PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELI Di tengah gaya hidup berbusana global yang masuk ke Indonesia, pemunculan batik dengan gaya trendi memang sangat menarik perhatian. Baju dari tekstil tradisional yang dirancang modis ternyata bisa tampil segar, ringan dan disukai masyarakat. Batik sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia mempunyai nilai yang tinggi dan abadi sepanjang masa. Namun tetap harus dilakukan upaya untuk melestarikannya. Berdasarkan kecintaan pada batik, pengrajin batik berupaya untuk mengangkat batik untuk menjadi bagian penting dalam dunia fashion saat ini, yaitu dengan menciptakan kreasi batik dalam bentuk desain produk yang lebih modern, dengan tetap memperhatikan makna dari batik tersebut. Meluasnya busana batik dalam beberapa dekade terakhir berkembang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Di dalam tubuh masyarakat berkembang kebiasaan baru untuk memakai busana batik modern pada acara-acara resmi, seperti pesta pernikahan, pertemuan para pejabat tinggi negara, upacara pembukaan pameran, dan kegiatan lain yang sebelumnya cenderung mengenakan jas. Demikian pula muncul kewajiban para siswa sekolah dasar dan menengah setiap satu minggusekali untuk memakai pakaian batik. Hal itu merupakan faktafakta penguatan budaya lokal dalam kehidupan masyarakat modern di perkotaan dan indikasi terciptanya gaya hidup untuk menggunakan pakaian batik (Agus Sachari,2007:196). Gaya hidup yang dimiliki seseorang akan mempengaruhinya dalam keputusan pembelian suatu produk. Salah satunya dalam mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap pakaian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pakaian adalah barang apa yang dipakai (baju, celana). Emphasised the importance in understanding behavioural preference in fashion and clothing consumption based on physical, identity, and lifestyle dimentions in targeting consumers (Rochaet. al. dalam Hsu dan Chang, 2008:148). Artinya adalah Rocha menekankan pentingnya mengetahui kecenderungan perilaku konsumen dalam memilihmode pembelian baju berdasarkan pada keadaan fisik, identitas, dan dimensi gaya hidup mereka. Konsep yang terkait dalam dengan gaya hidup adalah psikografik. Psikografik adalah suatu instrument untuk mengukur gaya hidup, yang
memberikan pengukuran kuantitatif. Psikografik sering diartikan sebagai AIO, yang terdiri dari aktivitas (activities), minat (interest), dan opini (opinion), (Sumarwan, 2002:58).Sedangkan keputusan pembelian menurut Sutisna (2002:15), keputusan pembelian adalah pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael disebut need arousal. Gaya Hidup Menurut Sutisna (2002:145), gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat). Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uangnya (Engel dkk, 1994:383). Menurut Kotler (2005:210) Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai pola hidup seseorang didunia yang terungkap pada aktifitas, minat danopininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang secara kasat mata, yang menandai sistem nilai, serta sikap terhadap diris endiri dan lingkungannya. Gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam pelaksanaanya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu. Piliang dalam Agus Sachari (2007:73) Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang lifestyle refers to apattern of consumption reflecting a persons s choices of how he or she spend time and money,(solomon, 1999:174). Lifestyle denotes how people live, how they spend their money, and how they allocate their time (Mowen dan Minor, 1998:220). Pengukuran Gaya Hidup
Menurut Sumarwan (2002: 58-64), pengukuran mengenai gaya hidup dapat dilakukan dengan psikografik (psychographic). Psikografik adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar.psikografik analisis biasanya dipakai untuk melihat segmen pasar. Analisis psikografik sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam hal kehidupan mereka, pekerjaan dan aktivitas lainnya. Psikografik berarti menggambarkan (graph), psikologi konsumen (psyco). Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dandemografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinion). Mowen dan Minor (2001:283) mengukur gaya hidup dengan activity questions meminta kepada konsumen untuk pandangan dan perasaan konsumen mengenai topik-topik peristiwa dunia, lokal, moral, ekonomi, dan sosial. Keputusan Pembelian Keputusan Pembelian menurut Kotler dan Armstrong (2008:181), dalam tahap evaluasi,konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya,keputusan pembelian (purchase decision). Konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika seseorang yang mempunyai arti penting bagi anda berpikir bahwa anda seharusnya membeli mobil yang paling murah, maka peluan ganda untuk membeli mobil yang lebih mahal berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Sebagai contoh, ekonomi mungkin memburuk, pesaing dekat mungkin menurunkan harganya, atau seorang teman mungkin memberi tahu anda bahwa ia pernah kecewa dengan mobil yang anda sukai. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkanpilihan pembelian yang aktual. Sedangkan menurut Sutisna (2002:15) keputusan pembelian adalah
pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael disebut need arousal. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, keputusan pembelian menurut (Setiadi,2003:415) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative,dan memilih salah satu di antaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Sehingga peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori dari Kotler yang terdiri dari; jumlah pembelian, (pembelian menurut kebiasaan)meliputi ; produk yang sudah mereka ketahui dan produk yang menurut mereka mereknya sudah terkenal. Peneliti beranggapan pada teori dari Kotler sudah mewakili berdasarkan fenomena obyek yang diteliti. Ada lima Peran yang dimainkan dalam Keputusan Pembelian (Kotler, 2005:220) yaitu : a. Pencetus : orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa. b. Pemberi pengaruh : orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan. c. Pengambil keputusan : orang yang mengambil keputusan mengenai setiap komponen keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli, bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli. d. Pembeli : orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya. e. Pemakai : seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tertentu. Langkah - Langkah Keputusan PembelianKonsumen
Sumarwan (2004:294) keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagaiberikut : a. Pengenalan Kebutuhan. Suatu keadaan dimana terdapat perbedaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum ia bisa dikenali. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam (Sumarwan, 2004: 294) pengenalan kebutuhan terdiri dari : waktu, perubahan situasi, pemilihan produk, konsumsi produk, perbedaaan individu, pengaruh pemasaran. b. Pencarian Informasi. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipengaruhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). c. Evaluasi Alternatif Sumarwan (2004: 301) evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pemilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai yang diinginkan konsumen. Pada evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada tahap ini konsumen membentuk kepercayaan, sikap dan intensinya mengenai alternatif produk yang dipertimbangkan tersebut. Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternatif lain yang muncul karena banyaknya alternatif pilihan. d. Menentukan Alternatif Pilihan. Pada proses evaluasi kriteria, konsumen akan mendapatkan sejumlah merek yang dipertimbangkan. Konsumen akan mengurangi jumlah alternatif merek yang akan dipertimbangkan lebih lanjut. e. Menentukan Pilihan Produk. Proses pemilihan alternatif tersebut akan menggunakan berbagai teknik pemilihan. Decision rules adalah teknik yang digunakan konsumen dalam memilih alternatif produk atau merek.