PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG (POKJA SANITASI 2010)

dokumen-dokumen yang mirip
Skor Bedasarakan Data sekunder

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI. 5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG (POKJA SANITASI 2010) BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V. INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB IV Strategi keberlanjutan layanan sanitasi

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

5.1. Area Beresiko Sanitasi

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KABUPATEN MADIUN

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

IV.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JADWAL DAN TEMPAT TES CALON ANGGOTA PPK DAN CALON ANGGOTA PPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2018

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah. sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia.

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

Buku Strategi Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan 1

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

Transkripsi:

5.1 AREA BERESIKO TINGGI DAN PERMASALAHAN UTAMA Pemetaan area beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi area berdasarkan resiko sanitasi. Dari semua wilayah (129 desa dan 19 kelurahan) di Kabupaten Buleleng maka disepakati 26 Desa/Kelurahan yang kondisi sanitasinya berpotensi menimbulkan resiko sanitasi. 26 Desa/Kelurahan yang dipilih berlokasi di Kecamatan Buleleng sebanyak 20 Desa/Kelurahan, Kecamatan Gerokgak sebanyak 1 Desa, Kecamatan Sawan sebanyak 2 Desa dan Kecamatan Seririt sebanyak 3 Desa/Kelurahan. 26 Desa/Kelurahan ini akan dinilai tingkat resiko sanitasinya (resiko tinggi, sedang, menengah dan resiko rendah) berdasarkan persepsi SKPD, Data Sekunder dan berdasarkan Data EHRA. Hasil akhir penilaian terhadap area berisiko untuk Kabupaten Buleleng telah ditetapkan oleh Pokja setelah dilakukan serangkaian observasi (kunjungan lapangan) pada wilayah-wilayah yang dinilai berisiko sangat buruk. Hasil akhir menetapkan 4 kelurahan/desa yang mempunyai resiko sangat tinggi, yaitu 3 Kelurahan berada di Kecamatan Buleleng dan 1 Desa berada di Kelurahan Seririt Kelurahan/desa tersebut adalah Kelurahan Kampung Anyar, Kampung Bugis dan Kampung Baru dan Desa Pengastulan. Lebih jelasnya area beresiko di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -1

Tabel 5.1 Area Beresiko di Kabupaten Buleleng No Kecamatan/ Desa/Kelurahan Skor berdasarkan Persepsi SKPD Skor berdasarkan Data Sekunder Skor berdasarkan Data EHRA Skor yang disepakati Skor Hasil Kunjungan Lapangan I Kecamatan Buleleng 1. Anturan 2 3 2 2,33 2 2 2. Pemaron 2 3 1 2,00 2 2 3. Baktiseraga 1 2 1 1,33 1 1 4. Banyuasri 2 3 1 2,00 2 2 5. Banjar Tegal 2 3 1 2,00 2 2 6. Paket Agung 1 2 1 1,33 1 1 7. Beratan 1 2 2 1,67 2 2 8. Liligundi 1 2 1 1,33 1 1 9. Kp Singaraja 3 3 1 2,33 2 3 10. Kendran 2 3 2 2,33 2 2 11. Astina 2 2 1 1,67 2 2 12. Banjar Jawa 2 3 1 2,00 2 2 13. Banjar Bali 3 3 2 2,67 3 3 14. Kp Kajanan 3 3 1 2,33 2 2 15. Kaliuntu 3 3 1 2,33 2 2 16. Kampung Anyar 4 4 3 3,67 4 4 17. Kampung Bugis 4 4 1 3,00 4 4 18. Kampung Baru 4 3 2 3,00 4 4 19. Banyuning 2 3 4 3,00 4 3 20. Penarukan 2 3 1 2,00 2 2 II Kecamatan Gerokgak 21. Celukan Bawang 3 3 2 2,67 3 3 III Kecamatan Sawan. 22. Kerobokan 1 3 4 2,67 3 3 23. Sangsit 2 2 4 2,67 3 3 IV Kecamatan Seririt. 24. Bubunan 2 3 4 3,00 4 3 25. Seririt 3 3 2 2,67 3 3 26. Pengastulan 3 3 3 3,00 4 4 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010 Ket : Score 4 : resiko sanitasi tinggi Score 3 : resiko sanitasi sedang Score 2 : resiko sanitasi rendah Score 1 : resiko sanitasi sangat rendah BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -2

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V-3

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -4

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V-5

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -6

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -7

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -8

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -9

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -10

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -11

Untuk menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan, seluruh kelurahan diklasifikasikan berdasarkan area urban, peri-urban dan rural. Saat ini belum ada standar yang membedakan area urban dari peri urban dan area rural. Sebuah dokumen terakhir dari World Bank Policy Research Paper mengusulkan definisi operasional dari rurality dapat didasarkan kepadatan populasi. Berdasarkan Modul Manual Pengembangan Strategi Sanitasi Perkotaan 2010, maka kepadatan kelurahan/desa akan dikategorikan sebagai berikut: Rural : 25 orang/ha Peri-urban : > 25 - < 100 orang/ha Urban-low : 100 - < 175 orang/ha Urban-medium : 175 250 orang/ha Urban- high : 250 orang/ha Kelurahan dengan kepadatan penduduk 25 orang/ha mempunyai ciri-ciri rural seperti yang ditemukan di beberapa kota kecil dan sedang seperti di Kabupaten Buleleng. Di Kabupaten Buleleng juga tidak ditemukan urban-medium dan urban-high karena Kabupaten Buleleng termasuk dalam Kota Sedang. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan rencana tata ruang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2010-2030 untuk mendapatkan hasil akhir klasifikasi tiap kelurahan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2010-2030 maka dapat dilihat klasifikasi tiap wilayah tersebut berdasarkan fungsi sistem perkotaan, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor impor yang mendukung PKN; pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. b. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecambatan; dan/atau sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -12

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan kategori tersebut maka klasifikasi desa/kelurahan di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5.2 Klasifikasi Kelurahan/Desa di Kabupaten Buleleng Klasifikasi No. Desa/Kelurahan Urban Peri-Urban Rural Fungsi Kota Kepadatan (orang/ha) A Kecamatan Buleleng 1 Anturan 20 PPKp 2 Pemaron 26 PPL 3 Baktiseraga 27 PKW 4 Banyuasri 32 PKW 5 Banjar Tegal 49 PKW 6 Paket Agung 26 PKW 7 Beratan 44 PKW 8 Liligundi 30 PKW 9 Kampung Singaraja 34 PKW 10 Kendran 32 PKW 11 Astina 98 PKW 12 Banjar Jawa 58 PKW 13 Banjar Bali 40 PKW 14 Kampung Kajanan 81 PKW 15 Kaliuntu 48 PKW 16 Kampung Anyar 152 PKW 17 Kampung Bugis 111 PKW 18 Kampung Baru 53 PKW 19 Banyuning 25 PKW 20 Penarukan 27 PKW B Kecamatan Gerokgak 1 Celukanbawang 10 PPKp C Kecamatan Seririt 1 Bubunan 14 PKL 2 Seririt 31 PKL 3 Pengastulan 19 PKL D Kecamatan Sawan 1 Kerobokan 11 PKW 2 Sangsit 27 PPL Sumber: Hasil Perhitungan dan RTRW Kab. Buleleng, 2010-2030 Ket: PPKp (PPK Promosi) : disiapkan untuk menjadi PPK. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -13

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -14

5.2 KAJIAN DAN OPSI PARTISIPASI MASYARAKAT, JENDER DAN KEMISKINAN DI AREA PRIORITAS Pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan dengan kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat sebagai sumberdaya pembangunan agar : 1. Mampu mengenali permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan dan menolong diri dan keluarganya menuju keadaan yang lebih baik. 2. Mampu mengenali, menggali dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan diri dan kelompoknya. 3. Mampu mengeksistensikan diri dan kehendaknya secara jelas dan mandapatkan manfaat dari padanya. Masyarakat di suatu wilayah baik kelurahan maupun desa mempunyai posisi penting dalam pengelolaan sanitasi namun sebagian besar partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang merata dari pemerintah. Pembangunan sanitasi seringkali mengabaikan kepentingan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (miskin). Demikian juga dengan aspek kesetaraan jender. Kita seringkali tidak memasukkan aspek ini dalam proses pengambilan keputusan. Pengabaian aspek jender dalam perencanaan, implementasi, dan pengawasan/pemantauan pembangunan fasilitas sanitasi seringkali menimbulkan ketimpangan penyediaan layanan bagi kelompok perempuan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi mengenai partisipasi masyarakat dan peranan jender dalam pengelolaan sanitasi baik dalam skala kabupaten maupun skala nasional. Pemberdayaan Masyarakat dengan pelibatan Jender dan Kemiskinan (PMJK) adalah penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat yang tanggap terhadap kebutuhan (Demand Responsive Approach) dan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi alat partisipatif untuk semua tingkatan yang juga memperkenalkan pentingnya aspek jender dan keberpihakan pada kaum miskin serta memberikan analisa yang holistik dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang ada di tingkat masyarakat. Studi ini melibatkan masyarakat sebagai subyek secara langsung dan partisipatif akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel di butuhkan data informasi yang valid pula. Untuk itu perlu berbagai sumber data melalui survey dan observasi langsung yang terencana dan komperensif terhadap kondisi partisipasi masyarakat dan jender serta kemiskinan dalam penanganan sistem sanitasi di kabupaten serta prospek BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -15

pengembangannya di masa depan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali pengolahan sanitasi rumah tangga dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program kegiatan secara mandiri. Studi tentang Partisipasi Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK) dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang program/proyek/layanan apa yang sudah terkait sanitasi dan higiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan oleh: a. Dinas-dinas, program dan layanan yang ada b. LSM lokal, c. Kelurahan, Kecamatan dan kelompok masyarakat (misalnya kegiatan atas inisiatif masyarkat sendiri, dan d. Sektor swasta baik formal maupun informal. Sedangkan manfaat studi PMJK untuk Program Pembangunan Sanitasi adalah : a. Terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah, baik laki-laki dan perempuan mengetahui kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan. b. Munculnya kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin yang disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi. c. Teridentifikasinya desa/kelurahan yang berpotensi untuk pelaksanaan program sanitasi yang berkelanjutan yang berbasis masyarakat. d. Hasil survey digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten dan Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten. Metode yang digunakan dalam studi PMJK yaitu: a. Pembentukan Tim Pelaksana Penilaian Sanitasi - ahli di bidang PMJK dan aspek higiene dari anggota Pokja Kota. b. Tim menentukan kriteria penilaian Inventarisasi Daftar Panjang proyek/program/layanan yang berbasis masyarakat yang telah dilakukan oleh Pemerintah, LSM, CBO (Community-based Organization) dan masyarakat untuk sub sektor air limbah, sampah, drainase, sanitasi sekolah dan promosi higiene. c. Tim menyusun Daftar Pendek dengan memilih masing-masing 1 proyek/program/layanan terbaik dan yang dianggap tidak berhasil/gagal dari tiap sub sektor d. Tim melakukan kunjungan lapangan ke lokasi dari Daftar Pendek identifikasi apa yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, dimana, dengan cara apa dan apa BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -16

pengaruh umumnya melalui observasitransectwalk, wawancara semi struktural, FGD, dokumentasi foto dan video. e. Menganalisa data hasil dengan memperhatikan bagaimana pelaksanaan PMJK dan aspek higiene, tingkat keberhasilan dan keberlanjutan, serta dianalisa pula sumberdaya manusia dan keuangan yang ada. f. Hasil analisa dibahas dalam rapat Pokja untuk meminta konsensus untuk rencana replikasi atau scaling up di lokasi lainnya dalam skala kota. Dari hasil analisa studi akan diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada, serta potensial strategi untuk mengatasi masalah terkait PMJK dalam berbagai proyek/program/layanan sanitasi. g. Selanjutnya menuliskan hasil analisa sebagai bagian dalam Buku Putih mengenai PMJK dan Aspek Higiene yang membahas: Dasar pemikiran mengapa proyek dan layanan sanitasi berbasis masyarakat dikaji dan dianalisis terkait tingkat-tingkat pemberdayaan masyarakat dan pelibatan aspek jender dan kemiskinan: apa yang diberikan pada kota dan masyarakatnya Prinsip-prinsip PMJK Penjelasan mengenai pendekatan yang ada dalam berbagai bentuk sistem sanitasi (setempat, terpusat, dengan populasi sementara dll), disertai contoh praktek terbaik dan kegagalan terkait kesetaraan dan keberlanjutan; Sumberdaya manusia dan keuangan serta kemampuan/potensi untuk direplikasi dan perluasan layanan. Implikasi utama dan pembelajaran yang dapat ditarik untuk sanitasi skala kota layanan sanitasi berbasis masyarakat dengan PMJK termasuk aspek higiene. Dari studi yang dilakukan terhadap proyek/program kegiatan dari Pemerintah Kabupaten dengan mengambil sample kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), komposting (TPST), dan PNPM Mandiri terdapat indikasi permasalahan dan opsi pengembangan yang terkait PMJK. Dari hasil observasi dan survey PMJK di wilayah Kelurahan/Desa yang termasuk area yang beresiko tinggi yang melibatkan masyarakat dapat diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil Temuan dan Analisa Survei PMJK pada Area Beresiko No. Topik Temuan dan Analisa 1. Tingkat Keberhasilan 1. Bantuan ke masyarakat yang berhubungan dengan Pembangunan sanitasi seperti Program Sanimas, PNPM-Mandiri dan TPST. 2. Pada umumnya masyarakat (laki-laki dan perempuan) sudah ada terlibat dalam pelaksanaan pembangunan program ini karena program ini bernuasa pemberdayaan masyarkat. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -17

No. Topik Temuan dan Analisa 2. Kemauan Berpartisipasi 1. partisipasi masyarakat dilibatkan dari awal kegiatan sampai pada proses pelaksanaan 2. masyarakat sudah berkontribusi dalam bentuk tenaga kerja, material, dan uang tunai. 3. Kontribusi masyarakat tetap diikutsertakan bahkan sampai ke tahap pengelolaan dengan pembentukan Kelompok- Kelompok Masyarakat (Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM. 3. Siapa Yang Melakukan 1. Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga seperti dalam mengurus masalah keuangan. 2. Sudah ada pembagian tugas dan bertukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiatan di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. Pembagian tugas tetap ada walaupun fungsi laki-laki lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan fisik sanitasi. Sumber: Hasil Analisa, 2010 Partisipasi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dalam pembangunan saluran drainase (PNPM Mandiri Perdesaan) 5.3 KOMUNIKASI UNTUK PENINGKATAN KEPEDULIAN SANITASI Studi media merupakan salah satu studi yang dilakukan pokja sanitasi Kabupaten Buleleng dalam rangka melengkapi data untuk menyusun Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buleleng. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buleleng merupakan rangkaian kondisi eksisting Sanitasi Kabupaten diharapkan dapat menyediakan semua informasi mengenali Kabupaten termasuk mengenali media yang ada di Kabupaten termasuk di dalamnya preferensi media masyarakat. Studi media dilakukan dengan tujuan : Mengetahui kapasitas Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam menyelenggarakan kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan masalah sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu - isu yang diangkat, masyarakat yang di sasar, dan lain-lain. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -18

Mengetahui pandangan media masa terhadap isu isu sanitasi dan sesuatu yang diangkat oleh Pemkab serta kerjasama dengan media masa. Mengetahui informasi yang diperoleh masyarakat yang berkaitan dengan isu isu kesehatan dan sanitasi. Mendapatkan informasi dari media masa yang berkaitan dengan isu isu sanitasi dan informasi lainnya yang menjadi saluran komunikasi. Adapun manfaat hasil studi ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi. 2. Sebagai dasar perencanaan media massa untuk menyampaikan informasi tentang kampanye sanitasi. 3. Sebagai media belajar bagi Pokja Sanitasi Kabupaten untuk kegiatan sejenis di waktuwaktu mendatang. Adapun Informasi yang ingin di ketahui di survey ini adalah : 1. Isu-isu yang menarik bagi masyarakat miskin dan kepeduliannya terutama mengenali sanitasi dan kesehatan lingkungan. 2. Kegiatan kemasyarakatan sehubungan dengan sanitasi yang ada di lingkungan. Berikut hasil pemetaan yang dilakukan oleh pokja sanitasi Kabupaten Buleleng: 1. Pesan kunci pembangunan dan kebijakan terkait sanitasi yang ada di Kabupaten Buleleng yaitu : a. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP): - Buang sampah pada tempatnya - Pengolahan sampah 3R (Reuse, Reduce, Recycle) Pemilahan Sampah. b. Dinas Kesehatan (Diskes) : - 3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur) - Jangan BAB Sembarangan 2. Saluran-saluran komunikasi (media) untuk kegiatan advokasi, mobilisasi sosial, dan komunikasi (sosialisasi) program pembangunan dan kebijakan pemerintah yaitu melalui radio dan brosur. Di Kabupaten Buleleng terdapat beberapa media massa lokal dan nasional termasuk didalamnya radio dan media cetak yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Buleleng yaitu: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -19

Media Cetak Media Nasional: Media Lokal : 1. Jawa Post 1. Bali Post 2. Kompas 2. Nusa Bali 3. Tokoh 3. Radar Bali 4. Majalah Nyata 4. Singaraja Post Media Elektronik (televisi) Media Nasional: 1. RCTI 2. SCTV 3. TV One 4. Trans TV 5. Trans 7 6. Global TV 7. AN TV 8. TPI 9. Metro TV 10. Indosiar 11. TVRI Media Lokal: 1. Bali TV Media Elektronik (radio) Media Lokal: 1. RRI Singaraja 2. Singaraja FM 3. Pesona Bali 4. Guntur FM 5. Labarong 6. DC Radio 7. Suara Cemerlang FM 8. Exson Radio BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -20

5.4 KETERLIBATAN SEKTOR SWASTA DALAM LAYANAN SANITASI Di Kabupaten Buleleng terdapat 11 pengusaha pengepul/penampungan barang bekas yang sangat membantu dalam penanganan masalah sampah, disamping mendapat untung juga membuka lapangan kerja karena memanfaatkan tenaga. Tenaga pemulung/pengeser yang mencari barang bekas ke wilayah pedesaan dan di tempattempat pembuangan sampah, sampah dipilih dan di jual ke pengepul. Adapun beberapa pengusaha yang berhasil diidentifikasi dan diwawancarai adalah: 1. Nama Pengusaha Daur Ulang: M Latif Mulai berusaha sejak tahun 2004 Memiliki 21 karyawan, terdiri dari karyawan tetap (tenaga transportasi dan teknisi) dan tenaga borongan (pemilah dan pencacah plastik), tenaga penyeser 15 orang. Membeli barang bekas dari wilayah kota/kabupaten dan luar kota pemasok tetap (pengepul lebih kecil). Penjualan: diambil oleh pembeli dari Kota/Kabupaten Banyuwangi atau pun Kota Surabaya. Perkiraan volume usaha saat ini: No. Jenis Barang Bekas Volume rata-rata Harga Beli Harga Jual per bulan (ton) Rp/Kg Rp/Kg 1. Plastik (cacahan) 4,3 2.100 5.000 2. Kertas 10,3 1.000 1.200 3. Logam: Besi Non Besi 3,3 21.250 25.000 2. Nama Pengusaha Daur Ulang: Salim Jaya Mulai berusaha sejak tahun 2002 Memiliki 11 karyawan, terdiri dari karyawan tetap (tenaga transportasi dan teknisi) dan tenaga borongan (pemilah dan pencacah plastik) tenaga penyeser 22 orang. Membeli barang bekas dari wilayah kota/kabupaten dan luar kota pemasok tetap (pengepul lebih kecil) Penjualan: diambil oleh pembeli dari Kabupten Banyuwangi dan Kota Surabaya. Perkiraan volume usaha saat ini: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -21

Volume rata-rata Harga Beli Harga Jual No. Jenis Barang Bekas per bulan (ton) Rp/Kg Rp/Kg 1. Plastik (cacahan) 34,5 2.100 5.000 2. Kertas 65,4 750 900 3. Logam: Besi Non Besi 39,5 0,2 2.700 20.000 3.000 23.000 3. Nama Pengusaha Daur Ulang: Tarik Mulai berusaha sejak tahun 1990 Memiliki 5 karyawan, terdiri dari karyawan tetap (tenaga transportasi dan teknisi) dan tenaga borongan (pemilah dan pencacah plastik)tenaga penyeser 15 orang. Membeli barang bekas dari wilayah kota/kabupaten dan luar kota pemasok tetap (pengepul lebih kecil) Penjualan: diambil oleh pembeli dari Kabupaten Banyuwangi dan Kota Surabaya. Perkiraan volume usaha saat ini: Volume rata-rata Harga Beli Harga Jual No. Jenis Barang Bekas per bulan (ton) Rp/Kg Rp/Kg 1. Plastik (cacahan) 10,65 2.000 5.000 2. Kertas 9,3 750 1.200 3. Logam: Besi Non Besi 3 20.000 25.000 4. Nama Pengusaha Daur Ulang: Salim Jaya 2 Mulai berusaha sejak tahun 2009 Memiliki 21 karyawan, terdiri dari karyawan tetap (tenaga transportasi dan teknisi) dan tenaga borongan (pemilah dan pencacah plastik) tenaga penyeser 15 orang. Membeli barang bekas dari wilayah kota/kabupaten dan luar kota pemasok tetap (pengepul lebih kecil) Penjualan: diambil oleh pembeli dari Kabupaten Banyuwangi dan Kota Surabaya. Perkiraan volume usaha saat ini: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -22

Volume rata-rata Harga Beli Harga Jual No. Jenis Barang Bekas per bulan (ton) Rp/Kg Rp/Kg 1. Plastik (cacahan) 30 2.100 5.000 2. Kertas 35 750 900 3. Logam: Besi Non Besi 20 0,1 2.700 20.000 3.000 25.000 Adapun Pengusaha yang sudah mempunyai ijin usaha adalah : 1. Salim Jaya dan Salim Jaya 2 2. M. Latif lokasi di kelurahan Penarukan dekat terminal. Kendala yang dihadapi adalah masalah permodalan. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -23

Sumber Sampah PERUMAHAN PASAR City KOMESIAL JALAN / FASILITAS UMUM 1.950,72 m³ per hari Pemulung Logam Pemulung Plastik Pemulung Kertas Penampung limbah besi/logam: 5.175 kg / hr Penampung limbah plastik: 3.285 kg / hr Penampung besar/ Pabrik daur ulang Plastik: Surabaya Banyuwangi TPS BAK SAMPAH CONTAINER 308,34 m³ per hari TPA Usaha konversi sampah organik jadi kompos: 16.518,62 per tahun Pihak/ komponen lain yang mengurangi volume sampah: 11.190 kg / hr Penampung limbah kertas: 2.730 kg / hari Konsumen Kompos Penampung besar/ Pabrik daur ulang kertas: Surabaya Banyuwangi BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG 2010-2014 V -24