ANALYZE RELATIONSHIP THE DIETERY HABIT AND DYSPEPSIA SYNDROME IN ADOLESCENT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015.

: FELICIA GAYLE ASIDAZ

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB I. Pendahuluan UKDW. dys- (buruk) dan peptin (pencernaan) (Abdullah,2012). Dispepsia merupakan istilah

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FKM USU TAHUN 2015

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. menjalani aktivitas sehari-hari. Contoh yang sering dikeluhkan dimasyarakat

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Keywords: Anemia, Social Economy

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Semester I VII Tentang Pola Nutrisi Seimbang Tahun 2013

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN JERAWAT PADA SISWA KELAS 3 MTS NU MIFTAHUL FALAH KUDUS

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROMA DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI MODEL MANADO. Susilawati.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMAN 1 GONDANGREJO KARANGANYAR

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

HUBUNGAN ASUPAN GIZI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN KOMPUTER BORDIR DI KELURAHAN CILAMAJANG KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis 4(1) : 36-42, Pebruari Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Kedokteran Biomedis

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

HUBUNGAN ANTARA BAURAN PEMASARAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT INAP DI UPTD RUMAH SAKIT MATA PROVINSI SULAWESI UATARA

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

Acupuncture in the Management of Functional Dyspepsia

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2009 TENTANG DYSMENORRHOE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2011/2012. Oleh : TOH CHIA THING

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Transkripsi:

ANALYZE RELATIONSHIP THE DIETERY HABIT AND DYSPEPSIA SYNDROME IN ADOLESCENT (Studies on students in SMK Bina Putera Nusantara pharmaceutical majors Tasikmalaya City ) Fauzy Lesmana Putra 1) Nur Lina dan Siti Novianti 2) Student Faculty Of Health Science Specialization Epidemiology 1) Siliwangi University (Fauzylputra_20@yahoo.com) Epidemiology Section Supervisor Faculty Of Health Sciences 2) Siliwangi University ABSTRACT Dyspepsia syndrome is a very common gastrointestinal complaint among the public, especially adolescents. Dyspepsia syndrome is a symptoms such as pain, feeling unwell upper abdomen that persist or episodic by complaints such as feeling full while eating, nausea, bloating, vomiting and belching. Causes dyspepsia syndrome have one dietary habit that will be evidenced in this study. This study aimed to analyze the relationship between dietary habit and the dyspepsia syndrome in adolescents SMK Putera Bina Nusantara. In this study using cross sectional analytical study with a population of as many as 372 people pharmaceutical majors and a total sample of 57 people taken by using simple random sampling technique. Analysis of data using statistical test chi square. Researchers obtained the respondents whose dietary habit are poor (40.4%), the incidence of dyspepsia syndrome ie 35 persons (61.4%). Data analysis showed the results of a p-value of 0.01 probability of less than 0.05. It means that there is a relationship between diet and dyspepsia syndrome in SMK Bina Putera Nusantara pharmaceutical majors. Of the results of this study can be concluded that the dyspepsia syndrome in the respondents were consistent with poor diet. Researcher s advice to respondents to be more disciplined in the schedule to eat well and for the school to be more disciplined in monitoring their students dietary habit. Reference : (1987-2014) Key Words : Dyspepsia Syndrom, Dietery habit, Adolescent

ANALISIS POLA MAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA (Studi Pada Siswa-Siswi SMK Bina Putera Nusantara Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015) Fauzy Lesmana Putra 1) Nur Lina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi 1) Universitas Siliwangi (Fauzylputra_20@yahoo.com) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRAK Sindrom dispesia merupakan keluhan gastrointestinal yang banyak dirasakan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindrom dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, mual, kembung, muntah dan sendawa. Sindrom dispepsia mempunyai penyebab salah satunya adalah pola makan yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja di SMK Bina Putera Nusantara. Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah populasi penelitian sebanyak 372 siswa-siswi jurusan farmasi dan jumlah sampel sebanyak 57 orang diambil dengan menggunkan teknik Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan uji statistik chi Square. Peneliti memperoleh responden yang pola makanya kurang baik (40,4%), angka kejadian sindrom dispepsia yaitu 35 orang (61,4%). Hasil analisis data menunjukan hasil nilai p sebesar 0,01 probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada siswa-siswi SMK Bina Putera Nusantara jurusan farmasi. Saran peneliti kepada responden agar lebih disiplin dalam mengatur pola makan. Saran untuk pihak sekolah agar guru ikut serta dalam memberikan penjelasaan mengenai pola makan yang baik. Saran peneliti selanjutnya untuk memperbaiki instrumen penelitian menjadi lebih tajam dan akurat dalam menggali informasi responden misalnya dengan menggunakan rancangan studi case control. Kepustakaan : (1987-2014) Kata Kunci : Sindrom Dispepsia, Pola Makan, Remaja

1. PENDAHULUAN Produktivitas pada usia remaja dapat tercermin pada prestasi belajarnya. Gangguan kesehatan sekecil apapun akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Salah satu penyakit pencernaan yang sering dikeluhkan kelompok remaja adalah sindrom dispepsia. (Andri, 2011). Sindrom dispepsia merupakan keluhan yang sering dapatkan pada populasi di dunia mencapai 13-40% setiap tahunnya (WHO,2007). Amerika dan negara Eropa didapatkan prevalensi sindrom dispepsia sekitar 25%, di daerah Asia Pasifik sindrom dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 20%(Kusmobroto H, 2003), di Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktik umum adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus sindrom dispepsia. Pasien yang datang berobat ke praktik gastroenterologist terdapat 60% dengan keluhan sindrom dispepsia. Profil kesehatan tahun 2010 menyatakan bahwa sindrom dispepsia menempati urutan ke-5 dari 10 besar penyakit dengan pasien yang dirawat inap dan urutan ke - 6 untuk pasien yang dirawat jalan(depkes RI, 2010). Angka kejadian sindrom dispepsia di masyarakat tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada komunitas remaja di Inggris selama 6 bulan, tingkat keluhan dispepsia mencapai 38% (Jones,dkk 2008).Gejala sindrom dispepsia sangat bervariasi, baik dalam gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu. Gejala yang dirasakan penderita seperti rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir (Djojoningrat D, 2009) Salah satu faktor yang berperan pada kejadian sindrom dispepsia adalah pola makan, selain jenis - jenis makanan yang di konsumsi oleh remaja seperti sering mengkonsumsi makanan pedas dan asam, pola makan yang tidak teratur seperti jadwal makan yang tidak sesuai sehingga menyebabkan kadar asam lambung tinggi dan menyebabkan sindrom dispepsia. (Sudoyo 2009, diacu dalam susilawati). Survei pendahuluan pada 20 orang siswa dan siswi yang dilakukan di SMK BPN jurusan farmasi di Jl. Liung gunung No.261 Panyingkiran

Indihiang & Jl. Sukarindik No.63 A Tasikmalaya, terdapat 85% mengalami sindrom dispepsia yang ditandai dengan keluhan berupa nyeri epigastrium yang disertai dengan rasa terbakar didada dan juga mual yang terjadi selama 3 bulan terakahir dalam beberapa kali seminggu dan 15% sisanya tidak mengalami sindrom dispepsia. Dari uraian tersebut maka penting untuk melakukan penelitian Analisis Pola Makan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Pada Remaja Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 372 orang siswa-siswi SMK Bina Putera Nusantara Tasikmalaya jurusan Farmasi. Jumlah sampel sebanyak 57 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel (Notoatmojo,2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner berupa angket mengenai diagnosa sindrom dispepsia dan pola makan. 3. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Kelas di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Kelas F % X 25 43,9 XI 20 35,1 XII 12 21,1 Total 57 100 Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat jumlah responden berasal dari kelas X dengan jumlah 25 orang (43,9%), jumlah

kelas XI sebanyak 20 orang (35,1%) dan jumlah responden kelas XII adalah 12 orang (21,1%) Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Umur F % 14 3 5,3 15 20 35,1 16 15 26,3 17 19 33,3 Total 57 100 Responden penelitian berumur antara 14 sampai dengan 17 tahun dengan persentase umur tertinggi adalah 15 tahun (35,1%) dan yang paling rendah adalah 14 tahun (5,3%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Jenis Kelamin F % Laki-laki 13 22,8 Perempuan 44 77,2 Total 57 100 Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa responden yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 44 orang (77,2%) sedangkan laki-laki berjumlah 13 orang (22,8%) B. Analisis Univariat Tabel 4.7 Distribusi Ketegori Pola Makan Responden Di SMK BPN Jurusan Farmasi Tasikmalaya 2015 Kategori pola makan F (%) Kurang baik 34 59,6 Baik 23 40,4 Total 57 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa responden yang mempunyai pola makan kurang baik berjumlah 34 orang (59,6%) dan responden yang mempunyai pola makan baik berjumlah 23 orang (40,4%). Hasil Analisis di atas menunjukan bahwa pola makan kurang baik lebih banyak dari pada pola makan baik. Tabel 4.9 Distribusi Sindrom Dispepsia Berdasarkan Kategori Di SMK BPN Tasikmalaya Jurusan Farmasi 2015 Sindrom Dispepsia F (%) Ya 35 61,4 Tidak 22 38,6 Total 57 100. Berdasarkan tabel 4.9 jumlah responden yang mengalami sindrom dispepsia berjumlah 35 orang (61,4%) sedangkan yang tidak mengalami sindrom dispepsia sebesar 22 orang (38,6%). Hasil analisis dari tabel di atas menunjukan bahwa responden yang mengalami sindrom dispepsia lebih besar dari pada responden yang tidak mengalami sindrom dispepsia C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Tabel 4.11 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Di SMK BPN Tasikmalaya Jurusan Farmasi 2015 Pola Makan Kurang baik Sindrom Dispepsia Total Ya Tidak F % F % F % p OR (95% CI) 26 74,3 8 36,4 34 59,6 5,056 0,01 Baik 9 25,7 14 63,6 23 40,4 1,596-16,013

Tabel 4.10 menunjukan bahwa responden yang mempunyai pola makan kurang baik lebih banyak yang mengalami sindrom dispepsia (74,3%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom dispepsia (36,4%). Sedangkan responden dengan pola makan baik lebih banyak tidak mengalami sindrom dispepsia dengan (63,6%) dibandingkan dengan responden yang mengalami sindrom dispepsia (25,7%) Uji hipotesis menggunakan metode Chi-square tabel 2x2 dan nilai yang di pakai dalam penelitian ini adalah contuniuity correction, nilai significacy-nya sebesar 0,010. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai p sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05, artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja. Dengan OR = 5,056 maka responden dengan pola makan yang kurang baik 5,056 kali berisiko mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan pola makan baik. 4. PEMBAHASAN Hubungan Pola Makan Dengan Sindrom dispepsia Berdasarkan penelitian hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja yang menggunakan uji statistik Chi square didapatkan hasil p<0,05 (pvalue =0,01) yang berarti ada hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja di SMK BPN Tasikmalaya Jurusan Farmasi tahun 2015. Selain itu berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa nilai OR = 5,056 ini berarti responden dengan pola makan yang kurang baik memiliki resiko 5,056 kali berisiko mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan pola makan baik. Salah satu faktor yang berperan pada kejadian sindrom dispepsia adalah pola makan (Djojoningrat, 2001). Selain jenis makanan yang dikonsumsi seperti makanan pedas dan asam, ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk dan jadwal waktu makan yang tidak teratur menyebabkan terjadinya sindrom dispepsia (Eschleman, 1984).

5. SIMPULAN a. Responden yang memiliki pola makan baik sebesar 40,4% sedangkan responden yang memiliki pola makan kurang baik sebesar 59,6%. b. Responden yang mengalami sindrom dispepsia sebesar 61,4% sedangkan yang tidak mengalami sindrom dispepsia sebesar 38,6% c. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,01 < 0,05, artinya Terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja di SMK BPN Tasikmalaya pada siswa-siswi jurusan farmasi dengan OR 5,056 maka responden dengan pola makan yang kurang baik 5,056 kali berisiko mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan pola makan baik. 6. SARAN a. Bagi siswa SMK BPN Tasikmalaya Peneliti menyarankan agar siswa-siswi menjaga pola makan dengan baik lebih disiplin dalam mengatur jadwal makan serta menghindari makanan yang pedas b. Bagi Sekolah SMK Bina Putera Nusantara Tasikmalaya Peneliti menyarankan agar guru ikut serta dalam memberikan penjelasaan mengenai pola makan yang baik agar siswa termotivasi untuk menjaga pola makannya. c. Peneliti selanjutnya Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memperbaiki instrumen penelitian menjadi lebih tajam dan akurat dalam menggali informasi responden, mempertimbangakan rancangan studi lain guna mempererat hubungan sebab akibat yang mungkin terjadi, misalnya dengan menggunakan rancangan studi case control.

DAFTAR PUSTAKA Djojoningrat D. 2001. Dispepsia Fungsional. Di dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3th Ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Escheleman, m.m,. 1984 Introduci Nutrition and Diet Theraphy. Pennysylvania: Lipinccott company, 345-346 Ganoong, Wiliam F. 2008. Buku Ajar Fisikolog UI. Jakarta: ECG Penerbit Harahap, Yanti. 2009. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14681/1/10e00274.pdf [diakses 20 Mei 2015] Reshetnikov O. V. Etc. 2007, Prevalence Of Dyspepsia And Irritable Bowel Syndrome Among Adolescent Of Novosibirsk, Institute of internal medicine Russia. Int. 3 circumpolar health 60 (2): 253. (online), (www.nebi.nlm.nih.gov/pubmed.) [diakses : 3 Maret 2015 ] Sarwono, S.W. Teori-Teori Psikologi Sosial. Dalam buku: Psikologi Sosial. Jakarta. Balai pustaka. 2005.h.14-20 Sayogo S. 2007, Gizi Remaja Putri, Yayasan Pengembangan Medik Indonesia, FKUI. Jakarta. Susanti A. (2011) Faktor Resiko Dispepsia Pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Instituti Pertanian Bogor. Tarigan CJ. 2003. Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. Medan: Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.