ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah

Inventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan dari kelimpahan setiap

KERAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusa sp.) DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA KELURAHAN MANGGA DUA

PENGEMBANGAN LKS BERDASARKAN HASIL STUDI IDENTIFIKASI JENIS BAMBU DI DESA HARAPAN MAKMUR. Abstract

Kegunaan bambu SNI 8020:2014

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Bambu di Pulau Sumba

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Bambu pada Daerah Aliran Sungai Tiupupus Kabupaten Lombok Utara. Jl. Majapahit No. 62, Mataram *

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

Penelitian ini dilakukan di Desa Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok. Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN :

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, Bale Angklung Bandung Jl. Surapati no. 95, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : Ica Adrianita Rahmi 1, Mukarlina 1, Riza Linda 1 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU

III. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Jenis Bambu di Gunung Ciremai Jawa Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

A003. KARAKTERISTIK TANAMAN BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper Back.) DI DATARAN RENDAH DI DAERAH SUBANG, JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

LAPORAN PENELITIAN PKL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

Modul Pelatihan Budidaya dan Pasca Panen Rebung

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Fisiografi Wilayah. karakteristik kondisi sosial ekonomi daerah penelitian. Karakteristik kondisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

Keanekaragaman Jenis Bambu di Taman Bambu Siageung Kebun Raya Kuningan Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT¹ DIVERSITY OF BAMBOOS IN SUMEDANG DISTRICT WEST JAVA

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI BAMBU DI BLOK PENDIDIKAN DAN PENELITIAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN. (Skripsi)

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH Ariefa Primair Yani Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu Email : ruyani@lycos.com Abstrak Desa Talang Pauh terletak di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Masyarakat di daerah ini masih memanfaatkan bambu secara maksimal untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman dan kondisi populasi bambu di daerah ini. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pencatatan langsung di lapangan dilakukan untuk banyak rumpun, keterangan botani, nama daerah, dan data ekologi. Data setiap jenis bambu yang dimanfaatkan masyarakat didasarkan pada hasil wawancara dengan masyarakat. Bagian tumbuhan yang penting dalam pengambilan sampel adalah rebung, daun, percabangan, dan bunga bila ada. Identifikasi spesimen merujuk pada Holltum (1958), dan Widjaya (1987, 1999, dan 2001). Jenis-jenis yang tidak teridentifikasi pada pustaka rujukan dikirim ke Herbarium LIPI Cibinong untuk diidentifikasi. Hasil identifikasi keanakaragaman bahwa di Kabupaten Bengkulu Tengah terdapat sepuluh jenis bambu yang terdiri dari empat marga yaitu, Gigantochloa scortechinii, G. pseudorundinaceae, G. robusta, G. serik. G. hasskarliana, Dendrocalamus asper, Bambusa multiplex, B. vulgaris var vulgaris, B. Glaucescens dan Schizostachyum brachycladum. Populasi bambu dengan katagori banyak adalah jenis G. scortechinii dan B. multiplex. Populasi bambu dengan katagori sedikit adalah: G. pseudoarundinacea dan B.vulgaris var vulgaris. Sedangkan populasi bambu dengan katagori sedang adalah: G.robusta, G.asper, G. Serik, G. hasskarliana, Dendrocalamus asper, B. Glaucescens, Schizostachyum Brachycladum. I. PENDAHULUAN Bambu termasuk dalam anak suku Bambusoideae dan suku Poaceae. Suku Poaceae dikenal juga dengan nama Graminae atau suku rumput-rumputan. Bambu mudah sekali dibedakan dengan tumbuhan lainnya, karena tumbuhnya merumpun. Ciri lainnya adalah: batang bulat, berlubang di tengah dan beruas-ruas, percabangan kompleks, setiap daun bertangkai, dan bunganya terdiri atas sekam, sekam kelopak dan sekam mahkota serta 3 6 buah benang sari (Widjaya, 2001). Morfologi bambu dapat dilihat pada karakteristik pada : akar rimpang yang terdapat dibawah tanah dan membentuk sistem percabangan. Batang berupa buluh yang terdiri atas ruas dan buku buku. Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada Ariefa Primair Yani Halaman 61

setiap ruas, yang terdiri dari daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh, dan ligula. Percabangan umumnya terdapat pada nodus. Helaian daun bambu mempunyai urat daun yang sejajar. Helaian daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun. Pelepah daun dilengkapi oleh kuping pelepah dan ligula (Widjaya, 2001b) Pertumbuhan bambu tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh. Adapun faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan syarat tumbuh bambu yaitu : 1) Tanah dengan ph 5,6 6,5. 2) Ketinggian tempat, 0 2000 m dpl. 3) Suhu 8,8-36 C, curah hujan tahunan minimal 1.020 mm, sedangkan kelembaban 80% (Dephut, 1992). Populasi bambu dunia setidaknya terdiri atas 75 marga dan 1250 1350 jenis (Uchimura, 1977). Di Indonesia diduga terdapat 157 jenis bambu,. Jumlah ini merupakan lebih dari 10% jenis bambu dunia. 50% bambu Indonesia merupakan jenis endemik dan lebih dari 50% merupakan jenis bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan (Widjaya, 2004). Berdasarkan penelitian Yani (1994), di Propinsi Bengkulu terdapat lebih kurang 22 jenis bambu, baik yang liar maupun yang telah dibudidayakan. Desa Talang Pauh merupakan desa yang terletak di Kabupaten Bengkulu Tengah, dengan luas wilayah 3,75 km², dengan masyarakat yang masih memanfaatkan bambu secara maksimal, baik untuk membangun rumah, membuat pagar, kandang ternak, hingga sebagai makanan (sayur). Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu untuk mengetahui mengenai keanekaragaman dan populasi bambu di desa Talang Pauh Kabupaten Bengkulu Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1) Melengkapi data tentang inventarisasi bambu di Propinsi Bengkulu. 2) Memberikan informasi tentang populasi bambu yang ada di Desa Talang Pauh. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Talang Pauh Kabupaten Bengkulu Tengah. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pencatatan langsung di lapangan dilakukan untuk hal berikut: banyak rumpun, keterangan botani, nama daerah, dan data ekologi. Data setiap jenis bambu yang dimanfaatkan dan mempunyai peranan Ariefa Primair Yani Halaman 62

dalam kehidupan masyarakat dicatat, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat. Bagian tumbuhan yang penting dalam pengambilan sampel adalah rebung, daun, percabangan, dan bunga bila ada. Alat alat yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah: kantong plastik ukuran 60 x 40 cm, label gantung, karet gelang, meteran, pensil, buku koleksi, parang, gunting tanaman, kertas koran, spritus/alkohol 95%, lak ban plastik, sasak, dan tali rafia. Identifikasi spesimen menggunakan pustaka Holltum (1958), dan Widjaya (1987, 1999, dan 2001). Jenis-jenis yang tidak teridentifikasi pada pustaka rujukan dikirim ke Herbarium LIPI Cibinong untuk diidentifikasi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bengkulu tengah terletak pada ketinggian tempat 15 20 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara berkisar 27 C - 30 C, kelembaban udara 60 70%., dan suhu tanah 29 C - 31 C. Menurut Andoko (2003), tumbuhan bambu dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 2000 m dpl, dengan suhu udara 8,8 30 0 C dan kelembaban udara 50-80%. Hal ini berarti kondisi lingkungan kabupaten Bengkulu Tengah memenuhi syarat untuk tumbuhnya tumbuhan bambu. Hasil identifikasi keanekaragaman bambu yang dilakukan pada daerah penelitian menemukan 10 jenis bambu yang terdiri dari 4 marga (Tabel 1, Lampiran 1). Tabel 1. Jenis-jenis, nama lokal dan kondisi populasi bambu di Desa Talang Pauh No Nama jenis Nama Lokal Populasi * 1 Gigantochloa scortechinii Gamble. Bambu kapal Banyak 2 Bambusa glaucescens (Willd) Sieb Bambu hias Sedang 3 Gigantochloa robusta Kurz Bambu mayan Sedan 4 Bambusa multiplex (Lour) Raeusch Bambu pancing Banyak 5 Gigantochloa serik. Widjaya Bambu serik Sedang 6 Bambusa vulgaris var vulgaris Schrad Ex Wendl Bambu aor Sedikit 7 Dendrocalamus asper Bambu betung Sedang 8 Schizostachyum brachycladum Bambu kuning Sedang 9 Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steud) Widjaya Bambu dabuk Sedikit 10 Gigantochloa hasskarliana Mayan akar Sedang * ) rumpun <= 10 sedikit; 10 < rumpun < 30 sedang; rumpun >= 30 banyak Ariefa Primair Yani Halaman 63

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat desa sangat menyatu dan tidak bisa lepas dari bambu, seperti juga masyarakat pedesaan lainnya di Indonesia (Sastrapraja dkk, 1997). Tidak satupun jenis bambu luput dari nama sekalipun hanya nama daerah (lokal). Penduduk setempat tahu betul membedakan antara jenis satu dengan jenis lainnya. Deskripsi jenis-jenis bambu yang ditemukan adalah 1. Gigantochloa scortechinii Gamble. (bambu kapal) Batang (culm) warna hijau, pada permukaan batang muda terdapat sedikit lilin putih, warna miang (trikoma) pada permukaan batang hitam dan tidak merata, tinggi 9-10 m, panjang ruas 36-40 cm, diameter 4-6 cm, tebal 8 12 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah hitam dan tidak merata, daun pelepah melekuk terbalik, panjang kuping (auricles) 1-2 mm, panjang bulu kejur (bristles) 6-12 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 1,5-2 mm, tepi ligula bergerigi. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 4-6 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 9-28 x 2-4 cm. 2. Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steud) Widjaya (bambu dabuk) Batang (culm) warna hijau tua, terdapat sedikit garis kuning sejajar, warna miang (trikoma) pada permukaan batang coklat dan tidak merata, tinggi 9-15 m, panjang ruas 30-40 cm, diameter 5-10 cm, tebal 3 5 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah coklat dan tidak merata, daun pelepah melekuk terbalik, panjang kuping (auricles) 0,5-1 mm, panjang bulu kejur (bristles) 0,5-1 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 0,5-0,8 mm, tepi ligula rata. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 6-9 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 22-25 x 2,5-5 cm. 3. Gigantochloa robusta Kurz (bambu mayan) Batang (culm) warna hijau terang, warna miang (trikoma) pada permukaan batang coklat dan merata, tinggi 9-15 m, panjang ruas 35-47 cm, diameter 6-10 cm, tebal 14 19 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah hitam dan tidak merata, daun pelepah melekuk terbalik, panjang kuping (auricles) 0,7-1,3 mm, panjang bulu kejur (bristles) 3,5-5,5 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 1-1,5 mm, tepi ligula rata. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 8-11 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 13-29 x 3-6 cm. Ariefa Primair Yani Halaman 64

4. Gigantochloa serik. Widjaya (bambu serik) Rebung hijau sampai hijau tua tertutup miang coklat. Batang (culm) warna hijau, pada permukaan batang terdapat lapisan lilin, warna miang (trikoma) pada per-mukaan batang coklat dan tidak merata, tinggi 12-15 m, panjang ruas 29-39 cm, dia-meter 0,8-1,5 cm, tebal 6-9 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah coklat dan tidak merata, daun pelepah tegak, panjang kuping (auricles) 1-1,5 mm, panjang bulu kejur (bristles) 4-5 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 1-1,5 mm, tepi ligula bergerigi. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 6-15 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 18-29 x 3x4 cm. 5. Bambusa multiplex (Lour) Raeusch (bambu pancing) Rebung hijau tidak bermiang. Batang (culm) warna hijau terang, pada permukaan batang terdapat lapisan lilin, warna miang (trikoma) pada permukaan batang coklat dan tidak merata, tinggi 4-6 m, panjang ruas 15-24 cm, diameter 0,8-1,5 cm, tebal 3 5 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah coklat dan tidak merata, daun pelepah tegak, panjang kuping (auricles) 1-2 mm, panjang bulu kejur (bristles) 1-2,5 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 1-1,5 mm, tepi ligula bergerigi. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 6-15 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau keputih-putihan dengan ukuran 5-12 x 1,5-2 cm. 6. Bambusa vulgaris var vulgaris. Schrad Ex Wendl (bambu aor) Rebung hijau kecoklatan, miang warna coklat hitam. Batang (culm) warna hijau terang, dengan warna miang (trikoma) pada permukaan batang coklat gelap dan tidak merata, tinggi 10-15 m, panjang ruas 23-38 cm, diameter 18-25 cm, tebal 8 30 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah coklat dan tidak merata, daun pelepah tegak, bentuk kuping membulat dengan panjang kuping (auricles) 1-1,5 mm, panjang bulu kejur (bristles) 2-3,5 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 2-2,5 mm, tepi ligula bergerigi. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 4-6 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 10-29 x 3-5 cm. Ariefa Primair Yani Halaman 65

7. Bambusa glaucescens (Willd) Sieb (bambu hias) Rebung hijau pucat tertutup miang hitam halus dan sedikit. Batang (culm) warna hijau, pada permukaan batang terdapat lapisan lilin, tidak bermiang (trikoma) pada permukaan batang halus, licin, tegak melengkung pada ujungnya, tinggi 4-6 m, panjang ruas 20-35 cm, diameter 1-1,5 cm, tebal 2-5 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh berwarna hijau pucat, warna miang pada pelepah hitam halus dan sedikit, daun pelepah tegak, kuping (auricles) tidak nampak. Percabangan sama besar dengan jumlah 9-13 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 15-28 x 4-5 cm. 8. Gigantochloa hasskarliana (mayan akar) Rebung hijau sampai jingga tua tertutup miang hitam dan tebal. Batang (culm) warna hijau, pada permukaan batang terdapat lapisan lilin, warna miang (trikoma) pada permukaan batang hitam dan tidak merata, tinggi 6-10 m, panjang ruas 30-42 cm, diameter 3-5 cm, tebal 15-20 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) tidak mudah luruh, warna miang pada pelepah hitam dan tidak merata, daun pelepah tegak, panjang kuping (auricles) 1-2 mm, panjang bulu kejur (bristles) 2-3 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 1-1,5 mm, tepi ligula bergerigi. Percabangan tiga lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 20-23 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 15-28 x 4-5 cm. 9. Dendrocalamus asper (bambu betung) Rebung coklat kehitaman yang tebal dan banyak. Batang (culm) warna hijau kotor, bercak-bercak putih, ruas bagian bawahnya tampak telah tumbuh akar, dengan warna miang pada permukaan batang hitam gelap dan tidak merata, tinggi 17-20 m, panjang ruas 40-60 cm, diameter 18-25 cm, tebal 8 30 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah hitam dan tidak merata, daun pelepah tegak, bentuk kuping membulat dengan panjang kuping (auricles) 1-2,5 mm, panjang bulu kejur (bristles) 6-7 mm, dan panjang lidah daun (ligula) 2-2,5 mm, tepi ligula bergerigi. Percabangan satu cabang lebih besar dari cabang lainya dengan jumlah 3-5 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 18-30 x 9-10 cm. Ariefa Primair Yani Halaman 66

10. Schizostachyum brachycladum kurz (bambu kuning) Rebung kuning, miang warna coklat halus dan banyak. Batang (culm) warna kuning strait hijau terang, dengan warna miang (trikoma) pada permukaan batang coklat dan tidak merata, tinggi 7-10 m, panjang ruas 33-48 cm, diameter 5,5-7 cm, tebal 2 4 mm, pelepah yang membalut batang (culm sheath) mudah luruh, warna miang pada pelepah coklat dan tidak merata, daun pelepah tegak, bentuk kuping segi tiga dengan panjang kuping (auricles) 2-3 mm, panjang bulu kejur (bristles) 4-8 mm. Percabangan hampir sama besar dengan jumlah 17-21 cabang. Helaian daun (lamina) berwarna hijau dengan ukuran 10-29 x 3-5 cm. Gambar Bambu Populasi bambu dengan katagori banyak adalah jenis Gigantochloa scortechinii dan Bambusa multiplex, tersebar di sepanjang tepian sungai lebih dari 30 rumpun. Hal ini dapat dimengerti karena kedua jenis bambu ini banyak dimanfaatkan sebagai pagar, pancing dan untuk tanaman hias. Populasi bambu dengan katagori sedikit (kurang dari 10 rumpun) adalah, G. pseudoarundinacea dan B.vulgaris var vulgaris. Hal ini dapat dimengerti karena kedua jenis bambu ini belum dibudidayakan, sedangkan tingkat pemanfaatanya tinggi, selain untuk kandang ternak dan bangku, rebung G. pseudoarundinacea juga banyak dimanfaatkan untuk sayur. Jenis ini terdapat di kebun dan di beberapa tepian sungai. Populasi bambu dengan katagori sedang adalah: G.robusta, G.asper, G. Serik, G. hasskarliana, D. asper, B. glaucescens, S. brachycladum. Di Desa Talang Pauh ini bambu belum dibudidayakan secara khusus, sedangkan bila terdapat di kebun, ini karena kebetulan bambu tersebut tumbuh dengan sendirinya. IV. SIMPULAN DAN SARAN Hasil identifikasi keanakaragaman bahwa di Kabupaten Bengkulu Tengah terdapat sepuluh jenis bambu yang terdiri dari empat marga yaitu, Gigantochloa scortechinii, G. pseudorundinaceae, G. robusta, G. serik. G. hasskarliana, Dendrocalamus asper, Bambusa multiplex, B. vulgaris var vulgaris, B. Glaucescens dan Schizostachyum brachycladum. Populasi bambu dengan katagori banyak adalah jenis G. scortechinii dan B. multiplex. Ariefa Primair Yani Halaman 67

Populasi bambu dengan katagori sedikit adalah: G. pseudoarundinacea dan B.vulgaris var vulgaris. Sedangkan populasi bambu dengan katagori sedang adalah: G.robusta, G.asper, G. Serik, G. hasskarliana, Dendrocalamus asper, B. Glaucescens, Schizostachyum Brachycladum. Bambu ini dimanfaatkan sebagai sayur, untuk buat pagar, antene TV, tempat jemuran, dinding kandang ternak, dan alat pancing. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bengkulu Tengah telah menyatu dengan bambu, semua jenis bambu telah dimanfaatkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembudidayaan dan pemanfaatan bambu yang bernilai ekonomis. Sehingga masyarakat dapat membudidayakan bambu secara besar-besaran, karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan: Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1992. Pedoman Budidaya Bambu. Jakarta: Direktorat Reboisasi dan Penghijauan Lahan. Holtum, R.E, 1958. The Bamboos of the Malay Peninsula. Singapura: Bulletin Singapura Vol XVI. Sastrapradja, S. Widjaya, E.A, Prawiroatmodjo, S, & Soenarko, S. 1980. Beberapa Jenis Bambu. Bogor: LBN LIPI.. Widjaya, E.A, 1994. Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. Bogor. -------, 2001a. Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa. Puslitbang Biologi. LIPI. Bogor. -------, 2001b. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Puslitbang Biologi. LIPI. Bogor. -------, 2004. Keanekaragaman Bambu di Pulau Sumba. Puslitbang Biologi. LIPI. Bogor. Yani, A.P. 1994. Pemanfaatan Bambu di Propinsi Bengkulu. Bogor: Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. ------- dan Widjaya. E.A, 1991. Jenis-jenis Bambu dan Potensinya di Propinsi Bengkulu. Dalam Proseding Lokakarya Sumatera, lingkungan dan Pembangunan yang Lalu dan Sekarang dan yang Akan Datang. Biotrop. Bogor. Ariefa Primair Yani Halaman 68

Lampiran 1 Gambar beberapa jenis bambu yang ditemukan dalam penelitian ini Gambar 1. Gigantochloa scortechinii. Ki-ka : habitus, ruas dengan seludang, tunas (rebung), percabangan Gambar 2. Gigantochloa pseudoarundinacea. Ki-ka : habitus, ruas dengan seludang, tunas (rebung), percabangan Gambar 3. Gigantochloa robusta. Ki-ka : habitus, ruas dengan seludang, tunas (rebung), percabangan Ariefa Primair Yani Halaman 69

Gambar 4. Gigantochloa serik. Ki-ka : habitus, ruas dengan seludang, tunas (rebung), percabangan Gambar 5. Bambusa multiplex. Ki-ka : habitus, ruas dengan seludang, tunas (rebung), percabangan Gambar 6. Bambusa vulgaris.. Ki-ka : habitus, ruas dengan seludang, tunas (rebung), percabangan Ariefa Primair Yani Halaman 70