Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

III. METODE PENELITIAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

PEMANFAATAN PUPUK BIO-SLURRY PADA JENIS TANAH YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI PRE-NURSERY

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Pengaruh Penunasan dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

ABSTRAK. Oleh. Mitra Suri. Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dileksanakan dari bulan Juni sampai September 2013, lahan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY AKIBAT PEMBERIAN PUPUK MELALUI DAUN

Pengaruh Pemberian Tandan Kosong Sawit dan Kapur Dolomit Sebagai Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis quenensis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

III. MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Pertambahan luas areal pertanaman kelapa sawit dari tahun ke tahun di karenakan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BAB I. PENDAHULUAN A.

III. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

III. MATERI DAN METODE. Soebrantas KM 15,5 Pekenbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mai

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

Gusniwati 1), Helmi Salim 1), Juwita Mandasari 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Mandalo Darat, Jambi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. Perkebunan merupakan sektor yang strategis bila dilihat dari tingkat

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

APLIKASI TRICHO-KOMPOS JERAMI PADI DAN ABU SERBUK GERGAJI PADA PEMBIBITAN AWAL KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) F ahmi, Sampoerno, Armaini

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PRE NURSERY DENGAN PEMUPUKAN SERUM DARAH KAMBING DAN PUPUK CAMPURAN (NPK DAN UREA) DI TANAH LATOSOL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN EDI HANDOKO

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

III. MATERI DAN METODE

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

PENGARUH PUPUK ORGANIK GRANUL DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) OKULASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

Transkripsi:

PEMBERIN PUPUK ORGNIK DN PUPUK NORGNIK TERHDP PERTUMBUHN BIBIT KELP SWIT (Elaeis guineensis) DI PEMBIBITN UTM Yulistiati Nengsih 1 bstract Relying on amount inorganic fertilizer in a last period on agricultural farming had given amount of disadvantage impacts for our environment and living thing. Organic farming system which is emphasis on a natural farming system that minimize the inorganic fertilizer usenessis one of the way in order to against these impacts. pplying an organic fertilizer is a good way alternative to replace inorganic fertilizer. This research had been held on March to September 2015 in rang-arang Village, KumpehUlu Sub-district, Muaro Jambi District.The completely randomized factorial design was used with two kinds of treatment. The first treatment was two kinds of growing media (M1: Soil+compost TKKS (2:1) and M2: Soil+compost TKKS (1:2)). While the second treatment was four different levels of inorganic fertilizer e.g. NPK (Po: control; P1: 7,5 g; P2: 15 g and P3: 22,5 g). There are eight kind combinations between the two treatment above e.g. M1Po, M1P1, M1P2, M1P3, M2Po, M2P1, M2P2, and M2P3. There are there time repetitions on each combination, so it had 24 block combinations. Beside there are there plants in each block, then it had been took two plants from each block as a sample.the result of this research showed that the combinations between growing media and inorganic fertilizer (NPK) had significant interaction on Plant height of oil palm plant. However NPK as an individual application showed no significant effect on it plant height. Keywords: Growing media, NPK fertilizer, TKKS PENDHULUN Kelapa sawit (Elaeis guineensis) sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Berkembangnya sub sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (Kementan), bahwa luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2013 adalah 10.010.825 ha dan di prediksikan tahun 2020 1 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Batanghari menembus angka target 20 Juta ha. (Dirjen Perkebunan Kementan, 2013) Berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Jambi tahun 2012 luas areal pertanaman kelapa sawit di Provinsi Jambi 395.872 hektar dengan jumlah produksi 908.750 ton. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2012). Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia, sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, pemakaian bibit kelapa sawit dan perawatan tanaman kelapa sawit (Pahan, 2007). Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian didalam menunjang program pengembangan pertanaman kelapa sawit adalah menyediakan bibit yang sehat, potensinya unggul dan tepat pada waktunya. Untuk mendapatkan bibit yang baik perlu diciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhannya di pembibitan, seperti ketersediaan unsur 107

hara makro dan mikro (Lubis dan Widanarko, 2011). Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi sudah membudaya dalam kegiatan usaha tani. Dampak penggunaan pupuk anorganik dapat meningkatkan produksi tanaman, tetapi dalam jangka lama berakibat buruk terhadap keadaaan tanah. Pada tanaman muda memerlukan pemupukan yang seimbang dan teratur karena pada periode tersebut tanaman sedang aktif tumbuh dan berkembang untuk nantinya dapat berproduksi tinggi. Menurut (Sastrosayono 2007), pada masa pembibitan utama pupuk yang dibutuhkan lebih banyak dan dosisnya tergantung pada umur tanaman. Bibit kelapa sawit yang berumur 3-4 bulan dosis NPK 16:16:16 yang digunakan 5 g/tanaman dan diberi 2 minggu sekali. Menurut (Sunarko,2007), dosis pemupukan kelapa sawit di pembibitan utama 20 g/tanaman dilakukan setiap bulan. Upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sangat perlu dilakukan. Usaha pertanian yang mengandalkan bahan kimia seperti pupuk anorganik yang telah dilakukan pada masa lalu dan berlanjut sampai sekarang telah menimbulkan dampak yang merugikan terhadap lingkungan dan makhluk hidup. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah sistem pertanian organik yang mengacu pada system alam dengan meminimalisasi masukan pupuk anorganik. Menurut Tandisau (2005) plikasi pupuk anorganik dan organic serta kombinasi diantaranya memberikan pengaruh nyata pada tanaman cabe. Salah satu pupuk organic yang banyak digunakan adalah Tandan Kososng Kelapa Sawit (TKKS). Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar yaitu sekitar 23% tandan buah segar. Kompos TKKS digunakan sebagai bahan organik baik digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung (Widiastuti dan Darmono, 2000).Kompos TKKS mengandung 0,4% N, 0,029-0,05% P 2 O5 dan 0,15-0,2% K 2 O. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. (Widiastuti dan Darmono, 2000). Menurut Sianturi (2001), pada pembibitan kelapa sawit, untuk media tanam pengisi kantong besar digunakan tanah yang bertekstur baik, dicampur dengan Kompos TKKS dengan perbandingan 2:1 dan 1:2. Menurut hasil penelitian Sitepu (2011), penggunaan TKKS dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. Pemberian TKKS pada media tanam dan pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata pada pertumbuhan kelapa sawit, meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, pertumbuhan luas daun, pertumbuhan bobot basah dan bobot kering bibit METODE PENELITIN Penelitian telah dilaksanakan di Desa rang rang Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan. Bahan dan lat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa sawit varitas Tenera yang berumur 3 bulan, tanah dan kompos TKKS, polybag, pupuk NPK 16:16:16, air dan label nama. lat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, jangka sorong, meteran, oven listrik, gembor dan alat-alat tulis. Rancangan Percobaan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan cak Lengkap (RL) fatorial dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor pertama media tanam (M) 2 taraf dan faktor kedua dosis pupuk NPK 4 taraf. Faktor 1: Media Tanam (M) dengan 2 taraf yaitu : M 1 : Tanah + Kompos TKKS (2:1), M 2 : Tanah + Kompos TKKS (1:2). Faktor ke 2: Pupuk NPK (16:16:16) dengan 4 taraf yaitu :P 0 : Tanpa Pemberian, P 1 : 7,5 g/tanaman, P 2 : 15 g/tanaman, P 3 : 22,5 g/tanaman. Maka akan didapat 8 kombinasi perlakuan, 108

yaitu: M 1 P 0, M 1 P 1, M 1 P 2, M 1 P 3, M 2 P 0, M 2 P 1, M 2 P 2, M 2 P 3. Setiap taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 24 unit satuan percobaan, masing-masing petak terdiri dari 3 tanaman sehingga terdapat 72 tanaman. Setiap petak diambil 2 tanaman yang digunakan sebagai sampel. Luas lahan yang digunakan 10 m x 15 m. real tempat penelitian dicangkul untuk dibersihkan dari rumput-rumput dan sisa-sisa akar tanaman. Kemudian diratakan petak-petak sesuai dengan ukuran petakan percobaan yang telah ditetapkan dan di sekeliling areal diberi pagar untuk menghindari gangguan hewan. Persiapan Media Tanam. Media tanam yang digunakan adalah tanah dan kompos TKKS dengan perbandingan volume sesuai perlakuan yaitu 2:1 dan 1:2, kemudian dicampur dan dimasukkan kedalam polybag ukuran 5 kg. Pengisian polibag dilakukan seminggu sebelum waktu pemindahan bibit dari polibag kecil ke polibag besar, dan disiram sekali sehari untuk menjaga kelembaban media. Penanaman Bibit Kelapa Sawit. Bibit kelapa sawit yang digunakan berumur 3 bulan dari pre nursery, kemudian dilakukan penyeleksian terhadap pertumbuhan yang sama pada bibit tersebut, sehingga bibit homogeny (tinggi tanaman 13-14 cm), jumlaha daun 2,5-3 helai). Penanaman dengan cara merobek plastik di polibag kecil dan ditanam pada polybag yang telah berisi media tanam. Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan dosis sesuai perlakuan dengan 5 kali aplikasi setiap 2 minggu sekali, sehingga untuk taraf pemupukan NPK dosis 7,5 g/tanaman, aplikasi pertama diberikan sebanyak 1,5 g/tanaman. Pupuk di taburkan di sekeliling batang dengan jarak lebih kurang 5-6 cm dari pangkal bibit, perhatikan agar pupuk tidak menyentuh bibit. Polibag disusun dengan jarak masing-masing polibag dalam plot 60 x 60 cm, dan jarak antara plot 80 cm agar pemeliharaan lebih mudah. Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore hari. pabila hujan dan media diperkirakan lembab, maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh didalam polibag dan dilakukan dengan selang waktu seminggu sekali. Sedangkan gulma yang tumbuh di parit antara petak percobaan, dibersihkan dengan cangkul setiap 2 minggu. Pencegahan serangan hama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan dan pengawasan atau monitoring areal pembibitan secara rutin, bila ada serangan segera dikendalikan secara mekanik bila perlu dilakukan secara kimia. Parameter yang Diamati : (1) Tinggi Bibit (cm). Pengukuran tinggi bibit dimulai pada bibit umur 2 minggu di pembibitan utama sampai akhir penelitian dengan cara mengukur tinggi bibit mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun yang tertinggi, dilakukan 2 minggu sekali. (2) Jumlah pelepah daun (helai). Pengamatan jumlah pelepah daun dimulai umur bibit 1 bulan di pembibitan utama, dengan cara menghitung jumlah pelepah daun yang telah membuka sempurna dan dilakukan 1 bulan sekali sampai akhir penelitian. (3) Panjang pelepah daun terpanjang (cm). Pengamatan ini dilakukan mulai umur bibit 1 bulan di pembibitan utama dengan cara mengukur pertambahan pelepah daun dengan pengamatan 2 kali yaitu di awal dan akhir penelitian. (4) Lilit Batang (cm). Pengamatan lilit batang dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada saat umur bibit 3 bulan di pembibitan utama dengan cara menjepit bonggol dengan alat sclipper. (5) Volume akar. Dilakukan dengan cara memasukkan air ke dalam gelas ukur, kemudian akar sawit yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah terisi air. Pertambahan tinggi air pada gelas tersebut adalah volume akar. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian dengan sampel 1 bibit / plot. Untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diamati maka data yang diperoleh dari 109

penelitian dianalisis dengan penggunaan uji F dan dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α 5%. HSIL DN PEMBHSN 1. Tinggi Bibit (cm) kombinasi antara media tanam dan pupuk NPK menunjukkan interaksi yang tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit. Secara tunggal perlakuan media tanam memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit, namun pemberian pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit. Hasil uji lanjut DNMRT taraf α 5% untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tinggi bibit kelapa sawit (cm), terhadap komposisi media tanam dan pemberian pupuk NPK. Tanah + Kompos 1 : 2 (M 2 ) Tanah + Kompos 2 : 1 (M 1 ) 22.5 g (P 3 ) 7.5 g (P 1 ) Tinggi Bibit (cm) 43.14 a 39.83 b 42.12 a 41.56 a 41.54 a 40.73 a Keterangan : ngka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji DNMRT taraf α 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan M 2 memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan M 1 terhadap tinggi bibit kelapa sawit, sedangkan perlakuan pupuk NPK memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit. 2. Jumlah Pelepah pemberian kombinasi antara media tanam dan pemberian pupuk NPK menunjukkan interaksi yang tidak nyata terhadap jumlah pelepah bibit kelapa sawit. Secara tunggal perlakuan media tanam dan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap jumlah pelepah kelapa sawit. Hasil uji lanjut DNMRT taraf α 5% untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata jumlah pelepah bibit kelapa sawit (cm), terhadap komposisi media tanam dan pemberian pupuk NPK. Tanah + Kompos 1 : 2 (M 2 ) Tanah + Kompos 2 : 1 (M 1 ) 22.5 g (P 3 ) 7.5g (P 1 ) Jumlah Pelepah 9.13 a 8.92 a 9.41 a 9.00 a 9.00 a 8.67 a Keterangan : ngka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji DNMRT taraf α 5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam M 2 memberikan pengaruh berbeda tidak nyata dengan perlakuan M1 terhadap jumlah pelepah bibit kelapa sawit, demikian juga perlakuan pupuk NPK memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap jumlah pelepah bibit kelapa sawit. 3. Panjang Pelepah kombinasi antara media tanam dan pupuk NPK menunjukkan interaksi yang tidak nyata terhadap panjang pelepah bibit kelapa sawit. Secara tunggal perlakuan media tanam dan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap panjang pelepah kelapa sawit. Hasil uji lanjut DNMRT taraf α 5% untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata panjang pelepah bibit kelapa sawit (cm), terhadap komposisi media tanam dan pemberian pupuk NPK Tanah + Kompos 1 : 2 (M 2 ) Tanah + Kompos 2 : 1 (M 1 ) 22.5 g (P 3 ) 7.5 g (P 1 ) Panjang Pelepah 29.10 a 28.77 a 29.19 a 28.85 a 29.33 a 29.20 a Keterangan : ngka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji DNMRT taraf α 5%. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap panjang pelepah bibit kelapa sawit, demikian juga perlakuan pupuk NPK 110

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap jumlah panjang pelepah nyata terhadap lilit batang bibit kelapa sawit. Secara tunggal perlakuan media kelapa sawit. tanam dan pupuk NPK juga 4. Lilit Batang kombinasi antara media tanam dan pupuk NPK menunjukkan interaksi yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap lilit batang kelapa sawit. Hasil uji lanjut DNMRT taraf α 5% untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata lilit batang bibit kelapa sawit (cm), terhadap komposisi media tanam dan pemberian pupuk NPK. M P P0 P1 P2 P3 M1 (Tanah+Kompos 1 : 2) 4.20 a 3.94 a 4.70 c B 4.50 b M2 (Tanah+Kompos 1 : 2) 4.14 a 4.45 b B 4.19 a 4.79 c B Keterangan : ngka-angka yang diikuti oleh huruf kecil dan besar yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji DNMRT taraf α 5%. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian pupuk NPK memberikan interaksi yang berbeda nyata terhadap lilit batang bibit kelapa sawit. 5. Volume kar kombinasi antara media tanam dan pemberian pupuk NPK menunjukkan interaksi yang tidak nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit. Secara tunggal perlakuan media tanam dan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap volume akar kelapa sawit. Hasil uji lanjut DNMRT taraf α 5% untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Rata-rata volume akar bibit kelapa sawit, terhadap komposisi media tanam dan pemberian pupuk NPK. Tanah + Kompos 2 : 1 (M1) Tanah + Kompos 1 : 2 (M2) 17.5 g (P 1 ) 22.5g (P3) Volume akar 2.29 a 2.86 b 1.55 a 2.79 b 2.82 b 3.13 b Keterangan : ngka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji DNMRT taraf α 5%. PEMBHSN Berdasarkan analisis ragam pemberian kombinasi media tanam dan pupuk NPK menunjukkan interaksi yang tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah pelepah, panjang pelepah dan volume akar, sedangkan pada parameter lilit memberikan interaksi yang nyata. Tidak adanya interaksi perlakuan kombinasi media tanam dan pemberian pupuk NPK terhadap tinggi bibit, jumlah pelepah, panjang pelepah dan volume akar bibit kelapa sawit di pembibitan utama diduga parameter tersebut dipengaruhi oleh genetik kelapa sawit dan kurang respon terhadap perlakuan yang diberikan. Sedangkan pada parameter lilit batang tidak dipengaruhi oleh genetik tanaman tetapi bibit respon terhadap perlakuan kombinasi media tanam dan pemberian pupuk NPK. Secara tunggal penggunaan media tanam M2 (Tanah:Kompos=1:2) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding perlakuan M1 pada parameter tinggi tanaman, jumlah pelepah, panjang pelepah dan volume akar, hal ini diduga karena kondisi struktur tanah media tanam M 2 lebih baik porositasnya, dan kelembaban media tanam lebih terjaga. Menurut Kurniawan (2012), bahwa kompos TKKS pada medium top soil dapat memperbaiki struktur tanah, daya serap dan simpan air lebih baik, dan kompos sebagai bahan organik juga dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, tanah yang mengandung bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup 111

baik serta memiliki daya serap air yang tinggi, ketersediaan unsur hara yang cukup di tanah akan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, yang dapat digunakan untuk pertumbuhan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk NPK secara tunggal menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada berbagai dosis pupuk NPK hal ini diduga media tanam yang digunakan sudah mencukupi kebutuhan unsur hara bibit kelapa sawit. Secara umum pada dosis 22.5 g memberikan nilai rerata lebih tinggi terhadap parameter tinggi bibit, jumlah pelepah, panjang pelepah terpanjang, dan volume akar. Diduga pada dosis tersebut kebutuhan unsur hara N, P, K bagi bibit sudah terpenuhi. Menurut Lakitan (1996) unsur N yang paling berpengaruh dalam perkembangan daun, dosis yang tinggi menyebabkan daun menjadi lebih panjang sampai batas tertentu yang dapat ditolerir tanaman. Unsur P berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena unsur ini berperan sebagai pengangkut unsur hara ke seluruh bagian tanama. Unsur K pada pupuk NPK dapat menormalkan pertumbuhan daun jika unsur ini kurang maka daun yang terbentuk akan mengerut dan mengurangi panjang pelepah daun. KESIMPULN kombinasi media tanam dan pupuk NPK menunjukkan interaksi yang tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah pelepah, panjang pelepah dan volume akar, sedangkan pada parameter lilit memberikan interaksi yang nyata. DFTR PUSTK Buchman, H and N. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Scegionan Bhratara. Karya ksara, Jakarta. Dinas Perkebunan Propinsi Jambi. 2012. Statistik Perkebunan. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Propinsi Jambi. Direktoriat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan. Laporan Tahunan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian. Khaeruddin. 1991. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta. Lubis, R.E. and Widanarko,. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. gromedia Pustaka. Jakarta. Sastrosayono. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. gromedia Pustaka. Jakarta. Sitepu, Offleyn. 2011. Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Main Nursery. Sumatera Utara. Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta. Sianturi, H. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian USU, Medan. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. gromedia Pustaka. Jakarta. Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Widiastuti, H dan T. W. Darmono. 2000. Respon Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Kompos TKKS. Bandar Lampung. 112