BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendorong transaksi internasional atau sering disebut dengan cross border

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang

Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara. Oleh: Hadi Setiawan 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan investasi, salah satunya adalah transfer pricing. Meskipun beberapa

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat arus transaksi perdagangan antarnegara juga semakin mudah dan

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa transfer pricing dilakukan antara

BAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham

BAB I PENDAHULUAN. negara sebagai sumber pendapatan untuk membiayai semua pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB III TRANSAKSI TRANSFER PRICING

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang (long term return) kepada para pemegang saham yang telah

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI MENGGALI PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS DAN NON MIGAS. I. Latar Belakang

ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTEK TRANSFER PRICING. Oleh : Abd. Salam, SE, Ak (Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Unismuh Makassar) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. tersebut melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan perusahaan, yang berlomba-lomba untuk mencapai laba. sesuai dengan etika dan menjurus pada pelanggaran hukum.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Tax Avoidance OECD sendiri tidak memberikan definisi tax avoidance secara tegas.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh pemiliknya, salah satu tujuan umum didirikan sebuah perusahaan adalah untuk

Subdirektorat Perjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN II

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

POTENSI PENERIMAAN PAJAK DENGAN MINIMALISIR PRAKTEK TRANSFER PRICING. Abstrak

PMK No. 213/PMK.03/2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan sumber daya alam negara di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1999 Indonesia mulai menggalami krisis global disegala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Prinsip Kewajaran Dan Dokumentasi Sebagai Penangkal Kecurangan Transfer Pricing di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dari tahun Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar perusahaan bisnis multinasional (MNC) melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan secara bijak untuk keperluan belanja Negara. Namun daripada itu, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB I PENDAHULUAN. Dunia ini terdiri dari negara-negara yang dikelompokan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perpajakan internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. punggung pembiayaan nasional. Pajak merupakan pengalihan sumber dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

BAB I PENDAHULUAN. disamping penerimaan dari sumber migas dan non migas. Pajak juga merupakan

ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTEK TRANSFER PRICING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT) dan World Trade

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sektor terbesar dari penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat

Modul ke: Manajemen Perpajakan. Samsuri, SH, MM. Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini pemerintah Indonesia sedang gencar dalam pelaksanaan sadar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. (pemiliknya). Peningkatan kesejahteraan ini dapat berupa capital gain atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Banyak perusahaan yang mengidentikkan membayar pajak sebagai beban sehingga perusahaan akan berusaha meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi dan efektivitas yang merupakan strategi utama dalam pencapaian laba setinggi-tingginya diperlukan dalam setiap perusahaan. Strategi utama seperti itu oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka perencanaan, termasuk dalam perencanaan dalam bidang perpajakan. Awalnya transfer pricing dikenal di dalam akuntansi manajemen (management accounting) dan diartikan sebagai kebijakan harga yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antar divisi/departemen di dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja (performance) dari masing-masing divisi/departemen tersebut. Selain itu, ditujukan sebagai dasar untuk memberikan reward kepada manajemen. Penerapan transfer pricing di dalam lingkungan suatu perusahaan disebut intracompany transfer pricing (Hutagaol, 2011). Seiring dengan perkembangan zaman implementasi transfer pricing sudah meluas yaitu antar perusahaan-perusahaan dalam satu grup. Hal ini disebut intercompany transfer pricing, tujuannya adalah memaksimalkan laba dan sekaligus meminimalkan beban pajak (tax expenses) (Hutagaol, 2011). Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan dan menjadi momok bagi tax authority setiap negara (baik negara maju maupun berkembang) karena dapat mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan pajak (Hutagaol, 2011). Terkait dengan isu transfer pricing, di Indonesia sebagian besar perusahaan multinasional

2 diindikasikan laporan keuangannya merugi sehingga tidak membayar pajak penghasilan. Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) menengarai perusahaaan multinasional melakukan praktek transfer pricing. Permasalahan transfer pricing ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja, transfer pricing sudah menjadi masalah dunia. Menurut Simon dalam Darussalam dan Septriadi (2008) pada tahun 2002 memperkirakan bahwa akibat praktik abuse of transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multinasional di Amerika Serikat, Negara Amerika Serikat kehilangan penerimaan pajak sebesar USD 53 miliar. Transfer pricing ini telah menuai banyak sekali masalah di berbagai negara karena dalam praktiknya mereka menggunakan hal-hal yang sangat bertentangan dengan aturan yang ada. Harimurti (2007) dalam penelitiannya mengatakan adanya hubungan istimewa merupakan kunci dari dilakukannya praktik transfer pricing dalam bidang perpajakan. Skema yang biasa dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam praktek transfer pricing adalah dengan cara mengalihkan laba mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara yang tarif pajaknya rendah. Modus transfer pricing dapat terjadi atas harga penjualan, harga pembelian, overhead cost, bunga shareholder-loan, pembayaran royalti, imbalan jasa, penjualan melalui pihak ketiga yang tidak ada usaha (special purpose company). Ilustrasi berikut ini adalah praktik transfer pricing. Sebuah perusahaan otomotif PT. X memproduksi mobil dengan biaya Rp. 700 dan menjualnya ke PT. Y (perusahaan afiliasi) di luar negeri seharga Rp.725. PT. Y ini hanya dummy yang berada di negara berpajak rendah (tax haven country). Dari PT. Y, mobil dijual ke PT. Z (non-afiliasi) dengan harga Rp.1.000. Karena PT. Y tidak

3 memiliki usaha riil, sebenarnya yang terjadi adalah penjualan mobil dari PT. X kepada PT. Z. Profit PT. X yang dilaporkan dalam SPT adalah Rp.725-700 atau Rp. 25 per mobil. Seharusnya profit PT. X adalah Rp. 1000 700 = Rp. 300. Selisih harga jual ini merupakan bentuk transfer pricing berupa mark down. Negara rugi karena seharusnya pajak dikenakan atas profit sebesar Rp. 300 per mobil. Di sisi lain, pemegang saham minoritas juga rugi karena penjualan perusahaan menjadi lebih rendah sehingga profit lebih kecil. Model transfer pricing lainnya dengan membayar royalti ke induk usaha. Contoh PT. A di Indonesia, selaku anak usaha PQR Limited, mendapat lisensi untuk menjual produk PQR Limited. Selain itu PQR Limited juga memberi lisensi ke perusahaan non afiliasi di Indonesia, yaitu PT. B. Atas omset tahunan, PT. A membayar royalti ke PQR Limited sebesar Rp.10 milyar. Dengan jumlah omset yang hampir sama, PT. B hanya membayar royalti ke PQR Limited sebesar Rp. 2,5 milyar. Atas perbedaan tarif royalti, perlu ada penelitian lanjut, kemungkinan pembayaran royalti PT. A adalah pembayaran dividen terselubung dari PT. A ke PQR Limited selaku pemegang saham (Suryana, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mangoting (2000) menyimpulkan bahwa masalah transfer pricing yang saat ini terjadi dapat diatasi dengan memberikan wewenang kepada menteri keuangan dan dirjen pajak untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Selain itu untuk memeriksa adanya praktek transfer pricing, Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak menerbitkan Pedoman Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan

4 Istimewa. Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah mencoba memaparkan aspek penetapan harga transfer (transfer pricing) ditinjau dari sudut perpajakan serta problematika praktik penghindaran pajak (tax avoidance) maupun kecurangan-kecurangan yang marak terjadi akibat praktik transfer pricing yang tidak wajar, sehingga penulis tertarik mengambil judul Aspek Perpajakan Dalam Transfer Pricing dan Problematika Praktik Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). 1.2 Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana aspek penetapan transfer pricing ditinjau dari sudut akuntansi maupun perpajakan? 2) Kecurangan-kecurangan apa saja yang terjadi akibat praktik transfer pricing yang tidak wajar? 3) Bagaimana upaya Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) untuk mencegah terjadinya praktik transfer pricing yang tidak wajar? 1.2.2 Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya melihat aspek penetapan transfer pricing ditinjau dari sudut perpajakan dan kecurangan yang terjadi dalam praktik transfer pricing yang tidak wajar dikarenakan terdapat hubungan istimewa dalam hal kepemilikan saham suatu badan oleh badan lainnya sebanyak 25 % atau lebih serta upaya Ditjen Pajak untuk mencegah kecurangan tersebut.

5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui aspek penetapan transfer pricing ditinjau dari sudut akuntansi maupun perpajakan. 2) Melihat kecurangan-kecurangan apa saja yang terjadi akibat praktik transfer pricing yang tidak wajar. 3) Mengetahui apakah upaya Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) untuk mencegah terjadinya praktik transfer pricing yang tidak wajar. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang aspek perpajakan dalam transfer pricing dan problematika yang terjadi akibat praktik transfer pricing dalam penghidaran pajak. 1.3.2.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan yang memberikan informasi mengenai transfer pricing terutama pada perencanaan pajak sebuah perusahaan yang orientasi utamanya adalah memaksimalkan profit