Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar dan Mengajar

dokumen-dokumen yang mirip
EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

Proceedings Konferensi Nasional Mempersiapkan Kebangkitan Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Revolusi Mental Anak Bangsa

BAB 2 Kajian Teori A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja. Jurnal Al-Qalamvol 15.no Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 1966), hal.

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang

Self-Regulation. Wahyu Rahardjo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

SELF MONITORING. Puji Lestari Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Garut ABSTRAK

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS VI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

ANALISISSELF EFFICACY MAHASISWA PADA MATAKULIAH ZOOLOGI VERTEBRATA

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

SURVEY TENTANG MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS PEMBERIAN MASALAH GERAK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Efektivitas Konseling Rasional Emotif Behavioral Dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning Siswa

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI ABAD KE-21

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

Self-Regulation Learning: Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani

PROCEEDINGS INTERNATIONAL SEMINAR

Neni Puji Astutik Magister Psikologi Sains, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya (60293) Telp.

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : Self Regulated Learning (SRL), hasil belajar, respon siswa

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

HUBUNGAN ANTARA TASK VALUE DENGAN SELF-REGULATION OF LEARNING PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN SINDANGSARI AL-JAWAMI

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

OVERVIEW MODULE 1: STRATEGI PEMBELAJARAN 1.1. Unit 1: Hakikat Strategi Pembelajaran Exercise Summary Formative Test 1 1.

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

Gambaran Self-Regulated Learning pada Mahasiswa yang Tidak Menyelesaikan Skripsi dalam Waktu Satu Semester di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

MEMBERDAYAKAN METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN. Muhfahroyin*)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS TEORI DAN PSIKOLOGI BELAJAR

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku: Anderson, J.R Learning and memory: An Integrated Approach. New York: John Wiley and Sons. Inc

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

MENUMBUHKAN PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN BERKELANJUTAN

Transkripsi:

Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar dan Mengajar Shofiyatul Azmi Universitas Wisnuwardhana Malang shofiyatulazmi@gmail.com Abstrak. Self Regulated Learning (SRL), merupakan pengelolaan diri dalam belajar adalah suatu kegiatan belajar yang melibatkan aspek kognisi, motivasi, dan perilaku siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai pembelajaran mandiri. Tujuan penulisan makalah ini adalah (1) menguraikan secara jelas paradigm Self Regulated Learning (SRL), (2) menjelaskan dukungan Self Regulated Learning (SRL) untuk kesuksesan belajar siswa dan mengajar guru, (3) menjelaskan faktor-faktor yang menumbuhkan Self Regulated Learning (SRL). Self Regulated Learning (SRL) dimiliki oleh setiap orang yang ingin mengembangkan dirinya, untuk mencapai kesuksesan, sehingga harus dikembangkan oleh seorang siswa, mahasiswa, guru, dosen maupun pebelajar lainnya. Pengertian yang diberikan oleh para ahli self Regulated learning (SRL) lebih mengarah pada kehidupan pribadi setiap individu dalam memandang belajar untuk dirinya sendiri. SRL yaitu keadaan individu memikul tanggung jawab pribadi dan control untuk akuisisi pengetahuan mereka sendiri. SRL memberikan tanggung jawab pribadi terhadap pembelajar yang dilakukan, yang meliputi pengendalian diri, dan usaha peningkatan belajar secara mandiri, sehingga ada sebagian ahli yang menyebutkan sebagai pembelajaran mandiri. Self Regulated Learning (SRL), sangat dibutuhkan pada diri sesorang yang ingin maju dan berkembang baik secara pribadi maupun saosial, dalam diri siswa, guru, maupun dosen, sehingga akan meningkatkan ilmu pengetahuan dan profesionalisme guru. Dua hal mempengaruhi tumbuhnya SRL adalah self efficacy dan dukungan social. Bagi seorang siswa dan guru apabila memiliki kemampuan SRL, mampu mengelola waktu dengan baik sehingga sukses belajarnya, prestasinya meningkat dan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal. Bagi guru dapat bekerja secara kolaboratif dengan guru lain atau peneliti bidang pendidikan sehingga dapat menemukan solusi dari masalah-masalah pembelajaran, hal ini merupakan kesuksesan guru dalam mengajar. Kata kunci : self regulated learning, kesuksesan, belajar, mengajar. Pendahuluan Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh berapa factor, baik faktor intern (dalam diri) dan faktor ektern (di luar diri) siswa maupun guru. Self Regulated Learning (SRL) diartikan dalam bahasa Indonesia Pembelajaran Mandiri merupakan factor dari dalam diri yang dimiliki oleh pebelajar baik guru maupun siswa dalam rangkah mencapau tujuan peningkatan belajar maupun mengajar. Self Regulated Learning (SRL), sebagai belajar mandiri ini jangan diartikan sempit, tetapi Self Regulated Learning (SRL) yang dimiliki oleh seseorang dapat digunakan untuk mengembangkan dirinya, untuk mencapai kesuksesan, sehingga seharusnya dimiliki oleh seorang siswa, mahasiswa, guru, dosen maupun pebelajar lainnya. Pengertian yang diberikan oleh para ahli, self Regulated learning (SRL) lebih mengarah pada kehidupan pribadi setiap individu dalam memandang belajar untuk dirinya sendiri. SRL yaitu keadaan individu memikul tanggung jawab pribadi dan control untuk akuisisi pengetahuan mereka sendiri. SRL memberikan tanggung jawab pribadi terhadap pembelajar yang dilakukan, yang meliputi pengendalian diri, dan usaha peningkatan belajar secara mandiri. Dikatakan dalam jurnal ini bahwa siswa menjadi tuan dari pembelajaran mereka sendiri, Benjamin Frank, 1987 menjelaskan bahwa siswalah yang menetapkan tujuan pembelajaran untuk dirinya sendiri, merekam kemajuan setiap hari dalam catatannya, sehingga SRL merupakan kunci dan sangat berkontribusi dalam pembelajaran siswa sendiri. Dalam penulisan makalah ini akan dibahas bebarapa masalah yang berkaitan dengan Self Regulated Learning (SRL), yaitu: 1. Paradigma Self Regulated Learning (SRL). 2. Kesuksesan Belajar dan Mengajar dimulai dari Self Regulated Learning (SRL). 3. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan Self Regulated Learning (SRL). 400

Secara umum, para peneliti yang mempelajari Self Regulated Learning (SRL) menemukan keunggulan pembelajaran ini, pengaturan diri secara akademik berusaha memahami bagaimana pebelajar menjadi ahli atas proses-proses belajar mereka sendiri, dan mengevaluasi apa yang dilakukan dalam pembelajaran, secara panjang lebar akan dibahas dalam makalah ini. Pembahasan Paradigma self regulated learning (SRL) Self regulated learning (SRL) berkembang dari teori kognisi sosial Bandura (1997). Menurut teori kognisi sosial manusia merupakan hasil struktur kausal, yang interdependen dari aspek pribadi (person), perilaku (begavior), dan lingkungan (environment) (Bandura, 1997). Ketiga aspek ini merupakan aspek-aspek determinan dalam self regulated learning. Ketiga aspek determinan ini saling berkaitan, berhubungan sebab akibat, dimana person berusaha untuk meregulasi diri sendiri (self regulasi), hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan perilaku ini berdampak pada perubahan lingkungan, dan begitu seterusnya (Bandura, 1986). Setelah dibaca dalam beberapa literatur dan tulisan mengenai self regulated learning (SRL), menurut penulis ternyata SRL mempunyai dua makna yang dipakai secara berbeda. (1) self regulated learning (SRL) digunakan sebagai makna individual, sebagai dorongan dan kegiatan individu untuk mengelola pembelajarannya sendiri. Paradigma kedua digunakan oleh sebagian guru/dosen sebagai model pembelajaran. Rupanya dua paradigma SRL ini secara kegunaannya memiliki sudut yang berbeda. Paradigma pertama bermakna individual, karena merupakan factor intern personal seorang siswa (pebelajar). sedang yang kedua bermakna social, dimana diciptakan seorang guru dalam pembelajaran dikelas sebagai suatu model/strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kedua paradigm tersebut memang tidak bisa dilepaskan, paradigma kedua sebagai penciptaan guru dalam proses pembelajaran agar siswa bisa mengontrol belajarnya dan menunbuhkan proses untuk meningkatkan self regulated learning. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pengertian self regulated learning (SRL) dalam dua paradigm tersebut. Paradigma pertama, seperti beberapa pengertian dari beberapa ahli. Menurut Bandura (1977) selfregulated learning adalah suatu usaha untuk memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang khusus (yang tidak perlu membatasi pada isi akademik), dan memonitor serta meningkatkan proses-proses yang mendalam. Self-regulated learning mengacu pada perencanaan yang hati-hati dan monitoring terhadap prosesproses kognitif dan afektif yang tercakup dalam penyelesaian tugas-tugas akademik yang berhasil dengan baik. SRL menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Pada sisi lain SRL menekankan pentinganya inisiatif karena SRL merupakan belajar yang terjadi atas inisatif. Siswa yang memiliki inisiatif menunjukkan kemampuan untuk mempergunakan pemikiran-pemikirannya, perasanaan-perasaannya, strategi dan tingkah lakunya yang ditujukan untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002). Seseorang self regulated learner memiliki otonomi pribadi dalam mengelola kegiatan belajarnya. (Zimmerman (1999) menjelaskan bahwa self regulated learning memiliki dimensi yakni : motivasi (motive), metode (method), hasil kerja (performance outcome), dan lingkungan atau kondisi sosial (environment social). Motivaasi merupakan inti dari pengelolaan diri dalam belajar, dimana melalui motivasi siswa akan mengambil tindakan dan tanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan (Smith, 2001). Beberapa Ahli ada yang menyamakan istilah self regulated learning (SRL). Dengan istilah seperti pengendalian diri (self-control), disiplin diri (self-disciplined), dan pengarahan diri (self-directed). Meski demikian, kesemuanya memiliki pengertian yang berbeda-beda. Self-regulated learning adalah kemampuan untuk menjadi partisipan yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku (behavior) di dalam proses belajar. Secara metakognisi, self-regulated learner merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan diri, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada tingkatan-tingkatan yang berbeda dari apa yang mereka pelajari secara mendalam. Dari uraian di atas self regulated learning (SRL) dapat disebut pembelajaran mandiri adalah sebuah situasi belajar dimana siswa/ pebelajar memiliki control terhadap proses pembelajaran tersebut melalui pengetahuan dan penerapan strategi yang sesuai pemahaman terhadap tugas-tugasnya, penguatan dalam pengambilan keputusan dan motivasi belajar. Pintrich (1991) mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu proses yang aktif, konstruktif, di mana pebelajar menetapkan tujuan belajar mereka dan kemudian memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka, yang dipandu oleh tujuan-tujuan mereka dan segi kontekstual terhadap lingkungannya. Beliau menjelaskan bahwa self-regulated learning (SRL) mengarahkan tujuan pembelajaran, mengontrol proses pembelajaran, menumbuhkan motivasi sendiri (self motivation) dan kepercayaan diri (self 401

Efficaty) serta memilih dan mengatur aspek lingkungan untuk mendukung belajar. Lingkuingan belajar yang diatur oleh siswa dalam pembelajaran mencakup lingkungan fisik dan non fisik. Pengertian lain diberikan oleh Corno dan Mandinach (1983) bahwa self-regulated learning adalah suatu usaha untuk memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang khusus (yang tidak perlu membatasi pada isi akademik), dan memonitor serta meningkatkan proses-proses yang mendalam. Paradigma kedua self regulated learning (SRL) sebagai model pembelajaran seperti digunakan oleh guruguru atau peneliti sebagai salah satu cara meningkatkan pembelajaran dalam kelas. Pada waktu pembelajaran siswa tidak menerima begitu saja apa yang disajikan, melainkan juga membangun hubungan-hubungan baru dari konsep dan prinsip yang dipelajari berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Sejalan dengan pemikiran Peaget yang menjelaskan bahwa pengetahuan adalah suatu konstruk dari kegiatan atau tindakan sesorang (Winataputra, 2007). Model pembelajaran yang memberikan kesempatan (automi) kepada siswa untuk melakukan dan mengelola secara efektif pembelajarannya sendiri sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. Menurut Gagne dan Marzono (dalam Nogroho, 2003) self regulated learning (SRL) dilandasi oleh fahan konstruktivisme, dimana pembelajar merancang dan mengelola pembelajaran sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi pengalaman sendiri menjadi suatu pengetahuan baru dan bermakna. Menurut Winne Santrock, (2007) self regulated learning adalah kemampuan untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya). Pelajar regulasi diri memiliki karakteristik bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi mereka dan punya strategi untuk mengelola emosinya, secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat, dan mengevaluasihalangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan. Self regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. Siswa yang mempunyai self regulated learning tinggi adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioralmerupakan peserta aktif dalam proses belajar. Pada model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) siswa diharapkan bisa menguasai bagaimana cara dan kondisi yang terbaik bagi dirinya untuk belajar. Siswa juga mungkin mencari teman sebaya atau bantuan guru jika menemukan kesulitan dalam belajar. Ada empat prinsip Self Regulated Learning (SRL), yaitu: 1) mempersiapkan lingkungan belajar, 2) mengorganisasi materi, 3) Memonitoring kemajuan, 4) melakukan evaluasi kinerja terhadap proses belajar. Penerapan SRL diharapkan mampu mengubah cara belajar pebelajar/siswa yang instan, menjadi cara belajar yang lebih baik yaitu menerapkan SRL. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa pengelolaan diri dalam belajar merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan aspek kognisi, motivasi, dan perilaku siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Siswa lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya karena mereka menyadari bahwa hanya usaha mereka sendirilah dapat mencapai tujuan belajar dengan efektif. Fungsi SRL secara kongkrit adalah merencanakan proses belajar, mamantau kemajuan belajar, dan menentukan tujuan (target yang harus dicapai) dalam belajar. Kesuksesan Belajar dan Mengajar dimulai dari Self Regulated Learning (SRL). 1. Kesuksesan Belajar Siswa Kesuksesan atau keberhasilan dalam pembelajaran merupakan dambaan setiap siswa dan guru. Keberhasilan pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh factor dari dalam (intern) diri maupun dari luar (ektern). Kedua factor tersebut saling mempengaruhi dan saling mendukung tidak dapat dipisahkan. Faktor internal meliputi (1)factor psikologis, IQ, sikap, bakat, minat, dan motivasi, (2) factor fisiologis yaitu keadaan organ-organ tubuhnya, tidak memiliki cacat atau berpenyakit dll. Adapun factor ekternal adalah factor lingkungan belajar, pola asuh orang tua, fasilitas, guru, dan lain-lain (Muhibin, 2001) Sedangkan Belajar merupakan sebuah proses yang terdiri dari masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Untuk mendapatkan prestasi belajar(output) yang baik, maka proses belajar perlu diperhatikan. Zimmerman & Martinez-Pons (1986) bahwa dalam proses belajar, seorang siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik bila dia menyadari, bertanggung jawab, dan mengetahui cara belajar yang efesien. Siswa yang demikian diistilakan Zimerman sebagai seorang siswa yang belajar dengan regulasi diri (selfregulated learner). 402

Pemahaman konsep tentang self-regulation adalah penting dalam pengembangan kemampuan diri untuk mencapai prestasi belajar. Menurut Beli dan Arkyoyd (2006) self-regulated learning (SRL) merupakan bagian teori pembelajaran kognitif yang menyatakan bahwa perilaku, motivasi dan aspek lingkungan belajar, akan mempengaruhi prestasi seseorang pebelajar. Bahkan beberapa ahli berpendapat SRL memberikan pengaruh yang positip terhadap kesuksesan prestasi akademik pebelajar. Self-regulated learning adalah tindakan prakarsa diri (self-initiated) yang meliputi goal setting dan usaha-usaha pengaturan untuk mencapai tujuan, pengelolaan waktu, dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial demi tercapainya tujuan pembelajaran secara individual. Di samping itu, self-regulated learning juga merupakan motivasi secara intrinsik dan pemilihan strategi individual dalam mencapai kemampuan sebagai hasil berajar yang diharapkan. Self-regulated learning mengacu pada perencanaan yang hati-hati dan monitoring terhadap proses-proses kognitif dan afektif yang tercakup dalam penyelesaian tugas-tugas akademik yang berhasil dengan baik. Bandura mendefinisikan self-regulation sebagai kemampuan untuk mengontrol perilaku mereka sendiri dan juga pekerja keras. Bandura mengajukan 3 (tiga) langkah self-regulation: (1) observasi diri (self-observation), kita melihat diri kita sendiri, perilaku kita, dan menjaganya; (2) keputusan (judgment), membandingkan apa yang dilihat dengan suatu standar; (3) respon diri (self-response), jika kita lebih baik dalam perbandingan dengan standar kita, kita memberi penghargaan jawaban pada diri sendiri. Menurut Sunaman (2005) dalam pembelajaran self regulated learning (SRL) ada 3 unsur yang ada dalam proses pembelajaran. Untuk mengoptimalkan hasil belajar diperlukan antara lain: 1) self motivasi, 2)self efikacy, dan 3)self evaluation. (1) Motivasi Diri (self motivation) Self Regulated Learning (SRL) menekankan pada penumbuhan motivasi diri siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri sesorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Motivasi belajar meerupakan kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar. Motivasi merupakan hal yang penting bagi sesorang. Siswa apabila tidak memiliki motivasi, maka tidak akan belajar keras, maka asumsinya semakin tinggi tingkat motivasi belajar siswa akan kemauan belajarnya juga akan semakin tinggi, sehingga prestasi belajarnya juga tinggi, dan ini adalah salah satu modal kesuksesan siswa. (2) Kepercayaan Diri (Self Efficacy) Self efficacy yaitu percaya terhadap diri sendiri, yaitu sebagai keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa dapat melampoi target dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Siswa yang memandang dirinya mampu dan yakin untuk dapat menyelesaikan masalah tugasnya, maka akan memilih untuk mengerjakan tugasnya dibanding siswa yang merasa tidak yakin mampu. Faktor yang utama sebagai sumber self efficacy adalah: pengalaman belajar, umpan balik, dan perasaan keterlibatan dalam pembelajaran. (3) Evaluasi Diri (Self Evaluation) Self evaluation, yaitu penilaian terhadap kinerja yang ditampilkan oleh diri sendiri dalam upaya mencapai tujuan dan menyebabkan yang signifikan terhadap hasil yang dicapainya. Pada tahap evaluasinya ini meliputi seluruh aktifitas proses berpikir. Pada tahap evaluas ini, siswa menilai keberhasilan atau kegagalannya, dimana hasilnya akan dijadikan bahan untuk melaksanakan proses regulasi diri selanjutnya. Kemampuan mengevaluasi diri ini memainkan peranan pentingdalam sebuah siklus belajar. Dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, pembelajaran akan lebih bermakna, dengan menambah kualitas dan kuantitas materi yang belum atau kurang, serta berupaya mempertahankan segala yang sudah dimengerti. 2. Kesuksesan Mengajar bagi Guru Dalam buku Charles M. Reigeluth pada chapter 13, yang ditulis oleh Lyn Corno dan Judi Rendi, setelah dipelajari menurut penulis paradikma secara teoritis tentang Self Regulated Learning (SRL) ini adalah sikap belajar mandiri siswa dalam pembelajaran, ternyata juga harus digunakan guru/pengajar dalam proses pengajarannya dalam memecahkan permasalahan mengajar yang bertujuan untuk mencapai kesuksesan dalam mengajar. Dikatakan dalam buku tersebut bahwa Self Regulated Learning (SRL) ditawarkan kepada guru. Seorang guru yang menghadapi masalah dalam pembelajaran di kelas dituntut belajar mandiri juga, dalam hal memecahkan permasalahan di kelas. Secara mandiri guru dapat mencoba metode, strategi maupun model pembelajarannya sendiri untuk dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelasnya. Hal tersebut sejalan dengan konsep pembelajaran berkelanjutan bagi guru/pengajar Pembelajaran berkelanjutan, merupakan langkah pengembangan 403

profesionalitas yang terus menerus harus dilakukan oleh guru secara dinamis, dan meningkat. Merupakan usaha pengembangan profesional dengan meningkatkan empat kompetensi (Kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial). Upaya ini diperlukan untuk memantapkan formulasi kompetensi, sehingga memiliki nilai-nilai yang lebih fungsional, sosial, maupun kepribadiannya sehingga akan menjadi guru yang bermartabat, disenangi siswanya, dan melakukan pembelajaran secara efektif. Kalau dimungkinkan seorang gurupun dapat bekerja sama dengan guru lain atau peneliti untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga beliau dapat menemukan sendiri cara menyelesaikan masalah pembelajarannya. Menemukan sendiri model, strategi, maupun metode pembelajaran yang baru dalam mengatasi masalah pembelajarannya, ternyata temuannya itu sebagai obat atau cara memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya, yang bisa ditularkan pada guru lain. Sehingga dengan guru melaksanakan Self Regulated Learning (SRL), belajar mandiri mengatasi masalah pembelajaran, tidak perlu seringsering guru diadakan kursus atau penataran mengimplementasikan cara pembelajaran milik orang lain, modelmodel temuan orang lain. Dalam buku tersebut ditawarkan juga sepuluh komponen pengajaran sebagai pembelajaran mandiri agar menjadi guru yang sukses dan professional. 1. Prinsip pembelajaran professional guru muncul dari pekerjaan kolaboratif dengan guru lainnya. 2. Konsisten dengan konsep guru sebagai pekerja ilmu pengetahuan, sehingga terbit inovasi kolaboratif dapat menyemangati penemuan-penemuan baru dari para guru. 3. Penilaian praktik baru, Inovasi kolaboratif memfokuskan pada cara penilaian yang baru dari guru. 4. Pembuatan kurikulum bersiklus. Inovasi kolaboratif mengikuti proses guru secara tipikal yang digunakan untuk merancang pembelajaran. Jadi dalam hal pelaksanaan kurikulum tidak harus linier, tetapi dapat mempraktekkan hasil kolaborasi, dan hasil penilaian guru sendiri tersebut. 5. Pemecahan masalah, inovasi kolaboratif menampilkan guru-guru dengan kesempatan untuk memecahkan masalah, karena mereka berupaya untuk melahirkan pratik-pratik pengajaran yang baru. 6. Pembelajaran dalam konteks. Inovasi kolaboratif memunculkan kesempatan untuk pembelajaran dalam konteks dengan menyemangati para guru untuk menemukan kembali praktik-pratik pembelajaran yang baru dan disesuaikan dengan konteks (keadaan nyata). 7. Siswa sebagai focus. Inovasi kolaboratif menempatkan siswa sebagi pusat pembelajaran, dan sebagai pusat pengembangan kurikulum. 8. Konstruksi ilmu pengetahuan. Proses inovasi kolaboratif membantu guru dalam mengartikulasi ilmu pengetahuan mereka. Menurut dewey (1996) Inovasi kolaboratif membantu para guru secara internal membangun ilmu pengetahuan personal/pribadi, yang kemudian diberi lebel, terletak dalam sebuah tubuh ilmu pengetahuan yang lebih luas dan berbagi melalui prose penilaian kolaboratif. 9. Pemegang kolaboratif. Kolaboratif melekat dalam bentuk pembelajaran yang profesional, sehingga menugaskan guru berperan secara kolaboratif dengan guru lain dan para peneliti. 10. Resiko rendah dan tantangan tinggi. Dengan memperkenalkan temuannya, serta mempraktekkan untuk memecahkan masalah pembelajaran adalah suatu tindakan yang profesional, kenyataannya memang tidak ada satu cara terbaik untuk memecahkan semua masalah pembelajaran, sehingga untuk mencobakan hasil kolaroratif yang baru, resiko kesalahannya kecil. Faktor-faktor yang dapat mendukung Self Regulated Learning (SRL) Dari pembahasan di atas dan secara nyata bahwa prestasi belajar dan kesuksesan untuk mencapai sesuatu tergantung adanya Self Regulated Learning (SRL). Banyak pertanyaan baik dari guru/dosen terutama adalah orang tua adalah Bagaimana menumbuhkan Self Regulated Learning (SRL)? Pertanyaan ini dijawab oleh hasil penelitian dari bebarapa ahli, terutama adalah ahli psikologi, bahwa yang mempengaruhi tumbuhnya Self Regulated Learning (SRL) adalah self efficacy dan dukungan social. Menurut Bandura (1977) efikasi diri adalah keyakinan seorang individu mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasiltertentu. Efikasidiri yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. Bandura (Santrock, 2007) mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang efikasi diri-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan tugas dan soal dari gurunya. Faktor kedua adalah Dukungan sosial termasuk sebagai faktor lingkungan. Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik & psikologis yang diberikan oleh teman/anggota keluarga. 404

Dukungan sosial juga dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial yang terjadiatau yang dilakukan individu dalam menjalin hubungan dengan sumber-sumber yang ada di lingkungan. E m pat aspek dukungan sosial yaitu, dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif. Menurut Johnson & Johnson (1991) dukungan sosial berasal dari orang-orang penting yang dekat (significant others) bagi individu yang membutuhkan bantuan misalnya di sekolah seperti guru dan teman-temannya. Ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri serta mengurangi stres, meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress & tekanan. Dukungan sosial menjadi hal yang diduga dapat mempengaruhi self regulated learning. Dukungan sosial dari keluarganya tinggi diduga akan meningkatkan self regulated learning. Orang yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi maka akan banyak mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif dari keluarga. Apabila dukungan emosional tinggi individu akan merasa mendapatkan dorongan yang tinggi dari anggota keluarga. Apabila penghargaan untuk individu tersebut besar, maka akan meningkatkan kepercayaan diri. Apabila individu memperoleh dukungan instrumental, akan merasa dirinya mendapat fasilitas yang memadai dari keluarga. Apabila individu memperoleh dukungan informatif yang banyak, inidvidu itu merasa memperoleh perhatian dan pengetahuan. Hal tersebut berdampak pada self regulated learning individu tersebut menjadi tinggi karena individu mampu mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Penutup Dari uraian di atas tentang Self Regulated Learning (SRL) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Paradigma self regulated learning (SR), dua makna yang dipakai secara berbeda. Pertama, digunakan sebagai makna individual, sebagai dorongan dan kegiatan individu untuk mengelola pembelajarannya sendiri. Kedua digunakan oleh sebagian guru/dosen sebagai model/strategi pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dikelas. Rupanya dua paradigm memiliki sudut yang berbedah satu makna individu dan yang lainnya bermakna social, tetapi keduanya saling berkaitan. 2. Siswa-siswa akan sukses belajarnya jika memperoleh prestasi belajar yang baik bila dia menyadari, bertanggung jawab, dan mengetahui cara belajar yang efesien, Jika siswa tersebut yang belajar dengan regulasi diri (self-regulated learner). 3. Bagi seorang guru self regulated learning (SRL) juga dibutuhkan. Guru dituntut untuk mengembangkan diri dan profesionalismenya dengan belajar mandiri untuk memecahkan permasalahan di kelas. Secara mandiri guru dapat mencoba metode, strategi maupun model pembelajarannya sendiri untuk dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelasnya, atau bekerja secara kolaboratif dengan guru lain atau peneliti bidang pendidikan untuk menemukan solusi dari masalah-masalah pembelajarannya, hal ini merupakan kesuksesan guru dalam mengajar. 4. Dua hal mempengaruhi tumbuhnya Self Regulated Learning (SRL) adalah self efficacy dan dukungan social. Daftar Pustaka Aminah Ma Ping. 2012. Understanding Self-regulated Learning and its Implications for Strategy Instruction in Language Education. The Journal of Language Teaching and Learning, (2), 89-104 Azwar, S. 2000. Pengantar Teori Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Cipta. Bandura A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: a Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice-Hall Inc.. Bandura A. 1997. Self Efficacy : the exercise of control. New York: Freeman and Company. Charles M. Reigeluth (editor) 1999. Instructional-Design Theories And Models, chepter 13 hal: 293-319. Corno, L. & Mandinach, E. 1983 The Role Cognitive Engagement in Classroom Learning and Motivation. Educational Psychologist. (18): 88-208. Jennie V. Jochson. A Model of Formative Assessment and Self Regulated Learning for Large Classes: An Interface between Internal and External Feedback. IJESE Journal. Katherine Ely Fors Marsh. A Meta-Analysis of Self-Regulated Learning in Work-Related Training and Educational Attainment: What We Know and Where We Need to Go. Latipah. E.2010. Strategi Self Regulated Learning and Prestasi Belajar: Kajian Meta Analisis. Journal Psikologi, volume 37, No. 1, Juni 2010. 405

Mei-Mei Chang & Mei-Chen Lin. How the Online Reflective Learning Journals Influence Students Self-efficacy. Department of Modern Languages, National Pingtung University of Science and Technology, TAIWAN Muhibbin, Syah. 2001. Psykologi pendidikan dengan pendekatan Baru. Bandung: Rosdam Karya. Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari. 2011. Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self Regulated learning Pada Siswa Kelas VIII Journal Humanitas. (VIII) Januari 2011. Pintrich, P.R & De Groot, 1991. Motivation and Self Regulated Learning components of classroom academic performance. Journal of educational Psychology. (82), 33-40. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media Group Smith, P.A. 2001. Understanding self regulated rearling and its implications for accounting aducators and research. Issues in Accounting Education, 16(4), 663 667. Sunawan. 2005. Bebarapa Bentuk Perilaku Underavhievement dari perspektif Self Regulated Learning. Journal ilmu Pendidikan. 12(1), 128-142. Yohanan Eshel & Revital Kohavi.2003. Perceived Classroom Control, Self-Regulated Learning Strategies, and Academic Achievement. Journal Educational Psychology, Vol. 23, No. 3, 2003 Zeki.Arsaal. The effects of diaries on self-regulation strategies of preservice science teachers. International Journal of Environmental & Science Education Vol. 5, No. 1, January 2010, 85-103 Zimmerman, B.J. 1986. Becoming a self Regulated learner. Which are the key subprocesses? Contemporary Educational Psychology, 11, 307 313. Zimmerman, B.J. & Martinwz-Pons, M. 2001. Students differences in self regulated learning: Relating grade, sex, and gifted ness to self efficacy and strategy use. Journal of educational Psychology, 82(1), 51 59. Zimmerman, B.J. 1990. Self-Regulated Learning and Academic.achievement: An Overview. Educational Psychologist, 25(1), 3 17. Zimmerman, B.J. 1999. Acquiring writing revision skill, shifting from process goals to outcome self regulatory goals. Journal of educational Psychology, 91 (2), 241 250. Zimmerman, B.J. 2002. Becoming a self regulated learner: An Overview. Theory into Practice, 41,64 70. 406