BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang

dokumen-dokumen yang mirip
1. Layout Awal Hard and Soft Compound CV.ISO Rubber Semarang. 2. Layout Alternatif 1. Skala 1:500. Skala 1:500 Skala 1:500.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. jasa konveksi di kota Baganbatu. Konveksi ini di dirikan oleh Bapak Sarman pada

Analisis Penempatan Kerja Karyawan Dengan Menggunakan Metode Hungarian Pada PT. Rines Jaya Utama : Agustinus NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Pada Perusahaan Konveksi CV Sinar Jaya. Hardi Setiawan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK PAKAIAN POLISI PADA UD. BINTANG MAHARANI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING

dalam menerangkan arus (aliran) dan tangung jawab terhadap pekerjaan yang A. Struktur Organisasi CV. Jernih Garmen.

BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Masing-masing perusahaan menampilkan performa dan keunggulan masingmasing.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A. 2015/2016 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Tunas Den s adalah perusahaan perorangan yang didirikan oleh bapak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA USAHA HANY COLLECTION. : Indina Tarziah NPM :

DAFTAR DIAGRAM Diagram Judul Halaman 5.1. Penjadwalan Awal Produk Singlet Penjadwalan Awal Produk Baju Penjadwalan Awal Produk Jaket

BAB III OBJEK PENELITIAN. Perusahaan PT Abdy Sentra Kreasi adalah sebuah pabrik pengolahan dan

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV OPERASIONAL AUDIT ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA CV ENDANG AJI TRADING

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

PEHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN PAKAIAN BATIK UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA PERUSAHAAN

BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN)

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA FORBOYS

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan,

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 3 OBJEK DAN DESIGN PENELITIAN

THE FACTORY ORGANISATION

USULAN PERBAIKAN ALIRAN PROSES PRODUKSI UNTUK MINIMASI MAKESPAN DAN PERANCANGAN METODE PENERIMAAN DAN PENOLAKAN ORDER

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Salah satu hal yang menguatkan persaingan tersebut adalah semakin banyaknya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Mebel CV. Sofa Clasic Pekanbaru. karyawannya pun berasal dari keluarga sendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang ingin memenangkan persaingan dituntut untuk memberikan perhatian

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada bab-bab terdahulu, maka dapatlah dikemukakan beberapa

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

REKAYASA DAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BANGSA

LEMBAR PENGESAHAN. Menyetujui dan Mengesahkan,

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

SKRIPSI PERBAIKAN LAYOUT UNTUK MENGOPTIMALKAN JARAK DAN WAKTU DI HOME INDUSTRY YUANA BAKERY

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI

Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke-26 Mataram Nusa Tenggara Barat 2018

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA SING SAE KONVEKSI

EVALUASI KETEPATAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTINGPADA KONVEKSI KUMALA JAYA DI SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. tulang punggung hampir semua bidang usaha, mulai dari sekala kecil di pedesaan. pengembangan dan penanganan bisnisnya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. berkembang dan berjalan hingga saat ini. Pada awal berdirinya, toko Fiondy

BAB V PENUTUP. Kepemilikan Toko Kolbandang berada di bawah 1 orang yaitu pemilik (Bu. Meningkatnya kebutuhan Toko Kolbandang untuk membangun struktur

BAB I Pendahuluan. Organisasi atau perusahan dewasa ini menghadapi kompetisi yang semakin

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Butik Indah Bordir Sidoarjo. Butik Indah Bordir Sidoarjo merupakan perusahaan yang bergerak di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tempat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri adalah suatu upaya

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUBAR BARCA BUSANA BATIK ANAK-ANAK HASIL DAUR ULANG KAIN PERCA PKM-K

PENINGKATAN DAYA SAING MELALUI KUALITAS PRODUK FASHION. Oleh : Nanie Asri Yuliati Program Studi Pendidikan Teknik Busana, FT. UNY

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PT X MENGGUNAKAN ALGORITMA COMPUTER AIDED LAYOUT SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA. David, Fred R Manajemen Stratejik. Jakarta: Gramedia. Kuncoro, Mudrajad Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan pembayaran cash dan kredit. Lokasi kantor PT. Jasarendra Jawisesa terletak

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan era globalisasi yang penuh dengan kompetisi tidak

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. PT.Ricky Putra Globalindo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Profil Perusahaan. Sejarah Perusahaan. (project manager), dan staff Administrasi (finance and accounting).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

Transkripsi:

48 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang didirikan pada tahun 1996 dan mempunyai 40 mesin dan 30 tenaga kerja pada awal mula berdirinya. Kemudian pada tahun 2008 perusahaan ini mempunyai 70 mesin dan 30 tenaga kerja tetap dan 20 tenaga kerja tidak tetap. Seperti umumnya perusahaan lain, CV Aneka Konveksi memiliki garis wewenang dan tanggung jawab yang mengatur semua tanggung jawab dan wewenang di semua posisi perusahaan ini, dan semuanya ini dapat dilihat pada gambar atau bagan struktur organisasi perusahaan. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi CV Aneka Konveksi: Pemilik (Pimpinan) Wakil Pimpinan Supervisor Karyawan bagian produksi: 1. Bagian pola 2. Bagian pemotong bahan 3. Bagian penjahit 4. Bagian packing Gambar 4.1. Struktur Organisasi CV Aneka Konveksi 48

49 Keterangan: 1. Pimpinan Pimpinan perusahaan bertugas untuk memimpin jalannya perusahaan dan memiliki wewenang penuh terhadap kinerja perusahaan. Pimpinan bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, melakukan evaluasi terhadap kinerja anak buah atau karyawan, serta merencanakan strategi perusahaan yang baik dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. 2. Wakil pimpinan Wakil pimpinan bertugas untuk membantu pimpinan perusahaan dalam menjalankan tugasnya dan jika pimpinan berhalangan maka bertugas mewakili tugas pimpinan dan memimpin perusahaan. Membawahi langsung supervisor sehingga bertugas untuk mengawasi dan mengevaluasi kerja supervisor. 3. Supervisor Bertugas untuk membawahi dan mengawasi kinerja karyawan yang ada di bawahnya, yaitu karyawan di bidang produksi. Jika ada kesalahan karyawan bagian produksi, bertugas menegur dan memberitahu kesalahan, memberikan sanksi dan sebagainya dengan tujuan agar bagian produksi dapat bekerja dengan optimal. 4. Karyawan bagian produksi Karyawan bagian produksi meliputi karyawan bagian pola, bagiana pemotong bahan, penjahit, dan bagian packing. Mereka semua bertugas

50 untuk melaksanakan proses produksi dari mulai pemotongan bahan, pembuatan pola, menjahit dari kain hingga menjadi barang jadi (baju) dan melakukan packing hingga produk siap dipasarkan. 4.2.Proses Produksi Proses produksi pada penelitian ini meliputi proses dari persiapan bahan baku hingga barang jadi (pakaian) dengan perincian sebagai berikut: A B C D E I H G F Keterangan: A = Gudang Bahan Baku B = Pemotongan bahan baku kain dan pembuatan pola C = Obras (untuk merapikan dan menyambung semua bagian baju/hem) D = Mesin jarum 1 dan 2 (proses penjahitan dimulai dengan pembuatan kerah, lengan kanan dan kiri, pembuatan kantong dan tutup, penyambungan bagian belakang hem, penyambungan pundak, penjahitan bagian samping, penjahitan lipat baju depan kanan dan kiri) E = Overdeck (untuk proses pelipatan bagian bawah baju/hem) F = Lubang kancing

51 G = Pasang kancing H = Seterika I = Packing Proses produksi dalam pembuatan hem pada CV Aneka Konveksi adalah sebagai berikut : 1. Gudang Bahan Baku Merupakan tempat dimana bahan baku kain disimpan yang diperlukan untuk proses produksi. 2. Tempat pemotongan bahan baku kain Dalam tahap ini dilakukan proses pemotongan bahan baku kain sesuai dengan ukuran pesanan dan kemudian dilakukan pembuatan pola. 3. Obras Proses pengobrasan dilakukan untuk merapikan dan melakukan penyambungan bagian hem. 4. Mesin jarum 1 dan 2 Proses penjahitan ini dimulai dari pembuatan kerah, pembuatan lengan, pembuatan kantong dan tutup, penyambungan bagian belakang hem, penyambungan pundak, penjahitan bagian samping, penjahitan lipat lengan, penjahitan lipat baju kiri dan kanan. 5. Overdeck Merupakan pembuatan untuk lipatan bagian bawah hem. 6. Pembuatan lubang kancing Langkah berikutnya adalah pembuatan lubang kancing.

52 7. Pemasangan kancing Setelah itu kemudian hem dipasang kancing. 8. Seterika Kemudian berikutnya adalah hem diseterika. 9. Packing Dilakukan proses packing atau pengemasan hem yang sudah jadi. Untuk proses penjahitan terdiri dari mesin jarum 1 hingga mesin jarum 2, berikut ini adalah perinciannya: 1. Mesin jarum 1: untuk proses pembuatan kerah, pembuatan lengan, pembuatan kantong dan tutup, penyambungan bagian belakang hem. 2. Mesin jarum 2: penyambungan pundak, penjahitan bagian samping, penjahitan lipat lengan, penjahitan lipat baju kiri dan kanan 4.3.Hasil Analisis dan Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil analisis data untuk layout terdahulu, layout alternatif 1 dan layout alternatif 2 yang diajukan oleh peneliti kepada pihak perusahaan yaitu CV Aneka Konveksi, tetapi terlebih dahulu akan dihitung jumlah peralatan yang dibutuhkan dan luas area produksi.

53 4.3.1. Perhitungan Jumlah Peralatan yang Dibutuhkan Langkah pertama adalah menentukan jumlah peralatan yang dibutuhkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Jumlah waktu proses (T) i. Mesin obras T = 1 Kemeja membutuhkan waktu 7 menit ii. Mesin jarum T = 1 Kemeja membutuhkan waktu 17 menit iii. Mesin overdeck T = 1 Kemeja membutuhkan waktu 3 menit iv. Lubang kancing T = 1 Kemeja membutuhkan 3 menit v. Pasang kancing T = 1 Kemeja membutuhkan 2 menit b) Jumlah produksi (P) Pi = Pg X ( 1 + % p ) Produksi per bulan = 23400 Kemeja/ bulan Hari kerja = 26 Hari 23400 kemeja / 26 hari = 900 Unit Kemeja per Hari P1. Obras = 904 X ( 1 + 0,00005 ) = 905 P2. Jarum = 903 X ( 1 + 0,00005 ) = 904 P3. Overdeck = 902 X ( 1 + 0,00005 ) = 903 P4. Lubang Kancing = 901 X ( 1 + 0,00005 ) = 902 P5. Pasang Kancing = 900 X ( 1 + 0,00005 ) = 901 Data tersebut berdasarkan pada proses produksi dalam satu bulan. Artinya produk cacat sangat kecil yaitu sekitar 0,005% saja.

54 c) Tingkat efisiensi mesin (E) Membutuhkan data berupa jumlah waktu yang hilang. Data tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Jumlah Satuan Waktu yang Hilang per hari dalam Proses Produksi Keterangan Penyesuai an (menit) Perbaik an (menit) Pengecek an (menit) Pembersih an (menit) Jml wkt hilang (menit) Mesin obras 2 3 1 2 8 Mesin jarum 2 2 2 3 9 Mesin 3 3 2 4 12 overdeck Pasang 2 2 1 2 7 kancing Lubang kancing 1 0 0 1 2 Sumber : Data Primer Dengan adanya data yang terdapat pada tabel 4.1. diatas maka nilai H yang terdapat pada rumus efisiensi peralatan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: H (Waktu kerja rill) = Jam operasi Berdasarkan data tabel 4.2. dan juga rumus tersebut maka hasil dari perhitungannya adalah : yang tersedia - Jam istirahat kerja - Waktu hilang Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Nilai H Keterangan Waktu Kerja Istirahat Waktu Hilang (jam) (jam) (menit) Mesin obras 9 1 8 Mesin jarum 9 1 9 Mesin overdeck 9 1 12 Pasang kancing 9 1 7 Lubang kancing 9 1 2 Sumber : Data Primer yang sudah diolah Total Nilai H (jam) 7.87 7.85 7.8 7.88 7.97

55 Maka dapat dihitung tingkat efisiensi peralatan dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : H Efisiensi Peralatan = D Dimana : H = Waktu kerja rill (Jam) D = Jam operasi yang tersedia/operating time (Jam/hari/shift) Hasil dari perhitungannya adalah sebagai berikut : a. Mesin obras memiliki tingkat efisiensi peralatannya sebesar = 7.87 / 9 = 0,874 b. Mesin jarum memiliki tingkat efisiensi peralatannya sebesar = 7.85 / 9 = 0,872. c. Mesin overdeck memiliki tingkat efisiensi peralatannya sebesar = 7.8 / 9 = 0,866. d. Mesin pasang kancing memiliki tingkat efisiensi peralatannya sebesar = 7.88 / 9 = 0,875. e. Mesin lubang kancing memiliki tingkat efisiensi peralatannya sebesar = 7.97 / 9 = 0,885. Tabel 4.3. Data Proses Penentuan Jumlah Peralatan Keterangan Waktu Proses (T) Jam kerja (Jam) Efisiensi Peralatan (E) N Mesin obras 7 9 0.874 13 Mesin jarum 17 9 0.872 32 Mesin overdeck 3 9 0.866 6 Lubang kancing 3 9 0.875 6 Pasang kancing 2 9 0.885 4

56 d) Jumlah Mesin ( Ni ) Berdasarkan tabel 4.4. maka hasil dari perhitungan dalam menentukan jumlah peralatan sebagai berikut : i. Mesin obras Tahapan ini memerlukan jumlah peralatan untuk mesin obras: 7 905 x = ( 0,1167) x( 115,052) = 13,426 = 14. 60 9x0,874 Sehingga peralatan yang digunakan untuk obras adalah 14 unit mesin obras. ii. Mesin jarum (yaitu mesin jarum 1 dan 2) Pada tahapan ini peralatan yang digunakan adalah mesin jarum. Bagian ini diperhitungkan berupa jumlah peralatan yang dibutuhkan dengan cara mengalikan hasil bagi antara waktu (T), 60 menit serta pembagian antara jumlah produk yang dibagi dengan hasil perkalian tingkat efisiensi peralatan dan jam kerja (Yamit, 161) 17 904 = x = x 60 9x0,872 ( 0,283) ( 115,188) = 32,5 = 33 Dalam tahapan ini diperlukan jumlah peralatan untuk mesin jarum sebanyak 33 unit. iii. Mesin overdeck Tahap ini membutuhkan jumlah peralatan sebanyak: 3 903 x = ( 0,05) x( 115,858) = 5,7929 = 6. 60 9x0,866

57 Sehingga jumlah mesin yang dibutuhkan untuk tahap ini sejumlah 6 mesin overdeck. iv. Lubang kancing Tahapan ini membutuhkan jumlah peralatan sebanyak 3 60 902 x = 9x0,875 ( 0,05) x( 114,539) = 5,727 = 6 Sehingga jumlah yang dibutuhkan untuk tahapan ini sejumlah 6 mesin lubang kancing. v. Pasang kancing Pada bagian tahapan ini jumlah peralatan yang digunakan 2 60 901 x = 9x0,885 ( 0,033) x( 113,119) = 3,733 = 4 Jumlah peralatan yang dibutuhkan untuk tahapan ini sejumlah 4 mesin pasang kancing. 4.3.2. Perhitungan Luas Area Tahap selanjutnya adalah mencari luas area untuk ruang produksi lantai 1 yang berisikan berbagai macam mesin dari mulai mesin jarum, mesin obras, mesin overdeck, mesin pasang kancing dan lubang kancing. Ruangan seluas 122,76 m² untuk bagian produksi lantai 1 ini sudah diperhitungkan untuk ruang gerak karyawan dan penerimaan order (meja pesanan) dengan mengalikan jumlah peralatan yang ada ditempat itu dengan tiga dari luas masing-masing peralatan serta ditambah luas peralatan yang digunakan (Reksohadiprodjo, 1986:136), yaitu sebagai berikut :

58 Luas peralatan = 0,4x0,9 = 0,36m ( x( 0,4 0,9m) ) Luas gerak dan penyimpanan = 61 3 x 2 = 65,88m Luas minimal = 65,88 + 0,36 = 66,24 m 2 Dalam tahapan ini diperlukan luas ruangan minimal 65,88m² untuk ruang gerak karyawan dan penyimpanan. Sehingga ruangan seluas 122,76 m² pada tahapan ini cukup luas untuk gerak karyawan dan penyimpanan, serta untuk peralatan/mesin yang digunakan. 2 4.3.3. Layout Terdahulu Sebelum membahas lebih lanjut mengenai layout alternatif, terlebih dahulu akan dibahas mengenai layout terdahulu pada perusahaan.

Gambar 4.2. Layout CV Aneka Konveksi 59

60 Keterangan: = Mesin Jarum = Mesin Obras = Mesin Overdeck = Mesin Pasang Kancing = Mesin Lubang Kancing A = Meja Pemesanan = Peralatan Benang & Jarum

61 4.3.4. Gambar Layout Alternatif Berikut ini adalah gambar untuk layout alternatif 1: Gambar 4.3. Layout Alternatif 1

62 Keterangan: = Mesin Jarum = Mesin Obras = Mesin Overdeck = Mesin Pasang Kancing = Mesin Lubang Kancing A = Meja Pemesanan = Peralatan Benang & Jarum

63 4.3.5. Layout Alternatif 2 Berikut ini adalah gambar untuk layout alternatif 2 pada penelitian ini: Gambar 4.4. Layout Alternatif 2

64 Keterangan: = Mesin Jarum = Mesin Obras = Mesin Overdeck = Mesin Pasang Kancing = Mesin Lubang Kancing A = Meja Pemesanan = Peralatan Benang & Jarum

65 4.3.6. Layout Terbaik Tabel 4.4. Nilai dan Total Berbagai Layout Kriteria Nilai Layout Layout 1 Layout 2 Terdahulu Flow material 2 4 4 Produk 4 4 4 Peralatan dan mesin 3 9 6 Minimum movement 3 9 6 Sequence 3 9 6 Maintenance dan replacement 4 4 4 Employee area 4 4 4 Service area 2 2 2 Plant climate 4 4 4 Total: 29 49 40 Untuk mengetahui layout terbaik dilakukan dengan membandingkan antara layout terdahulu, layout alternatif 1 dan layout alternatif 2. Untuk layout terdahulu tampaknya masih kurang baik dna kurang efektif karena ternyata mesin optimal yang sebaiknya dimiliki adalah mesin jarum 33 (kelebihan 3 untuk layout lama). Kemudian untuk mesin obras jumlah idealnya adalah 14 (sudah sesuai jumlahnya dengan layout lama), mesin overdeck sebanyak 6 (sudah sesuai), mesin pasang kancing 4 (kelebihan 5 untuk layout lama) dan mesin lubang kancing 6 (sudah sesuai). Jadi antara layout alternatif 1 dan 2 akan dibandingkan manakah yang terbaik. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pemilik perusahaan yaitu pemiik CV Aneka Konveksi ini ternyata nilai perkalian antara bobot dan nilai untuk layout alternatif 1 memiliki nilai total sebesar 49 dan untuk layout alternatif 2 memiliki nilai total sebesar 40. Artinya layout alternatif 1 adalah yang terbaik dibandingkan dengan layout

66 alternatif 2 karena dilihat dari flow material, produk, peralatan dan mesin, minimum movement, sequence, maintenance dan replacement, employee area, service area, dan plant climate. Maka layout terbaik adalah layout alternatif 1. Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa terdapat kelebihan mesin pada CV Aneka Konveksi. Mesin tersebut dimasukkan ke gudang sebagai cadangan atau dapat digunakan sebagai tambahan mesin di masa mendatang jika terjadi peningkatan permintaan.