BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pertanyaan dalam bentuk daftar isian (kuesioner) kepada responden.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu cross-sectional yang merujuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data,

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini penulis mengambil tempat pada PT.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya bersifat asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

BAB III METODE PENELITIAN

Data Deskriptif Keterangan Jumlah %

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. populasi responden sebanyak 42 responden masyarakat yang mengkonsumsi atau

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui persoalan atau keadaan

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory research, yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian mengenai jenis penelitian, metode penelitian, unit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengukuran kualitas website Untag. Secara singkat dapat dilihat pada Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Untuk memperoleh data dalam pengujian ini, penulis telah membagikan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel)

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mitsubishi Colt Diesel FE 74 HD PT. Suka Fajar di Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Novotel Jakarta Mangga Dua Square, hotel bintang 4 yang didirikan pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. PKS Sei Tapung yang berlokasi di Desa Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten

BAB III: METODE PENELITIAN. Kuantan Singingi. Masyarakatnya sangat heterogen, yaitu terdiri dari

. BAB III METODE PENELITIAN. negeri favorit yang berada di kota Samarinda. Semua Guru yang mengajar di SMA Negeri 3 Samarinda.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Data-data yang diolah dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Cabang Pekalongan yang berjumlah nasabah. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari hubungan dan faktor risiko dengan akibat yang berupa penyakit atau keadaan (status) kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan (Nasir A dkk, 2011). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara tahun 2012. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian data, pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut direncanakan akan dilakukan pada bulan Februari 2012-Februari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0 59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai pada tahun 2011. Jumlah ibu yang ada di Kecamatan Sei Balai sebanyak 2940 orang. 3.3.2 Sampel Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah orang. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut: n= 2 { Z1 α / 2 P0 ( 1 P0 ) + Z1 β Pa( 1 Pa )} ( P P ) 2 a o Keterangan: n = Besar sampel minimal Z₁-α/ 2 = Nilai deviasi standar pada α 5% =1,96 Z ₁- β = Nilai deviasi standar pada β 20% = 0,842 P₀ = Proporsi kunjungan balita ke posyandu sebesar 74,18% (Dinkes Kab. Batu Bara) Pa = Proporsi kunjungan balita ke posyandu yang diharapkan 84,18% Pa- P₀ = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 10%

n = { 1,96 0,74(0,26) + 0,842 0,84( 0,16) } 2 ( 0,84 0,74) = 137 Penentuan besar sampel tiap desa di Kecamatan Sei Balai dengan metode proportional random sampling dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Sei Balai No Nama Desa Populasi Perhitungan Besar sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Sei Balai Tanah Timbul Mekar Mulio Sido Mulyo Benteng Jaya Suka Rejo Suka Ramai Kwala Kasim Mekar Baru Durian Perkebunan Sei Bejangkar Perkebunan Sei Balai Siajam Perjuangan 170 253 142 176 96 384 162 164 233 107 376 219 252 206 170/2940x137 253/2940 x137 142/2940 x137 176/2940 x137 96/2940 x137 384/2940 x137 162/2940 x137 164/2940 x137 233/2940 x137 107/2940 x137 376/2940 x137 219/2940 x137 252/2940x137 206/2940 x137 8 12 7 8 4 18 8 8 11 5 17 10 12 9 Jumlah 2940 137 2 Pengambilan sampel terpilih dari setiap dusun dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel random sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 137 ibu yang mempunyai balita.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan metode kuesioner yang telah diuji coba yang mengacu pada variabel yang akan diteliti. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder di peroleh dari puskesmas dan posyandu yang meliputi, jumlah balita yang berusia 0-59 bulan, laporan penimbangan posyandu yang diperoleh dari KMS, register posyandu dan catatan jumlah balita di puskesmas. Sedangkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kecamatan Sei Balai. 3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai corrected item total correlation. Dari hasil analisis dibandingkan dengan r tabel (0,361) pada α 5% df = 28, jika item pertanyaan memiliki nilai corrected item total correlation kurang dari 0,361 maka pertanyaan dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010). Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini tekhnik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha, yaitu

menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Koefisien yang akan dihasilkan akan bervariasi antara 0 hingga 1, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel (Hidayat, 2010). Uji validitas dan reabilitas dilakukan pada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara dengan alasan memiliki karakteristik yang relatif sama. Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji 1. Membawa anak ke posyandu 30 0,644 Valid membuat anak menjadi lebih sehat 2. Karena tidak dikenakan biaya 30 0,658 Valid saya membawa balita saya ke posyandu 3. Membawa anak balita untuk 30 0,445 Valid di timbang secara rutin tiap bulan sampai usia 5 tahun tidak akan membuang waktu 4. Jarak posyandu yang dekat 30 0,673 Valid dari rumah, memungkinkan pergi ke posyandu 5. Memiliki Kartu menuju 30 0,626 Valid sehat (KMS) membuat saya akan datang mengunjungi posyandu 6. Kehadiran petugas kesehatan 30 0,556 Valid dan tokoh masyarakat membuat saya lebih rajin ke posyandu 7. Membawa balita ke posyandu 30 0,626 Valid meskipun balita dalam keadaan sakit adalah hal yang baik Cronbach Alpha Hasil Uji 0,878 Reliabel

Tabel 3.2 (Lanjutan) Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji 8. Pelayanan di posyandu 30 0,730 Valid kurang baik karena fasilitasnya kurang lengkap membuat saya enggan pergi ke posyandu 9. Kegiatan Pemberian 30 0,481 Valid makanan tambahan diposyandu membuat anak saya lebih sehat 10. Kegiatan penyuluhan di 30 0,609 Valid posyandu perlu membuat saya lebih banyak tahu tentang kesehatan balita Cronbach Alpha Hasil Uji Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung ) lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,878 dan lebih besar dari nilai r tabel, hal ini menunjukkan bahwa sepuluh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Norma Subjektif Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation 1. Saya berkeinginan untuk membawa anak balita saya keposyandu atas saran Keluarga saya 2. Saya termotivasi membawa balita saya ke posyandu seperti yang disarankan oleh Kader 3. Pendapat Petugas kesehatan berpengaruh pada saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu Hasil Uji 30 0,790 Valid 30 0,407 Valid Cronbach Alpha Hasil Uji 30 0,410 Valid 0,781 Reliabel

Tabel 3.3 (Lanjutan) Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji 4. Pendapat Tokoh masayarakat 30 0,828 Valid memengaruhi saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu 5. Melihat ibu-ibu lain 30 0,377 Valid membawa anak ke posyandu mendorong saya untuk membawa anak ke posyandu Cronbach Alpha Hasil Uji Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung ) lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya lima item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel norma subjektif semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,781 dan lebih besar dari nilai r tabel, hal ini menunjukkan bahwa lima item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perceived Behavioral Control Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation 1. Karena tidak dikenakan biaya, untuk datang ke posyandu memungkinkan saya membawa balita saya ke posyandu 2. Jarak posyandu yang dekat dengan rumah memudahkan saya untuk datang ke posyandu 3. Anak sakit bukan hambatan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu 4. Pekerjaan saya bukan hambatan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu Hasil Uji 30 0,623 Valid 30 0,765 Valid 30 0,401 Valid Cronbach Alpha Hasil Uji 30 0,533 Valid 0,832 Reliabel

Tabel 3.4 (Lanjutan) Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji 5. Memiliki balita lebih dari 30 0,711 Valid satu bukan halangan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu 6. Jika adaanggota keluarga 30 0,408 Valid yang mengantar ke posyandu memudahkan saya untuk pergi ke posyandu 7. Ajakan tetangga pada setiap 30 0,623 Valid kegiatan posyandu membuat saya lebih rajin ke posyandu Cronbach Alpha Hasil Uji Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung ) lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya tujuh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived behavioral control semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,832 dan lebih besar dari nilai r tabel, hal ini menunjukkan bahwa tujuh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Intensi Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation 1. Saya akan membawa anak saya ke posyandu bulan depan. 2. Saya akan membawa anak saya ke posyandu setiap bulan 3. Saya akan melakukan kunjungan ke posyandu sampai anak saya berumur 5 tahun Hasil Uji 30 0,974 Valid Cronbach Alpha Hasil Uji 30 0,946 Valid 0,978 Reliabel 30 0,942 Valid

Tabel 3.5 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung ) lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya tiga item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel intensi emuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,978 dan lebih besar dari nilai r tabel, hal ini menunjukkan bahwa tiga item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. 3.5 Definisi Operasional Variabel 1. Sikap adalah kecenderungan responden untuk bereaksi afektif terhadap kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel sikap berjumlah 10 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7. 2. Norma Subjektif adalah motivasi responden untuk mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 5 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 3. Perceiveid Behavioral Control adalah keyakinan responden terhadap kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 7 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 4. Intensi adalah kecenderungan responden untuk melakukan atau tidak melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 3 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7

5. Kunjungan balita ke posyandu adalah kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : kunjungan ibu balita ke posyandu 3.6.2 Variabel Independen Variabel independen dari penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, perceived behavioral control. 3.6.2 Variabel Antara Variabel Antara dari penelitian ini adalah Intensi. 3.6.3 Aspek Pengukuran Tabel 3.6 Skala Pengukuran Variabel No Variabel Defenisi Operasional 1. Sikap Kecenderungan responden untuk bereaksi afektif terhadap kunjungan ke posyandu 2. Norma Motivasi responden untuk mematuhi subjektif pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan 3. Perceived Behavioral Control ke posyandu Norma subjektif Keyakinan responden terhadap kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu 4. Intensi Kecenderungan responden untuk melakukan kunjungan ke posyandu Skala Pengukuran Interval Interval Interval Interval

Tabel 3.6 (Lanjutan) No Variabel Defenisi Operasional 5. Kunjungan balita ke posyandu Kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir Skala Pengukuran Interval 3.7 Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis jalur (path analysis). Menurut Reterford (1993) dalam Sunyoto (2011) menyatakan analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya memengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. 3.7.1 Prinsip-prinsip Dasar 1. Adanya linearitas. Hubungan antar variabel bersifat linear. 2. Adanya aditivitas. Tidak ada efek-efek interaksi. 3. Data bersifat interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval. 4. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu variabel-variabel dalam model. 5. Sebaiknya hanya terdapat multikolinearitas yang rendah. Multikolinearitas maksudnya dua atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan mendapatkan standar

error yang besar dari koefisien beta yang digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial. 6. Adanya recurcivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali. 7. Spesifikasi model benar diperlukan untuk menginterpretasi koefisienkoefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan kovarians bersama dengan semua variabel yang tridak diukur dan tidak akan dapat diinterpresati secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung. 8. Terdapat masukan korelasi kita yang sesuai. Artinya jika menggunakan matriks korelasi sebagai masukan, maka korelasi Pearson digunakan untuk dua variabel berskala interval. 9. Terdapat ukuran sampel yang memadai menggunakan sampel minimal 100 untuk memperoleh hasil analisis yang signifikan dan lebih akurat. 10. Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur. 11. Asumsi analisis jalur mengikuti asumsi umum regresi linear yaitu : a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikan pada anova sebesar < 0.05 b. Prediktor yang digunakan untuk sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka standar error of estimate < standard deviation.

c. Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji T. Koefisien regresi signifikan jika T hitung > T tabel d. Tidak boleh terjadi multikolinearitas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang terlalu tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. e. Tidak terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson < 1 dan > 3 3.7.2 Pemodelan Jalur X 1 X 2 e1 X 4 Y e2 X 3 Gambar 3.1 Pemodelan Jalur Berdasarkan gambar model di atas, dapat dibuat persamaan struktural analisis dua jalur yang meliputi X 1,X 2,X 3 sebagai variabel bebas, X 4 sebagai variabel antara dan Y` sebagai variabel terikat dan e = error sebagai berikut ; a. Persamaan substruktur pertama : X4 = b 1 X 4 X 1 + b 2 X 4 X 2 + b 1 X 4 X 3 + e 1 b. Persamaan substruktur kedua : Y = b 1 YX 1 + b 2 YX 3 + b 3 YX 4 + e 2

Keterangan: X 1 = Sikap X 2 = Norma subjektif X 3 = Perceived behavioral control X 4 = Intensi Y = Kunjungan balita ke posyandu

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Sei Balai adalah salah satu dari 7 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara yang sebelumnya merupakan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Asahan, selanjutnya pada tahun 1993 dimekarkan menjadi Kecamatan Perwakilan Sei Balai dan pada 16 Oktober 2000 resmi menjadi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan secara depenitif, dan terdiri dari 11 Desa. Pada saat pemekaran Kabupaten Batu Bara pada tahun 2006 jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai terdiri dari 8 desa, karena 3 desa masuk ke wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Selanjutnya pada Tahun 2011 berdasarkan usulan masyarakat desa dan sesuai dengan kriteria dan perundang-undangan, desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan Sei Balai dimekarkan 6 desa, sehingga jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai pada saat ini menjadi 14 desa. Batas-batas Kecamatan Sei Balai sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kecamatan Talawi b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kabupaten Asahan Kecamatan Sei Balai berada pada ketinggian 0-6 meter dari permukaan laut dan terletak di koordinat 0 0 Lintang Selatan -3 0 Lintang Utara dan 96 0 Bujur Timur 102 0 Bujur Barat. Luas wilayah Kecamatan Sei Balai 9.286,9 Ha yang terdiri dari 14 Desa yaitu : 1. Desa Durian 201 Ha 2. Desa Sukaramai 208 Ha 3. Desa Kwala Sikasim 211 Ha 4. Desa Perk. Sei Bejangkar 1.619,9 Ha 5. Desa Mekar Mulio 225 Ha 6. Desa Perk. Sei Balai 3.727 Ha 7. Desa Siajam 250 Ha 8. Desa Sei Balai 100 Ha 9. Benteng Jaya 150 Ha 10. Tanah Timbul 150 Ha 11. Mekar Baru 245 Ha 12. Sidomulyo 175 Ha 13. Sukorejo 217 Ha 14. Perjuangan 1.808 Ha

Keadaan wilayah Kecamatan Sei Balai mempunyai potensi yang hampir sama dengan Kecamatan-Kecamatan lain yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara. Diantaranya potensi dimaksud adalah : a. Merupakan daerah pertanian tanaman padi juga perkebunan karet dan sawit milik perusahaan (BUMN dan Swasta) b. Wilayahnya terdiri dari dataran rendah yang dilalui oleh sungai-sungai sehingga cocok untuk lahan pertanian. c. Penduduk terdiri dari beberapa suku, agama, dan kebudayaan yang menyatu dalam ke Bhinekaan. d. Terletak dilintas jalan raya Sumatera Utara. 4.1.2 Kependudukan Penduduk Kecamatan Sei Balai sampai dengan bulan Agustus 2012 berjumlah 29.651 jiwa. Laki-laki 14.299 jiwa, perempuan 15.352 jiwa dengan jumlah KK 6.648. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Masing-masing Desa Nama Desa Luas Dusun Jumlah Jumlah Penduduk KK Laki-Laki Perempuan Jumlah Sei Balai 100 10 787 1.337 1.543 2.880 Kwala Sikasim 211 7 539 1.189 1.223 2.412 Mekar Mulio 225 7 321 559 656 1.215 Durian 201 7 588 1.135 1.075 2.210 Sukaramai 208 4 390 755 771 1.526 Siajam 250 8 409 1.373 1.490 2.863 Ps. Balai 3.727 9 675 1.558 1.535 3.093 Ps. Bejangkar 1619.9 5 471 1.135 1.155 2.290

Tabel 4.1 (Lanjutan) Nama Desa Luas Dusun Jumlah Jumlah Penduduk KK Laki-laki Perempuan Jumlah Benteng Jaya 150 6 334 943 1.064 2.007 Tanah Timbul 150 5 278 600 675 1.275 Mekar Baru 245 6 262 600 734 1.334 Suko Rejo 217 9 546 1.120 1.154 2.274 Sidomulyo 175 7 241 620 632 1.252 Perjuangan 1.808 5 807 1.375 1.645 3.020 Jumlah 7.667 95 6.648 14.299 15.352 29.651 Sumber : Profil Kecamatan Sei Balai tahun 2012 Jumlah balita di Kecamatan Sei Balai berjumlah 2940 orang. Tabel 4.2 Distribusi Balita di Kecamatan Sei Balai Berdasarkan Umur No Nama Desa Umur Bulan Tahun 0-6 7-12 1-2 2-3 3-4 4-5 1. Sei Balai 30 30 27 26 29 28 2. Kwala Sikasim 27 18 24 23 24 48 3. Mekar Mulio 17 28 15 25 26 31 4. Durian 12 11 17 18 26 23 5. Sukaramai 15 30 23 17 30 47 6. Siajam 35 33 46 55 34 49 7. Ps. Balai 25 25 45 53 49 22 8. Ps. Bejangkar 38 43 64 82 70 79 9. Benteng Jaya 11 10 18 20 14 23 10. Tanah Timbul 28 29 44 45 55 52 11. Mekar Baru - 44 63 53 40 33 12. Suko Rejo 46 48 72 80 70 68 13. Sidomulyo 18 33 29 34 28 34 14. Perjuangan 45 28 32 33 28 40 Jumlah 347 410 519 564 523 577 Sumber : Data Puskesmas Kecamatan Sei Balai tahun 2011 4.1.3 Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Sei Balai adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas 1 b. Puskesmas Pembantu 5 c. Posyandu 48 d. Dokter 2 e. Perawat 6 f. Bidan Desa 15 g. Kader Posyandu 240 4.1.4 Gambaran Pelaksanaan Posyandu Terlaksananya kegiatan posyandu melibatkan banyak pihak, kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan di puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja. Dalam pelaksanaan posyandu di Kecamatan Sei Balai fungsi kader belum berjalan optimal baik pada hari sebelum, pada hari buka dan hari sesudah posyandu belum terlaksana dengan baik, dari 240 orang kader tidak kader aktif hadir dalam kegiatan posyandu. Pelibatan tokoh masyarakat juga masih belum optimal, tokoh masyarakat sebenarnya mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan kunjungan ke posyandu. Posyandu di Puskesmas Sei Balai sebanyak 48 posyandu dengan strata posyandu 61,54% posyandu madya, 0,14% posyandu purnama dan 0,79% posyandu mandiri dari seluruh strata, posyandu yang aktif hanya 33 %. Jumlah tenaga

kesehatan di Puskesmas Sei Balai 23 orang dan petugas gizi hanya 1 orang. Pada waktu pelaksanaan kegiatan posyandu dari jumlah balita yaitu sebesar 74,18 %. Kegiatan posyandu pada umumnya hanya dimanfaatkan untuk pengobatan dan imunisasi, dan masyarakat enggan untuk membawa balita untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang. 4.2 Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/mendiskripsikan karakteristik responden, sikap, norma subjektif dan perceived behavior control dengan intensi dan kunjungan balita ke posyandu. Bentuknya tergantung dari jenis data. Untuk data kategori hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok. Sedangkan untuk data numerik digunakan nilai mean, median, standar deviasi dan lain-lain. Disamping itu juga digunakan untuk melihat normalitas data. 4.2.1 Karakteristik Responden Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anak berjumlah 137 orang ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah berpendidikan SD yaitu sebanyak 60 orang (43,8%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah berpendidikan S1 yaitu 6 orang (4,4%), dapat dilihat berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 No Pendidikan n % 1 SD 60 43,8 2 SMP 23 16,8 3 SMU 37 27,0 4 DI, DII & DIII 11 8,0 5 S1 6 4,4 Total 137 100,0 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 71 orang (51,85), sedangkan responden yang paling sedikit adalah wiraswasta yaitu 12 orang (8,8%), dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 No Pekerjaan n % 1 Ibu rumah tangga 17 12,4 2 Petani 71 51,8 3 Pedagang 23 16,8 4 Wiraswasta 12 8,8 5 PNS 14 10,2 Total 137 100,0 Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak mempunyai anak 2 orang yaitu sebanyak 80 orang (58,4%), sedangkan responden yang paling sedikit mempunyai anak >2 orang yaitu 57 orang (41,6%), dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Anak Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 No Pekerjaan n % 1 2 orang 80 58,4 5 >2 orang 57 41,6 Total 137 100,0 4.2.2 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data menggunakan distribusi normal yakni dengan angka signifikan p > 0,05 maka data berdistribusi normal. Tabel 4.6 Uji Normalitas Variabel Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Intensi dan Kunjungan Balita ke Posyandu Variabel p Keterangan Sikap 0,116 Normal Norma Subjektif 0,122 Normal Perceived Behavior Control 0,143 Normal Intensi 0,109 Normal Kunjungan Balita ke Posyandu 0,050 Normal Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari hasil uji normalitas bahwa seluruh variabel (sikap, norma subjektif, perceived behavior control, intensi dan kunjungan balita ke posyandu) berdistribusi normal. 4.2.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan hasil analisis statistik gambaran karakteristik sikap, norma subjektif, perceived behavior control dengan intensi dan kunjungan balita ke posyandu dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Gambaran Karakteristik Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control dengan Intensi dan Kunjungan Balita ke Posyandu Variabel Mean SD Min Max 95% CI n Sikap 36,72 9,942 17 63 35,04;38,40 137 Norma Subjektif 17,36 2,990 10 27 16,86;17,87 137 Perceived 32,47 7,285 7 49 31,24;33,71 137 Behavior Control Intensi 15,75 2,987 3 21 15,25;16,26 137 Kunjungan 4,54 1,774 1 7 4,24;4,84 137 Balita ke Posyandu Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai rata-rata sikap ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Sei Balai adalah 36,72 dan nilai SD 9,942. Nilai rata-rata norma subjektif ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Sei Balai adalah 17,36 dan nilai SD 2,990. Nilai rata-rata perceived behavioral control ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Sei Balai adalah 32,47 dan nilai SD 7,285. Nilai rata-rata intensi ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Sei Balai adalah 15,75 dan SD 2,987. Nilai rata-rata kunjungan balita ke posyandu adalah 4,54 dan nilai SD 1,774. Kita percaya 95% CI bahwa variabel sikap ibu yang mempunyai balita di populasi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara adalah terletak diantara 35,04 sampai 38,40, variabel norma subjektif ibu yang mempunyai balita dipopulasi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara terletak diantara 16,86 sampai 17,87, variabel perceived behavior control ibu yang mempunyai balita di populasi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara terletak diantara 31,24 sampai 33,71, variabel intensi ibu yang mempunyai balita dipopulasi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara terletak 15,25 sampai 16,26

dan untuk kunjungan balita ke posyandu dipopulasi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara terletak diantara 4,24 sampai 4,84. 4.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebas (sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan intensi) terhadap variabel terikat (kunjungan balita ke posyandu). Dikatakan ada hubungan dan bermakna secara statistik jika diperoleh hasil uji lebih kecil dari nilai p (signifikan) yang ditentukan yaitu p<0,05. Tabel 4.8 Hasil Analisis Bivariat Variabel 1 Variabel 2 p R Keterangan Sikap Norma subjektif 0,156 0,122 Tidak berhubungan Perceived behavioral 0,142 0,126 Tidak berhubungan control Intensi 0,212-0,107 Tidak berhubungan Norma subjektif Kunjungan balita 0,902 0,011 Tidak berhubungan Perceived behavioral 0,071 0,155 Tidak berhubungan control Intensi 0,332 0,083 Tidak berhubungan Perceived behavioral control Kunjungan balita 0,688-0,035 Tidak berhubungan Intensi 0,787-0,023 Tidak berhubungan Kunjungan balita 0,231-0,103 Tidak berhubungan Intensi Kunjungan balita 0,001 0,515* Berhubungan Keterangan : * signifikan Pata Tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen. Terdapat hubungan antara variabel intensi dengan kunjungan balita ke posyandu dengan nilai p = 0,01 (p<0,05).

4.3.1 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model Ringkasan hasil estimasi parameter model untuk pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model Koefisien Model T p R 2 F Jalur Sub struktural 1 (X 1 X 2 X 3 ke X 4 ) X 1 (ρx 4 X 1 ) -0,117-1,341 0,182 0,406 X 2 (ρx 4 X 2 ) 0,101 1,162 0,247 0,022 X 3 (ρx 4 X 3 ) -0,024-0,278 0,782 Sub struktural 2 (X 1 X 2 X 3 X 4 ke Y) X 1 (ρyx 1 ) 0,088 1,172 0,243 X 2 (ρyx 2 ) -0,76-1,005 0,317 0,285 0,001 X 3 (ρyx 3 ) -0,90-1,202 0,231 X 4 (ρyx 4 ) 0,529 7,111 0,001 1. Sub struktural 1 (X 1 X 2 X 3 ke X 4 ) Sikap, norma subjektif dan Perceived Behavior Control tidak memengaruhi intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu dengan nilai F=0,406. Berdasarkan dari Tabel 4.9 di atas menyatakan bahwa secara langsung sikap berpengaruh terhadap intensi. Besarnya pengaruh langsung sikap terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu adalah sebesar -0,117. Sikap mempunyai pengaruh negatif terhadap intensi. Dengan demikian tinggi rendahnya intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu tidak dipengaruhi oleh sikap.

Norma subjektif secara langsung mempunyai pengaruh positif terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh lansung norma subjektif terhadap intensi sebesar 0,101 atau 10,1%. Sedangkan selebihnya 89,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Artinya semakin baik norma subjektif ibu maka semakin baik pula intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Perceived behavioral control secara langsung berpengaruh negative terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh perceived behavioral control terhadap intensi sebesar -0,024. Jika terjadi peningkatan intensi maka Perceived behavioral control akan meningkat sebesar -0,024. 2. Sub struktural 2 (X 1 X 2 X 3 X 4 ke Y) Sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan intensi ibu dapat memengaruhi kunjungan balita ke posyandu dengan nilai F=0,001. Secara langsung sikap berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah sebesar 0,088 atau 8,8%. Artinya baik tidaknya kunjungan balita ke posyandu dipengaruhi oleh sikap ibu yang mempunyai balita sebesar 8,8% sedangkan selebihnya 91,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Jika intensi meningkat maka dipengaruhi oleh sikap sebesar 0,088. Norma subjektif secara langsung berpengaruh negatif terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh antara norma subjektif dengan kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,076 atau 7,6% sedangkan selebihnya 92,4% dijelaskan

faktor lain di luar model. Dengan demikian baik tidaknya norma subjektif ibu yang mempunyai balita tidak memengaruhi terhadap kunjungan balita ke posyandu. Secara langsung perceived behavioral control ibu berpengaruh negatif terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,090 atau 9,0% dan selebihnya 91,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Intensi ibu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh intensi ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar 0,529 atau 52,9% dan selebihnya 47,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Artinya semakin baik intensi ibu yang mempunyai balita maka semakin baik pula kunjungan balita ke posyandu. Dari keempat variabel (sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi) yang digunakan sebagai prediktor kunjungan balita ke posyandu, variabel intensi merupakan variabel terkuat yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu dibandingkan dengan tiga variabel yang lain yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. 4.3.2 Diagram Jalur Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 Diagram jalur untuk pengaruh sebagai sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu berikut:

Sikap ρyx 1 =0,088 ρx 4 X 1 = -0,117 Є 1 =0,78 Є 2 =0,715 Norma subjektif Perceived behavioral control ρx 4 X 2 =0,101 ρyx 4 =0,529 Intensi ρx 4 X 3 = -0,024 ρyx 3 = -0,090 Kunjungan balita ke Posyandu Gambar 4.1 Diagram Analisis Jalur Penelitian Persamaan struktural untuk model tersebut sebagai berikut: Intensi (X 4 ) = -0,117X 1 + 0,101X 2-0,024X 3 + 0,78Є 1 Kunjungan balita ke Posyandu (Y) = 0,088X 1-0,076 X 2 0,090X 3 + 0,529X 4 + 0,715Є 2 4.3.3 Hasil Perhitungan Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu 1. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE) berikut: Untuk menghitung pengaruh langsung atau DE, digunakan formula sebagai Pengaruh variabel sikap terhadap intensi X 1 X 4 = -0,117 Pengaruh variabel norma subjektif terhadap intensi

X 2 X 4 = 0,101 Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap intensi X 3 X 4 = -0,024 Pengaruh variabel sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu X 1 Y = 0,088 Pengaruh variabel norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu X 2 Y = -0,076 Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu X 3 Y = -0,090 Pengaruh variabel intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu X 4 Y = 0,529 2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE) Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE, digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi X 1 X 4 Y = (-0,117x0,529) = -0,062 Pengaruh variabel norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi X 2 X 4 Y = (0,101x0,529) = 0,053

Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi X 3 X 4 Y = (-0,024x0,529) = -0,013 3. Pengaruh Total (Total Effect) Untuk menghitung pengaruh total, digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi ρyx 1 + IE = (0,088-0,062) = 0,026 Pengaruh variabel norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi ρyx 2 + IE = (-0,076+0,053) = -0,023 Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi ρyx 3 + IE = (-0,090-0,013) = -0,103

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control terhadap Intensi tentang Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap, norma subjektif dan perceived behavior control (PBC) tidak berpengaruh terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besaran pengaruh simultan adalah 0,022 atau 2,2% merupakan kontribusi dari variabel sikap, norma subjektif dan perceived behavior control terhadap intensi ibu, sedangkan sisanya 97,8% dipengaruhi faktor lai di luar model seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur balita, jumlah anak, pengetahuan. Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh antara sikap terhadap intensi dengan nilai p= 0,182 (p > 0,05). Besarnya koefisien determinan sikap terhadap intensi ibu sebesar -0,117 atau 11,7%. Sedangkan selebihnya 88,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sikap mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap intensi, yang artinya intensi ibu ke posyandu tidak dipengaruhi oleh sikap ibu terhadap posyandu. Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis. Fisbein dan Ajzen (1975) dalam Ismail (2008) memberi pengertian bahwa attitude

atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,247 (p > 0,05). Besarnya pengaruh langsung norma subjektif terhadap intensi ibu sebesar 0,101 dan koefisien determinan norma subjektif terhadap intensi sebesar 10,1%. Sedangkan selebihnya 89,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Norma subjektif mempunyai pengaruh langsung yang posisitf terhadap intensi ibu, setiap peningkatan intensi ibu ke posyandu maka norma subjektif mempunyai kontribusi sebesar 0,101. Semakin baik norma subjektif ibu maka semakin baik intensi ibu ke posyandu. Norma subjektif juga diasumsikan dimiliki sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat

menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang tua, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara perceived behavior control terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,78 (p > 0,05). Besarnya pengaruh langsung perceived behavior control terhadap intensi ibu sebesar -0,024. perceived behavior control mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap intensi, dimana peningkatan intensi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya perceived behavior control ibu. Koefisien determinan perceived behavior control terhadap intensi sebesar 2,4%. Sedangkan selebihnya 97,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Acuan atau keyakinan (belief) dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, tetapi juga di pengaruhi oleh informasi yang tidak langsung yang diperoleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara

langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jarak rumah ke posyandu, kelengkapan fasilitas posyandu, kepemilikan KMS merupakan sumber yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi melakukan kunjungan ke posyandu. 5.2 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control melalui Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,243 (p > 0,05), artinya tidak ada pengaruh antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas (2002) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu dengan nilai p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mempunyai sikap di atas nilai median dengan yang mempunyai sikap di bawah nilai median untuk mengunjungi posyandu. Jadi untuk datang ke posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan sikap diantara mereka. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) mengenai tingkatan sikap seseorang yang paling tinggi adalah responsible (bertanggungjawab) yaitu sesorang akan bertanggungjawab terhadap pilihannya dengan segala risikonya dan sesorang telah memiliki sikap konstan yaitu komponen konasi yang merupakan

kecenderungan bertingkah laku (Mar at, 1984). Begitu pula hasil penelitian Harianto (1992) dan Hutagalung (1992) yang membuktikan adanya hubungan bermakna antara sikap dengan partisipasi masyarakat dalam menimbang anak balita ke posyandu dengan nilai p < 0,05. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dengan nilai p-value 0,035, dan didapatkan bahwa dari responden yang mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk berkunjung ke posyandu bandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat sikap kurang. Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu kurang dengan jumlah 12 responden dari total jumlah responden yang memiliki tingkat sikap kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih. Berdarkan hasil penelitian Pengaruh langsung sikap terhadap kunjungan ke posyandu sebesar 0,088 dan pengaruh tidak langsung sikap tehadap kunjangan ke posyandu sebesar -0,062, artinya sikap dapat memengaruhi kunjungan ke posyandu secara langsung tanpa melalui intensi. Peningkatan kunjungan secara langsung

dipengaruhi oleh peningkatan sikap sebesar 0.008 atau 8,8%. Sedangkan selebihnya 91,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori planned of behavior (Ajzen 2003), berdasarkan teori tersebut bahwa pengaruh sikap terhadap perilaku seseorang dapat terjadi secara tidak langsung melalui intensi. Artinya baik tidaknya perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap melalui intensi karena jika intensi meningkat maka sikapnya baik. Berdasarkan hasil analisis regresi norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,317 (p > 0,05) artinya tidak ada pengaruh antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu. Pengaruh langsung norma subjektif terhadap kunjungan ke posyandu sebesar -0,076 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,053, pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung posyandu, artinya secara tidak langsung norma subjektif memengaruhi kunjungan ke posyandu sebesar 5,3%. Sedangkan selebihnya 94,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas (2002) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara variabel dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu dengan nilai p > 0,05. Artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mendapatkan dorongan dengan yang tidak mendapatkan dorongan untuk mengunjungi Posyandu. Jadi untuk datang ke Posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan baik yang pernah

mendapat dorongan dengan yang tidak mendapat dorongan maupun yang tidak pernah mendapat dorongan diantara mereka. Dorongan dari tokoh masyarakat/rw juga memegang peranan yang sangat penting karena toma/rw merupakan orang penting (key pearson) di lingkungannya yang telah mendapat kepercayaan dari masyrakat untuk memimpin wilayahnya. Hal ini penting dilakukan untuk kesinambungan semua kegiatan yang ada di lingkungan setiap RW yang bersangkutan dan terkait dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Harianto (1992) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pembinaan dari tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu-ibu balita ke Posyandu dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi perceived behavior control terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,231 (p > 0,05) artinya tidak ada pengaruh antara perceived behavior control terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh langsung perceived behavior control terhadap kunjungan ke posyandu -0,090 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.013, perceived behavior control baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh negatif terhadap kunjungan ke posyandu, artinya peningkatan kunjungan ke posyandu tidak di pengaruhi oleh tinggi rendahnya perceived behavior control. Besarnya koefisien detrminan perceived behavior control secara langsung terhadap kunjungan - 9,0%.dan keofisien determinan perceived behavior control secara tidak langsung sebesar -1,3%

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa kepemilikan KMS dengan OR=5,381 kali (95% Cl: 2,580-11,221) dan p=0,000. Artinya ibu-ibu anak balita yang memiliki KMS anaknya mempunyai peluang kunjungan baik/rutin 5,381 kali dibandingkan ibu-ibu anak balita yang tidak memiliki KMS anaknya setelah dikontrol variabel pembinaan dari kader dan bimbingan dari petugas puskesmas. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan adanya sarana/kelengkapan relatif lebih memungkinkan untuk menggunakan sarana itu untuk kepentingan tertentu termasuk ibu-ibu anak balita yang memiliki KMS anaknya akan lebih terangsang untuk mengunjungi posyandu karena mereka relatif lebih termotivasi bila melihat/memiliki KMS anaknya. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel jumlah anak balita dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu dengan nilai p>0,05. Artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mempunyai anak satu dengan yang mempunyai anak lebih dari satu untuk mengunjungi posyandu (Sambas, 2002). Jadi untuk datang ke posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan jumlah anak balita diantara mereka. Secara langsung intensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,001 (p > 0,05). Besarnya pengaruh intensi ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar 0,529 atau 52,9%. Sedangkan selebihnya 47,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

Dengan kata lain semakin baik intensi ibu yang mempunyai balita maka semakin baik pula kunjungan balita ke posyandu. Berdasarkan penelitian Purnamasari (2010) bahwa niat tidak berhubungan dengan keaktifan ibu balita ke posyandu. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui bahwa tingkat pendidikan, ilmu dan ketrampilan dari bidan dan kader dari posyandu masih kurang dibandingkan dengan instansi yang lain. Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi ibu berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besaran pengaruh simultan adalah 0,285 atau 28,5% merupakan kontribusi dari variabel sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu, sedangkan sisanya 72,0% dipengaruhi faktor lain di luar model. Besar faktor residual dalam penelitian ini mungkin disebabkan oleh faktor lain atau variabel lain yang lebih memengaruhi kunjungan balita ke posyandu, dari hasil data sekunder didapatkan bahwa hanya terdapat 1 petugas gizi di puskesmas Sei Balai, Jumlah kader posyandu 240 untuk 48 posyandu tetapi posyandu yang aktif hanya 33,3 %, dengan kategori posyandu paling besar adalah posyandu madya sebesar 61,54 % dimana pada posyandu madya cakupan program kurang dari 50% dan belum ada program tambahan, pada umumnya masyarakat mengunjungi posyandu hanya untuk melakukan imunisasi dan pengobatan.

Berdasarkan penelitian Aisyah (2011) dan Pamungkas (2008) faktor lain yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu adalah pengetahuan, kepercayaan, dan dukungan sosial. 5.3 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya satu kali secara bersamaan. Oleh sebab itu penelitian ini tidak bermaksud melihat hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen hanya memberikan informasi tentang pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel intervening/perantara. 2. Penggunaan sampel penelitian yang relatif terbatas sebagai sumber informasi, diperkirakan dapat mengganggu atau tidak 100% akurat generalisasi hasil penelitian terhadap seluruh anggota populasi di lokasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini 137 responden atau lebih dari 100 sampel minimal dalam analisis jalur, tetapi sebaiknya sampel harus cukup besar agar bisa diperoleh analisis jalur yang stabil yaitu 400-1000 responden atau paling tidak 5 kali parameter yang akan diperkirakan. 3. Instrumen penelitian (kuesioner) yang digunakan dibuat oleh peneliti sendiri dengan berdasarkan literatur yang ada karena belum ada kuesioner yang baku atau standar untuk penelitian tersebut, sehingga kemungkinan belum dapat mengungkapkan data tentang variabel yang diteliti secara lengkap. Untuk itu

perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengukuran dalam penelitian menggunakan semantic difference dengan skor 1-7 sehingga kurang memadai dalam analisis jalur. Upaya yang dilakukan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 butir agar hasil yang diperoleh jadi lebih baik.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu, dengan nilai F=0,001. Dengan besarnya pengaruh 28,5 %. 2. Besarnya pengaruh langsung antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar 0,088 atau 8,8%, sedangkan pengaruh tidak langsung antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi sebesar -0,062 atau 6,2%. Besarnya pengaruh total sebesar 0,026 atau 2,6%. 3. Besarnya pengaruh langsung antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,076 atau 7,6%, sedangkan pengaruh tidak langsung antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi sebesar 0,053 atau 5,3%. Besarnya pengaruh total sebesar -0,023 atau 2,3%. 4. Besarnya pengaruh langsung antara perceived behavior control terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,090 atau 9,0%, sedangkan pengaruh tidak langsung antara perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi sebesar -0,013 atau 1,3%. Besarnya pengaruh total sebesar -0,103 atau 10,3%. 5. Ada pengaruh antara variabel intensi terhadap kunjungan balita ke Posyandu sebesar 52,9%, artinya semakin baik intensi ibu yang mempunyai balita maka