BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui informasi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR TERHADAP TELEVISI LOKAL DELI TV (DTV) MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SIKAP MAHASISWA DI SURABAYA TERHADAP GAME SHOW HAPPY SONG DI INDOSIAR SKRIPSI

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi andalan dari televisi, karena gambar yang disajikan bukanlah gambar

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan sekalipun sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sosial, peran ideal komunikasi sebagai media penyiaran publik

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin cepat di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:41) harus menyajikan acara yang bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses dimana komunikasi tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh. audiens, pusat dari komunikasi massa adalah media.

BAB I PENDAHULUAN. bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi secara cepat kepada masyarakat yaitu televisi.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Terpaan Informasi Politik Partai NasDem di Televisi dan Komunikasi di dalam Kelompok Referensi Terhadap Preferensi Memilih Partai NasDem

BAB 1 PENDAHULUAN. verbal dan non verbal tetapi banyak melakukan komunikasi melalui media, baik

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat jika dibandingkan dengan masa lampau, hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan.

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak

BAB I PENDAHULUAN. maupun media elektronik mengalami kemajuan yang sangan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama dalam penyampaian informasi. mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau prilaku (behavior).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang. menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA UAJY terhadap Program Jejak Petualang Trans 7)

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaru setiap hari dan tanpa disadari oleh kita telah memasuki era baru yakni era

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sarana untuk mendapatkan informasi. Informasi yang diterima pun harus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mendukung berbagai aktivitasnya. Teknologi pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I PENDAHULUAN. melalui televisi akan selalu menjadi salah satu yang mudah diterima khalayak. Ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP SIARAN INFORMASI STASIUN TV LOKAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial dan dianggap sebagai kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, papan, dan komoditas penting lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pentingnya manfaat informasi ini secara tidak langsung telah melahirkan masyarakat informasi yang tuntutan akan hak dalam mengetahui dan mendapatkan informasi semakin besar demi peningkatan kualitas hidup mereka. Sejalan dengan era media informasi sekarang ini yang menuntut kecepatan informasi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ikut membawa implikasi terhadap dunia media massa, salah satunya dunia penyiaran di Indonesia. Televisi sebagai salah satu media elektronik. Dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Televisi merupakan media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara (audio) yang dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit sekalipun. Penyiaran sebagai media penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan iklim demokrasi dalam berpendapat, menyampaikan dan memperoleh informasi di negara ini. Salah satu yang memberikan informasi

adalah media televisi sebagai salah satu pioneer dalam penyebaran informasi dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi informasi yang terus berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi informasi dimanapun bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak yang begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya. Sebagai wujud dari kebutuhan informasi tersebut televisi juga menunjujkkan perkembangan yang sangat signifikan dengan munculnya beberapa stasiun televisi lokal di berbagai daerah di indonesia tujuan menumbuhkan kelokalan dan nuansa keberagaman yang tidak terjangkau selama orde baru. Kehadiran televisi lokal ini merupakan stasiun penyiaran dengan siaran yang terjangkau mencakup satu wilayah. Ada alasan mengapa televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik, misalnya, karena adanya unsur kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kognisi warga masyarakat setempat. Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa, juga mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya (Riswandi, 2009:109). Semakin lengkapnya industri pertelevisian di Indonesia tentu bertambah dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dilihat ketika hadirnya Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang memungkinkan televisi lokal berdiri, hal ini semakin bertambah deret angka stasiun televisi di Indonesia, seperti di Medan yang merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara dan mempunyai julukan kota ketiga terbesar di indonesia. Berawal dari fakta tersebut media massa kota medan seakan tidak ketinggalan untuk ambil bagaian dalam kemajuan kota, seperti hadirnya beberapa televisi lokal, antara lain adalah TVRI Medan, Deli TV (DTV), Space Toon dan DAAI TV.

Dalam hal ini, Deli TV (DTV) dengan slogan "Mantap" adalah stasiun televisi lokal pertama bagi masyarakat Medan dan sekitarnya. Jangkauan siaran : Kab Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, Kab Deli Serdang, Kab Serdang Bedagai, Kab Batubara, Kota Tebing Tinggi, Kab Simalungun, Kab AsahanMemiliki stasiun pemancar di Sibolangit dan Studio & kantor di Jl. Wartawan simpang Jl. Intertip No.1 Medan, Indonesia. Diluncurkan tanggal 18 Desember 2005. Siaran dimulai jam 10.00 - jam 24.00, dengan kontent hampir 50% program lokal. Hanya dalam 2 tahun, Delitv telah eksis dengan didukung hampir 70% sponsor atau iklan lokal, dengan Jam tayang : 06.00-24.00 (18 jam siaran) dengan program acara : Hard news (national and local), features, Infotainment, Edutainment, Talkshow, Life style, Reality show, Music, Religion. (http://www.delitv.co.id, 2011). Gambaran yang terjadi sekarang pada industri pertelevisian membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi bersaing dengan ketat dalam menyuguhkan program-programnya yang membidik penonton dengan berbagai segmen. Para praktisi penyiaran televisi berlomba menayangkan program yang menarik mulai dari format hiburan serta format informasi. Kreatifitas format program tersebut terus dikembangkan oleh para praktisi penyiaran televisi sesuai keinginan dan kebutuhan khalayak yaitu diproduksi dengan berbagai format yang menarik yang mampu menghadirkan berbagai persepsi ditengah-tengah masyarakat. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1998 : 51). Kehadiran Deli TV (DTV) di tengah masyarakat kota Medan tidak luput dari persepsi yang bermunculan di kalangan pemirsa televisi tentang program-program yang ditayangkan stasiun televisi tersebut seperti : pilhan acara, jenis acara, tampilan, konsep/format acara, pembawa acara, kualitasnya, dan lain-lain.

Hal itu dikarekan bahwa setiap masyarakat yang menonton tayangan Deli TV (DTV) memiliki persepsi atau gambaran yang berbeda mengenai realitas keberadaan dan program acara televisi tersebut. Persepsi mampu memberikan masukan dan perubahan yang lebih bagus dalam suatu tindakan, dikarenakan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda di sekelinlingnya, dimaksudkan dalam hal ini adalah persepsi masyarakat yang terbentuk terhadap Deli (DTV). Penyiaran bukanlah hal yang mudah bagi televisi lokal untuk dapat menghadirkan program-program acara yang bernilai budaya lokal, tetapi tetap menarik di mata penonton terutama bagi kelompok remaja yang pada umumnya berkiblat ke barat-baratan. Hasil riset AGB Nielsen Media Research pada tahun 2010 mencatat 31 stasiun TV lokal di 10 kota besar di Indonesia yang kepemirsaannya sudah dapat dianalisa. Jumlah yang cukup banyak, meski jumlah aktual dari stasiun televisi yang bersiaran lokal lebih besar. Secara umum, perolehan share untuk TV lokal di 10 kota di awal 2010 ini rata-rata 2,7%. Perolehan ini tidak banyak bergerak dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 2,6% (www.agbnielsen.co.id). Berdasarkan hasil riset tersebut, dapat dilihat masih rendahnya minat masyarakat untuk menonton acara siaran televisi lokal. Hal ini berkaitan erat dengan pola perilaku penggunaan televisi di masyarakat. Beragam pilihan acara-acara yang ditawarkan stasiun televisi lokal Deli TV (DTV) memungkinkan khalayak untuk berkesempatan memilih program acara yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan stasiun televisi dalam merebut simpati khalayak lokal, sangatlah tergantung dari persepsi khalayak penonton.

Berdasarkan pemikiran diatas, penelitian ini akan difokuskan pada tahap persepsi khalayak, yaitu bagaimana Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV Medan.

I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV Medan?. I.3 Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penelitian ini, penulis membuat pembatasan masalah supaya terperinci dan jelas, maka penulis pada prinsipnya berfokus pada Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan, adalah sebagai berikut: 1. Penelitian bersifat deskriptif, yang mana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat hubungan. 2. Penelitian ini dibatasi pada persepsi masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan sebagai statsiun televisi lokal di Medan. 3. Objek penelitian adalah Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar yang berusia 17 s/d 50 Tahun dan pernah menonton siarantelevisi Lokal Deli TV (DTV) Medan. 4. Penelitian dilakukan pada Mei 2011.

I.4 Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian sesederhana apapun tentu memiliki tujuan secara baik dan jelas. Sesuai dengan uraian diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan. 2. Untuk mengetahui motif menonton televisi lokal pada Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan. 3. Untuk mengidentifikasi pola kepuasan Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap acara siaran televisi lokal Deli TV (DTV) Medan. I.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi: 1. Secara Teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU. 2. Secara Akademis penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bidang penelitian yang berkaitan dengan

penelitian ini serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media televisi lokal. 3. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kepada Deli TV (DTV) tentang persepsi masyarakat Perumnas Simalingkar Medan mengenai program tayangan Deli TV (DTV) sebagi televisi lokal, sekaligus sebagai bahan masukan dalam membuat program-program yang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat setempat. I.6 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan pikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. (Nawawi, 1997:39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono,2006:45) I.6.1. Teori Audiens Masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105). Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon dan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Perbedaan respon ini menurut Melvin De Fleur (McQuail, 1994 : 235) telah dijelaskan dalam teori perbedaan individu (the individual differences theory of mass communication effects) dengan asumsi bahwa masing-masing individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda sebagai hasil belajar dari lingkungannya yang berbeda-beda pula. Dari lingkungannya yang berbeda ini, akan terbentuk sikap, nilainilai serta kepercayaan individu yang mendasari kepribadian mereka, kemudian akan mempengaruhi cara mereka memandang dan menghadapi sesuatu. Sehingga, persepsi mereka pun ikut berbeda sehubungan dengan perbedaan kepribadian (Depari, 1995 : 5). Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach seperti dikutip Nurudin (2007 : 106-107) turut mengemukakan teori komunikasi massa audiens dalam melihat efek media massa, mengenai interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Teori komunikasi massa audiens tersebut terbagi menjadi tiga perspektif, mencakup individual difference perspective, social categories perspective, dan social relation perspective. Ketiga perspektif ini jika digabung akan melahirkan gambaran teori audiens seperti yang diungkapkan Hiebert, Ungurait dan Bohn (dalam Nurudin, 2007 : 108). Masing-masing dari kita adalah anggota dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara individual. Interaksi kita dengan anggota audiens yang lain, bukan anggota atau bahkan pemimpin opini juga mempunyai dampak pada bagaimana kita merespon dan bahkan ikut menentukan reaksi umum kita. Individual Difference Perspective menggambarkan perilaku audiens berdasar teori stimulus-respon yang mana tidak ada audiens yang merespon pesan relatif sama.

Pengaruh stimulus pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu, yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Dalam Social Categories Perspective, audiens yang mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Masing-masing individu memiliki kecenderung yang sama pula dalam merespon pesan, seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam perkumpulan sosial. Kombinasi dari kedua perspektif ini akan menghasilkan pendekatan komunikasi massa Harold D. Lasswell who says what to whom with what effect (siapa mengatakan apa kepada siapa dan efeknya bagaimana) (Nurudin, 2007 : 107). Sedangkan Social Relation Perspective yang merupakan hasil penelitian Paul Lazarfeld, Bernard Berelson, dan Elihu Katz (dalam Nurudin, 2007 : 108) mengemukakan bahwa hubungan informal mempengaruhi audiens. Dampak komunikasi massa yang diberikan, diubah dengan sangat hebat oleh individu yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Hasilnya, individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota audiens yang didapatkannya dari media massa. Sehingga, antarindividu saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respon yang hampir sama. Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa khalayak dari suatu medium komunikasi bukanlah suatu kelompok monolitis, yang memberi tanggapan sama dari isi medium, melainkan khalayak memiliki selektivitas perhatian dan persepsi. Artinya, khalayak akan menanggapi isi media massa yang sesuai dengan kepentingan, kepercayaan, serta nilai-nilai sosial mereka. Secara tidak langsung, media massa memiliki pengaruh yang berbeda bagi tiap individu karena faktor perbedaan kepribadian dan psikologi individu (Depari, 1995:5).

De Fleur (McQuail, 1994 : 234-235) menerangkan dalam The Mecanistic Stimulus - Respon (S-R) Theory dimana behaviorisme sangat berpengaruh terhadap model ini. Model efek media massa tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Harus memperhitungkan reaksi individu, karena sekalipun reaksi yang diharapkan telah terlihat bukti reaksi itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kepribadian, sikap kecerdasan, minat, dan sebagainya. De Fleur menulis pesan media mengandung atribut rangsangan tertentu yang memiliki interaksi yang berbeda-beda dengan karakteristik kepribadian anggota audiens. 2. Semakin jelas bahwa reaksi itu berbeda-beda secara sistematis sesuai dengan kategori sosial penerima yang antara lain berdasarkan usia, pekerjaan, gaya hidup, jenis kelamin, agama dan sebagainya. Pemilihan stimuli yang berupa informasi menyebabkan individu dapat memilih bagi dirinya informasi yang ingin diterimanya, informasi apa yang diingatnya, informasi apa yang akan disalurkan kepada orang lain. Fisher (1986 : 218-219) mengatakan bahwa setiap individu memiliki selektivitas informasi. Individu memiliki dan menjalankan selektivitas ketika mereka menyandi atau mengalih sandi informasi. Individu mencari informasi yang konsisten dengan keyakinan sebelumnya dan menyimpan (mengingat) informasi yang juga konsisten dengan keyakinan semula, sehingga dengan cara itu melupakan informasi yang berbeda. Produk dari prinsip terpaan dan ingatan yang selektif ini adalah penghindaran selektif, yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung untuk menghindari atau mengabaikan informasi yang ada dalam lingkungannya yang tidak konsisten dengan keyakinan yang ada.

Pemilihan stimuli dengan sendirinya tidak akan dipersepsi semuanya oleh khalayak. Hanya stimuli-stimuli yang menimbulkan perhatian sajalah yang akan dipersepsi secara baik-baik. Perhatian dalam hal ini juga merupakan faktor yang amat menentukan dalam mempersepsi suatu obyek di samping faktor fungsional dan struktural di atas. Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 52) mendefinisikan perhatian sebagai suatu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita berkonsentrasi pada salah satu alat indera yang lain. Pemilihan stimuli melalui proses perhatian selektif tersebut dijelaskan oleh Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 54-55) melalui dalil-dalil perhatian selektif sebagai berikut: 1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif danrefleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhatian dari stimuli yang satu dengan memindahkannya pada stimuli yang lain. 2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang paling menonjol, atau melibatkan kita. 3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikate.

4. Kebiasaan yang sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian. 5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. 6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita. 7. Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi. 8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). 9. Intensitas perhatian tidak konstan. 10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi pada objek secara keseluruhan.

11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian pada stimuli terhadap stimuli mungkin akan berhenti. 12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak, makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu. 13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian. Berdasarkan penjelasan di atas, Sarjono (1985 : 18) menunjukkan bahwa pesan-pesan yang sampai pada komunikan apabila tidak sesuai dengan sikap dan keyakinannya akan disaring dulu melalui mental screen yang meliputi: 1. Selective exposure artinya kecenderungan hanya mau memperhatikan pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. 2. Selective perception artinya kecenderungan hanya mau menginterpretasikan pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. 3. Selective retention artinya kecenderungan hanya mau mengingat-ingat pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. Menurut Werner J. Severin (2005 : 83-85), persepsi selektif merupakan kecenderungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologi lainnya. Persepsi selektif menyiratkan bahwa orang yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi dipengaruhi oleh sejumlah factor psikologis,

termasuk asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, harapanharapan budaya, motivasi (kebutuhan), suasana hati (mood), serta sikap. Khalayak dalam mengadakan selektivitas stimuli, sesuai dengan kepentingannya. Hal ini ditentukan oleh motif-motif yang terdapat dalam dirinya. Motif khalayak terhadap suatu media dilihat dari adanya dorongan-dorongan atau alasan yang menyebabkan mereka mengkonsumsi media tertentu. Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif seperti yang didefinisikan oleh Gerungan (1996 : 140-141) adalah Motif manusia merupakan dorongan, keinginan hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita melalui minat dan perhatian kita. Audiens secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi di antara berbagai pokok isi media. Menurut McQuail (1994 : 216) beberapa hal yang mendasari seseorang menggunakan atau memilih suatu isi media tertentu adalah: (1) Sumber kebutuhan (2) sosial dan psikologis, yang menimbulkan (3) harapan terhadap (4) media massa dan sumber lainnya, yang mengakibatkan (5) perbedaan pola pembedahan (exposure) media massa (atau keterlibatan dalam aktivitas lain) yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya. Menurut Greenberg ( dalam Rakhmat, 2001 : 63) pemirsa mempunyai delapan motif dalam menonton televisi yaitu mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan, kebiasaan saja. Berdasarkan berbagai aliran dalam psikologi motivasional, William J. McGuire ( dalam Rakhmat, 1994 : 208) mengklasifikasikan motif penggunaan media

massa ke dalam dua kelompok besar, yakni motif kognitif dan dan motif afektif. Motif kognitif menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu, sedangkan motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu. Menurut Rakhmat (1994 : 208) teori behaviorisme law of effect adalah perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi. Artinya, khalayak tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan mereka. Jadi, khalayak menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Perspektif khalayak media bersifat aktif dalam menerima pesan media, sehingga Kriyantono (2007 : 201) menganggap khalayak sebagai adifferentiated set of small groups or communities. Khalayak dipandang sebagai anggota-anggota kelompok yang berbeda karakteristiknya serta dimungkinkan dipengaruhi oleh karakteristik kelompoknya. Khalayak tidak berdiri sendiri dalam menerima terpaan pesan media, melainkan dipengaruhi faktor-faktor lain diluar diri khalayak seperti reference group yang sangat menentukan bagaimana khalayak menginterpretasi dan mengelola terpaan pesan tersebut. Khalayak pada dasarnya memiliki tingkat selektivitas yang tinggi, bukanlah penerima yang pasif. Mereka terdiri dari individuindividu yang menuntut sesuatu dari komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya. Apabila khalayak memperoleh kesenangan sekaligus pemenuhan kebutuhan akan informasi dari sebuah stasiun televisi, maka akan timbul kepercayaan dan kecintaan terhadap stasiun televisi bersangkutan. Khalayak akan lebih memilih menonton stasiun televisi yang telah menjadi kepercayaannya meskipun tersedia berbagai alternatif stasiun lainnya.

I.7 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa. (Nawawi,1997:40). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dignakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 : 33). Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang meupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.7.1 Variabel bebas (X) Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat,2004:12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan. 1.7.2 Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat,2004:12). Variabel yang terikat dalam penelitian ini adalah televisi lokal Deli TV Medan.

1.7.3 Variabel antara (Z) Varibel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. (Nawawi,1997:58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. I.8 Model Teoritis Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan variabel variabel yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut: Gambar 1. Model Teoritis Variabel bebas (X) Variabel Terikat (Y) Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas SimalingkarMedan Televisi Lokal Deli TV Medan Karakteristik Responden I.9 Variabel Operaional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian diperlukan suatu oerasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Operasional Variabel Variabel Teorotis 1. Seleksi Varibel Operasional Variabel Bebas (X) Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan. 2. Interpretasi 3. Reaksi Variabel Terikat (Y) Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden 1. Pilhan acara : a. Acara Pendidikan b. Acara Informasi c. Acara Hiburan 2. Jenis Acara 3. Tampilan Deli TV (DTV) : a. Slogan b. Logo c. Kaulitas gambar dan suara d. Jangkauan Transmisi e. Format acara f. Pembawa acara 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Pekerjaan 5. Agama 6. Suku 7. Durasi Menonton

I.10 Defenisi Operasional Defenisi opersiaonal merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam krangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46). Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1.10.1 Variabel Bebas (X) Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, yang meliputi : 1) Seleksi, adalah proses penyaringan informasi yang diterima oleh Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan setelah menonton acara-acara televisi lokal Deli TV (DTV) Medan. 2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam hal ini adalah pola pemikiran dan pengetahuan masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap televisi lokal Deli TV (DTV) Medan yang berhubungan dengan sistem penilaian, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. 3) Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi yang membentuk suatu pendapat yakni kepuasan. Kepuasan adalah dampak dari perbandingan antara harapan masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh masyarakat setelah menonton televisi local Deli TV Medan.

1.10.2 Variabel Bebas (Y) Statsiun Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan, meliputi : 1) Pilhan acara Pilihan acara televisi lokal adalah acara televisi yang ditonton oleh responden. Dibagi menjadi 3 kategori siaran, yaitu: a. Acara pendidikan adalah acara televisi yang ditujukan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Berupa acara sekolah maupun luar sekolah. b. Acara informasi adalah acara televisi yang bertujuan untuk menyampaikan berita dan informasi, berupa dialog, liputan dan wawancara. c. Acara hiburan adalah acara televisi yang ditujukan untuk memberikan hiburan kepada pemirsa. Berupa film, sinetron, acara anak-anak, kuis, musik, olahraga, dan komedi. 2) Jenis informasi Jenis Informasi adalah informasi acara atau pedoman responden untuk mengetahui tinjauan acara televisi yang disiarkan televisi lokal. 3) Tampilan Deli TV (DTV) Tampilan yang dimaksud adalah Slogan, Logo, Kaulitas gambar dan suara, Jangkauan Transmisi, Format acara, Pembawa acara dalam mengudara sehingga mudah bagi masyarakat mengerti program-program yang disiarkan oleh Deli TV (DTV).

1.10.3 Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden, yang meliputi: 1) Usia adalah tingkatan umur dari responden 2) Jenis kelamin adalah jenis kelamin dari responden, laki-laki dan perempuan. 3) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden yang terahir 4) Pekerjaan adalah pekerjaan responden saat penelitian dilakukan. 5) Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi lokal perhari yang diukur dalam menit yaitu antara 30 menit perhari minimal 2 kali dalam seminggu.