LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 47 tahun Djuli 1969

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 3 Tahun Ke VI Tanggal 27 Agustus 1956 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1956

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1953 TENTANG APOTIK DARURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 5 TAHUN 1954.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 Th April No. : I/DPRD. GR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Tjetakan ke II tg. 1 Maret Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke III tg. 1 Maret 1953.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan peraturan Daerah sebagai berikut : PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG PERATURAN TANAH GUNDUL DAERAH TINGKAT I BALI (1) Jang dimaksud dengan tanah gundul didalam peraturan ini ialah semua tanah diluar hutan tutupan jang tidak tjotjok untuk didjadikan tanah pertanian dari segi kemampuannja dan tidak ditumbuhi tanaman-tanaman penutup tanah jang berfungsi sebagai pengawet tanah. (2) Tanah-tanah gundul tersebut ajat (1) perlu segera dihidjaukan dengantumbu-tumbuhan jang berumur pandjang jang tjotjok untuk tanah tersebut. (3) Memelihara tanah gundul termaksud, menambah kesuburannja, serta mentjegah kerusakannja adalah kewadjiban tiap-tiap pemilik tanah. Pasal 2. (1) Pemilik-pemilik dari tanah gundul tersebut dalam pasal 1 diwadjibkan mendaftarkan tanah gundulnja selambat-lambatnja 6 (enam) bulan setelah berlakunja peraturan ini kepada Punggawa Distrik setempat. (2) Punggawa Distrik mengirimkan daftar tersebut kepada Bupati Kepala Daerah setempat, untuk selandjutnja meneruskan daftar itu kepada Ketua Panitia Tanah Gundul Daerah Tingkat I jang dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali. Pasal 3. Tanah-tanah gundul dimaksud dalam pasal 1 serta batas-batasnja ditetapkan oleh Panitia Tanah Gundul, berdasarkan bahan-bahan laporan dari hasil pendaftaran para pemilik tanah kepada Punggawa setempat.

Pasal 4. (1) Untuk melaksanakan penghidjauan tanah-tanah gundul seperti dimaksud dalam pasal 1 ajat (2) diatas, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali membantu mengusahakan bibit-bibit jang di perlukan. (2) Penanaman serta pemeliharaannja adalah mendjadi kewadjiban dari pemilik tanah gundul bersangkutan dengan mengindahkan/ menuruti petundjuk-petundjuk dari Panitia Tanah Gundul. Pasal 5. Seluruh hasil bersih dari tanah gundul itu, 90% mendjadi hak milik jang mempunjai tanah, dan 10% untuk dana pembangunan desa setempat. Pasal 6. (1) Penebangan-penebangan diatas tanah gundul itu dilarang, ketjuali apabila sudah ada idjin tertulis dari Bupati Kepala Daerah setempat, idjin mana baru akan diberikan apabila sudah ada persetudjuan dari Kehutanan dan Pertanian. (2) Tiap orang jang dapat idjin menebang, diwadjibkan mengganti dengan tanaman baru sekurang-kurangnja sedjumlah pohon jang ditebang. Pasal 7. (1) (Barang siapa melanggar ketentuan-ketentuan jang tertjantum dalam pasal 2 (1), 4 (2), dan 6 (1), (2) dari peraturan ini, dihukum dengan hukuman kurungan setinggi-tingginja 3 (tiga) bulan, atau denda sebanjak-banjaknja Rp. 5000,- ( Lima ribu rupiah ). (2) Tindak Pidana dalam Peraturan ini adalah pelanggaran. Pasal 8. (1) Jang ditugaskan menguruskan pelanggaran-pelanggaran tersebut dalam Peraturan ini, adalah petuigas-petugas Pamong Pradja, Kehutanan dan Pertanian dengan memperhatikan batas kekuasaan masing-masing dibidang hukum. (2) (Pengusutan dan penuntutan selandjutnja dikerdjakan sesuai dengan aturan-aturan jang telah ada atau jang akan diadakan berdasarkan undang-undang. Pasal 9. Segala Peraturan Daerah jang sudah ada jang bertentangan dengan peraturan ini sedjak mulai berlakunja peraturan ini ditiadakan. Pasal 10. Peraturan ini disebut PERATURAN TANAH GUNDUL dan mulai berlaku pada hari diundangkan.

Denpasar, tanggal 9 Pebruari 1965 A.n. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat I Bali WAKIL KETUA, ( I G. P. MERTA ) Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Bali tanggal 31 Desember 1968 Nomer : 37 tahun 1968. An. Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali. S e k r e t a r i s. Drs. Sembah Subhakti.- Peraturan Daerah ini dianggap telah disahkan berdasarkan pasal 79 Ajat (1) Undang Undang Nomer 18 tahun 1965 An. Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali, S e k r e t a r i s, Drs. Sembah Subhakti.-

Pendjelasan dari Peraturan-Daerah Daerah tingkat I Bali tanggal 9 Pebruari 1965 No. 4/D.P.R.D.G.R./1965 tentang Peraturan Tanah Gundul Daerah Tingkat I Bali. U M U M. Maksud dan tudjuan dari penghidjauan tanah-tanah gundul di Bali Jalah untuk : 1. Memperbaiki keadaan tanah, soal tata-air (=hydrologie), dan pentjegahan hanjutan tanah ( =erologie ). 2. Menghasilkan kaju api, bahan-bahan kaju untuk keperluan industri, kaju kaju ramuan. 3. Keindahan alam, jang erat hubungannja dengan tourisme. Apabila tanah-tanah gundul itu sudah dapat dihidjaukan, ditumbuhi dengan tumbuh-tumbuhan berumur pandjang, maka dengan melalui proses bunga tanah dan sebagainja akan mendjadi lebih baik strukturnja, air akan lebih mudah dan lebih banjak dapat meresap masuk kedalam tanah, dan dengan tanah demikian soal tata air akan lebih baik djalannja dan soal erosi lebih banjak akan dapat diperketjil. Penghidjauan tersebut diatas dapat dilakukan sedemikian rupa, sehingga kelak akan menghasilkan kaju-kaju api, bahan-bahan korek api/bahan-bahan kertas dan lain-lain bahan industri, dan kaju ramuan untuk bangunan-bangunan dan djuga dapat menghasilkan buah-buahan (tingkih, pangi, djeruk, dan lain-lain). Memperindah pemandangan, sehingga dengan demikian para touris jang mengudjungi pulau Bali ini akan lebih tertarik dan dapat melihat dari dekat bahwa perlindungan tanah di Bali memang benar-benar sangat baik diatur dan dilaksanakan. Bukit-bukit jang gundul-gundul djika bagian atasnja tetap dapat dihidjaukan, bagian tengahnja diusahakan bertingkat-tingkat serta pematangpematangnja ditanami dengan pohon-pohon sebangsa Leguminoceae disertai dengan pemeliharaan hewan didalam kandang-kandang, keseluruhannja itu akan memberikan pemandangan jang sangat sedapnja, djuga didalam musim kemarau jang sangat teriknja. PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. (1). Jang dimaksud dengan pertanian disini ialah pertanian dalam arti katajang sempit, pertanian semusim, jang dalam bahasa asingnja disebut cultivation. Tanah jang tjotjok untuk didjadikan tanah pertanian dari segi kemampuannja kemampuan (kemampuan tanah land capability), dimaksudkan ialah daja dari tanah untuk sanggup menghasilkan selama tanah itu diusahakan, dengan tidak mengurangi kesuburannja. Untuk mengetahui kemampuan dari tiap-tiap bidang tanah, perlu diketahui sifatsifat (phyisis, chemis) dari tanah ; untuk ini harus diadakan penjelidikan dari tanah (soil survey) terlebih dahulu. Tanam-tanaman penutup tanah ialah tanaman jang dengan bahagian-bahagiannja (daun, batang, ranting dan sebagainja), dapat melindungi struktur dan tekstur dari tanah tersebut. Tanam-tanaman penutup tanah

jang funksinja sebagai pengawet tanah, - istilah awet dimaksud agar sesuatu jang diolah itu tetap tidak berobah keadaannja ; atau tanah pertanian disebut awet, djika tanah tersebut kesuburannja tidak berkurang selama tanah itu diusahakan. (2). Tjukup djelas. (3). Semua hak atas tanah mempunjai funksi sosial. Djadi tidaklah dapat dibenarkan bahwa tanah milik seseorang itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinja, apabila hal itu menimbulkan kerugian bagi masjarakat. Tanah-tanah jang gundul menimbulkan kerugian baik bagi masjarakat maupun bagi perseorangn jakni menimbulkan antar lain erosie, bandjir dan sebagainja. Maka agar tanah tersebut dapat memenuhi funksi sosialnja, wadjib tanah tersebut dipelihara dengan baik, jaitu dipelihara menurut tjara-tjara jang lazim dikerdjakan didaerah jang bersangkutan sesuai dengan petundjuk-petundjuk dari Djawatan-djawatan jang berkepentingan. Tjukup djelas. Pasal 2. Pasal 3. Dengan menentukan batas-batas tanah gundul itu, tidak berarti bahwa akan diadakan perubahan mengenai batas dari tanah-tanah milik oknum-oknum berkenaan. Batas-batas tanah gundul itu perlu ditentukan untuk memudahkan mengawasinja bila terdjadi pelanggaran-pelanggaran. Pasal 4. Bantuan mengusahakan bibit-bibit jang dimasud dalam ajat (1) ialah terutama bibit-bibit jang tidak terdapat atau sukar didapat didaerah jang bersangkutan dengan atau tanpa pembajaran. Pasal 5. Dipandang sangat perlu memberikan kas desa 10% dari hasil bersih itu, disebabkan penghidjauan tanah-tanah gundul itu berhasil atau tidaknja amat tergantung dari aktiviteit Desa sendiri. Pasal 6. Penebangan-penebangan jang dimaksudkan ialah penebangan-penebangan setelah penghidjauan seperti dimaksudkan dalam pasal 1. Tjukup djelas. Pasal-pasal 8, 9 dan 10 tjukup djelas. Pasal 7.