusi lokal dilakukan melalui proses penguatan komitmen bersama terhadap persoalan Jatinangor dan mencari upaya pemecahannya.

Grand Program (Rencana Kegiatan 2000-2003) I. Membangun Jaringan Institusi-institusi Lokal Sosialisasi ide (seminar, lokakarya, musyawarah masyarakat) Memfasilitasi lahirnya forum-forum homogen di masyarakat (Perguruan Tinggi/Pusat antar Universitas, Mahasiswa, DKM, Ibu-ibu, BPD, Pengrajin, Pengusaha, Pemilik Kos-kosan, Guru, Kepala Desa) Memfasilitasi penguatan internal forum-forum Mensinergikan forum-forum untuk menjadi Forum Jatinangor/Stakeholder Memfasilitasi kegiatan forum-forum (misalnya telah muncul di masyarakat masalah mengatasi air, reboisasi, tenaga kerja, pengembangan ekonomi masyarakat lokal) Memfasilitasi tumbuhnya proses Community Management yang dilakukan oleh forum-forum

Grand Program (Rencana Kegiatan 2000-2003) II. Kristalisasi Visi dan Misi Pembangunan Jatinangor Memfasilitasi eksplorasi rumusan visi dan misi pembangunan Jatinangor menurut masing-masing forum Memfasilitasi visi dan misi masing-masing forum menjadi visi dan misi bersama Pembangunan Jatinangor Bersama Memfasilitasi alternatif-alternatif proses penyadaran visi dan misi ke lapisan masyarakat secara menyeluruh

Grand Program (Rencana Kegiatan 2000-2003) Stimulasi Tindak Kolektif Memfasilitasi munculnya relawan-relawan dari berbagai keahlian di semua sektor kehidupan Melakukan pendampingan community management pada relawan dan organisator forum-forum Memfasilitasi munculnya program-program riel atas kebutuhan masyarakat sendiri Advokasi pendidikan politik terhadap masyarakat (penguatan kesadaran kritis dan kontrol sosial terhadap pelaksanaan pembangunan di kawasan Jatinangor)

Kegiatan yang dilaksanakan NO JENIS KEGIATAN TEMPAT PESERTA KETERANGAN I Sosialisasi Ide 1. Lokakarya 4 kali ITB, UNWIM, IKOPIN, STPDN Unsur PT, LSM, masy lokal, pemda Agust, Sept, Okt, Nop 2000 2. Musyawarah antar warga oleh Forum Peduli Jatinangor Puri Endah, Jatinangor BPD, Kades, Tokoh Masyarakat, Perwakilan Wanita 30 Sept 2000 II Persiapan Sosial 2.1 Pengadaan Sekretariat Forum Jl. Raya Jatinangor 32 2.2 Diskusi rutin Pokja Sekretariat Team Pokja (10 orang) Setiap Selasa dan Jum at 2.3 Diskusi dengan instansi Bappeda, BLH, PU, DPRD, Perhutani, PDAM, Team Pokja, Pakar Air dari Unwim, PDAM, PKT, Dispenda, Bappeda 17 Nop 2000 2.4 Data Based Tenaga Kerja Lokal (Identifikasi Pengangguran) Sensus tentang pendidikan masyarakat lokal III Pelaksanaan Program 3.1 Penanggulangan Air Bersih (Perhitungan Neraca Air, Reboisasi, Sumur Resapan) Sekretariat Pokja dan Unsur Pemdes 2001 Sekretariat Forum Team Pokja dengan Pakar dari Geologi Jabar/pak Taufik R. 4 kali pertemuan 3.2 Pengembangan Jaringan Institusi Lokal : Forum DKM, BPD, Mahasiswa/Pemuda Sekretariat Forum Pokja dan anggota Jaringan BPD = 2 kali DKM = 3 kali Mhs = 4 kali 3.3 Penumbuhan institusi ekonomi lokal (LPZ) Proses penumbuhan

Lokakarya Tindak Kolektif Pengembangan Jatinangor ( Membahas Sumur Resapan, Reboisasi, Pemberdayaan Masyarakat Lokal, Pengembangan Jaringan Institusi lokal) Bulan Februari 2001 Advokasi dengan pihak Pemda dan DPRD Sumedang perihal : Ketenagakerjaan (tahun 2001) Devolusi Fiskal (Perda Perimbangan Keuangan antara Kabupaten dan Desa) tahun 2001 Tunjangan Penghasilan Aparatur Desa) tahun 2002 Proses penyusunan APBD yang partisipatif (th. 2002 dan 2003) Perubahan APBD tahun 2002 dengan ditolaknya pengalokasian dana untuk asuransi PNS Perumusan proses dan tahapan Pilkada yang Partisipatif (th. 2003) Mengkritisi kebijakan DPRD Sumedang dalah hal pembagian uang penjaringan aspirasi secara sekaligus kepada masing-masing anggota dewan (uang dikembalikan dan DPRD minta maaf secara terbuka, tahun 2003)

Menyusun draft konsep Badan Pengelolan Perkotaan Jatinangor (masih berlangsung). Menyusun revisi RUTR Kecamatan Jatinangor secara partisipatif (masih berlangsung) Pengembangan Jaringan Institusi Lokal (Asosiasi Pengrajin, Forum Ibu-ibu, Forum Antar Kampus, Forum Antar Kepala Desa, Forum Pemuda/FKOP). Asosiasi Pengrajin dan Forum Ibu-Ibu tidak berlanjut. Penguatan Jaringan Institusi Lokal (Forum DKM, Forum BPD, Forum Kerjasama Perguruan Tinggi dan Asosiasi Pemerintah Desa Jatinangor/Apdjati, Forum Pemuda/FKOP) Pelatihan Pembuatan Sumur Resapan (Pembuatan Model Sumur Resapan), belum berlanjut Penyusunan Konsep model Pengelolaan Hutan Berbasis Community Management); kasus penanganan Penggundulan Gunung Geulis (tidak berlanjut) Penumbuhan Lembaga Pengelolaan Zakat, Infaq, Shodaqoh Kawasan Jatinangor sebagai Institusi pemberdayaan masyarakat (masih berproses dan sepertinya jalan ditempat). Pelatihan wirausaha bagi pengrajin di Cipacing Pilot proyek pengelolaan sampah Rumah Tangga berbasis komunitas (Pa. H. Dedep, Kades Sayang)

Respon Pemkab Sumedang Penyusunan RUTR Kecamatan Jatinangor (2001) Peningkatan pelayanan PDAM Jatinangor Pembuatan Perda Kos-kosan (2002) Kerjasama pelayanan sampah dengan pihak swasta Kajian Kawasan Perkotaan Jatinangor---draft Raperda Kawasan Perkotaan (mandek)

Harapan Kedepan Kerjasama Kelembagaan kawasan (Jatinangor, Rancaekek, Cileunyi, Cimanggung, Tanjungsari) untuk peningkatan layanan publik (sampah, air bersih, penghijauan, penanganan banjir, tataruang) Adanya nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat lokal.

KONSEP PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN JATINANGOR Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Prinsip Keefektifan Pelayanan Publik * Pelayanan Air Bersih * Pengelolaan Drainase dan Air Limbah * Pengelolaan Sampah * Masalah Perijinan untuk Pembangunan Rumah Prinsip Keberlanjutan Pelayanan Prinsip Representasi Masyarakat