BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perwujudan masyarakat Indonesia yang berkualitas dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara nasional adalah hasil nilai Ujian Nasional (UN). Permendikbud

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan adalah proses kognitif kritis di setiap bidang kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

Karakteristik Soal TIMSS

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan memang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Gusliana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB II TINJAUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

I. PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari dari yang sederhana sampai ke yang kompleks. Matematika. dapat bermanfaat bagi semua orang (Puspasari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trends In International Mathematics and Sciencel Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang prestasi sains dan matematika siswa. Studi ini dikoordinasi oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Education Achievement), yaitu lembaga independen yang melakukan studi prestasi lintas negara semenjak 1959. Studi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali ini bertujuan untuk mengukur prestasi matematika dan sains kelas IV dan VIII di negara-negara peserta. Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan ke dalam dua domain, yaitu konten dan kognitif (Mullis & Martin, 2013). Domain konten untuk sains adalah kimia, fisika, biologi, dan ilmu bumi. Setiap domain konten ini mencakup satu atau lebih topik utama dan masingmasing topik utama tersebut meliputi beberapa topik. Setiap topik memiliki tujuan khusus untuk menilai topik pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Setiap soal yang diujikan digunakan kata kerja yang ditujukan untuk menilai domain kognitif pada TIMSS, yaitu pengetahuan (knowing), penerapan (applying), dan penalaran (reasoning). Tiga domain kognitif tersebut menggambarkan proses berpikir siswa yang diharapkan untuk digunakan saat menghadapi soal-soal yang dikembangkan oleh TIMSS. Domain pengetahuan (knowing) bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengingat, menjelaskan fakta, konsep, dan prosedur yang diperlukan sebagai dasar yang kuat dalam ilmu pengetahuan. Domain penerapan (applying) bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuannya untuk dapat menjelaskan dan memecahkan masalah praktis. Sedangkan domain penalaran (reasoning) ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggunakan bukti dan pengatahuannya untuk menganalisis, menyintesis, dan menggeneralisasi dalam situasi yang baru dan 1

2 kompleks. TIMSS menyediakan data-data bagi negara peserta yang dapat membantu untuk mengetahui konten mana (domain konten dan kognitif) yang telah dikuasai dengan baik dan konten mana yang masih membutuhkan perbaikan serta dijadikan landasan untuk merancang kebijakan yang berkaitan dengan pembelajaran (Mullis & Martin, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara peserta yang mengikuti TIMSS. Selama tahun keikutsertaannya, Indonesia selalu berada dibawah standar internasional. Berdasarkan publikasi IEA yang berkaitan dengan hasil TIMSS tahun 2011, diketahui bahwa Indonesia berada pada peringkat 40 dari 45 negara peserta dengan rata-rata pencapaian 406. Menurut Rustaman (2009), rendahnya capaian sains pada TIMSS antara lain disebabkan karena kemampuan siswa Indonesia rata-rata masih berada pada kemampuan mengetahui (knowing) dan siswa Indonesia tidak terbiasa menyelesaikan soal-soal yang bersifat penerapan (applying) serta penalaran (reasoning). Kesulitan siswa Indonesia dalam menghadapi soal-soal demikian disebabkan oleh strategi membaca siswa Indonesia yang masih sangat kurang sehingga tingkat penalarannya masih rendah, linier, dan terpisah-pisah (tidak komprehensif). Rustaman (2009) menyatakan perlunya penekanan terhadap implementasi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya) dan bukan hanya menyelesaikan masalah. Pembelajaran juga diarahkan untuk melatih peserta didik berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin) serta mampu kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran sains saat ini lebih mengarah pada pengembangan keterampilan berpikir siswa, mulai dari berpikir dasar hingga berpikir kompleks. Menurut Costa (Liliasari, 2012), terdapat empat pola berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Kurikulum Indonesia kini lebih menekankan pada penguatan pola pembelajaran kritis (Permendikbud, 2014) dimana menurut Liliasari (2012) berpikir kritis itu sendiri merupakan dasar dari pola berpikir kompleks lainnya. Penekanan

3 pembelajaran sains harus mengarah pada pengembangan kemampuan berinkuiri siswa yang bertujuan untuk membentuk pola pikir siswa. Pembelajaran IPA di Indonesia kini menekankan pada penggunaan pendekatan saintifik dimana salah satu tujuannya yaitu meningkatkan kemampuan intelektual siswa khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi (Machin, 2014). Salah satu tujuan pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013 adalah agar peserta didik memiliki kompetensi untuk mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Permendikbud, 2013). Tujuan tersebut sangat sesuai untuk meningkatkan kualitas penalaran siswa Indonesia saat ini karena menurut Rustaman (2009) penalaran siswa Indonesia masih rendah. Piaget menjelaskan empat tahap perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori motor, pre-operational, operasional konkret, dan operasional formal (Setiono, 2009). Valanides (1997) menyatakan terdapat hubungan antara tahapan perkembangan kognitif yang dimiliki seseorang dengan hasil belajar dan kemampuan penalarannya. Siswa yang memiliki perkembangan kognitif tinggi menunjukkan kemampuan penalaran dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa lainnya. Kognitif secara signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan (Rosenberg, 2011). Terdapat dua strategi pengambilan keputusan yang dapat digunakan siswa dalam mengolah informasi hingga diperoleh keputusan, yaitu strategi compensatory dan noncompensatory. Strategi compensatory merupakan strategi dimana siswa mempertimbangkan semua pilihan dan kemudian memilih satu pilihan yang paling tepat menurutnya berdasarkan aspek positif dan negatif dari masing-masing pilihan tersebut. Sedangakan dalam strategi noncompensatory, siswa dapat menerima atau mengeliminasi pilihan. Kekurangan pilihan tidak dapat dikompensasi oleh kelebihan pilihan tersebut sehingga siswa akan mengeliminasi pilihan tersebut. Strategi ini hanya akan memilih pilihan jika pilihan tersebut mencapai nilai tertentu, sebuah kekurangan

4 dalam suatu pilihan tidak dapat dikompensasi dengan kelebihan dalam kriteria lainnya. (Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013). Menurut Wang dan Ruhe (2007), terdapat empat kategori pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang, yaitu berdasarkan intuisi, empiris, heuristik, dan rasional. Cara pengambilan keputusan yang dilakukan akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai (Valanides, 1997). Pentingnya cara yang digunakan oleh siswa dalam mengambil keputusan (decision making) untuk menjawab soal-soal terhadap hasil capaian menjadi hal yang penting untuk dikaji. Penelitian yang berkaitan dengan pengambilan keputusan sebelumnya telah dilakukan oleh Dewi (2014) yang berjudul Analisis Pengambilan Keputusan (Decision Making) Siswa SMP Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal-Soal Biologi TIMSS. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan kategori cara pengambilan keputusan siswa dalam menjawab soal-soal biologi TIMSS domain kognitif (pengetahuan, penerapan, penalaran). Penelitian dikaitkan dengan tingkat keyakinan siswa dalam menjawab soal-soal tersebut dengan menggunakan angket sebagai instrumennya. Tingkat penalaran siswa dilihat dengan menggunakan tes intelegensi namun hanya dilakukan pada siswa kategori tinggi dan rendah saja. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian yang didasarkan atas penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2014). Namun demikian, selain untuk melihat kategori cara pengambilan keputusan yang dilakukan siswa, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat strategi pengambilan keputusan yang digunakan oleh siswa dalam menjawab soal-soal. Jenis soal yang digunakan dalam penelitian pun lebih luas, yaitu pada konten kimia, fisika, dan biologi. Namun demikian, penelitian akan lebih difokuskan pada satu domain saja yaitu pada domain kognitif penalaran (reasoning). Hal tersebut dikarenakan untuk melihat secara lebih mendalam keterkaitan antara tingkat penalaran siswa dalam menjawab soal-soal penalaran dan juga keterkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang menurut Tawil dan Liliasari (2013) merupakan salah satu kemampuan berpikir kompleks. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui keterkaitan antara bagaimana proses pengambilan keputusan yang

5 dilakukan siswa terkait dengan strategi dan kategori cara pengambilan keputusan yang dihubungkan dengan tingkat penalaran dan capainnya. Data-data tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat suatu kebijakan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan evaluasi yang berlangsung di sekolah. Kebijakan yang diambil berdasarkan data-data tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan. Oleh karena itu, dilakukan kajian yang lebih mendalam mengenai Analisis Pengambilan Keputusan (Decision Making) Siswa SMP kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal-soal Penalaran IPA Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pengambilan keputusan (decision making) yang digunakan siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal penalaran IPA TIMSS? 2. Bagaimana kategori cara pengambilan keputusan (decision making) yang digunakan siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal penalaran IPA TIMSS? 3. Bagaimana hasil capaian siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soalsoal IPA TIMSS? 4. Bagaimana tingkat penalaran siswa SMP kelas VIII yang menyelesaikan soal-soal penalaran IPA TIMSS? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui strategi pengambilan keputusan yang digunakan oleh siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal penalaran (reasoning) IPA TIMSS.

6 2. Mengetahui kategori cara pengambilan keputusan yang digunakan oleh siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal penalaran (reasoning) IPA TIMSS. 3. Mengetahui hasil capaian siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal IPA TIMSS. 4. Mengetahui tingkat penalaran siswa SMP kelas VIII dengan menggunakan tes berpikir logis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kecenderungan strategi dan kategori cara pengambilan keputusan siswa untuk kemudian memberikan rekomendasi dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. 2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran IPA yang berlangsung pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. 3. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai capaian siswa SMP kelas VIII terhadap pembelajaran IPA sehingga guru dapat menyusun langkah-langkah nyata untuk mengelola pembelajaran di kelas dan diharapkan dapat meningkatkan capaian siswa. 4. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman yang telah dicapai. Selain itu, hasil penelitian ini akan memberikan pengalaman siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal IPA yang bertaraf internasional yang digunakan secara luas diberbagai negara. 5. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam rangka melakukan kajian yang lebih mendalam.

7 6. Bagi pembuat kebijakan dalam pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan dan aturan-aturan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran. E. Definisi Operasional Definisi operasional untuk penelitian ini adalah: 1. Strategi pengambilan keputusan (decision making) merupakan strategi menjawab soal-soal penalaran IPA TIMSS bentuk pilihan ganda yang digunakan oleh siswa. Strategi pengambilan keputusan terbagi menjadi tiga, yaitu compensatory, noncompensatory, dan campuran. Strategi pengambilan keputusan dilihat berdasarkan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan masing-masing strategi pengambilan keputusan yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal-soal penalaran IPA TIMSS bentuk pilihan ganda. 2. Kategori pengambilan keputusan (decision making) merupakan kategori cara yang digunakan oleh siswa untuk menjawab soal-soal penalaran IPA TIMSS dalam bentuk constructed response yang dikategorikan menjadi empat cara, yaitu intuisi, empiris, heuristik, dan rasional. Kategori pengambilan keputusan dilihat berdasarkan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan masing-masing kategori pengambilan keputusan yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal-soal penalaran IPA TIMSS bentuk constructed response. 3. Soal penalaran IPA TIMSS merupakan bagian dari domain kognitif dan konten yang terdapat dalam soal sains dalam tes TIMSS. Soal yang digunakan adalah soal yang dipublikasi dari IEA dari tahun 1999 hingga 2011. Soal yang digunakan terdiri dari domain konten biologi, kimia, dan fisika yang termasuk ke dalam domain kognitif penalaran (reasoning) saja. Soal yang digunakan terdiri dari 10 butir soal bentuk pilihan ganda dan 10 butir soal untuk soal bentuk constructed response. 4. Hasil capaian merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal penalaran IPA TIMSS berdasarkan skor yang telah ditentukan

8 dan dipublikasi oleh IEA. Skor capaian memiliki skor maksimal 23 untuk 20 butir soal yang digunakan. 5. Tingkat penalaran merupakan penalaran yang dimiliki siswa dalam menjawab soal-soal berpikir logis sebanyak 10 butir soal yang diujikan. Tingkat penalaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu konkret, transisi, dan formal. F. Struktur Organisasi Tesis ini terdiri dari lima bagian yakni pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Pertama, bagian pendahuluan terdapat latar belakang masalah, berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dijadikan sebagai rumusan masalah dan dijabarkan dalam empat pertanyaan penelitian. Berdasarkan pertanyaan penelitian diuraikan, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi operasional. Kedua, bagian kajian pustaka merupakan pemaparan dari materi-materi terkait dengan penelitian yang dilakukan, sehingga dari kajian ini dilakukan analisis terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Ketiga, bagian metode penelitian yang memaparkan langkah-langkah penelitian yang dilakukan serta instrumen yang digunakan dan cara menganalisis data hasil penelitian. Keempat, bagian hasil dan pembahasan yang memaparkan hasil penelitian, analisis data yang dihasilkan serta pemaparan hasil analisis data penelitian. Kelima, bagian simpulan, implikasi, dan rekomendasi memaparkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dikemukakan secara ringkas berdasarkan hasil temuan. Hasil ini kemudian dijadikan dasar untuk melihat implikasinya, dan memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait langsung dalam pembelajaran dan peneliti yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji hal serupa dengan fokus yang berbeda.