PANDUAN PELATIH RENANG DALAM BEBERAPA ASPEK PSIKOLOGIS PELATIHAN. Danu Hoedaya FPOK UPI

dokumen-dokumen yang mirip
PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK

PSIKOLOGI OLAHRAGA. Makalah Oleh Danu Hoedaya FPOK - UPI. Materi Penataran Pelatih Olahraga Cianjur 2007

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

DISKUSI PANEL KARATE GOR CITRA, BANDUNG 14 FEBRUARI 2010

PSIKOLOGI MELATIH KARATE USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

Persiapan Tim Hockey Jabar Menuju PON 2008

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diminati dan sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

PERAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI ATLET. Danu Hoedaya FPOK - UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

oleh: Agus Supriyanto M.Si

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TUGAS DAN PERAN PELATIH (Hak dan Kewajiban Pelatih) OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

MENGGUGAH MOTIVASI ATLET

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

PEMBANGUNAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TENIS

BAB I PENDAHULUAN. juga peran guru. Siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

KAJIAN ILMIAH KEPELATIHAN BERBASIS SPORT SCIENCE (Upaya Peningkatan SDM Pelatih Taekwondo Pengcab. Taekwondo Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

PEDOMAN PELATIH BOLABASKET Oleh: Budi Aryanto

Oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd. l.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas

CERAMAH PSIKOLOGI SUKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kepada kesehatan jasmani dan rohani masyarakat, serta ditujukan kepada

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Renang merupakan suatu aktivitas yang membutuhkan gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PERBANDINGAN MOTIVASI BEROLAHRAGA BERDASARKAN OLAHRAGA KOMPETISI DAN OLAHRAGA REKREASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa untuk mengikuti kegiatan ini tidak memerlukan kecerdasan, bahkan

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

MEMBENAHI SISTEM PEMBINAAN OLAHRAGA KITA Oleh: Agus Mahendra

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN Yusni Arie Apriansyah, 2013

PEMAHAMAN PERSONAL Oleh: Agus Supriyanto.

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

Contoh Makalah Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB IV ANALISIS MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MENUMBUHKAN MINAT ANAK MEMBACA AL-QUR AN. A. Analisis Minat Anak Membaca Al-Qur an di TPQ Nurul Afkar

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk melaksanakannya. salah satu program yang. pelatihan Kepemudaan dan Olahraga bagi peserta didik, untuk membentuk potensi

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan disisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

Pendetakan tradisional

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era teknologi yang maju seperti sekarang ini, olahraga semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

Transkripsi:

1 PANDUAN PELATIH RENANG DALAM BEBERAPA ASPEK PSIKOLOGIS PELATIHAN Danu Hoedaya FPOK UPI **************************************************************************** PRESTASI PERENANG ELIT DUNIA NAMA: MICHAEL PHELPS, 21 TAHUN REKOR: 7 MEDALI EMAS PADA KEJUARAAN DUNIA RENANG 2007 CITA-CITA: MENYAMAI REKOR MARK SPITZ DENGAN 7 MEDALI EMAS DI BEIJING 2008 Olympiade Sydney Spring Nationals USA Kejuaraan Dunia Fukuoka Kejuaraan Dunia Barcelona Olympiade Athena Kejuaraan Dunia Melbourne (memecahkan 4 rekor dunia: 200 m bebas, 200 m kupu2, 200 m & 400 m gaya ganti perorangan) 2000 2001 2001 2003 2004 2007 Posisi ke-v, 200 m kupu2 Rekor Dunia Baru, 200 m kupu2 Juara I, 200 m kupu2 RDB 200 m & 400 m GGPer., 2 Medali emas lainnya, perenang terbaik dunia Mendapatkan 8 medali (6 emas) Ditahan karena mabuk Juara I 100 & 200 m kupu2, Juara I 200 & 400 m GGPer. Juara I 200 m gaya bebas Juara I pada 2 nomor estafet PERANAN MOTIVASI DALAM MELATIH RENANG Unsur motivasi memiliki peranan besar di dalam kesediaan seseorang berlatih renang. Motivasi diartikan sebagai arah dan intensitas usaha seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Arah usaha mengacu pada ketertarikan seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu, misalnya seseorang yang termotivasi untuk berlatih renang. Intensitas usaha mengacu pada seberapa besar usaha yang diberikan dalam setiap kali latihan, yang tidak sama pada semua orang. Seorang yang termotivasi dengan baik atau motivasinya tinggi biasanya memiliki tingkat komitmen yang tinggi pula. Dengan kata lain ia telah berjanji (pada diri

2 sendiri atau orang lain) dan bertanggung jawab penuh terhadap janjinya tersebut. Jadi, Komitmen = Janji + Tanggung Jawab. Pemahaman sederhana tentang komitmen ini akan sangat membantu untuk memonitor atau mengingatkan kembali seseorang yang motivasinya menurun. Pelatih sebaiknya jangan sembarang mengobral kata motivasi kepada para atlet atau media pers tanpa menjelaskan lebih lanjut maksudnya. Misalnya, pelatih yang mengatakan kepada atletnya: kamu harus lebih termotivasi mengikuti latihan-latihan apabila ingin menjadi perenang yang baik ; harus menjelaskan maksudnya yaitu agar atlet perlu menetapkan sasaran latihan dan berlatih lebih keras untuk mencapai sasaran tersebut. Atau pernyataan di media masa setelah menderita kekalahan: Bayu, perenang yang saya andalkan tidak termotivasi untuk berusaha all-out ; sedangkan masalah yang sebenarnya adalah Bayu tidak mampu bertanding habis-habisan karena kondisi fisiknya yang tidak mendukung. Tanpa penjelasan yang memadai, ada kemungkinan atlet yang rendah self-esteem nya justru akan salah mengartikan komentar pelatihnya sebagai sesuatu yang menggambarkan kepribadiannya (misalnya, saya malas dan tidak mau berlatih keras, atau daya juang saya rendah), yang dapat berdampak negatif terhadap keterlibatannya di dalam latihan-latihan renang selanjutnya. Oleh karena itu, pengucapan kata motivasi oleh pelatih yang tidak dimengerti maksudnya oleh atlet sangat mungkin menimbulkan kesalahfahaman dan konflik diantara keduanya. Adalah suatu kenyataan bahwa sampai sekarang, janji-janji dan pemberian penghargaan berupa materi (misalnya uang, mobil, rumah) senantiasa dilontarkan para pejabat dengan tujuan memberi suntikan motivasi agar atlet berusaha keras menjadi juara. Kadangkala memang berhasil, akan tetapi strategi semacam itu seringkali menjadi bumerang dan justru berpengaruh negatif terhadap motivasi atlet selanjutnya. Atlet akan terdidik untuk berprestasi demi perolehan materi tertentu (lain halnya dengan olahraga profesional), bahkan malas-malasan bertanding apabila hadiahnya kecil. Sebaiknya, suntik motivasinya agar atlet mau lebih giat dan tekun berlatih dengan mengacu kepada program yang telah disusun pelatih. Caranya, dengan menfasilitasi segala kebutuhan latihannya seperti nutrisi yang baik, ekstra-voeding yang memadai, uang transport secukupnya untuk pulang-pergi ke tempat latihan, perhatian yang manusiawi dari pelatih dan orang tua. Kemenangan merupakan hasil akhir dari proses latihan yang panjang. Tidak ada keajaiban dalam keberhasilan

3 seseorang menjadi juara. Faktor keberuntungan? Mungkin, akan tetapi keberuntungan untuk dapat menjuarai suatu event tertentu selalu dapat didekati dengan cara berlatih dan berlatih, dan senantiasa meningkatkan kemampuannya, baik secara fisik, teknis, strategis, maupun mental. Faktor mental tidak boleh diabaikan, dan pelatih harus berani menerapkan pelatihanpelatihan mental kepada atlet dengan memasukkannya ke dalam program latihan yang direncanakan dan disusunnya. Adalah penting untuk menciptakan lingkungan pelatihan yang senantiasa mampu membangkitkan motivasi atlet, di mana atlet selalu bergairah menjalani program yang telah disusun pelatih. Faktor-faktor yang terlibat di dalam lingkungan pelatihan adalah faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal misalnya kepribadian, kebutuhan, ketertarikan, dan sasaran yang dimiliki. Faktor situasional misalnya variasi program, gaya melatih, kelengkapan fasilitas, rekor kemenangan-kekalahan atlet, keterampilan komunikasi, sikap dan perilaku, atmosfir latihan secara keseluruhan. Dalam usaha membangkitkan motivasi tersebut dan mampu memahami hal-hal yang menjadi kendalanya, pelatih perlu memperhatikan saling keterkaitan antara kedua faktor yang terlibat tadi (personal dan situasional) dengan mencermati Bagan 1. Atlet bisa termotivasi menekuni olahraga renang untuk berbagai alasan. Misalnya untuk kemampuan penyelamatan diri di air, untuk kesehatan dan kebugaran, rekreasi, dan prestasi. Yang pasti, keterlibatan dalam cabang olahraga apapun akan berdampak positif terhadap rasa percaya diri dan self-esteem seseorang. Jadi, motif keterlibatan dalam olahraga renang amat bervariasi dari orang ke orang. Tabel 2 menunjukkan berbagai kategori dan motif keterlibatan di dalam cabor renang.

4 Faktor Personal Kebutuhan Ketertarikan Sasaran Kepribadian Interaksi antara perenang dan situasi Faktor Situasional Gaya melatih Fasilitas latihan Rekor kemenangan/ kekakalahan - dsb Motivasi Perenang Bagan 1 Model Pemahaman Motivasi Berdasarkan Interaksi Pelaku dengan Situasi (Adaptasi dari Weinberg & Gould, 1995). Tabel 2 Kategori dan Motif Keterlibatan dalam Cabang Olahraga Renang Kategori Kompetisi Penguasaan-diri Takut gagal Motif Lebih berprestasi dibandingkan orang lain Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dalam air Mempelajari teknik gerakan yang baru Menghindari komentar/ kritik pedas dari orang lain Meningkatkan penilaian orang terhadap performanya

5 Kategori Kebugaran & kesehatan Sukses & peningkatan Keuntungan nyata Ke-tidak-tergantungan/ individualisme Status Pengarahan/ kesadaran-diri Mengerti/memahami alasan Motif Merasa (lebih) sehat Memiliki tubuh yang atletis Memiliki kondisi badan yang selalu baik Memiliki struktur anatomi otot yang lebih baik Dalam latihan dan pertandingan Peningkatan sasaran pribadi Lebih diperhatikan oleh pelatih/orang tua Memperoleh keuntungan materi Dihargai oleh orang lain Ingin menentukan jadwal latihan sendiri Berlatih sendiri Diakui sebagai individu yang mandiri dan selalu berusaha keras Diakui sebagai atlet elit Menjadi contoh/model bagi perenang lainnya Menjadi terkenal di masyarakat Meningkatkan rasa percaya diri Merasa lebih baik sebagai seorang individu Merasa istimewa Mengetahui alasan teknis/aturan latihan Memahami penjelasan/pengarahan pelatih P E R H A T I K A N: Komitmen = Janji + Tanggung Jawab Hindari mengobral kata Motivasi harus lebih termotivasi mengikuti latihan Bayu tidak termotivasi untuk berusaha all-out Memberi suntikan motivasi

6 Faktor keberuntungan (luck)? Memahami Kemenangan dan Kekalahan Melatih adalah Ilmu dan Seni Mengikuti perkembangan global dalam kepelatihan renang Berkarya dan Berprestasi membutuhkan proses Fokus pada pekerjaan, pengakuan akan datang dengan sendirinya PERILAKU PELATIH TERHADAP BERBAGAI KATEGORI RESPON KATEGORI RESPON Respon thd. penampilan bagus Reinforcement Nonreinforcement Respon thd. kesalahan perenang Reinforcement Nonreinforcement Respon thd. perilaku atlet yg jelek Sikap yang terkendali Respon terkait pertandingan Instruksi teknis umum Pemberian semangat Pengelolaan Respon yg tidak terkait Pertandingan Komunikasi secara umum PERILAKU PELATIH Reaksi positif (verbal-nonverbal) Mengabaikan atau gagal memberi reaksi Membesarkan hati perenang Instruksi atau demonstrasi bgm memperbaikinya Reaksi negatif (verbal-nonverbal) yang sifatnya menghukum, kasar, atau melecehkan Mengabaikan atau gagal memberi reaksi Reaksi yg bertujuan memulihkan suasana harmonis diantara sesama atlet/tim Instruksi spontan (teknik, strategi) Mengobarkan semangat atlet secara spontan Perilaku yg sifatnya administratif pertandingan seperti tugas-tugas khusus, tanggungjawab, strategi bertanding Interaksi dengan atlet d iluar suasana pertandingan/ latihan

7 MENJAGA KUALITAS HUBUNGAN PELATIH-ORANGTUA DALAM PEMBINAAN ATLET USIA DINI Pelatih dan orangtua atlet harus memiliki persepsi yang sama terhadap program pelatihan dan kemajuan yang dicapai atlet. Arti kemajuan di sini adalah dalam konteks setiap usaha yang dilakukan, keterampilan/ teknik baru yang diperoleh, daya tahan dan stamina fisiknya, meningkatnya pemahaman mengenai strategi pertandingan, dan perkembangan prestasinya. Konsekuensi negatif dari pembinaan yang berorientasi pada kemenangan semata, adalah bilamana pelatih/ orangtua atlet menerapkan model pembinaan yang sifatnya profesional. Seharusnya, dalam pembinaan atlet usia dini tidak boleh diabaikan pemberian peluang kegiatan pelatihan yang sifatnya rekreatif dan edukatif. Apabila ada penekanan berlebihan, baik oleh pelatih maupun orangtua terhadap faktor kemenangan, akan mudah berakibat terhadap drop-out anak dari keterlibatannya dalam renang. Ini disebabkan karena diabaikannya naluri kebutuhan dan kesenangan anak untuk bermain yang memang masih menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia anak-anak. Segitiga Pembinaan Olahraga Usia Dini merupakan kesatuan pembinaan di mana syarat utamanya adalah integrasi yang harmonis dan kuat antara visi, misi, dan tujuan dari tiga unsur yang terlibat yaitu pelatih, atlet, dan orangtua. Peran pelatih terkait dengan hubungan dengan orangtua atlet teramat penting bagi keberhasilan program latihannya. Orangtua bisa berkontribusi secara produktif melalui kerjasama yang baik dengan pelatih anaknya. Sayang sekali, masih banyak kejadian di mana keterlibatan orangtua yang terlalu dominan justru menghalangi bahkan mengganggu kelancaran program latihan yang telah disusun pelatih. Mungkin berdasarkan ketidaktahuan atau ketidakpeduliannya, orangtua sering melupakan hak-hak kesenangan dan keceriaan anak dalam partisipasinya dalam olahraga renang. Adalah kewajiban pelatih untuk meluruskan persepsi orangtua yang salah, sehingga bersama-sama mereka mampu menanamkan nilai-nilai yang layak di dalam proses pembinaan olahraga anak didiknya. Agar bisa bekerjasama secara baik dengan orangtua atlet, pelatih perlu mencermati beberapa faktor penting yaitu a) perbedaan antara dua model pembinaan olahraga usia dini/remaja yaitu model profesional dan model ideal, b) sasaran pembinaan olahraga usia dini/remaja termasuk mempersepsi

8 kemenangan secara sehat dan dewasa, c) peran dan tanggungjawab orangtua, d) membina komunikasi dua-arah yang efektif dengan orangtua, dan e) bagaimana mengelola dan menyelenggarakan pertemuan terbuka dengan orangtua. SEGITIGA PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI/REMAJA PRESTASI PELATIH ORANGTUA ATLET Model Pembinaan Olahraga Usia Dini/Remaja Model Usia Dini/Remaja Sebagai media edukatif dalam mengembangkan karakteristik fisik dan psikologis yang ideal Lingkungan olahraga dipandang sebagai bagian penting dari lingkungan masyarakat di mana anak/remaja akan hidup kelak Model Profesional Sifat kegiatannya yang profesional dalam arti mengarah pada tujuan komersial Sasarannya mengandung unsur hiburan, di samping memperoleh keuntungan materi Sukses finansial menjadi kepentingannya, dan amat tergantung dari orientasi produk (kemenangan semata)

9 Sasaran Pembinaan Olahraga Usia Dini/Remaja No Keterangan 1 Secara fisik, mendapatkan keterampilan berolahraga dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani 2 Secara psikologis, menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan, disiplin diri yang kuat, menghargai otoritas, sifat bersaing yang sehat, kerjasama, sportivitas, rasa percaya diri, self-esteem 3 Secara sosial, mengembangan keterampilan sosial-emosional di segala aspek kehidupan 4 Membina sikap mental yang tangguh dan karakter yang kokoh 5 Keterlibatan orangtua memberi peluang lebih banyak untuk membina keutuhan dan menguatkan ikatan keluarga 6 Memberi banyak peluang di mana anak/remaja bisa mengekspresikan diri, bergembira, dan merasa senang 7 Belajar menghadapi kekalahan dan kemenangan dengan bijak 8 Sukses bukan semata berarti kemenangan, dan kegagalan bukan semata berarti kekalahan Peran dan Tanggungjawab Orangtua No Keterangan 1 Bertanggung jawab terhadap tercapainya hak anak untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan olahraga apapun 2 Mendorong dan memberi semangat pada anak untuk berpartisipasi, dan bukan memaksa, menekan, mengintimidasi, atau menyuap anak agar mau berpartisipasi dalam cabang olahraga yang dikehendaki orangtuanya 3 Setiap saat bersedia melayani anaknya yang ingin berkonsultasi mengenai keterlibatannya di dalam olahraga pilihannya 4 Orangtua wajib menghormati keinginan dan keputusan anak 5 Peran orangtua akan signifikan apabila mereka menunjukkan pengertian dan apresiasi pada pilihan cabang olahraga anaknya

10 Membina Komunikasi Dua-arah yang Efektif No Keterangan 1 Orangtua sama-sama mempunyai hak dan tanggungjawab untuk mengetahui proses keterlibatan anaknya berolahraga 2 Pelatih hendaknya bersedia melayani pertanyaan orangtua dan menerima masukan mereka 3 Pelatih yang selalu membuka jalur komunikasi dengan orangtua akan mendapatkan masukan-masukan yang konstruktif dari orangtua 4 Membuka komunikasi dua-arah bukan berarti bahwa orangtua bisa seenaknya bersikap atau bertindak terhadap pelatih. Untuk ini pelatih harus memiliki sikap ketegasan yang mendatangkan rasa respek orangtua 5 Interaksi antara pelatih-orangtua kadangkala memerlukan tempat dan waktu tersendiri tanpa kehadiran si anak 6 Penyebab konflik antara pelatih dan orangtua biasanya adalah perbedaan pendapat mengenai kemampuan anak 7 Ada kemungkinan di mana orangtua tidak menyetujui tindakan pelatih dalam perjalanan proses pelatihannya. Dalam hal ini pelatih tidak boleh membela diri. Dengarkan apa yang akan dikatakan orangtua, mungkin sekali justru akan bermanfaat. Bila memang pelatih tidak menyetujuinya, paling tidak dia telah mendengarkan dan bisa mengevaluasinya kemudian 8 Bagaimanapun, pelatih memegang kendali akhir untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan program latihannya, dan menyadari bahwa segala tindakan dan keputusannya tidak akan bisa memuaskan semua pihak 9 Perlu disadari pelatih bahwa seringkali orangtua tidak menyadari tindakan mereka di dalam proses pelatihan, sehingga sebenarnya mereka tidak bermaksud buruk dengan intervensi yang dilakukan 10 Pada umumnya ada beberapa tipe orangtua dari anak yang terlibat di dalam kegiatan olahraga, yaitu ortu yang tidak peduli, ortu yang senang berteriak pada saat menonton anaknya bermain/bertanding, ortu yang dikenal dengan istilah pelatih kedua, ortu yang overprotective. Kiranya bisa dipahami bahwa aspek psikologis perlu dicermati dan diperhatikan di dalam latihan-latihan atlet, sebagai penunjang penting di dalam keseluruhan proses menuju tingkat prestasi yang diinginkan. Konsep kesatuan jiwa dan raga tidak bisa disangkal keberadaannya. Penekanan latihan pada salah satu faktor dengan mengabaikan latihan pada faktor lainnya amat tidak diharapkan, apabila kita ingin melihat kemajuan prestasi olahraga renang di kancah global. Belum lagi kita bicara tentang dukungan teknologi canggih dan

11 bidang-bidang ilmu keolahragaan lainnya (psikologi olahraga, pedagogi olahraga, kedokteran olahraga, biomekanika olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga, manajemen olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi. Bila salah satu bidang garapan terabaikan, belum lengkap usaha kita untuk meningkatkan prestasi olahraga. Bila banyak lagi yang diabaikan, kita harus siap mengantisipasi keterbelakangan olahraga prestasi nasional dibandingkan negara-negara lain di dunia, bahkan dengan negara-negara tetangga terdekat sekalipun. Pelatihan psikologis untuk setiap cabang olahraga mutlak diperlukan, karena setiap cabang olahraga memiliki karakteristik tersendiri yang harus dipertimbangan dan disesuaikan program latihannya. Pelatih memiliki peranan besar dalam konteks program pembinaan secara keseluruhan, dan mungkin menjadi kambing hitam utama setiap kali prestasi atlet/timnya terpuruk. Mengingat kedudukannya yang amat penting, pelatih harus memiliki kemauan untuk menekuni berbagai ilmu lain yang menunjang program latihannya, antara lain pemahaman dan keterampilan dalam melatih dan meningkatkan segi mental atletnya. Mengingat peran dan tanggungjawabnya yang sedemikian besar, pelatih harus senantiasa berkeinginan untuk menimba ilmu dan seni melatihnya lebih dalam lagi, lebih membuka wawasan pelatihannya dengan mengikuti dan mencermati perkembangan global yang terjadi. Mulailah berkarya dengan menunjukkan kinerja sebaik-baiknya di dalam lingkungan tugas melatih masing-masing. Prestasi kerja tidak diperoleh secara instan, tetapi melalui proses yang berkesinambungan. Fokuskan diri pada tugas yang dihadapi, pengakuan atas prestasi kerja akan menyusul dengan sendirinya.

12 PANDUAN PELATIH RENANG DALAM BEBERAPA ASPEK PSIKOLOGIS PELATIHAN Oleh Danu Hoedaya FPOK UPI PENATARAN PELATIH RENANG 2007 BATUNUNGGAL INDAH CLUB BANDUNG, 7 APRIL 2007

13