BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

dokumen-dokumen yang mirip
Modul ke: Masyarakat Madani. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah konsep civil society dan partisipasi politik. Konsep civil

Modul ke: MASYARAKAT MADANI. Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya. Fakultas FAKULTAS KURNIAWATI, SHI, MH.

Modul ke: MASYARAKAT MADANI. 13Fakultas FASILKOM. Salamah, SPd. MSi. Program Studi Teknik Informatika

13 MASYARAKAT MADANI

Masyarakat Madani, Civil Society

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tulisan masyarakat madani yang di

BAB VI PENUTUP. terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian. yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

I. PENDAHULUAN. suasana politik yang cukup mendasar berlangsung di Indonesia.Hal tersebut

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

WACANA CIVIL SOCIETY DALAM MEMBENTUK ALAM DEMOKRASI DI INDONESIA Oleh: Neneng Afwah

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Sejarah dan Pengertian Masyarakat Madani. Konsep masyarakat madani, tidak terlepas dengan konsep civil society.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

PENGANTAR PERKOPERASIAN

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

PEDOMAN OPERASIONAL, PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN KAMPUNG MEDIA

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

Kesimpulan. Bab Sembilan

PENGERTIAN Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

PERANAN CIVIL SOCIETY DALAM NEGARA BIROKRATIK OTORITER

KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

Demokrasi. Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Penyunting A. Ubaedillah dan Abdul Rozak

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

sebagai outside dalam kelanjutan hubungannya dengan nrayarakat desa.

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

HAK BERKOMUNIKASI DALAM MASYARAKAT INFORMASI

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

3. KENDALA BAGI HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN PERS

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Dari Ide ke Perkumpulan

PERAN PUBLIC SPACE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA LINGKUNGAN BINAAN KOTA

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN LATIHAN 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

MATRIK KURIKULUM PELATIHAN TENAGA AHLI DAN PENDAMPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

DEMOKRASI : TEORI DAN PRAKTIK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

Transkripsi:

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY A. Pengertian tentang konsep civil society Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing tokoh yang memberikan penekanan berbeda satu sama lain. Sebagian ada yang menggunakan pendekatan Hegelian, Gramscian dan sebagianya lagi menggunakan pemahaman Tocquevellian. 1 Bagi penganut faham Hegelian lebih menekankan pada pentingnya pemberdayaan kelas menengah dalam suatu ekonomi menuju pembangunan yang kuat. Pada pengertian faham Gramcian lebih menekankan pada peran LSM- LSM untuk memperkuat posisi civil society bila berhadapan dengan Negara. Seperti diketahui bahwa peran Negara yang terlalu besar sulit berkembang bagi civil society, Sementara Touquevellian lebih mementingkan peran organisasi-organisasi independen dalam masyarakat yang bertujuan membangun jiwa demokrasi warganya. 2 Menurut Hikam, civil society, sebagai ruang politik, civil society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku. tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi. Di dalamnya 1 Lebih lanjut lihat Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, : Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). 2 Masykur Hakim dan Tanu Widyaya, Model Masyarakat Madani, (Jakarata, Intimedia Cipta Nusantara, 2003) hal 28. 12

13 tersirat ruang publik yang bebas (the free public spere), tempat di mana transaksi komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh warga masyarakat. 3 Terjaminnya perilaku, tindakan dan refleksi mandiri dari masyarakat itu dalam kaitannya dengan kepentingan Negara. Artinya dengan kondisi yang demikian masyarakat mempunyai ruang gerak yang leluasa dalam mengekspresikan kepentingannya terhadap Negara. Bahkan kontrol terhadap negara-pun sangat kuat. Dengan begitu, kehidupan berbangsa dan bernegara akan semakin menunjukkan keseimbangan, antar Negara dan masyarakat tidak terjadi tirani. 4 Lebih lanjut secara institusional civil society bisa diartikan sebagai pengelompokkan dari anggota-anggota masyarakat sebagai warga Negara mandiri yang dapat dengan bebas dan egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya, termasuk di dalamnya adalah jaringanjaringan, pengelompokan sosial yang mencakup mulai dari rumah tangga, organisasi sukarela (termasuk partai politik), sampai pada organisasi organisasi yang pada awalnya mungkin di bentuk oleh Negara, namun melayani kepentingan masyarakat. 5 Banyaknya konsep civil society yang telah dikemukakan di atas, pada tingkat substansinya banyak mempunyai kesamaan, antara lain sama-sama 3 AS Hikam, Muhammad, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society, op.cit.,hal 132. 4 Ibid. 5 Ibid, hal 133

14 mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat bukan Negara, pemberdayaan masyarakat dalam keberadaanya berhubungan dengan Negara. B. Fungsi dan peran civil society Mengenai fungsi dan peran civil society cukup beragam yang pada intinya memperkuat posisi masyarakat bila berhadapan dengan kepentingan Negara. Seperti dikemukakan sebelumnya dominasi negara yang terlanjur begitu kuat mengakar harus dibongkar terlebih dahulu guna melicinkan upaya demokratisasi selanjutnya, dalam konteks inilah civil society yang mengandaikan terbentuknya masyarakat kritis dan mandiri merupakan suatu keniscayaan. 6 Dengan mengembangkan civil society, kita bisa berharap kelak masyarakat tidak menggantungkan nasibnya pada Negara. Namun meski begitu, penghadapan rakyat dengan Negara secara diametral tetap merupakan keinginan yang melampaui batas. Selain memicu antagonisme, penghadapan inipun akan menyulitkan pengorganisasian masyarakat yang pada titik tertentu dibutuhkan untuk menggalang kebersamaan dalam rangka menggerakkan roda pembangunan. Maka makna civil society ini lebih dikonsentrasikan pada usaha pemberdayaan terhadap mereka yang kekurangan sumberdaya politik, ekonomi, social budaya dan lain sebagainya. 7 Bila semua sumberdaya tersebut sebelumnya relatif dikuasai oleh Negara agenda kerja yang harus dipikirkan sebagai sasaran tugas pokok civil society adalah memperkuat posisi masyarakat bila berhadapan dengan 6 Masykur Hakim dan Tanu Widyaya, Model Masyarakat Madani, (Jakarata, Intimedia Cipta Nusantara, 2003) hal 29. 7 Ibid.

15 kepentingan Negara, dan bagaimana masyarakat bisa merasa siap dan mampu mengakses sumberdaya itu sambil menjaga independensinya dari intervensi Negara. 8 C. Ciri-Ciri civil socioety Sebagai salah satu bentuk ideal masyarakat menuju demokrasi, bila civil society sudah terwujud, akan mempunyai indikasi-indikasi yang sesuai dengan definisi civil society. Berbedanya definisi di atas, secara otomatis indikasi yang dipakai dalam standarisasi terbentuknya civil society juga berbeda, tergantung dalam perspektif mana civil society itu ditafsiri. Dalam perspektif Hikam, civil society adalah sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain : Kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting). Kemandirian tinggi berhadapan dengan Negara, dan keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Dalam perwujudannya, ia akan berbentuk asosiasi atau organisasi yang dibuat oleh masyarakat, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban-paguyuban atau kelompok-kelompok kepentingan (interest group) yang merupakan perwujudan dari kelembagaan civil society. 9 8 H.A.Hasyim Muzadi, Nahdatul Ulama di tengah Agenda Persoalan Bangsa, (PT.Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1999) hal 103 9 Muhammad AS.Hikam, Cendekiawan dan Masalah Pemberdayaan Civil Society di Indonesia, op.cit.hal 212-213.

16 Hal ini menyiratkan adanya kebebasan dan keterbukaan untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama dalam mempertahankan kepentingan-kepentingan di depan umum. Banyaknya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kekuatan untuk memposisikan dirinya dalam hubungannya dengan kebijakankebijakan Negara merupakan wujud nyata dari adanya civil society. 10 Eksistensi lembaga-lembaga yang dimiliki oleh PCNU Sidoarjo yang dengan berbagai program kerjanya berusaha untuk meningkatkan sumberdaya manusia di wilayah Sidoarjo, praktek-praktek pendampingan terhadap masyarakat di hadapan institusi Negara, juga bukti konkrit yang mendukung terbentuknya civil society Setidaknya cirri-ciri keduanya tidaklah jauh berbeda. Bahwa substansi civil society dan masyarakat madani mempunyai titik kesamaan meski hanya sebagian. Kelompok yang lebih cenderung memakai istilah masyarakat madani menekankan bahwa salah satu cirinya adalah adanya masyarakat yang patuh terhadap hukum, berkeadilan, dan ada hubungan Check and balance antar Negara (state) dan masyarakat. (Society). 11 10 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, Gagasan, Fakta dan Tantangan, PT REmaja Rosdakarya, Bandung. Hal 3.Penulis menyebut kelompok hal ini di dasarkan pada tokoh-tokoh yang cenderung memilih istilah masyarakat madani, seperti Nurcholis Majid, M. Dawam Raharjo, Muhammad Hasyim, dan lain sebagaianya. Sebagian mereka mengatakan antara masyarakat madani dan civil society tidak beda, dan definisi masyarakat madani menurut tokohtokoh tersebut cenderung berlatar belakang sejarah sosial Nabi Muhammad yang merubah tatanan sosial pada waktu itu. 11 Masykur Hakim dan Tanu Widyaya, Model Masyarakat Madani, (Jakarata, Intimedia Cipta Nusantara, 2003) hal 29.

17 C. Berkembangnya civil society di Sidoarjo Secara historis, kelembagaan civil society di Sidoarjo muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi dan menghasilkan pembentukan sosial baru yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Hal ini bisa dirunut secara historis semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi, hasilnya adalah munculnya kesadaran baru di kalangan kaum elite yang kemudian mendorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial modern. Gejala ini menandai mulai berseminya civil society di Sidoarjo. 12 Gerakan-gerakan masyarakat terus berkembang, pembentukan organisasi masyarakat yang mempunyai visi pemberdayaan masyarakat terus berkembang. Bahkan pemerintah juga mendirikan organisasi-organisasi yang berorientasi pada pembangunan sosial seperti Korpri, LKMD, Dharma Wanita, Karang taruna. Kuatnya Negara pada masa orde baru mengakibatkan marginalisasi aktifitas-aktifitas sosial yang digerakkan oleh LSM atau organisasi massa lainnya. Intervensi yang sangat dalam dari penguasa menggerakkan masyarakat menyadari kebutuhan untuk membentuk organisasi dan menjalankan aktifitas yang memberi andil bagi pembentukan masyarakat. Hal ini menandai semangat anti korporatisme tumbuh dan berkembang. Aksi-aksi sosial yang mereka gerakkan secara langsung maupun tidak langsung memuat 12 Hasil wawancara dengan ketua umum LAKPESDAM, (Mas Badrus) Jln. Monginsidi 5 Sidorjo.

18 ide lebih eksplisit mencegah Negara mendominasi dan melumpuhkan masyarakat. 13 Gerakan sosial ini secara tidak langsung muncul sebagai manifestasi dari keputusan dan depresi, dimana perasaan ditindas dan dieksploitasi pada rakyat yang tidak punya pengaruh, telah menumbuhkan tuntutan penuh keadilan sosial dan ruang yang lebih bagi manuver-manuver. Gerakan sosial ini merupakan indikasi dari berkembangnya civil society di Sidoarjo. 14 13 Hasil wawancara dengan ketua umum LAKPESDAM (Mas Badrus), Jln. Monginsidi 5 Sidoarjo 14 Ibid.