ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
128 Universitas Indonesia

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

1 Universitas Indonesia

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

Ajeng Wulan Apriyanti 1 Ridwan Zahdi Sjaaf 2

Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

GAMBARAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA SEKOLAH DASAR A DAN SEKOLAH DASAR B BANTEN TAHUN 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

ANALISA SISTEM PENCEGAHAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 TESIS.

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR SEKTOR DAN PUSAT LISTRIK PAYA PASIR PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN TAHUN

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUN PUSTAKA

EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Hasil Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

SKRIPSI PERANCANGAN KEBUTUHAN APAR DAN SARANA PENYELAMAT DIRI PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN.

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL, Tbk SEMARANG

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

MAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Ari Wibisono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

PERANCANGAN SARANA PENYELAMAT DIRI DAN KEBUTUHAN APAR PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN

Branch Exchange) dengan Hunting System.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

STUDI ANALISIS TENTANG KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT.APAC INTI CORPORA SEMARANG 2014

PERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

TINJAUAN PENCEGAHAN KEBAKARAN PADA GEDUNG PARKIR DAN HOTEL BTC JL. DR DJUNJUNAN NO

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

Perancangan Emergency Response Plan di PT E-T-A Indonesia

Analisis Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi dan Sarana Penyelamatan Kebakaran Pada PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang Tahun 2015

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

gedung bioskop berbeda tingkat kerawanannya dibandingkan dengan perumahan. Jika

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

Tika Prasetyani, Sjahrul Meizar Nasri

BAB VI HASIL PENELITIAN

PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Totok Aji Nugroho R

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN DI GEDUNG PT. X JAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI

EVALUASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN (STUDI KASUS : RUSUNAWA UNDIP) Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

Transkripsi:

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 Tri Kurniawan* L. Meily Kurniawidjaja** Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang analisis sistem proteksi aktif, proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran di Gedung Vokasi UI. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran dengan mengacu standar Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Standar National Fire Protection Association, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif melalui observasi dan telaah dokumen yang berada di Gedung Vokasi UI. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran belum seluruhnya memenuhi standar. ABSTRACT This research Analyze application of active and passive protection system and emergency response system of fire at Vokasi UI Building. The purpose of this research is to understand about the compatibility of those system compare with Keputusan Menteri Pekerjaan Umum and National Fire Protection Association, active and passive protection system and emeregency response system of fire. This research use descriptive method through observation and document review. The conclusion of this research is the active and passive protection system and emergency response of fire at Vokasi UI Building has not fully complied the standard. Keywords: Active protection system, passive protection system, emergency response system, NFPA, Keputusan Mentri Pekerjaan Umum PENDAHULUAN Menurut laporan United State Fire Administration (USFA) menyebutkan bahwa antara tahun 2007-2011 rata-rata angka kejadian kebakaran adalah 370.000 kebakaran gedung dengan estimasi kerugian tiap tahun mencapai $ 6.500.000.000. Ratarata 2.480 orang Amerika tewas dan 13.500 orang lainnya mengalami cidera akibat dari

kejadian pada kebakaran gedung. ( http://www.usfa.fema.gov/statistics/estimate s/ index.shtm ). Pembangunan gedung di Indonesia seharusnya memperhatikan segi keselamatan bagi penghuni gedung dan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar gedung. Salah satunya terhadap aspek keselamatan dari bahaya kebakaran gedung. Bahaya kebakaran menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan. Gedung Vokasi UI merupakan salah satu Gedung yang baru didirikan pada tahun 2008, Kampus Vokasi UI terletak di lingkungan kampus Universitas Indonesia yang tepatnya ada di bagian selatan kampus di daerah kukusan kelurahan (kukel). Pada tanggal 21 maret 2013 peneliti melakukan observasi di gedung vokasi dengan cara melakukan wawancara non formal dengan pihak fasilitator gedung vokasi. Hasil wawancara menunjukan masalah sistem proteksi dan tanggap darurat kebakaran, seperti pompa sumber air ternyata mengalami kerusakan dan tidak berfungsi sudah 1 tahun terakhir, otomatis membuat sprinkle di dalam gedung tidak berfungsi serta hydrant yang ada di lingkungan tidak bekerja dengan baik serta alarm kebakaran yang rusak karena terjadi korsleting. Hal yang lainnya adalah tidak adanya tim tanggap darurat dari pihak gedung dan disana tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keadaan darurat. Pernah ada bantuan dari mahasiswa dalam membuat jalur evakuasi namun kurang memadai karena masih belum efektif dan belum adanya pelatihan yang mencakup keseluruhan petugas dan mahasiswa yang berada di lokasi gedung vokasi. TINJAUAN TEORITIS Penelitian ini dilakukan untuk meninjau sistem proteksi kebakaran (aktif, pasif dan tanggap darurat) yang di miliki oleh Gedung Vokasi UI yang kemudian akan dianalisis tiga faktor dominan. Teori penelitian ini mengacu pada NFPA dan Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 (Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan). Sistem proteksi kebakaran adalah setiap perangkat alarm kebakaran atau sistem perangkat APAR atau kombinasinya yang di desain dan di aplikasikan untuk mendeteksi, mengontrol atau memadamkan kebakaran dan juga memperingati pekerja atau

departemen kebakaran bahwa kebakaran telah terjadi. METODE PENELITIAN Tabel 1. Kerangka Konsep INPUT PROSES OUTPUT 1. Sistem proteksi aktif Detektor Alarm Sprinkler Hidrant APAR 2. Sistem proteksi pasif Jalan keluar darurat Tanda petunjuk keluar Pintu darurat Peneran gan darurat Tempat berhimp un 3. Sistem tanggap darurat Penyesuaian dan pengamatan terhadap sistem proteksi yang ada dengan mengacu kepada : - NFPA 10 (APAR) - NFPA 13 (sprinkle) - NFPA 14 (Hidrant) - NFPA 72 (alarm and detector) - NFPA 101 (keadaan darurat) - Kepmen PU No. 10/KPTS/20 00 (Ketentuan Teknis Pengamana n terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan. Penerapan sistem proteksi aktif, proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran sesuai dengan standar yang digunakan dan di ambil 3 faktor yang dibahas secara rinci. Desain penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif melalui observasi lapangan serta melakukan telaah dokumen yang tersedia diperusahaan guna menilai sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di PT. PPLi dibandingkan dengan NFPA 10, 13, 14, 72, 101, dan Kepmen PU No.10/KPTS/2000. Unit yang diteliti meliputi komponen kelengkapan sistem proteksi aktif, yaitu detektor, alarm, sprinkler, hidran dan APAR, sistem proteksi pasif, yaitu jalan keluar darurat dan tempat berhimpun serta sistem tanggap darurat. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara dan observasi dengan menggunakan instrument berupa checklist. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari dokumen perusahaan yang terkait dengan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Penelitian dilakukan di Gedung Vokasi UI yang berlokasi di Kampus Universitas Indonesia Gedung Vokasi, Depok 16425, pada bulan April Juni 2013. Data-data yang telah terkumpul kemudian dikelompokkan dan analisa untuk dibandingkan dengan standar internasinal

maupun standar nasional. Acuan yang digunakan peneliti sebagai pembanding adalah NFPA 10, 13, 14, 72, 101, dan Kepmen PU No.10/KPTS/2000. Data dalam penelitian ini baik data primer maupun data sekunder dari hasil analisa disajikan dalam bentuk teks, tabel dan gambar hasil dokumentasi di lapangan. cadangan listrik tepatnya di daerah parkiran motor. masalah ini timbul berdasarkan observasi dan wawancara terhadap pihak fasilitas adalah karena terjadi kebocoran di mesin pompa air tersebut. bisa di lihat gambar dibawah ini : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil beberapa permasalahan dan membahas secara rinci beberapa faktor yang terkait dengan sistem proteksi aktif dan pasif serta tanggap darurat yang ada di Gedung Vokasi UI, antara lain : 1. Sumber air sebagai pasokan air untuk instalasi hydrant dan sprinkler. 2. Jalur evakuasi keadaan darurat dan tanda petunjuk keluar 3. Titik kumpul atau tempat berhimpun (Assembly Point) 1. Sumber air sebagai pasokan air untuk instalasi hydrant dan sprinkler Permasalahan yang ada di Gedung Vokasi UI adalah tidak berfungsinya Sumber Air yang berada tepat di samping ruangan Gambar 1. Mesin Pompa Air Selain terjadinya kebocoran peniliti juga melihat masih ada kekurangan yang terdapat di ruangan sumber air ini seperti tidak berjalan nya mesin cadangan yang berfungsi sebagai energi listrik cadangan bila terjadi mati listrik dan mesin ini seharusnya memompa air dari sumber air ke berbagai alat sistem proteksi seperti hydrant dan sprinkle. peneliti mendapatkan hal ini ketika

mewawancarai salah satu pihak fasilitas Gedung Vokasi UI. Hal lainnya yang dapat peniliti ambil adalah tidak adanya cadangan akumulator (aki / accu), diruangan ini hanya terdapat 1 (satu) accu yg telah terpasang di mesin listrik. Berdasarkan observasi dan wawancara ruangan sebagai tempat sumber air ini masih banyak kekurangan namun beberapa hal yang sudah baik yaitu tanda panel dan warna pipa telah sesuai dengan standar NFPA dan Kepmen. Dalam wawancara ini pihak fasilitas telah memanggil teknisi untuk memperbaiki pompa agar dapat berfungsi dengan baik dan melakukan perawatan secara berkala. 2. Jalur evakuasi keadaan darurat dan tanda petunjuk keluar Setelah melakukan observasi dan wawancara peneliti melihat adanya hal yang dapat menjadi masalah dalam sistem evakuasi keadaan darurat salah satunya adalah kondisi tangga darurat yang berada di lantai 6 Gedung Vokasi. Tangga ini dalam keadaan kurang baik karena tangga ini memliki keretakan yang cukup signifikan dan bisa menjadi masalah jika terjadi keadaan darurat. gambar dibawah ini adalah tangga yang dimaksud. Gambar 2. Tangga Darurat Pembahasan yang dilakukan peneliti yaitu membantu membuat tanda petunjuk keluar agar memudahkan proses evakuasi. tanda petunjuk keluar ini di letakkan sesuai dengan standar pengamanan, maksudnya tanda petunjuk ini dapat mudah terlihat oleh semua orang dan mudah dimengerti serta dapat terlihat jika dalam keadaan gelap. Penandaan jalur evakuasi berjumlah 27 buah. Penandaan tersebut dipasang di sepanjang jalur menuju titik berkumpul ( assembly point ) yang telah ditentukan. Penandaan tersebut bertujuan untuk memudahkan evakuasi dalam mencari titik berkumpul ( assembly point ). Pemasangan pada dinding tiang bangunan setinggi ratarata tinggi mata orang berdiri. Hal ini dimaksudkan agar orang dapat secara jelas melihat tanda jalur evakuasi saat terjadi bencana. Warna yang digunakan ialah warna dasar hijau dan warna tanda panah putih dengan dikelilingi warna putih di sepanjang

anak panah untuk memperjelas tanda serta tulisan evakuasi berwarna putih. Tinggi tulisan pada penandaan arah evakuasi yaitu 25 mm. Hal ini memenuhi standar penulisan pada penandaan yaitu minimal 20 mm dan warna kontras. (Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor:10/kpts/2000). Panjang dan lebar penandaan untuk yang dipasang di bangunan gedung yaitu 10 x 30 dan dapat terlihat jelas pada jarak 5 m. Penempatan Stiker Jalur evakuasi ini di tempatkan di tiap lantai sampai ke arah pintu darurat, di Gedung Vokasi ini terdapat 6 lantai. tiap lantai peneliti memasang 3-4 stiker jalur evakuasi, tampak stiker yang telah di pasang seperti dibawah ini : Gambar 3. Jalur Evakuasi Berdasarkan Standar Keselamatan Pintu Darurat tidak boleh dalam keadaan terkunci dan mudah dibuka keluar searah jalur evakuasi menuju titik kumpul serta dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan yang lain. beberapa hal dibawah ini adalah syarat yang harus dipenuhi dalam hal jalur evakuasi : Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam. Jalur Evakuasi bersifat permanen, menyatu dengan bangunan gedung. Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman. Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat. Penanda / Safety Sign dapat menyala di kegelapan (glow in the dark). Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup. Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan. Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak. Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci.

Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal 230 cm. Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul. Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik. Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis. Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan yang lain. 3. Titik kumpul atau tempat berhimpun (Assembly Point) Tempat berhimpun atau Titik Kumpul adalah tempat di area sekitar atau diluar lokasi yang dijadikan sebagai tempat berhimpun atau berkumpul setelah proses evakuasi dan dilakukan perhitungan saat terjadi kebakaran. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya. Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan dalam route evakuasi (NFPA 101). Dalam hal ini Gedung Vokasi UI belum memiliki Titik Kumpul atau Tempat Berhimpun hal ini dapat menjadi permasalahan yang cukup penting. dengan ini peneliti mencoba membantu untuk membuatkan tanda Titik kumpul di lahan yang menurut standar dapat dijadikan titik untuk berhimpun. Sesuai dengan Standar NFPA tempat berhimpun memiliki syarat sebagai berikut : berjarak cukup jauh dan aman dari jatuhan dan bahaya lainnya lokasinya memiliki akses menuju tempat yang lebih aman serta tidak menghalangi kendaraan penanggulang keadaan bahaya bebas dari kemungkinan adanya bahaya lain diuji secara periodik dengan situasi aktual, namun dilengkapi dengan perhitungan empiris Dalam Pembuatan Tempat berkumpul atau Assembly Point ini Peneliti menggunakan penandaan tempat berkumpul menggunakan bahan yang terbuat dari Acrylic. Bahan tersebut terlihat jelas baik pada siang maupun malam hari. Pada malam hari, bahan Acrylic dapat memancarkan cahaya sehingga terlihat terang saat gelap. Bahan ini mengandung flour sense (zat kapur) yang dapat menyerap cahaya dan memancarkannya kembali saat gelap. penunjuk tempat berkumpul ini berukuran

40x60 cm dengan ukuran besi sebagai penyanggah yaitu 3 meter. plang yang dibuat tampak seperti dibawah ini : Gambar 4. Titik Berkumpul Berdasarkan Standar NFPA pemasangan assembly point di luar gedung diambil tempat yang memiliki lapangan luas dan tidak terhalang oleh apapun mudah dilihat dari arah pintu darurat serta warna mencolok sehingga memudahkan evakuasi. hal ini gedung vokasi telah memenuhi standar NFPA. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif dan sistem tanggap darurat kebakaran di Gedung Vokasi UI Tahun 2013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sistem manajemen kebakaran yang tedapat di gedung vokasi berupa proteksi aktif dan pasif serta tanggap darurat kebakaran. 2. Sarana proteksi aktif yang terdapat pada Gedung Vokasi UI terdiri dari detektor, alarm, sprinkler, APAR, dan hidran. 3. Jenis detektor yang terdapat pada Gedung Vokasi UI terdiri dari detektor panas dan detektor asap yang berada pada setiap bangunan Gedung Vokasi UI. Detektor yang terdapat pada Gedung Vokasi UI yang sebagian besar komponen penilaiannya sudah sesuai dengan acuan yang dipakai yaitu NFPA dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000. 4. Alarm, sprinkler, APAR dan hidran yang terdapat pada Gedung Vokasi UI sebagian besar komponen penilaiannya sudah baik dengan acuan yang dipakai yaitu NFPA dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000. 5. Sarana proteksi pasif yang terdapat pada Gedung Vokasi UI terdiri dari jalan keluar darurat, tanda petunjuk keluar, pintu darurat, penerangan darurat dan tempat berhimpun. 6. Jalan keluar darurat dan tanda petunjuk keluar yang terdapat pada Gedung Vokasi UI sebagian besar komponen penilaiannya sudah

baik dengan acuan yang dipakai yaitu NFPA dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000. 7. Pintu darurat, penerangan darurat, tempat berhimpun yang terdapat pada Gedung Vokasi UI komponen penilaiannya belum sesuai dengan acuan yang dipakai yaitu NFPA dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000 karena pintu darurat dalam keadaan terkunci dan terhalang oleh benda seperti karpet, sedangkan penerangan darurat tidak memiliki cadangan lampu dan belum memiliki tempat berhimpun. 8. Sistem tanggap darurat yang terdapat pada Gedung Vokasi UI belum sesuai dengan acuan yang dipakai yaitu NFPA dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000 karena tidak terdapat organisasi tanggap darurat serta prosedur tanggap darurat. SARAN 1. Melakukan perawatan terhadap detektor, sprinkler dan hidran agar semua sarana dalam kondisi bersih. 2. Melakukan pengecekan berkala pada detektor, sprinkler dan hidran. 3. Harus mempunyai energi cadangan untuk alarm, jika terjadi bahaya kebakaran maka alarm dapat tetap menyala walaupun energi yang berasal dari PLN terhenti. 4. Melakukan uji operasional dan kelengkapan komponen hidran setiap satu tahun sekali 5. Memeriksa APAR secara berkala dengan waktu tidak lebih dari satu tahun 6. Diberi sign jika APAR tertutup oleh benda atau barang-barang. 7. Pada APAR yang berada diluar ruangan agar diberi pelindung pada APAR supaya APAR sewaktu digunakan dapat berkerja dengan baik. 8. Pintu darurat seharusnya tidak dalam keadaan terkunci, agar sewaktu terjadi bahaya kebakaran tidak menghalangi penghuni untuk evakuasi. 9. Pintu darurat harus dilengkapi dengan self closing door. 10. Tata letak penerangan darurat agar lebih ditempatkan pada tempat yang strategis dan menggunakan bohlam berwarna kuning yang berdasarkan standar. 11. Membuat Tim Tanggap Darurat untuk setiap lantai gedung.

12. Melakukan koordinasi dengan pihak pemadam kebakaran setempat agar ketika terjadi kebakaran dapat segera bertindak cepat. 13. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang terjadwal dan rutin. 14. Melakukan program latihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi secara periodik, minimal satu tahun sekali. contohnya fire drill 15. Menentukan pola atau skenario jalur evakuasi setiap lantai yang artinya setiap lantai memiliki pola jalur evakuasi menuju titik kumpul. 16. Menentukan waktu minimal yang ditempuh untuk melakukan evakuasi, contohnya adalah semua korban harus di evakuasi 1 jam setelah terdengar bunyi sirine dari alarm kebakaran. 17. Setiap fasilitas manajemen kebakaran harus dimengerti oleh semua pihak yang terkait dengan tanggap darurat. contohnya adalah penggunaan APAR, jalur evakuasi dan letak tempat titik berkumpul. KEPUSTAKAAN 1. Cooling, David. A. 1990. Fire Prevention and Protection, New Jersey: Prentice Hall. 2. Depnaker RI. 1999. Training K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, Jakarta. 3. Hendra. 2000, Pengertian Dasar/Definisi K3 (Occupational Health and Safety) http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/m aterial/introtok3.pdf, 12 mei 2013 4. ILO. 1992. Proses Terbentuknya Segitiga Api 5. ISO 3864-4:2011 Graphical symbols Safety colours and safety signs, United Kingdom. 6. Jusus, R.M.S. 2003. Rancangan dan Tanggap Darurat (Emergency Palnning and Respone), Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan, Jakarta. 8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 11/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Jakarta. 9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 02/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan

Kebakaran pada Bangunan Gedung, Jakarta. 10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186/Men/1999. 1999. Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, Jakarta. 11. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI- Press 12. National Fire Protection Association 10. 1998 Standard For Portable Fire Extinguishers, Massachusetts. 13. National Fire Protection Association 13. 1999 Standard Installation Of Sprinkler, Massachusetts. 14. National Fire Protection Association 14. 2000 Standard For The Installation Of Standpipe and Hose System, Massachusetts. 15. National Fire Protection Association 72. 1999 National Fire Alarm Code, Massachusetts. 16. National Fire Protection Association 101. 2001 Life Safety Codes, Massachusetts. 17. SNI 03-6570-2001, SNI Pompa, Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran. http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/sn I_POMPA.PDF, di akses pada tanggal 1 juni 2013