BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

- 1 PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Logistik. Bantuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

PEMETAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LOGISTIK DALAMPENANGGULANGANBENCANADIINDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Powered by TCPDF (

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

MITIGASI BENCANA BENCANA :

PENGELOLAAN BANTUAN LOGISTIK PADA STATUS KEADAAN DARURAT BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

Dalam Memperkuat Struktur Bangunan Sekolah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,262,024, BELANJA LANGSUNG 9,414,335,000.00

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KORBAN BENCANA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENGADAAN, PENGELOLAAN, DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

No. 1418, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Penghapusan. Pedoman.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun manusia. Potensi bencana yang disebabkan faktor alam seperti gempa bumi dan tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan angin puting beliung. Bencana yang disebabkan faktor non alam maupun faktor manusia diantaranya kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, serta bencana sosial yang berupa konflik sosial. Dampak bencana yang terjadi telah banyak menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan rusaknya prasarana dan sarana publik, serta dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Sementara itu, waktu untuk bereaksi sangat singkat, sedangkan faktor-faktor risiko sangat tinggi. Penundaan terhadap respon darurat khususnya distribusi bantuan logistik yang tidak lancar dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi korban bencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya dalam Pasal 6 dan Pasal 8 telah mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, yang antara lain adalah memberikan perlindungan pada masyarakat dari dampak bencana, dan pemulihan 1

kondisi dari dampak bencana, termasuk di dalamnya adalah bantuan logistik pada saat status keadaan darurat. Pengelolaan bantuan logistik dilakukan pada status keadaan darurat dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan sesuai dengan penjelasan pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pengelolaan bantuan logistik pada status keadaan darurat adalah suatu kegiatan terpadu dalam mengelola barang bantuan penanggulangan bencana. Pendekatan terpadu tersebut mencakup antara lain dalam pencarian sumber, pengadaan logistik, penjaminan kualitas, pengemasan, pengiriman pengangkutan, penyimpanan di gudang dan pengelolaan persediaan logistik. Kegiatan ini banyak melibatkan pelaku yang melakukan berbeda aktivitas. Oleh karena itu, setiap pelaku harus terkoordinasi ditetapkan pengelolaannya dan dilakukan pemantauan yang tepat untuk memastikan bahwa semua bantuan dijaga hingga bantuan tersebut didistribusikan kepada penerima di tingkat rumah tangga (kepala keluarga). Dalam operasi darurat bantuan logistik diperlukan untuk mendukung organisasi dan pelaksanaan operasi status keadaan darurat dengan tujuan memastikan ketepatan waktu dan efisiensi. Dukungan bantuan logistik harus tepat waktu, tepat lokasi, tepat sasaran, tepat kualitas, tepat kuantitas dan sesuai kebutuhan. Salah satu unsur penting yang harus diperhatikan adalah pengelolaan bantuan logistik harus dilakukan secara efektif dan efisien pada saat status keadaan darurat bencana. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu 2

disusun pedoman pengelolaan bantuan logistik pada masa status keadaan darurat bencana. Menurut Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajeman Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana, pengertian logistik adalah segala sesuatu yang berwujud dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri dari sandang, pangan, dan papan atau turunannya. Termasuk dalam kategori logistik adalah barang habis pakai atau dikonsumsi, misalnya sembilan bahan pokok (sembako), obat -obatan, pakaian dan kelengkapan, air, tenda, jas tidur dan sebagainya. Pujiono (2006) mengemukakan pada dasarnya penanggulangan bencana muncul dari keyakinan bahwa hidup manusia pada hakekatnya adalah sangat berharga. Ditempatkannya hidup dan kehidupan sebagai hak dasar setiap manusia mempunyai implikasi bahwa semua langkah penanggulangan bencana harus diambil demi mencegah atau meringankan penderitaan manusia baik yang diakibatkan oleh konflik maupun bencana. Rokan Hulu merupakan Kabupaten di Provinsi Riau yang terletak di Barat Laut Pulau Sumatra. Kabupaten Rokan Hulu berada pada ketinggian 70-86 Meter dari permukaan laut. Disebelah Barat Kabupaten mempunyai kontur tanah yang bergelombang yang merupakan bagian pegunungan Bukit Barisan sedangkan sebagian besar lainnya merupakan daerah rendah yang subur, terdapat beberapa sungai, dua diantaranya adalah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Rokan 3

Kanan dan Sungai Rokan Kiri. Selain sungai besar tersebut, terdapat juga sungaisungai kecil antara lain Sungai Tapung, Sungai Dantau, Sungai Ngaso, Sungai Batang Lubuh, Sungai Batang Sosa, Sungai Batang Kumu, Sungai Duo (Langkut), dan lain-lain. Kabupaten Rokan Hulu tergolong daerah beriklim trofis dengan temperatur udara berkisar antara 22 0-31 0 C, terdapat dua musim yaitu Musim Hujan dan Musim Kemarau. Musim kemarau pada umumnya terjadi antara bulan Maret sampai dengan Agustus sedangkan musim hujan terjadi bulan September sampai dengan Januari. Pada bulan Februari tahun 2013, terjadi banjir dengan korban banjir mencapai 7.533 KK, 37.665 Jiwa, dan merendam 12 kecamatan yaitu Rambah, Rambah Hilir, Bangun Purba, Rambah Samo, Kepenuhan Hulu, Kepenuhan, Bonai Darussalam, Kuntodarussalam, Pagaran Tapah Darussalam, Ujung Batu, Rokan IV Koto, dan Tambusai. Tabel 1.1 Jumlah korban akibat banjir yang terjadi pada bulan Februari tahun 2013 di Kabupaten Rokan Hulu. No Kerugian yang diakibatkan oleh banjir Jumlah 1 Korban Jiwa 1 Orang 2 Rumah terendam akibat banjir 7.622 Unit 3 Rumah rusak berat akibat banjir 2 Unit 4 Rumah rusak ringan akibat banjir 12 Unit 5 Mengungsi 15.613 Jiwa Sumber : Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Rokan Hulu. Karena letak daerahnya yang rendah serta memiliki sungai besar, Kabupaten Rokan Hulu, khusus nya di daerah Kecamatan Rambah sering terjadi 4

banjir. Fenomena yang terjadi di akibatkan curah air hujan yang meningkat akibat transisinya musim hujan ke musim kemarau, dan puncaknya curah hujan tinggi menyebabkan meluapnya air sungai batang lubuh yang berada tepat melintasi daerah kecamatan Rambah, kabupaten Rokan Hulu. Dari 16 Kecamatan yang ada dikabupaten Rokan Hulu, 12 Kecamatan terendam banjir, yang bisa dilewati dengan jalur darat hanya 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Rambah dan Kecamatan tambusai. Selebihnya dalam pendistribusian bantuan logistik banjir melewati jalur sungai dengan menggunakan transportasi perahu karet. Tabel 1.2 Jumlah bantuan logistik yang di distribusikan pada banjir tanggal 15-19 Februari 2013 di Kabupaten Rokan Hulu. No Jenis bantuan Jumlah 1 Beras 29.270 kg 2 Mie Instan 20.745 Bks 3 Sarden 5.751 Klg 4 Minyak Goreng 876 Kg 5 Biscuit 224 paket 6 Tenda Biru 3 buah Sumber : Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Rokan Hulu. Dengan demikian, maka proses penanggulangan bencana ini tentunya memerlukan pengelolaan yang baik dan efektif. Pertimbangan tingkat pemenuhan barang yang dibutuhkan akan menjadi variabel terpenting dalam pemenuhan kebutuhan di lokasi bencana. Peran sistem informasi menjadi sangat penting agar aktivitas tanggap darurat dan penanggulang bencana yang meliputi aktivitas, pengiriman barang seperti obat-obatan dan tenaga medis, peralatan penyelamatan khusus dan tim penyelamatan, serta makanan dan minuman kepusat distribusi 5

daerah yang terkena bencana dapat dilakukan dengan secepat dan setepat mungkin. Tabel 1.3 Standaritas pembagian bantuan berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. No Jenis bantuan Jumlah 1 Beras 5 Kg per KK 2 Mie Instan 5 Bungkus per KK 3 Sarden 1 Kaleng per KK 4 Minyak Goreng ½ Kg per KK Sumber : Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Rokan Hulu. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan sistem informasi manajemen logistik dalam penanggulangan bencana. Hasil yang diperoleh pada tahap pemetaan ini akan menjadi dasar untuk merancang pelaksanaan informasi logistik penanggulangan bencana. Keterlambatan dalam penanganan bencana banjir terlihat belum adanya tindakan yang diharapkan oleh masyarakat. Dimana pemberian barang bantuan logistik tidak merata kelokasi banjir, pemberian bantuan ada yang dilaksanakan pada waktu terjadi bencana banjir, kemudian ada yang dilaksanakan pasca bencana banjir dan ada juga daerah yang tidak mendapatkan bantuan (Lampiran 1). Pendistribusian bantuan juga terkendala dikarenakan kurangnya tim pendistribusian barang logistik ke lokasi banjir dan pasokan yang belum mencukupi sesuai kebutuhan masyarakat. Ini menjadikan keterlambatan dan bantuan yang diterima oleh masyarakat tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (lampiran 2). 6

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ANALISIS PENYELENGGARAAN BANTUAN LOGISTIK PADA BENCANA ALAM DIKECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendistribusian bantuan logistik bencana alam pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Rokan Hulu, maka dapat ditarik rumusan penelitian yaitu : a. Bagaimana pelaksanaan pendistribusian bantuan Logistik di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi? b. Apa saja hambatan dalam pendistribusian bantuan logistik pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi? 1.3 Tujuan penelitian Maksud dari penelitian adalah untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan memberikan bukti empiris mengenai pendistribusian bantuan logistik bencana alam pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Rokan Hulu. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 7

a. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan pendistribusian bantuan Logistik di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. b. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam pendistribusian bantuan logistik pada dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat-manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat ilmiah Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan atau dapat menjadikan tambahan asupan ilmu tentang pendistribusian bantuan logistik pada bencana alam dikabupaten Rokan Hulu pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. b. Manfaat praktis Sebagai sumber informasi tentang pendistribusian bantuan logistik pada bencana alam dikabupaten Rokan Hulu pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. c. Manfaat bagi penulis Dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliahan dalam dunia kerja yang sesungguhnya. 8

1.5 Batasan penelitian Penelitian ini menganalisis pelaksanaan pendistribusian bantuan logistik bencana alam banjir di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran secara umum dari penulisan ini, penulis membaginya kedalam enam bab sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian serta sistematika penelitian BAB II : Landasan Teori Merupakan bab yang berisikan tentang beberapa teori yang melandasi penulisan ini, yaitu tentang teori pembangunan, teori distribusi, logistik, defenisi konsep, konsep operasional, dan variabel penelitian. BAB III : Metodelogi Penelitian Bab ini digunakan untuk menguraikan waktu dan lokasi penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, dan analisa data. BAB IV : Gambaran Umum Penelitian 9

Bab ini berisikan tentang sejarah objek penelitian, dan aktifitas objek penelitian BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan Merupakan bab yang berisikan tentang uraian pelaksanaan pendistribusian bantuan logistik bencana alam di Kabupaten Rokan Hulu. BAB VI : Kesimpulan dan saran Merupakan suatu bab penutup dan penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran. 10