Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

dokumen-dokumen yang mirip
Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P.

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia

3. Pembinaan, pengawasan dan supervisi penyelenggaraan pembentukan, pemekaran, penggabungan, dan penghapusan desa skala daerah.

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan daerah. 2. Penyelenggaraan pemerintahan desa.

Penetapan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan skala nasional.

Penetapan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan skala nasional.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

U. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan

4. PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

LAPORAN ANNUAL OUTCOME SURVEY KABUPATEN MALUKU TENGGARA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

U. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

Penyuluhan Perikanan yang Adaptif, Evaluatif dan Solutif

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DA TAHUN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

Laporan AOS Kabupaten Kubu Raya 1

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Costal Community Development Project-International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

KESEPAKA TAN KERJASAMA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Gambut, Desember 2015 DIREKTUR, ttd. dr. H. IBG Dharma Putra, MKM Pembina Utama Madya NIP

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB III METODE PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Tabel Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

MONITORING DAN EVALUASI

Rantai Perdagangan Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. (PUMP) Perikanan Budidaya sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi

Transkripsi:

Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik (Kabupaten/Kota) terpilih, adalah menjadi salah satu upaya pemerintah khususnya Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang perlu diapresiasi oleh masyarakat. Hal ini tidak hanya bemanfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia, tetapi lebih jauh sejatinya adalah upaya penerapan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang berkelanjutan. Laporan Survei Manfaat Tahunan CCDP-IFAD ini dilaksanakan dalam rangka mengukur secara berkala perkembangan proyek dalam mencapai manfaat-manfaat yang telah ditetapkan. Laporan ini adalah laporan tahunan pertama, sejak dimulainya proyek ini tahun 2012. Survei ini mengukur berbagai parameter utama CCDP-IFAD meliputi, identifikasi rumah tangga, mata pencaharaian, ketahanan pangan, produksi kelautan dan perikanan, akses terhadap pasar, akses terhadap jasa keuangan pedesaaan, pengembangan usaha dan ketenagakerjaan, akses terhadap sumberdaya alam, pemberdayaan yang disajikan deskriptif. Selain penyajian parameter utama tersebut, laporan ini mengandung berbagai rekomendasi yang dihasilkan dari analisa mendalam tentang perkembangan kemajuan proyek CCDP-IFAD. Kami berharap, hasil Survey Manfaat Tahunan di Makassar, Sulawesi Selatan ini dapat dijadikan rujukan dalam menilai perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proyek berjalan, dan menjadi acuan terhadap tindakan-tindakan lanjutan yang diperlukan dalam pembenahan pelaksanaan proyek untuk mencapai manfaat yang maksimal. Terima kasih atas kepercayaan CCDP-IFAD kepada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin untuk melaksanakan Survei ini. Semoga kepercayaan dan kerjasamanya dapat dilanjutkan untuk tahun-tahun yang akan datang. Makassar, 10 Desember 2013 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP. 19670308 199003 1 001 ii

Daftar Isi Kata Pengantar... ii Daftar Isi iii Daftar Singkatan...iv Ringkasan Eksekutif... v 1 Pendahuluan... 1 2 Aktivitas dan metodologi... 2 2.1 Tujuan...2 2.2 Pendekatan umum...2 2.3 Metodologi... 3 2.4 Implementasi... 3 3 Profil penerima manfaat (PM)... 4 3.1 Identifikasi rumah tangga...4 3.2 Partisipasi dalam kegiatan proyek... 5 4 Hasil perbandingan... 6 4.1 Mata pencaharian...6 4.1.1 Sumber pendapatan utama...6 4.1.2 Sumber pendapatan lainnya...6 4.2 Ketahanan pangan...7 4.3 Produksi kelautan dan perikanan... 7 4.3.1 Tujuan menghasilkan produk kelautan dan perikanan...7 4.3.2 Penggunaan teknologi baru dalam produksi perikanan... 8 4.3.3 Perubahan produksi perikanan...8 4.4 Akses terhadap pasar...8 4.5 Akses terhadap jasa keuangan pedesaan...9 4.6 Pengembangan usaha dan ketenaga kerjaan...10 4.7 Akses terhadap sumberdaya alam... 10 4.7.1 Akses terhadap lahan budidaya/ pesisir untuk marikultur... 10 4.7.2 Akses terhadap komunitas perikanan tangkap... 11 4.7.3 Fasilitas pengolahan perikanan yang dapat digunakan... 11 4.7.4 Tempat pemasaran yang digunakan...11 4.8 Pemberdayaan... 12 5 Kesimpulan... 13 6 Rekomendasi... 14 Lampiran 1.Daftar Desa dengan jumlah penerima manfaat dan bukan penerima manfaat.... 16 iii

Daftar Singkatan BPS BPM CCDP IFAD KP3K LSM PM PMO PMPPU Usaha RT RT-BPM RT-PM SMT : Badan Pusat Statistik : Bukan Penerima Manfaat : Coastal Community Development Project : International Fund for Agricultural Development : Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil : Lembaga Swadaya Masyarakat : Penerima Manfaat/Beneficiaries : Project Management Officer : Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan : Rumah Tangga : Rumah Tangga - Bukan Penerima Manfaat : Rumah Tangga - Penerima Manfaat : Survei Manfaat Tahunan iv

Ringkasan Eksekutif Survei Manfaat Tahunan CCDP-IFAD ini dilaksanakan dalam rangka mengukur secara berkala perkembangan proyek di Kota Makassar dalam mencapai manfaat-manfaat yang telah ditetapkan. Survei ini dilakukan di 2 Kelurahan penerima manfaat (Lakkang, Cambayya) dan 2 kelurahan bukan penerima manfaat (Barrang lompo, Lae -Lae). Dari setiap desa sampel dipilih secara acak 9 rumah tangga. Indikator utama yang diukur meliputi identifikasi rumah tangga, mata pencaharian, ketahanan pangan, produksi kelautan dan perikanan, akses terhadap pasar, akses terhadap jasa keuangan pedesaaan, pengembangan usaha dan ketenagakerjaan, akses terhadap sumberdaya alam, dan pemberdayaan. Hasil SMT 2013 menunjukkan bahwa secara umum karakter RT-PM dan RT-BPM relatif sama, dimana kepala keluarga didominasi oleh laki-laki. Kondisi ekonomi mereka pada kondisi rata-rata yang mampu menyediakan pangan setiap hari. Sebagian besar mereka memiliki pendapatan tunai. Mata pencaharian utama RT-PM adalah perikanan tangkap dan budidaya, sedangkan mata pencaharian RT-BPM adalah perikanan tangkap. Selain itu semua responden di RT-PM dan RT-BPM juga memiliki sumber pendapatan lain dari usaha non perikanan. Produksi perikanan umumnya untuk konsumsi dan dijual, namun masih sebagian kecil masyarakat yang mengadopsi teknologi baru. Sebagian besar produk dijual di pasar dan pengepul. Akses keuangan masyarakat umumnya pada lembaga informal. Sebagian besar masyarakat RT- PM memiliki pinjaman. Keterlibatan wanita dalam kelompok CCDP telah ada, dan umumnya terlibat dalam kelompok kerja desa. v

1 Pendahuluan Kementerian Kelautan dan Perikanan (c.q. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, PMPPU/KP3K) sedang menjalankan program Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) yang didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD). CCDP-IFAD ini telah dimulai tahun 2013, dan akan berlangsung selama 5 tahun (2013-2017) di 12 kabupaten/kota (districts) dalam 9 wilayah provinsi di Indonesia, termasuk di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. CCDP-IFAD bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir dan laut. Tujuan ini akan tercapai melalui peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan dan rumah tangga pemanfaat sumberdaya kelautan dan perikanan di dalam komunitas masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil. CCDP-IFAD dikembangkan dalam 3 komponen utama dengan manfaat yang terukur, seperti yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Komponen, sub-komponen dan manfaat dari proyek CCDP-IFAD No. Komponen Sub-Komponen Manfaat (Outcome) 1. Pengembangan Rumah tangga target telah masyarakat, mengimplementasikan aktifitas pembangunan dan pengelolaan sumberdaya 2. Bantuan distrik untuk Pembangunan ekonomi berbasis kelautan 1.1. Fasilitasi masyarakat, Perencanaan dan Pemantauan 1.2. Penilaian sumberdaya, perencanan dan pengelolaan bersama 1.3. Pembangunan pasar berfokus desa 2.1. Investasi tingkat distrik dan pembangunan kapasitas 2.2. Bantuan rantai nilai dan pasar ekonomi berbasis sumberdaya kelautan dan perikana yang menguntungkan dan tanpa dampak kerusakan terhadap sumberdaya Pengembangan peluang-peluang ekonomi dalam proyek distrik untuk kegiatan perikanan skala kecil yang berbasis pasar dan berkelanjutan 3. Pengelolaan proyek Proyek dikelola secara efisien dan transparan untuk kepentingan rumah tangga dan masyarakat target proyek Kota Makassar adalah salah satu dari 3 kota di Provinsi SulawesI Selatan, dengan luas wilayah administrasi 175.77 Km 2 (0.38% dari luas provinsi Sulawesi Selatan). Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2011 tercatat 1.352.136 jiwa dengan 667.681 laki-laki dan 684.455 perempuan (BPS Makassar, 2012). Jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 tercattat 71.700 1

(5,29%) dan jumlahnya menurun menjadi 5,02% pada tahun 2012 (BPS, Makassar, 2013). Diukur dari garis kemiskinan, ada peningkatan dari Rp 242,034/kapita/bln pada tahun 2011 menjadi Rp 250,542/ kapita/bln (BPS, 2013). Produksi perikanan tangkap Makassar per 2012 sebesar 12.125 ton dengan total nilai Rp 181.875.000.000; sedangkan potensi perikanan budidaya payau 555 ton dengan nilai Rp 16.087.990.000 dan air tawar 170 ton dengan nilai Rp 1.196.700.000 (BPS, 2012). Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan, 143 kelurahan dan 2.982 desa (BPS, 2012). Sebanyak 504 desa (16,9%)nya merupakan desa pesisir, dan 2 desa proyek CCDP didalamnya. 2 Aktivitas dan metodologi 2.1 Tujuan Tujuan dari SMT tahun pertama ini (2013) adalah untuk 1. membangun data dasar (T 0 ) kondisi kesejahteraan Rumah Tangga Penerima Manfaat (RT-PM, beneficiaries) dan Rumah Tangga BPM (RT- BPM, non- beneficiaries) dari proyek CCDP-IFAD. 2. Memberikan rekomendasi kepada perkembangan pelaksanaan dari proyek CCDP-IFAD. 2.2 Pendekatan umum Pendekatan umum yang dilakukan dalam SMT ini meliputi: 1. Melaksanankan survey terhadap sample rumah tangga penerima manfaat dari proyek CCDP-IFAD pada akhir tahun pelaksanaan. Survei ini didukung oleh pengambilan informasi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap manfaat-manfaat proyek yang telah ditetapkan. 2. Kontrol terhadap perkembangan pelaksanaan proyek CCDP-IFAD dilakukan dengan mengambil perbandingan kondisi rumah tangga bukan penerima manfaat. Survei rumah tangga penerima manfaat juga dilakukan dengan mengukur parameter yang sama dengan yang dilakukan pada rumah tangga penerima manfaat. 3. Penentuan jumlah desa dan sample rumah tangga penerima dan bukan penerima manfaat per desa oleh PMO-CCDP IFAD. Jumlah yang ditetapkan dalam SMT ini sebanyak 9 rumah tangga untuk masing-masing penerima dan bukan penerima manfaat pada desa yang dimaksud. 2

2.3 Metodologi SMT dilaksanakan setiap tahun pada sejumlah desa target proyek CCDP, meliputi penerima manfaat dan bukan penerima manfaat (kelompok kontrol). Pada Distrik Pare-Pare, SMT 2013 meliputi 2 Kelurahan penerima manfaat (Kelurahan Lakkang dan Cambayya) dan 2 Kelurahan bukan penerima manfaat (Kelurahan Barrang Lompo dan Lae-Lae). Dari setiap kelurahan baik penerima maupun bukan penerima manfaat, dipilih secara acak sembilan rumah tangga. Pemilihan secara acak dilakukan oleh PMO CCDP-IFAD. Sebelum pelaksanaan survei, pengujian kuisioner dilakukan pada salah satu desa penerima manfaat. Indikator yang diukur pada survey ini meliputi: A. Profil Penerima manfaat a. Identifikasi rumah tangga b. Partisipasi dalam Kegiatan Proyek B. Temuan-Temuan Komparatif a. Mata Pencaharian b. Ketahanan pangan c. Produksi Kelautan dan Perikanan d. Akses terhadap Pasar e. Akses terhadap Jasa Keuangan Pedesaan f. Pengembangan Usaha dan Ketenagakerjaan g. Akses terhadap Sumberdaya Alam h. Pemberdayaan Data yang dikumpulkan kemudian didokumentasikan ke dalam borang isian hasil survei ( Excel file), disusun dan dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan data dari penerima manfaat proyek dan bukan penerima manfaat proyek. 2.4 Implementasi Survei di Desa Cambayya dan Lakkang dilakukan untuk sampel rumah tangga penerima manfaat, sedangkan sampel rumah tangga bukan penerima manfaat dilakukan di Pulau Lae-Lae dan Barrang Lompo. Survei berlangsung dari tanggal 21 hingga 29 November 2013. Jumlah sampel rumah tangga penerima dan bukan penerima manfaat di masing-masing desa adalah sebanyak 9 rumah tangga. yang ditentukan secara acak oleh PMO-CCDP IFAD. 3

Tahapan Kegiatan survei adalah sbb: 1) Pembentukan Tim dan Pelatihan Tim dibentuk berdasarkan kepakaran dibidang sosial ekonomi, pemasaran, dan pengolahan data/statistik, yang terdiri 2 orang tenaga ahli, 2 orang supervisi dan 2 orang enumerator. 2) Pengambilan Data a. Jumlah rumah tangga penerima manfaat dan bukan penerima manfaat, masing-masing sebanyak 9 rumah tangga per Desa, yang ditentukan secara acak dari total 219 RT di Desa Lakkang; 1.267 RT di Desa Cambayya; 907 RT di Barrang Lompo; dan 345 RT di Lae-Lae (BPS, 2012). Daftar rumah tangga sampel disajikan di lampiran 1. b. Responden utama dalam sampling unit (rumah tangga) itu adalah kepala rumah tangga, yang dipilih untuk mewakili kelompok-kelompok usaha yang akan terlibat langsung dalam proyek, sedangkan rumah tangga di desa bukan penerima manfaat ditentukan secara sampling bertingkat yang diklasifikan berdasarkan kelompok mata pencaharian, yaitu kelompok masyarakat nelayan, budidaya, pengolah, dan pemasaran. c. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara (kuisioner), wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus. 3) Analisa data Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisa secara persentasi. Analisa juga dilakukan untuk membandingkan data inti dengan data kontrol (bukan penerima manfaat) 3 Profil penerima manfaat (PM) 3.1 Identifikasi rumah tangga Setengah dari RT-PM (50%) dan sebagian besar RT-BPM (75%), kepala keluarganya adalah laki-laki. Sebagian kecil RT-PM (17%) termasuk dalam kelompok pendapatan miskin dan sebanyak 61% termasuk kategori rata-rata dengan kisaran pendapatan antara Rp. 50.000 2.000.000 (Median = Rp. 230.000). Sedangkan kategori pendapatan miskin pada RT-BPM tergolong rendah yaitu 11%. Sebesar 56% RT-BPM termasuk dalam kelompok pendapatan rata-rata. Kategori berkecukupan tergolong rendah yaitu 17%. 4

3.2 Partisipasi dalam kegiatan proyek Seluruh RT-PM (100%) baru terlibat dalam proyek CCDP-IFAD pada tahun 2013. RT-PM yang terlibat dengan kegiatan CCDP-IFAD 28% diantaranya menyatakan terlibat dalam Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan dan Pelatihan Perikanan Budidaya (28%), Perencanaan desa (33%), Pelatihan P engolahan Perikanan Tangkap (17%), dan Pelatihan Bisnis (6%). Sebagian besar RT-PM (56%) merasa cukup puas pada kegiatan tersebut. Sedangkan, yang merasa tidak puas hanya 6%. 5

4 Hasil perbandingan 4.1 Mata pencaharian Sebagian kecil RT-PM (44%) dan sebagian besar RT-BPM (83%) memiliki sumber pendapatan tunai. 4.1.1 Sumber pendapatan utama Sumber pendapatan utama RT-PM yaitu usaha perikanan tangkap (39%) dengan hasil tangkapan utama udang, dan perikanan budidaya (22%) berupa ikan bandeng dan udang windu. Sumber pendapatan utama pada kelompok RT- BPM 94% adalah perikanan tangkap berupa ikan karang dan pelagis kecil. Dibandingkan dengan 12 bulan lalu, mayoritas kelompok RT-PM (56%) maupun non-rt-pm (67%) mengatakan pendapatan mereka sama saja. Secara umum, 6% kelompok RT-PM mengatakan pendapatannya naik 50% atau lebih dan 39% mengatakan pendapatannya naik antara 5-25% dibanding tahun lalu. Sebaliknya RT-BPM mengatakan pendapatannya menurun. 4.1.2 Sumber pendapatan lainnya Setengah dari RT-PM (56%) memiliki sumber pendapatan lain, seperti pertanian dan penjualan hasil pertanian (17%), perikanan tangkap (17%), perikanan budidaya (11%), dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran hasil perikanan, pegawai dan lainnya (6%). 6

4.2 Ketahanan pangan Indikasi ketahanan pangan ditentukan berdasarkan kemampuan menyediakan makan 3 kali sehari. Sebagian besar (89%) RT-PM dan RT-BPM mampu menyediakan makan 3 kali sehari. 4.3 Produksi kelautan dan perikanan 4.3.1 Tujuan menghasilkan produk kelautan dan perikanan Setengah dari RT-PM (56%) bukan penghasil produk perikanan; sedangkan 28% diantaranya mengatakan hasil perikanan untuk konsumsi sendiri dan dijual. Sisanya, mengatakan hanya untuk dijual (11%), dan mengatakan hanya untuk konsumsi sendiri (6%). Sebaliknya, Seluruh RT-BPM (100%) menghasilkan produk perikanan untuk mengonsumsi dan menjualnya. 7

4.3.2 Penggunaan teknologi baru dalam produksi perikanan Dilihat dari penggunaan teknologi baru dalam produksi perikanan, hanya sebagian kecil responden RT-PM (6%) yang telah mengadopsi teknologi baru, sedangkan responden RT-BPM tidak ada satupun yang telah melakukan adopsi. 4.3.3 Perubahan produksi perikanan Sebagian besar RT-PM (89%) mengatakan tidak ada perubahan dalam produksi perikanan yang mereka hasilkan, lebih sedikit dibandingkan dengan responden RT-BPM (44%). Namun pada RT-PM (11%) yang mengatakan ada perubahan produksi yang mereka hasilkan. 4.4 Akses terhadap pasar Sebagian besar RT-PM (72%) dan RT-BPM (100%) memperoleh pendapatan dari hasil penjualan hasil perikanan. Sebagian kecil RT-PM (11%) dan RT-BPM (11%) memiliki kontrak penjualan, namun hanya dari kelompok RT- PM yang mengatakan perjanjian tersebut merubah kondisi keuangannya. RT-PM memasarkan produk perikanannya (udang windu) di perusahaan ekspor, rumah makan, serta pasar tradisional. Berbeda dengan RT-BPM hanya memasarkan produk perikanan mereka di pasar lokal. 8

4.5 Akses terhadap jasa keuangan pedesaan Setengah RT-PM (56%) dan sebagian kecil RT -BPM (17%) memiliki pinjaman uang dalam 12 bulan terakhir. Sebagian kecil RT-PM (44%) dan RT- BPM (17%) yang memiliki pinjaman, mendapatkan pinjaman mereka dari lembaga informal (teman, LSM, koperasi, dll). Sebagian kecil RT-PM responden RT-PM yang memiliki pinjaman, menggunakan uang pinjaman tersebut untuk kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan (33%) dan menggunakan pinjamannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari (17%). RT-BPM menggunakan pinjaman mereka untuk konsumsi (11%) dan meningkatkan tabungan (6%). Sebagian kecil responden RT-PM belum mebayar, tapi segera melunasinya (33%) dan telah melunasi pinjamannya (17%). Sebagian besar RT- BPM telah melunasi pinjaman mereka. 9

4.6 Pengembangan usaha dan ketenaga kerjaan Sebagian besar RT-PM (61%) dan RT-BPM (94%) tidak memiliki usaha non perikanan, dan hanya 50% responden RT-PM yang mengatakan usaha mereka itu membantu pendapatan mereka. 4.7 Akses terhadap sumberdaya alam 4.7.1 Akses terhadap lahan budidaya/ pesisir untuk marikultur Sebagian kecil RT-BPM (11%) dan RT-PM (1 1%) mempunyai akses terhadap budidaya dan lahannya. Seluruh RT-PM (100%) dan RT-BPM (100%) mengatakan akses tersebut tidak berbeda dari tahun lalu. Seluruh RT-PM (100%) belum melihat adanya perubahan akses budidaya karena intervensi proyek CCDP ini. 10

4.7.2 Akses terhadap komunitas perikanan tangkap Sebagian kecil RT-PM (17%) dan s ebagian besar RT-BPM (78%) mengakui memiliki akses perikanan tangkap. Hanya sebagian kecil dari responden RT-PM (17%) mengatakan bahwa akses tersebut diatur, berbeda dengan RT-BPM yang tidak memiliki aturan dalam aksesnya. RT-BPM (6%) mengakui adanya peningkatan produktivitas perikanan tangkap. 4.7.3 Fasilitas pengolahan perikanan yang dapat digunakan Sebagian kecil RT-PM (6%) mengakui ada fasilitas pengolahan perikanan untuk kelompok penghasil bandeng tanpa duri seperti panci kukus dan pinset, khususnya di desa Lakkang 6% dari RT-PM mengakui bahwa akses terhadap fasilitas tersebut diatur tegas. Sedangkan di desa BPM, tidak ada RT-BPM yang mengakui adanya fasilitas pengolahan perikanan. 4.7.4 Tempat pemasaran yang digunakan Sebagian kecil RT-PM (39 %) mengakui bahwa mereka memiliki tempat untuk memasarkan produk perikanan. Umumnya tempat pemasaran mereka di pasar tradisional (Pasar Daya) dan pengumpul di desa masing-masing. Pengakuan tersebut jauh lebih besar di desa BPM (94%). 11

4.8 Pemberdayaan Sebagian besar wanita di RT-PM (61%) terlibat dalam kegiatan CCDP. Dilihat dari kegiatan pemberdayaan, 61% wanita terlibat dalam kelompok kerja desa, 11% dalam kelompok sarana prasarana, 28% dalam kelompok pengelola sumberdaya masyarakat dan 11% terlibat dalam kelompok usaha. Hanya sebagian kecil ibu dari RT-PM (39%) dan setengah dari RT-BPM (50%) yang mengambil keputusan bersama dengan suaminya dalam pengambilan keputusan pembelian barang utama rumah tangga. Sebagian besar RT-PM (61%) dan RT-BPM (61%) mengambil keputusan bersama suami dalam perbaikan utama rumah tangga. Sebagian besar RT-PM (67%) dan RT -BPM (78%) mengambil keputusan bersama suami dalam pendidikan anak. 12

Sebagian kecil ibu di RT-PM (39%) menyatakan bahwa aset yang dimiliki merupakan aset atas nama sendiri. Sebagian kecil ibu rumah tangga RT-PM (39%) dan RT-BPM (6%) mengetahui nama camat. Sebagian besar dari RT-PM pernah mengunjungi kantor camat, berbeda dengan RT-BPM yang hanya sebagian kecil diantaranya yang pernah mengunjungi kantor camat. 5 Kesimpulan 1. Mayoritas kepala rumah tangga adalah laki-laik baik responden RT-PM (89%) dan RT-BPM (100%). 2. Mata pencaharian utama RT-PM adalah perikanan tangkap (39%) berupa udang, dan perikanan budidaya (22%) berupa ikan bandeng dan udang 13

windu. Sedangkan mata pencaharian utama RT-BPM adalah perikanan tangkap (94%) berupa ikan karang dan pelagis kecil. 3. Sebagian besar produk perikanan yang diproduksi oleh RT-PM dijual ke perusahaan ekspor, rumah makan dan pasar tradisional. Untuk RT-BPM dipasarkan hanya di pasar lokal. RT-PM dan RT-BPM memiliki kontrak hanya sebagian kecil (11%) yang memiliki kontrak. 4. Sebagian besar RT-PM (89%) dan RT-BPM (89%) mampu menyediakan makanan 3 kali sehari. 5. Sebagian kecil RT-PM (17%) memiliki akses terhadap akses dan lahan budidaya, sedangkan RT-BPM tidak ada yang memiliki akses sumberdaya dan lahan budidaya. 6. Sekitar 56% RT-PM berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelatihan dan merasa cukup puas dengan kegiatan CCDP. 7. Sumber pinjaman dominan untuk RT-PM (44%) dan RT-BPM (17%) berasal dari lembaga informal. Sebagian besar RT-PM (33%) yang mempunyai pinjaman, menggunakan uang pinjaman tersebut untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan sedangkan pada RT-BPM (17%) menggunakan uang pinjamannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Sebanyak 33% RT-PM menyatakan belum melunasi pinjaman dan segera melunasinya dan 11% RT-BPM telah melunasi pinjaman mereka. Sebanyak 72% RT-PM dan 100% RT-BPM tidak mengalami perubahan dalam akses keuangan jika dibandingkan dengan 12 bulan terkahir. 8. Sebagain kecil (44%) RT-PM mempunyai sumber pendapatan tunai dan sebagian besar RT-BPM (83%) memiliki sumber pendapatan tunai. Selain itu mereka juga memiliki sumber pendapatan lain dari usaha non perikanan seperti buruh, pedagang (kios), dan penjual barang bekas. Kebanyakan usaha non perikanan tersebut tidak memiliki tenaga kerja lain. 9. Keterlibatan wanita dalam program CCDP sebanyak 61%, semuanya terlibat pada kelompok kerja desa. Sebagian besar (63%) wanita RT -PM pernah berkunjung ke kantor camat, namun 39% dari mereka yang mengetahui nama camat. 6 Rekomendasi 1. Penentuan responden antara RT-PM dan RT-BPM (sebagai kontrol) sebaiknya berdasarkan kriteria yang setara, misalnya desa RT-PM dan RT-BPM sama-sama nelayan tangkap untuk memudahkan analisis 14

dampak bantuan CCDP terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. 2. Bagi RT-PM yang kesulitan mengakses lahan budidaya sebaiknya dilakukan usaha pendampingan dan pelatihan mengenai alternatif usaha lain seperti pengolahan hasil perikanan. 3. Program CCDP diharapkan dapat memfasilitasi RT-PM dalam memperoleh kemudahan kredit dari lembaga keuangan formal atau lembaga keuangan mikro. 4. Bantuan dana dari CCDP perlu dilengkapi dengan aturan yang jelas untuk menghindari penyalahgunaan dana. 5. Untuk menarik minat wanita terlibat dalam program CCDP sebaiknya dilakukan sosialisasi tujuan program secara mendalam kepada kelompok wanita. 15

Lampiran 1.Daftar Desa dengan jumlah penerima manfaat dan bukan penerima manfaat. a. Daftar desa penerima manfaat dan responden No Desa Penerima Manfaat Responden ID Responden 1 Cambayya Hasri 0801A Daeng Ngawi 0802A Rahman 0803A Muh. Amir Hamir 0804A Suardi Jeladi 0805A Darman 0806A Rudi 0807A Darwis 0808A Mami 0809A 2 Lakkang Jafri 0810A H. Bado Rahim 0811A Basri Main 0812A Bunga Lia 0813A Syamsu Alam 0814A Daeng Sembang 0815A Rahmatia 0816A Fatahuddin 0817A Amir 0818A b. Daftar desa bukan penerima manfaat dan responden No Desa bukan Penerima Manfaat Responden ID Responden 1 Pulau Lae-Lae Kadir 0801B Daeng Situju 0802B Syamsul Alam 0803B Syainuddin 0804B Alex 0805B Arifin 0806B Daeng Gassing 0807B Daeng Ganna 0808B Rani Daeng Bella 0809B 2 Pulau Barrang Lompo Arsyad Daeng Gau 0810B Daeng Tayye 0811B Mu'Ding 0812B Rahman 0813B Daeng Sama 0814B Burtala 0815B Daeng Tarru 0816B Daeng Tuju 0817B Daeng Mumba 0818B 16