HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: ISPA, Pengetahuan Ibu, ASI Eksklusif, Merokok, Jenis Bahan Bakar Memasak

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Kebiasaan Merokok, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Anak umur 1-4 tahun

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN PRAKTIK/KEBIASAAN KELUARGA TERKAIT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS SIGALUH 2 BANJARNEGARA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN Militia K. Wala*, Angela F. C. Kalesaran*, Nova H. Kapantow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menempati urutan kedua setelah diare sebagai penyebab utama kematian balita pada kelompok umur 12-59 bulan. Di Sulawesi Utara jumlah kasus sepanjang tahun 2014 yaitu 365 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dan penggunaan anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan studi potong lintang. Sampel yang diambil 100 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling. Uji Chi- Square (CI=95%, α=0,05) digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah dengan kejadian ISPA (p value =0,002), dan penggunaan anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA (p value = 0,001). Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah dan penggunaan anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kolongan. Kata Kunci :Kebiasaan Merokok, Anti Nyamuk Bakar, ISPA, Balita. ABSTRACT The incidence of upper respiratory infection (ARI) ranks second after diarrhea as the leading cause of death infants in the age group 12 to 59 months. In North Sulawesi amount of cases through out the year 2014 i.e. 365 cases. This study used a survey of analytical methods by using the approach of cross sectional.the number of samples as many 100 respondents with sampling techniques non probability sampling and used statistical test analysis chy square (CI=95%, α=0,05). The specifik purpose of this study is to analyze the relationship between the smoking habits of family members in the home and the use of insect repellent burn with ari in infants in the health centers Kolongan. The results showed there was correlation between the the smoking habits of family members in the home with ARI in infants (p value = 0.002). There was relationship between the the use of insect repellent burn with ARI in infants (p value = 0.001). There is a relationship between relationship between the smoking habits of family members in the home and the use of insect repellent burn with ari in infants in the health centers Kolongan. Keywords: The Smoking Habits,Iinsect Repellent Burn, ARI, Infant.

PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit yang terjadi di bagian saluran pernapasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru-paru (pneumonia), dan bukan penyakit pada tenggorokan dan telinga (Irianto, 2014). Penyakit yang biasanya menular ini, terjadi pada saluran pernapasan atas dan bawah, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit seperti penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan yang tergantung pada patogen penyebabnya, pejamu dan lingkungan yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia (WHO, 2007) Penyakit infeksi seperti pneumonia, diarrhoea, malairia, dan HIV/AIDS merupakan penyebab kematian balita yaitu sebesar 58% dan 2/3 dari penyakit infeksi tersebut merupakan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (WHO, 2012). Menurut Black (2003), di setiap tahunnya terdapat 10,8 juta anak yang meninggal karena ISPA. Berdasarkan Kementrian Kesehatan tahun 2010, di Indonesia ISPA menempati urutan kedua tertinggi setelah diare, penyakit penyebab kematian yang dialami kelompok bayi dan balita, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ISPA adalah penyakit yang termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat utama yang mengambil bagian dalam tingginya angka kematian balita di Indonesia. Laporan tahunan program pemberantasan ISPA Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2015, angka morbiditas akibat ISPA pada balita usia 12-59 bulan yaitu 5.624, dan di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat, menunjukan kasus ISPA merupakan penyakit pada urutan yang pertama dari 10 penyakit menonjol di tahun 2015 dengan jumlah 1.590 kasus dan pada balita usia 12-59 bulan 422 kasus. (Puskesmas Kolongan, 2015) Menurut Departemen Kesehatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah umur, status gizi, pendidikan ibu, anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, bahan bakar memasak, jenis lantai, outdor pollution (Depkes, 2007). Faktor resiko ISPA juga berkaitan dengan polusi udara sepertia asap rokok, asap pembakaran rumah tangga, kebakaran hutan dan lain-lain (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dan penggunaan anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan studi potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat pada bulan Mei hingga Oktober 2016. Populasi penelitian adalah seluruh balita berusia 12-59 bulan yang berada di Puskesmas Kolongan dengan jumlah 791 balita. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 balita dengan ibu balita sebagai respondennya. Sampel yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Variabel yang diteliti yaitu kebiasaan merokok anggota keluarga, penggunaan anti nyamuk bakar, dan kejadian ISPA. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square, dengan nilai α=0,05, jika p value > 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Balita Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat, dan dari karakteristik balita di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat didapatkan hasil bahwa balita berjenis kelamin laki-laki mendominasi yaitu sebanyak 53 balita, dan umur balita yang paling banyak ada pada kelompok umur 24-35 tahun yaitu 33 balita. B. Analisis Univariat Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa balita yang menderita ISPA adalah yang paling banyak yaitu 71 balita, sedangkan yang bukan ISPA adalah 29 balita. Terdapat 50 balita memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan hal yang sama juga yaitu 50 balita tidak memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, selanjutnya yang paling mendominasi adalah balita yang tidak menggunakan anti nyamuk bakar yaitu 54 balita, sedangkan balita yang menggunakan anti nyamuk bakar adalah paling sedikit yaitu 46 balita. Tabel 1. Distribusi Kejadian ISPA pada Balita, Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga, dan Penggunaan Anti Nyamuk Bakar Karakteristik Balita n Status Penyakit - ISPA 71 - Tidak ISPA 29 Merokok di dalam Rumah - Ya 50 - Tidak 50 Penggunaan Anti Nyamuk Bakar - Ya 46 - Tidak 56

C. Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dan Penggunaan Anti Nyamuk Bakar dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di dalam Rumah Status penyakit ISPA % Tidak ISPA % n % p- Value Ya 43 86 7 14 50 100 0,002 Tidak 28 56 22 44 50 100 Jumlah 71 29 100 Penggunaan Anti Nyamuk Bakar Ya 41 89,1 5 10,9 46 100 0,001 Tidak 30 55,6 24 44,4 54 100 Jumlah 71 29 100 1. Hubungan antara Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Balita Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita diperoleh sebanyak 43 dari 50 (86%) balita memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan balita mengalami ISPA. Sementara itu, sebanyak 22 dari 50 (44%) balita tidak memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan balita mengalami ISPA. Hasil uji chi square diperoleh nilai p value = 0,002 (p value < 0,05) sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok anggota keluarga dalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kolongan. Dari data tersebut menunjukkan angka yang sama antara kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah dan yang tidak, namun perlu mendapat perhatian karena kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah pada Puskesmas Kolongan kebanyakan di sebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang rokok serta bahaya yang ditimbulkan bagi perokok itu sendiri ataupun asap rokok yang dihasilkan dari rokok yang sangat berbahaya bagi anggota keluarga yang menghirupnya khususnya perokok yang memiliki balita. Asap yang dihasilkan oleh rokok merupakan bahan pencemar udara, berupa campuran senyawa yang kompleks yang dihasilkan oleh tembakau dan adiktif. Asap rokok juga mengandung tar yang mengandung zatzat kimia yang dapat menyebabkan

paru-paru, jantung emphysema serta penyakit-penyakit berbahaya lainnya (Siscawati, 2011). 2. Hubungan Penggunaan Anti Nyamuk Bakar dengan Kejadian ISPA pada Balita Berdasarkan hasil analisis hubungan antara penggunaan anti nyamuk bakar terhadap kejadian ISPA pada balita diperoleh sebanyak 41 dari 46 (89,1%) balita yang menggunakan anti nyamuk bakar di dalam rumah dan balita mengalami ISPA. Sementara itu, sebanyak 24 dari 54 (44,4%) balita tidak menggunakan anti nyamuk bakar di dalam rumah dan balita tidak mengalami ISPA. Hasil uji chi square diperoleh nilai p value = 0,001 (p value < 0,05) sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan anti nyamuk bakar terhadap kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kolongan. Berdasarkan data yang diperoleh, ada beberapa masyarakat di Puskesmas Kolongan yang menggunakan anti nyamuk bakar meskipun jumlahnya lebih sedikit dari pada yang tidak menggunakan anti nyamuk bakar, hal ini dikarenakan program dari dinas kesehatan yang ada yaitu pembagian kelambu disetiap rumah belum menyeluruh. Puskesmas Kolongan adalah wilayah yang endemis dengan penyakit DBD maka masyarakat lebih memilih menggunakan anti nyamuk bakar selain mudah di dapatkan, harganya lebih terjangkau, tanpa menyadari bahaya yang di timbulkan oleh asap anti nyamuk bakar tersebut meskipun dalam konsentrasi sedikit. Penggunaan anti nyamuk sudah menjadi kebiasaan pada masyarakat untuk digunakan pada malam hari dan siang hari baik di kota maupun di desa, Selain untuk mengusir ataupun membasmi nyamuk ternyata obat anti nyamuk juga menjadi sumber pencemaran udara dalam rumah apalagi anti nyamuk bakar yang menghasilkan asap dan racun (Afandi, 2012). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 71 balita yang mengalami ISPA di Puskesmas Kolongan. 2. Separuh dari responden memiliki anggota keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah. 3. Masih banyak warga yaitu 46 responden yang menggunakan anti nyamuk bakar di dalam rumah. 4. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Kolongan.

5. Terdapat hubungan antara penggunaan anti nyamuk bakar dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Kolongan. SARAN 1. Bagi Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat - Memberikan penyuluhan, sosialisasi, informasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dan pentingnya peranan keluarga dalam menunjang kesehatan balita 2. Bagi masyarakat - Mengurangi sumber pencemaran udara dalam hal ini yaitu asap rokok dan anti nyamuk bakar. - Perlu memperhatikan kondisi lingkungan di dalam rumah. - Aktif dalam mencari informasi yang dapat menunjang kualitas hidup anaknya 3. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut bukan hanya melihat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dan penggunaan anti nyamuk bakar dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita, namun dapat meneliti antara kedua variabel bebas tersebut, mana yang lebih berpengaruh mengakibatkan ISPA pada balita. DAFTAR PUSTAKA Afandy, A. 2012. Hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita di kabupataen Wonosobo provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Black., Morris., Bryce. 2003. Where and Why Are 10 Million Children Dying Every Year?. Lancet, 361(9376): 2226-34. Depkes RI. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Kepala Badan LITBANGKES Departemen Kesehatan RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara. 2016. Profil Kesehatan 2015. Kabupaten Minahasa Utara. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2015. Profil Kesehatan 2014. Manado: Manado. Irianto K, 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung: ALVABETA, cv. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jendela Epidemiologi. Jakarta: Kepala

Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Puskesmas Kolongan. 2016. Data Penderita ISPA Tahun 2015. Minahasa utara Sicawati E. 2011. Kandungan Asap Rokok, (Online), (http://www.faktailmiah.com/201 1/03/10/kandungan-asaprokok.html, diakses 22 September 2016). World Health Organization. 2007. Pencegahan dan Pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi difasilitas pelayanan kesehatan. Hal.17: WHO. World Health Organization. 2012. Data and statistics.(online). http://www.who.int/gho/child_hea lth/en/index.html. Diakses pada 06 Juni 2016