KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Oleh : Komang Juniarta Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Jurnal ini berjudul Kajian Yuridis Perkawinan Di Bawah Umur Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. Latar belakang penulisan ini karena Pengaturan perkawinan anak di bawah umur sudah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Namun perkawinan di bawah umur merupakan perbuatan yang melanggar Undang-undang, terutama terkait ketentuan batas umur untuk kawin. Dari perspektif gender, perkawinan di bawah umur merupakan bentuk ketidakadilan gender yang dialami wanita akibat kuat berakarnya budaya patriarki pada masyarakat yang menganggap wanita sebagai barang dan selalu berada di bawah. Perkawinan di bawah umur merupakan masalah yang pelik dan sensitif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, permasalahan yang dibahas adalah tentang bagaimanakah akibat hukum yang ditimbulkan terhadap perkawinan anak di bawah umur di Indonesia? Akibat hukum adalah akibat yangg diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum, akibat hukum yang berkaitan dengan perkawinan di bawah umur ini adalah akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya, lenyapnya suatu keadaan hukum tertentu. Kata Kunci : Perkawinan, Anak ABSTRACT This journal titled Marital Juridical Studies Minor Children Under Regulation Legislation. The background of this paper for setting the marriage of minors is already stipulated in Article 7 paragraph (1) of Law Number 1 of 1974 About Marriage. However, underage marriage is against the law, especially related provision limits the age of marriage. From a gender perspective, underage marriage is a form of gender discrimination experienced by women as a result of the strong patriarchal culture entrenched in society that considers women as goods and always under. Underage marriage is a thorny and sensitive issue. This type of research used in writing this research is a normative legal research, the issues discussed is about what the legal consequences of marriage posed to minors in Indonesia? The legal consequences are the result yangg conferred by law on a legal events or acts of legal subject, related to the legal consequences of underage marriage are legal consequences in the form of birth, changing, disappearance of a particular legal situation. Keywords: Marriage, Children 1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan perkawinan pada dasarnya memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya didunia ini, selain itu untuk mencegah perzinahan agar tercipta ketenangan keluarga dan masyarakat. 1 Perkawinan ditujukan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan syarat-syarat yang wajib dipenuhi calon mempelai sebelum melangsungkan perkawinan menurut Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai, Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat ijin kedua orang tua, Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pernikahan di bawah umur memiliki dampak negatif bagi perempuan dan anak-anak. Walaupun begitu, Undang-Undang Perkawinan ini masih memberikan kelonggaran dengan pengajuan dispensasi nikah kepada pengadilan. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang akibat hukum yang ditimbulkan terhadap perkawinan di bawah umur. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode penelitian Penelitian ini dilakukan secara normatif dengan menggunakan pendekatan Undang-undang (statute approach), yang dilakukan dengan menelaah semua 1 M.Idris Ramulyo, 1996, Hukum Perkawinan Islam (suatu analisis dari UU No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), Bumi Aksara, Jakarta, hlm.26 2
Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 2 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Pengaturan tentang perkawinan di bawah umur Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang batas usia belum dewasa dan dewasa dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ini. Usia dewasa pada hakekatnya mengandung unsur yang berkaitan dengan dapat atau tidaknya seseorang mempertanggungjawabkan atas perbuatan hukum yang telah dilakukannya, yang menggambarkan kecakapan seseorang untuk bertindak dalam dalam hukum perdata. 3 Pengaturan usia dewasa lazimnya disimpulkan atau dikaitkan dengan Pasal 47 dan Pasal 50 Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 4 Melaksanakan perkawinan anak sebelum berusia 18 tahun adalah pelanggaran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang merupakan peraturan lebih lanjut dari Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, Karena itu, frasa umur 16 (enam belas) tahun dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan melanggar hak-hak anak yang dijamin Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, dan Pasal 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. 2.2.2 Akibat hukum yang timbul dari perkawinan di bawah umur Akibat hukum adalah akibat yang diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum. 5 Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.berdasarkan ketentuan Pasal tersebut, maka yang dimaksud dengan perkawinan di bawah umur 2. Peter Muhammad Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm.39. 3 Wahyono Darmabrata,2003, Tinjauan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Berserta Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya, Cet. 2, CV.Gitamaya Jaya, Jakarta,hlm.19 4 Ibid. hlm.26 5 Purnadi Purbacaraka Dan Soerjono Soekanto,1982, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 32 3
adalah perkawinan yang dilakukan sebelum usia 19 tahun bagi laki-laki dan sebelum usia 16 tahun bagi perempuan. Namun, jika umur kedua calon mempelai belum mencapai usia 19 dan 16 tahun maka kedua orang tua laki-laki maupun kedua orang tua perempuan dapat meminta dispensasi atas ketentuan umur kepada Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi yang non-islam. Pemberian disepensasi oleh pengadilan pada prakteknya tidak didasari oleh suatu alasan yang cukup kuat seperti hubungan kedua calon mempelai sudah cukup erat sehingga dikhawatirkan terjadi hal-hal yang dilarang agama, bahkan dibeberapa kasus alasan ekonomi yang lemah dari keluarga calon mempelai di bawah umur juga dapat dibenarkan untuk diberikannya dispensasi, serta hal-hal lain yang bersifat formalitas seperti izin orang tua dan tidak adanya larangan bagi calon mempelai untuk menikah. Dalam banyak kasus, sangat jarang atau bahkan tidak pernah ditemui hakim dalam menerima atau menolak permohonan dispensasi, mempertimbangkan hal-hal yang jauh lebih besar dari sekadar formalitas dan hubungan kedua mempelai, seperti: akibat perkawinan bagi calon mempelai di bawah umur, konsekuensi terhadap pendidikan, dan hak-hak anak lainnya. Melaksanakan perkawinan anak sebelum berusia 18 tahun adalah pelanggaran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang merupakan peraturan lebih lanjut dari Pasal 28B ayat (2) UUD 1945. III. KESIMPULAN Pengaturan perkawinan anak di bawah umur sudah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan pada tahun 2014 telah diajukan Permohonan judicial review mengenai batas usia melangsungkan perkawinan ini, diajukan oleh Pengurus Yayasan Kesehatan, Yayasan Pemantau Hak Anak (YPHA), permohonan ini ditolak oleh Makamah Konstitusi (MK). Akibat hukum dari pelaksanaan perkawinan anak sebelum berusia 18 tahun adalah pelanggaran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang merupakan peraturan lebih lanjut dari Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 4
Buku-Buku : DAFTAR PUSTAKA Darmabrata, Wahyono, 2003, Tinjauan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Berserta Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya, Cet.2, CV.Gitamaya Jaya, Jakarta. Mahmud Marzuki, Peter, 2005, Penelitian Hukum, Fajar Inter Pratama Offset, Jakarta. Purbacaraka, Purnadi Dan Soerjono Soekanto,1982, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung. Ramulyo, M.Idris, 1996, Hukum Perkawinan Islam (suatu analisis dari UU No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), Bumi Aksara, Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 R. Subekti, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606) 5