BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bisnis Warung Kelontong Modal Kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998, pedagang di sektor informal adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. warung-warung kecil, pasar tradisional, swalayan sampai mall sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian suatu Negara sangat ditunjang oleh berkembangnya usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini banyak bisnis baru bermunculan, hal ini dapat dilihat

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami fluktuasi harga dari tahun ke

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Jenis Barang di Usaha Dagang Berutu

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROPOSAL PENGAJUAN PINJAMAN MODAL KERJA KREDIT USAHA RAKYAT (K.U.R) UNTUK PENGEMBANGAN USAHA (U.M.K.M) 1

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

Keywords : Analisis Karakteristik Konsumen, Konsumen, Beras.

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi ton beras dari petani nasional khususnya petani di wilayah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga. Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Dan juga dalam Q.S An-Nisa;

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BPSPROVINSI JAWATIMUR

http.//sragenkab.bps.go.id

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar Tahun Tahun

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014


I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi tahun 1997 perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di sektor formal yang menutup usahanya karena tidak mampu bertahan sehingga membawa dampak buruk seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat yang pada akhirnya kesempatan kerja berkurang dan ketimpangan distribusi pendapatan semakin besar. Berbeda halnya dengan yang dialami oleh perusahaan-perusahaan besar, usaha kecil justru masih bisa bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Hal tersebut dikarenakan usaha kecil lebih fleksibel dan tingkat ketergantungannya terhadap pembiayaan melalui kredit perbankan tidak terlalu besar. Kebanyakan dari usaha kecil ini membiayai usahanya dari modal sendiri atau keluarga. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro dalam Ary Setiawan (2008) menyatakan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable, ketiga menggunakan input lokal. Kemampuannya bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi ternyata membuat usaha kecil menjadi salah satu pilihan atau alternatif bagi sebagian masyarakat untuk 1

2 memperbaiki kehidupan ekonominya. Usaha kecil yang tergolong ke dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini perlu dikembangkan karena dapat menciptakan kesempatan kerja. Hal tersebut diperjelas oleh Tulus Tambunan (2002:22) bahwa: UMKM di Indonesia sangat penting terutama dalam menciptakan kesempatan kerja. Pendapat ini didasarkan kenyataan bahwa, disatu pihak jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar dan dipihak lain usaha besar tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidak sanggupan usaha besar dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar, disebabkan memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UMKM relatif padat karya. UMKM tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan saja tetapi juga memberikan kontribusi yang besar dalam upaya meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Ary Setiawan (2008) juga mengatakan bahwa Sejak tahun 2008 sampai 2011, tercatat ada sekitar 52,77 juta unit UMKM di Indonesia yang telah memberikan lapangan pekerjaan cukup besar bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi usaha. Itu artinya banyak masyarakat yang memperoleh pendapatan dari usaha kecil. Kondisi ini tentu merupakan perkembangan baik bagi perekonomian Indonesia, mengingat UMKM berperan penting sebagai saka guru dan penyelamat perekonomian nasional sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Disamping itu, UMKM juga memiliki peran penting dalam menunjang perekonomian nasional. Hal ini dapat kita lihat pada saat krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Banyak negara-negara maju mendapatkan imbas yang cukup besar dan menyebabkan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun

3 Indonesia tidak mendapatkan imbas yang begitu besar, dikarenakan Indonesia mempunyai pengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi tahun 1997 dan sektor UMKM yang menjadi salah satu benteng perekonomian rakyat sehingga kondisi ekonomi Indonesia tidak semakin terpuruk. Keberadaan usaha kecil harus tetap dipertahankan dan dikembangkan agar dapat terus berperan dalam meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Hal tersebut diperjelas oleh Mudrajad Kuncoro (2007 : 363), bahwa: Usaha kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah angkatan kerja, pengangguran, jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi pedesaan. Jelas bahwa usaha kecil perlu dikembangkan dan mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, tetapi juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dari pernyataan di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa usaha kecil di Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan dan memperlancar perekonomian negara. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada umumnya mempunyai karakteristik sebagai suatu bisnis yang berskala kecil sampai sedang baik dalam pengertian pendanaan, maupun jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dalam organisasi bisnis tersebut. Banyak sekali UMKM yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan income keluarga sekaligus dapat menyerap tenaga kerja. Salah satunya adalah usaha yang

4 bergerak di bidang perdagangan seperti pedagang sembako yang berada di pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran. Pasar Pananjung merupakan pusat jual beli masyarakat Kecamatan Pangandaran pada khususnya karena merupakan pasar induk yang ada di Kecamatan Pangandaran. Bahkan banyak juga masyarakat diluar Kecamatan Pangandaran yang berbelanja ke Pasar Pananjung karena dirasa lebih lengkap dibanding pasar lain. Pasar Pananjung secara keseluruhan mencakup wilayah seluas 1,8 Ha. Luas ini terdiri dari bangunan permanen (kios), los pasar, bango serta fasilitas umum. Kios atau toko dibedakan dalam beberapa kelas mulai dari blok A sampai H tergantung dari letak kios tersebut. Jumlah pedagang yang terdapat di pasar pananjung hingga saat ini berjumlah 649 kios dan diantaranya ada pedagang sembako yang berjumlah 44 orang dan sisanya terdiri dari pedagang pakaian, sepatu, sayuran, buah-buahan, toko besi, toko emas, gerabah dan masih banyak lagi pedagang- pedagang lain yang berjualan dengan produk yang berbeda. Usaha berdagang sembako merupakan usaha yang cukup mendatangkan keuntungan mengingat usaha ini menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Sembako adalah singkatan dari sembilan bahan pokok yang terdiri dari sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat. Adapun kesembilan bahan kebutuhan pokok sesuai dengan keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No. 115/MPP/KEP/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 adalah sebagai berikut: 1. Beras 2. Jagung

5 3. Telur ayam 4. Daging sapi dan ayam 5. Susu 6. Gula pasir 7. Garam yang mengandung yodium 8. Minyak goreng dan margarin 9. Minyak tanah atau gas elpiji. Namun berbeda halnya dengan pedagang sembako yang ada di Pasar Pananjung. Mereka tidak menjual seluruh kebutuhan pokok yang tergabung dalam sembako akan tetapi hanya menjual tujuh jenis kebutuhan dari sembilan kebutuhan pokok diantaranya adalah beras, susu, telur ayam, gula pasir, garam, minyak goreng dan margarin, serta minyak tanah atau gas elpiji. Selain kebutuhan pokok tadi pedagang sembako yang ada di Pasar Pananjung juga menjual berbagai bahan makanan seperti mie instan, tepung terigu, ikan sarden kalengan, kornet dll, kemudian menjual berbagai macam makanan ringan, berbagai macam minuman, kebutuhan untuk menunjang kebersihan dan kesegaran jasmani seperti sabun mandi dan sabun untuk mencuci, shampo, pasta gigi, sikat gigi dll, berbagai macam rokok serta obatobatan. Sebagai pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pokok pedagang sembako seharusnya tidak pernah sepi dibanjiri oleh pembeli karena ketika pendapatan masyarakat mengalami penurunan mereka akan tetap membeli berbagai kebutuhan pokok untuk makan. Selain karena jenis dagangannya yang menjual

6 kebutuhan sehari-hari secara grosir maupun eceran, daerah Pangandaran merupakan daerah wisata maka di waktu-waktu tertentu seperti menjelang hari raya besar dan liburan pendapatan pedagang sembako di pasar Pananjung bisa lebih meningkat karena lebih banyak konsumen yang berbelanja. Hal tersebut menunjukkan banyaknya peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pedagang sembako untuk meningkatkan pendapatannya. Namun pada perkembangannya atau kenyataannya tidak demikian. Pada perkembangannya usaha kecil seperti pedagang sembako sering kali mengalami beberapa kendala atau permasalahan dalam menjalankan usahanya. Menurut Mudrajad Kuncoro (2007:368), Ada beberapa kendala yang dihadapi pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Selain itu globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini ternyata memberikan dampak yang kurang baik bagi para pengusaha kecil seperti pedagang sembako. Globalisasi ekonomi telah melahirkan berbagai ritel modern seperti alfamart dan indomart yang saat ini juga berkembang di daerah Pangandaran. Hal tersebut terbukti dengan terus bertambahnya ritel modern dari waktu ke waktu bahkan ada beberapa diantaranya yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Pananjung tempat para pedagang sembako berjualan.

7 Kehadiran ritel modern ini berdampak negatif terhadap perkembangan pedagang sembako. Adanya permasalahan yang dihadapi oleh pedagang sembako membuat usahanya mengalami pasang surut. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh para pedagang sembako periode Agustus 2011 sampai dengan Januari 2012. Berdasarkan hasil penelitian awal pada 10 orang pedagang sembako di pasar Pananjung diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1.1 Pendapatan Pedagang Sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran Periode Agustus 2011 Januari 2012 (dalam ribu rupiah) No Nama Toko Pendapatan Agustus September Oktober November Desember Januari 1 Asep 55.500 44.000 55.000 55.000 60.300 44.300 2 Atin 137.000 89.000 80.000 90.000 90.000 85.000 3 Vina 80.000 89.000 89.000 87.800 88.100 80.000 4 Yati 70.000 54.000 52.000 60.980 72.000 68.000 5 Otong 113.000 114.000 111.000 98.000 111.000 97.000 6 Rizki 88.000 79.000 77.000 80.000 82.000 80.000 7 Assalam 110.000 109.000 100.000 105.000 106.000 102.000 8 Ferry 120.000 112.000 98.000 98.000 100.000 95.000 9 Hj. Iis 60.000 52.000 55.000 57.500 50.000 55.000 10 Yanti 50.000 47.000 48.000 45.000 47.000 48.000 Total Pendapatan 883.500 790.200 765.000 777.280 806.400 754.300 Sumber: Data Hasil Pra Penelitian, diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada periode Agustus 2011 s-d Januari 2012 pendapatan pedagang sembako berfluktuatif. Pada bulan September hampir seluruh pendapatan pedagang mengalami penurunan. Hal itu dapat dilihat dari pendapatan total pedagang pada bulan Agustus sebesar Rp. 883.500.000,00 menjadi

8 Rp. 790.200.000,00 di bulan September. Berarti adanya penurunan pendapatan pada bulan September sebesar 10,56%. Sama halnya seperti bulan September, pada bulan Oktober pendapatan pedagang pun mengalami penurunan meskipun ada beberapa diantara pedangan yang pendapatannya tetap tidak mengalami penurunan atau kenaikan dan penurunan pada bulan oktober ini tidak terlalu besar seperti yang terjadi pada bulan September. Kemudian pada bulan November dan Desember pendaptan pedagang mengalami kenaikan setelah itu pada bulan Januari mengalami penurunan kembali. Untuk lebih jelasnya hal tersebut dapat dilihat dalam tabel perkembangan pendapatan pedagang sembako periode Agustus 2011 s-d Januari 2012 dibawah ini: Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan Pedagang Sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran Periode Agustus 2011 - Januari 2012 (dalam ribu rupiah) Bulan Rata-rata Pendapatan Persentase (%) Agustus 88.350 0 September 79.020-10,56% Oktober 76.500-3,18% November 77.728 1,60% Desember 80.640 3,74% Januari 75.430-6,46% Sumber: Data Hasil Pra Penelitian, diolah Seperti pada tabel 1.1, pada tabel ini pun menunjukkan adanya perkembangan pendapatan yang naik turun. Meskipun perkembangan yang berfluktuatif itu sudah biasa terjadi dalam sebuah usaha, namun dalam hal ini berfluktuatifnya pendapatan pedagang sembako lebih cenderung pada penurunan pendapatan walaupun beberapa bulan pada periode tersebut mengalami kenaikan yaitu pada bulan November sebesar

9 1,6% dan pada bulan Desember naik kembali sebesar 3,74%. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak begitu besar. Sedangkan penurunan pendapatan lebih sering terjadi yaitu pada bulan September, Oktober dan Januari. Penurunan terbesar pun dialami pada bulan September yaitu sebesar 10,56%. Adanya penurunan pendapatan menunjukkan bahwa perkembangan usaha sedang tidak baik. Jika penurunan pendapatan terus saja dibiarkan maka akan menimbulkan kelesuan pada usahanya karena tidak dapat berkembang dan akhirnya berdampak pada kesejahteraan pedagang itu sendri sebagai masayarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat pra penelitian, penurunan pendapatan terjadi karena sebagian besar dari para pedagang tidak memiliki dana yang lebih untuk menambah persediaan barang dagangannya. Sehingga ketika ada pembeli yang menginginkan barang dalam jumlah banyak dan beragam dia tidak bisa memenuhinya, maka secara otomatis peluang untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar akan hilang. Para pedagang rata-rata membiayai usahanya dari modal sendiri atau keluarga. Jarang dari mereka yang meminjam dana dari pihak bank untuk modal usahanya karena prosedurnya yang terlalu sulit. Sehingga pedagang hanya menggunakan modal seadanya dari yang ia miliki. Keterbatasan modal memang merupakan masalah umum yang dihadapi oleh para pengusaha kecil sejak dulu dan itu terjadi di negara mana pun juga khususnya di dalam kelompok negara berkembang seperti Indonesia. Kemudian hadirnya pendatang baru yang memunculkan adanya persaingan. Pendatang baru membuat konsumen tidak lagi terfokus pada satu toko saja melainkan

10 pada beberapa toko. Sehingga terkadang ketika ada pedagang baru pelanggan toko suka berpindah tempat belanja karena pada dasarnya konsumen itu tidak hanya sekedar membeli tetapi juga mencari kepuasan dan kenyamanan dalam berbelanja. Selain itu ada diantara pedagang yang menjual barang dagangannya dengan harga yang lebih murah. Biasanya pedagang yang seperti itu memiliki modal yang cukup besar. Pedagang dengan modal yang besar akan membeli stock barang dari supplier dengan jumlah yang cukup banyak. Sehingga pedagang tersebut bisa mendapatkan potongan harga atas barang yang ia beli. Dengan begitu ia bisa menjual barang dengan harga yang lebih murah dari pedagang lain. Hal tersebut akhirnya memicu adanya persaingan diantara pedagang karena biasanya konsumen lebih menyukai barang dengan harga yang murah apalagi jika kualitas barangnya sama. Selanjutnya yang membuat pendapatan pedagang mengalami penurunan adalah kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh pedagang, pedagang juga kurang bisa membaca peluang yang sekiranya akan mendatangkan pendapatan baginya. Padahal jika dilihat banyak peluang yang dapat meningkatkan pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung seperti yang telah dijelaskan di atas. Akan tetapi para pedagang kurang bisa melihat peluang tersebut dan memanfaatkannya dengan baik. Disamping itu kurangnya inovasi yang dilakukan oleh pedagang, kebanyakan dari pedagang masih menggunakan cara lama dalam menjalankan usahanya dan masih kurangnya baiknya pengelolaan usaha. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menurunnya pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung di duga karena kurangnya modal

11 yang dimiliki, perilaku kewirausahaan yang masih rendah dan adanya persaingan yang semakin ketat diantara pedagang. Oleh karena itu dengan melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung kecamatan Pangandaran. Adapun judul dari penelitian ini adalah Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Sembako (Suatu Kasus Pada Pedagang Sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran). 1.2 Rumusan Masalah Lingkup permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran? 2. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran? 3. Bagaimana pengaruh persaingan terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran? 4. Bagaimana pengaruh modal, perilaku kewirausahaan dan persaingan terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yaitu: 1. Mengetahui pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran.

12 2. Mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran. 3. Mengetahui pengaruh persaingan terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran. 4. Mengetahui pengaruh modal, perilaku kewirausahaan dan persaingan terhadap pendapatan pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Secara Teoritis Adapun manfaat teoritis dari penelitian yaitu: Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi, khususnya ekonomi mikro terkait dengan pendapatan. 1.3.2.2 Manfaat Secara Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian yaitu: 1. Bagi pedagang dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau bahan untuk kemajuan dan keberhasilan usahanya. 2. Bagi penulis menambah wawasan mengenai ilmu ekonomi mikro dan memberikan pengalaman dengan terjun langsung ke lapangan serta dapat memberikan informasi, sumber pengetahuan, dan bahan kepustakaan atau bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.