Branch Exchange) dengan Hunting System.
|
|
- Hendri Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JARINGAN EKSTERNAL TELEPON KAWASAN Sistem komunikasi: PABX (Private Automatic Branch Exchange) dengan Hunting System. Jaringan sambungan dari PT TELKOM masuk ke Terminal Box Telkom (TB-TEL) di Ruang Operator yang terletak di bangunan. Dari Terminal Box Telkom (TB-TEL) jaringan dihubungkan dengan MDF (di ruang operator). Dari MDF jaringan dihubungkan langsung ke Terminal-Terminal Box yang ada di dalam bangunan-bangunan. Kabel telepon sambungan langsung dihubungkan ke soket pada Terminal Box. Disediakan jalur telepon untuk sambungan langsung dan telepon umum. Pesawat telepon mempunyai fasilitas untuk berhubungan dengan pesawat cabang lain secara langsung, sedangkan sambungan keluar harus melalui operator (beberapa pesawat tertentu dapat diprogram untuk berhubungan keluar). Di beberapa bangunan/fasilitas disediakan beberapa jalur untuk sambungan langsung.
2 Di Sentral Sistem Telepon disediakan: - Satu Box terminal kabel PT TELKOM - Satu MDF - Terminal Box Telepon (TB-T) di tiap bangunan/fasilitas - Outlet telepon di tiap ruang yang diperkirakan membutuhkan Jaringan dari PT TELKOM masuk ke Terminal Box Telkom (TB-TEL) di Ruang Sentral Sistem Telepon. Dari Terminal Box Telkom (TB-TEL) jaringan dihubungkan dengan MDF. Dari MDF jaringan dihubungkan langsung ke Terminal Box Telepon (TB-T) di tiap bangunan/fasilitas. Terminal Box dihubungkan dengan soket (outlet) pesawat Telepon Outlet telepon di tiap ruangan yang diperkirakan membutuhkan.
3 T - 1 T - 1 S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T B T P R I N T E P R E R S O N O A P L E R A T F O A R K S I M I L E C O M P U T T E E R L E P O N T - 1 M O D U L P C I N T E R F A C E P E N G H I T U N G P U L S A S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T B T - 1 T - 1 U P S W V T5 0 I P H E z B A T E R E K E R I N G P A B X M D F P A I R J A L U R N T E L K O M T E L K O M T E R M I N A L B O X T - 2 T - 2 T B T - 2 S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T - 1 T - 1 T B T - 1 S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T - S T - S Gambar 1 Diagram Sistem Telepon
4 SISTEM TATA SUARA KAWASAN Sistem tata suara digunakan untuk di dalam maupun di luar bangunan, mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu: - Background music - Pemanggilan (paging) dan penyampaian pesan/pengumuman (messaging) - Pemanggilan pengemudi (car call) Pemasangan sistem tata suara untuk area ini dapat diatur sedemikian rupa, sehingga mempunyai urutan prioritas misalnya seperti tersebut di bawah ini: - Background music - Paging and messaging - Car call Sistem tata suara, antara lain terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: - radio tuner - cassete deck recorder - cd/dvd/mp3 player
5 - remote microphone dengan chime generator - mixer pre amplifier - power amplifier - selector - terminal Box - speaker - pengatur volume suara (attenuator) - alat-alat bantu dan penunjang lainnya. ANTENNA DIAGRAM SKEMATIK SISTEM TATA SUARA CEILING SPEAKER ATTENUATOR AM/FM RADIO TUNER MIXER POWER AMPLIFIER SELECTOR CEILING SPEAKER ATTENUATOR TAPE DECK COLUMN SPEAKER CD/DVD/MP3 PLAYER REMOTE MIC AND CHIME GENERATOR Gambar 2 Skematik Sistem Tata Suara
6 KEMAMPUAN OPERASI Dalam kondisi biasa, sistem tata suara digunakan sebagai background music yang dilayani dari ruang kontrol. Tidak semua speaker digunakan untuk sarana penunjang ketiga tujuan di atas. Terdapat speaker yang hanya diperuntukkan tujuan background music, namun ada pula speaker untuk tujuan ketiga-tiganya. Untuk ruang-ruang yang dilengkapi dengan speaker bertujuan emergency call, di setiap ruangan disediakan minimal sebuah pengatur tingkat kuat suara attenuator, untuk melayani semua speaker yang terpasang di dalam ruangan tersebut. Pengatur tingkat kuat suara ini juga dapat menghidup-matikan speaker di ruangan tersebut. Pengaturan tingkat kuat suara
7 dilakukan secara bertingkat dengan menggunakan variable resistance device. Untuk keperluan paging dan messaging, serta untuk keperluan tertentu lainnya; pengaturan peralatan tata suara harus dapat dilakukan secara remote dari bagian penerangan/information, yaitu: - Menghidupkan sistem tata suara jika saat itu sedang dimatikan - Menghentikan background music yang sedang berlangsung - Menghidupkan speaker yang dimatikan dari pengatur tingkat kuat suara di setiap ruangan yang dilengkapi dengan sistem tata suara - Mengambil alih fungsi seluruh speaker yang terpasang di dalam bangunan untuk keperluan paging dan messaging difungsikan sebagai sarana background music - Mengembalikan fungsi sistem tata suara ke keadaan semula, yaitu sebelum dioperasikan untuk paging dan messaging atau car call Untuk paging dan messaging tingkat kuat suara di setiap speaker sama dan tidak dipengaruhi oleh posisi pengatur tingkat kuat suara yang
8 dipasang di setiap ruangan. Tingkat kuat suara untuk paging dan messaging dapat di-set secara terpusat dari sentral sistem tata suara. Hal-hal tersebut di atas berlaku pula untuk keperluan emergency call yang dilakukan dari Sentral Sistem Pengindera Kebakaran. Nada-nada yang mengawali paging dan messaging serta emergency call harus mempunyai nada-nada yang cukup spesifik (berbeda dengan sumber audio lainnya). Dari MDF jaringan dihubungkan langsung ke Terminal Box Tata Suara. Background music dapat diprogram untuk cassete deck, atau radio tuner. Sistem tata suara digunakan untuk di dalam maupun di luar bangunan
9 SISTEM ALARM KEBAKARAN EKSTERNAL KAWASAN Pada area yang dikunjungi oleh banyak orang, dengan bangunan berklasifikasi tertentu dibutuhkan standar keamanan yang tinggi. Pada area ini dipasang jaringan instalasi alarm kebakaran, yang menggunakan beberapa jenis detektor panas. Sistem deteksi kebakaran dan sistem alarm pada ruangan-ruangan dikontrol oleh panel kontrol utama alarm kebakaran (MCFA: Master Control of Fire Alarm), yang pada prinsipnya apabila terjadi kebakaran, maka akan dideteksi oleh detektor-detektor panas yang dipasang untuk mendeteksi kebakaran di area-area (zone). Sistem alarm kebakaran akan menggunakan komponen-komponen sebagai berikut: - Panel kontrol utama alarm kebakaran (MCFA: Master Control of Fire Alarm)
10 - Detektor panas untuk temperatur tertentu (fixed temperature heat detector) - Detektor kenaikan panas (temperature rate of rise detector), yang dapat mendeteksi kenaikan suhu ruangan - Detektor asap (smoke detector), yang dapat mendeteksi apabila terdapat asap di ruangan tertentu - Terminal Box Fire Alarm (TB-FA) yang menjadi kotak terminal kabel untuk area-area (zone) tertentu - Bel alarm kebakaran (fire alarm bell) - Lampu alarm kebakaran (fire alarm luminous) - Manual break glass, yakni peralatan berpenutup kaca; jika terjadi kebakaran, penutup tersebut dapat (boleh) dipecahkan, yang kemudian akan membunyikan indikator bel dan menyalakan indikator lampu - Resistor akhir jalur (end of line resistor) - Panel anunsiator (annunciator panel) - Alat-alat bantu dan penunjang lainnya - Catu daya (power supply) yang merupakan sumber daya untuk bekerjanya sistem alarm kebakaran tersebut dan Uninterupted Power Supply (UPS)
11 DIAGRAM SKEMATIK FIRE ALARM TB-F2 SMOKE RATE OF FIXED TEMP ALARM ALARM BREAK DETECTOR RISE DETECTOR BELL LUMINOUS GLASS S H F B A EOL ALARM POINTER ANNUNCIATOR PANEL MCFA POWER SUPPLY BATERE NiCad TB-F1 S H F B A EOL Gambar 3 Skematik Fire Alarm
12 SISTEM KEAMANAN CCTV EKSTERNAL KAWASAN Untuk pengawasan keamanan di dalam maupun di luar gedung, dipasang sistem keamanan menggunakan Televisi Saluran Tertutup (Closed Circuit Television). Sistem keamanan ini mempunyai beberapa komponen utama, antara lain: - Digital Video Recorder yang berfungsi sebagai multiplexer dan perekam (penyimpan memori) - Kamera tetap (fixed) - Kamera yang dapat digerakkan ke kiri, ke kanan, ke atas, dan ke bawah; serta mempunyai kemampuan zooming (pan, tilt, zoom) - Pan, tilt, zoom controller - Catu daya (power supply) yang merupakan sumber daya untuk bekerjanya sistem alarm kebakaran tersebut dan Uninterrupted Power Supply (UPS)
13 DIAGRAM SKEMATIK SISTEM KEAMANAN CCTV P/T/Z CONTROLLER C C F CA C C MONITOR LANTAI DASAR VIDEO DIGITAL RECORDER C P ZO CAM POWER SUPPLY UPS LANTAI SATU P/T/Z CONTROLLER MONITOR LANTAI DASAR VIDEO DIGITAL RECORDER C C POWER SUPPLY UPS LANTAI DASAR Gambar 4 Skematik Sistem Keamanan CCTV JARINGAN AIR PEMADAM KEBAKARAN
14 Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan pemadam kebakaran: - Sistem pemadam kebakaran tersebut harus dapat melayani seluruh bagian bangunan - Perlu adanya pompa pemadam kebakaran dan reservoir - Hydrant pillars, hydrant Box harus ditempatkan di lokasi-lokasi yang mudah dicapai. Jarak antara dua hydrant pillar tidak melebihi 60 meter - Hydrant Box harus ditempatkan di dalam bangunan di setiap lantai. Jumlah hydrant Box harus dihitung berdasarkan konsep arsitektur dan luas bangunan yang harus dilayani - Volume reservoir air pemadam kebakaran dihitung berdasarkan standar yang berlaku - Portable Fire Extinguisher di tempat-tempat yang ditentukan APLIKASI RANCANGAN
15 a. Hidran kebakaran. Sistem hidran harus dipasang pada bangunan: yang memiliki luas lantai total lebih dari 500m 2, dan terdapat regu pemadam kebakaran. Sistem hidran kebakaran; - harus dipasang sesuai dengan standar yang berlaku, SNI 1745; dan - hidran dalam bangunan harus melayani hanya di lantai hidran tersebut ditempatkan, kecuali pada satuan peruntukan bangunan, yaitu: - bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian kelas 4, dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai yang memiliki/terdapat jalur keluar, atau - bangunan kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang berlantai tidak lebih dari 2 (dua), dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai yang memiliki/terdapat jalur keluar; asalkan hidran dapat menjangkau seluruh satuan peruntukan bangunan.
16 Bila dilengkapi dengan pompa kebakaran harus terdiri dari: - 2 (dua) pompa, yang sekurang-kurangnya satu pompa digerakkan oleh motor bakar atau motor listrik yang dicatu dari daya generator darurat, - 2 (dua) pompa yang digerakkan oleh motor listrik yang dihubungkan dengan sumber tenaga yang terpisah satu sama lain, - bila pompa kebakaran dihubungkan dengan jaringan pasokan air dan dipasang pada bangunan dengan ketinggian efektif kurang dari 25m, satu pompa digerakkan oleh: - motor-bakar, atau - motor listrik yang dicatu dari generator darurat, atau - motor listrik yang dihubungkan pada sumber tenaga yang terpisah satu sama lain melalui fasilitas pemindah daya otomatis; Pemasangan pompa kebakaran dalam bangunan harus pada tempat yang:
17 mempunyai jalur keluar ke jalan atau ruang terbuka, atau jika bangunan tidak dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler sesuai ketentuan yang berlaku, tempat pompa harus terpisah dari bangunan, dan dengan konstruksi yang mempunyai TKA tidak kurang dari yang dipersyaratkan bagi suatu dinding tahan api untuk klasifikasi bangunannya; untuk pompa yang ditempatkan di luar bangunan, maka bangunan rumah pompa tersebut harus jelas terlihat, tahan cuaca, mempunyai jalur keluar langsung ke jalan atau ruang terbuka, dan jika dalam jarak 6m dari bangunan, maka dinding rumah pompa dan bagian dinding luar yang berjarak 2m dari samping rumah pompa dan 3m di atas rumah pompa, atau dinding antara bangunan dan rumah pompa yang berjarak 2m dari sisi rurnah pompa dan 3m di atas rumah pompa harus mempunyai TKA tidak kurang dari yang dipersyaratkan untuk dinding tahan api sesuai kelas bangunannya. bila sistem pasokan air mengambil air dari sumber statis, maka harus disediakan
18 sambungan yang cocok dan jalan masuk kendaraan pemadam kebakaran untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran memompa air dari sumber tersebut; dan harus disediakan sambungan yang berdekatan dengan lokasi tersebut untuk meningkatkan tekanan air dalam sistem gedung; serta harus dirancang untuk memenuhi tekanan dan laju aliran yang disyaratkan untuk operasi petugas pemadam kebakaran. b. Hose Reel Sistem Hose Reel harus disediakan: untuk melayani seluruh bangunan, dengan 1 (satu) atau lebih hidran dalam dipasang, atau: bila hidran dalam tidak dipasang, untuk melayani setiap kompartemen kebakaran dengan luas lantai lebih dari 500 m 2 dan untuk maksud butir ini, 1 (satu) unit hunian bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian bangunan kelas 4, dipertimbangkan sebagai kompartemen kebakaran. Sistem Hose Reel, harus: Dipasang sesuai dengan standar yang berlaku.
19 Melayani hanya lantai pada lokasi alat ini ditempatkan, kecuali pada satu unit hunian, - pada bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian kelas 4 dilayani oleh Hose Reel tunggal yang ditempatkan pada jalur keluar dari unit hunian tersebut, dan - pada bangunan kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang tidak lebih dari 2 (dua) lantai, dilayani oleh Hose Reel tunggal yang ditempatkan pada jalur keluar dari satu unit hunian tersebut dengan syarat Hose Reel melayani seluruh unit hunian. Memiliki selang kebakaran yang harus diletakkan sedemikian rupa untuk menghindari partisi atau penghalang di dalam mencapai setiap bagian lantai dari tingkat yang bersangkutan Hose reel yang dipasang mengikuti butir 3 (tiga) di atas ditempatkan: - di luar bangunan, atau - di dalam bangunan sekitar 4m dari pintu keluar, atau - di dalam bangunan berdekatan dengan hidran dalam (selain hidran yang dipasang di pintu keluar yang diisolasi tahan api); atau
20 - kombinasi (a), (b), dan (c), sehingga hose tidak perlu melintasi pintu keluar masuk yang dilengkapi dengan pintu kebakaran atau pintu asap. Bila dihubungkan dengan meteran air, maka: - dipelihara kebutuhan kecepatan aliran dari hose reel; - diameter pipa dari meteran air atau instalasi PAM berdiameter tidak kurang dari 25mm; - jaringan pipa memenuhi syarat pembagian pasokan air; - tiap katup yang mengatur aliran air dari sumber air utama ke Hose Reel harus dijaga pada posisi terbuka oleh pengunci dari logam. Bila dipasok oleh sumber air utama dengan diameter nominal lebih besar dari 25mm dan yang dihubungkan dengan sumber air untuk hidran, sebuah katup yang memenuhi butir 5.4 harus dipasang pada sambungan ke saluran utama c. Sistem Sprinkler
21 Sistem sprinkler harus dipasang pada bangunan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut: Persyaratan Pemakaian Sprinkler Jenis bangunan Kapan Sprinkler diperlukan: Semua kelas bangunan: 1. Termasuk lapangan parkir terbuka dalam bangunan campuran, 2. Tidak termasuk lapangan parkir terbuka, yang merupakan bangunan terpisah Pada bangunan yang tinggi efektifnya lebih dari 25m
22 Dalam kompartemensasi dengan salah satu Bangunan pertokoan. ketentuan berikut: (a) luas lantai lebih dari 3.500m 2. (b) volume ruangan lebih dari m 3. Bangunan Rumah Sakit. Ruang Pertemuan Umum, Ruang Pertunjukan, Teater. Konstruksi Atrium. Bangunan berukuran besar dan terpisah. Lebih dari 2 (dua) lantai. Luas panggung dan belakang panggung lebih dari 200m Tiap bangunan beratrium Untuk memperoleh ukuran kompartemen
23 yang lebih besar: (a) bangunan kelas 5-9 dengan luas maksimum m 2 dan volume m 3. (b) semua bangunan dengan luas lantai lebih besar dari m 2 dan volume m 3. Ruang parkir, selain nuang parkir terbuka Bangunan dengan risiko bahaya kebakaran 2 (dua) persyaratan berikut: amat tinggi.* Bila menampung lebih dari 40 kendaraan. Pada kompartemen, dengan salah satu dari 2 (dua) persyaratan : (a) Luas lantai melebihi 2.000m 2. (b) Volume lebih dari m 3.
24 *Jenis bangunan dengan resiko bahaya kebakaran tinggi sesuai standar teknis yang berlaku. Sistem sprinkler harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Standar perancangan dan pemasangan sprinkler otomatis sesuai standar teknis yang berlaku, SNI Bangunan ber-sprinkler. Tanpa mengurangi ketentuan atau standar yang berlaku bangunan, atau bagian bangunan dianggap ber-sprinkler, jika: - sprinkler terpasang di seluruh bangunan, atau: - dalam hal sebagian bangunan: o sebagian bangunan dipasang sprinkler dan diberi kompartemen kebakaran pada bagian yang tanpa sprinkler, dan o setiap bukaan pada konstruksi pemisah antara bagian ter-sprinkler dan bagian tak tersprinker diproteksi sesuai ketentuan proteksi pada bukaan Katup kontrol sprinkler.
25 Katup kontrol sprinkler harus ditempatkan dalam suatu ruang yang aman atau ruang tertutup yang berhubungan langsung ke jalan atau ruang terbuka. Pasokan air. Tanpa mengurangi ketentuan dalam standar teknis yang berlaku mengenai sprinkler, pasokan air untuk sistem sprinkler harus memperhatikan tinggi efektif bangunan, luar bangunan yang diisyaratkan menggunakan sprinkler, dan klasifikasi bangunan sesuai standar teknis yang berlaku. Sambungan dengan peralatan alarm lainnya. Sistem sprinkler harus disambung atau dihubungkan ke dan dapat mengaktifkan: - setiap peringatan darurat dan sistem komunikasi internal yang disyaratkan; atau - sistem pengeras suara atau peralatan lainnya yang dapat didengar bila peringatan darurat dan sistem komunikasi internal tidak disyaratkan, Peralatan anti gangguan (Anti Tamper). Untuk sistem sprinkler yang dipasang di teater, ruang pertemuan umum, atau
26 semacamnya, maka pada tiap katup yang berfungsi mengendalikan sprinkler di daerah panggung, harus dipasang peralatan anti gangguan yang dihubungkan ke panel pemantau. Sistem sprinkler di ruang parkir. Sistem sprinkler yang dipasang pada ruang parkir pada bangunan multi-kelas, harus: - berdiri sendiri, tidak berhubungan dengan sistem sprinkler di bagian bangunan lainnya. - bila berhubungan dengan sistem sprinkler yang melindungi bagian bangunan bukan ruang parkir, harus dirancang sehingga sistem sprinkler yang melindungi bagian bukan nuang parkir dapat diisolasi dengan tanpa mengganggu aliran air, ataupun mempengaruhi efektivitas operasi sprinkler yang melindungi ruang parkir. d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR yang jenisnya sesuai kebutuhan harus dipasang di seluruh bangunan, kecuali di dalam unit hunian bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian bangunan kelas 4, yang memungkinkan dilakukannya pemadaman awal efektif terhadap kebakaran oleh penghuni bangunan.
27 APAR memenuhi butir 1, jika: - Disediakan dengan mengikuti standar teknis yang berlaku, SNI-3987 kecuali PAR jenis air yang tidak perlu dipasang di dalam bangunan atau bagian bangunan yang dilayani oleh Hose Reel, dan - APAR dari jenis bukan kelas A harus ditempatkan pada lokasi yang dapat menjangkau lokasi yang mengandung jenis bahaya yang harus diatasi. e. Sketsa Sistem Pemadam Kebakaran dan Deteksi Kebakaran Sistem pemadam kebakaran dan automatic sprinkler berguna melindungi bangunan terhadap bahaya kebakaran. Pada masingmasing lantai terdapat beberapa unit Hydrant Box/FHC yang ditempatkan pada area yang langsung bisa terlihat dan sistem sprinkler pada tiap lantai, untuk pencegahan preventif pada kebakaran. Pada area tertentu dipasang pemadam api ringan atau Fire Extinguisher yang berkapasitas 6 (enam) kg.
BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN
BAB III METODE PELAKSANAAN 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proyek ini mulai dilaksanakan September 206 hingga Desember 206. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi dikerjakan di Kantor Konsultan Mekanikal
Lebih terperinciKONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION
STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP PERANCANGAN
BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan di ambil dari axis terhadap site di Tapak dan lingkungan sekitar. 1. Letak site yang berdempetan dengan kawasan candi prambanan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
4.1 Filosofi Konsep Dasar BAB IV KONSEP PERANCANGAN Student Housing Kaku / Vertikal Arsitektur Hijau Humanis dan Ramah Lingkungan Interaksi dan Terpusat Berinteraksi Diagram 6. Filosof konsep dasar Kehidupan
Lebih terperinciINSTALASI JARINGAN KOMUNIKASI. Kuliah November 2009
INSTALASI JARINGAN KOMUNIKASI Kuliah 11 16 November 2009 INSTALASI TELEPON Sistem telepon pada bangunan dibagi menjadi dua fungsi utama: Komunikas dengan pihak luar bangunan (eksternal): telepon lokal,
Lebih terperinciPUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.
PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN INSTALASI SISTEM ELEKTRONIKA DAN TELEKOMUNIKASI ROYAL SANUR HOSPITAL BALI
TUGAS AKHIR PERENCANAAN INSTALASI SISTEM ELEKTRONIKA DAN TELEKOMUNIKASI ROYAL SANUR HOSPITAL BALI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PERANCANGAN. 3.2 Diagram Alir Pelaksanaan Diagram alir pelaksanaan Proyek ini antara lain sebagai berikut : Mulai
63 BAB III METODELOGI PERANCANGAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proyek perencanaan ini telah dilaksanakan sejak Agustus 2016 lalu sampai sekarang. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi dikerjakan
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat
Lebih terperinciFIRE ALARM SYSTEM GEDUNG TERMINAL BANDARA. Elektronika Bandara Kualanamu International Airport
FIRE ALARM SYSTEM GEDUNG TERMINAL BANDARA Elektronika Bandara Kualanamu International Airport Definisi Fire Alarm System Fire alarm system adalah suatu system terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciTabel 4.1 Data Fire Alarm di setiap Lantai
BAB IV ANALISA SYSTEM FIRE ALARM GEDUNG CHASE TOWER 4.1 Latar Belakang Pemasangan Fire Alarm Keselamatan manusia merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan ketika terjadinya kebakaran pada suatu
Lebih terperinciBAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan
BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT 2. 1. Pendahuluan Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen, sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( )
PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN (6506 040 009) 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 3. Metode Penelitian
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Penilaian
Lampiran 1 Hasil Penilaian FORMULIR ISIAN DATA ANGUNAN Tanggal : 12 s.d. 16 September 2017 Pemeriksa : Akhid Gunawan Tanda Tangan : DATA ANGUNAN Nama bangunan : Hotel UNY Alamat : Jl arangmalang aturtunggal
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan mengenai Stasiun KA Merak ini didasarkan pada pendekatan yang telah dilakukan pada bab
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung
A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih
BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan
Lebih terperinciBab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas
Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciSMOKE DETECTOR. a. Open Loop (Loop Terbuka)
SMOKE DETECTOR Semakin berkembangnya zaman, kemajuan teknologi semakin berkembang pesat pula. Berkembangnya kemajuan teknologi sekarang semakin memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan sesuatu aktifitas
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM
BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM API RINGAN. Tabel 3.1 Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan No Uraian Elevasi (m) Luas Bersih
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN INSTALASI ELEKTRONIK DAN TELKOMUNIKASI RUMAH SAKIT JIH SURAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN INSTALASI ELEKTRONIK DAN TELKOMUNIKASI RUMAH SAKIT JIH SURAKARTA Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciSetting Konfigurasi Fire Alarm Control Panel
Setting Konfigurasi Fire Alarm Control Panel Master Control Fire Alarm baik yang conventional maupun yang addressable harus di lakukan seting dan konfigurasi sebelum di lakukan komisioning test hal ini
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciMATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H
MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP MK UTL BGN : Gagoek.H PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN Pengaturan lay out bangunan dan masa bangunan Perlengkapan untuk penyelamatan
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
6.1 Besaran Ruang BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Dari pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan, didapatkan program ruang yang dibutuhkan Pusat Kesenian Kabupaten Wonosobo,
Lebih terperinciInstalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui
Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri
Lebih terperinci- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.
Lebih terperinciFire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant
Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN
45 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1. Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran Tabel dibawah ini merupakan identifikasi bahaya kebakaran di dan diklasifikasikan menurut SNI 03-3989-2000. Tabel 6.1 Identifikasi
Lebih terperinciSEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (SUMBER : SLIDE PROFIL ORGANISASI PII )
SEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (SUMBER : SLIDE PROFIL ORGANISASI PII ) SEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (Sumber : Slide Profil Organisasi PII 2012-2015) Yang tercakup dalam PII meliputi Insinyur yang
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA
TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA 41114110046 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)
Pertemuan ke-13 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 2 (springkler dan hydrant dll) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) 1. KRITERIA DESAIN 1.1
Lebih terperinciDAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL
DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar
Lebih terperinciPemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung
Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung 1 Ruang lingkup Pedoman ini mencakup langkah-langkah pemeriksaan keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa ancaman
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK
TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman
Lebih terperinciTerminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal
Lebih terperinciESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System
PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM ESSER Fire Alarm System PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA FIRE ALARM SYSTEM Apa? Seperangkat peralatan yang terdiri dari detector, unit kontrol dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran
Lebih terperinci5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1
Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK
BAB V SEMARANG BATIK CENTER DAN PELATIHAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK 5.1 Program Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Semarang Batik Center dan Pelatihan merupakan salah satu upaya
Lebih terperinciSistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang
Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang Atika Rossydina Putri Prabawati 1 dan Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI
DAFR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii SURAT PERNYAAN TENNG ORISINILIS... iv KA PENGANR... v ABSTRACT... vi ABSTRAK... vii DAFR ISI... viii DAFR BEL... xi DAFR
Lebih terperinciSEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (Sumber : Slide Profil Organisasi PII )
SEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (Sumber : Slide Profil Organisasi PII 2012-2015) Yang tercakup dalam PII meliputi Insinyur yang berlatar belakang berbagai disiplin keilmuan dan berkiprah di berbagai
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
No. 11 / Tahun VI. April 2013 ISSN 1979-2409 IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 15 TAHUN : 2003 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 15 TAHUN : 2003 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KOTA CIMAHI DENGAN
Lebih terperinciSejarah dan Perkembangan Closer Circuit Television (CCTV)
Sejarah dan Perkembangan Closer Circuit Television (CCTV) CCTV atau Closer Circuit Television (CCTV) pertama kali ditemukan oleh Walter Brunch. CCTV pertama kali digunakan oleh tim pelaksana peluncuran
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO
TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses
Lebih terperinciTeknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat pada kehidupan kita saat ini, khususnya pada bidang elektronika dan telekomunikasi. Hal ini
Lebih terperinciPENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA)
PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA) Benedikta Anna Haulian Siboro 1, Suroso 2, Suhendrianto 3, Esmijati 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Dari Tema Perancangan Pusat Data & Informasi Bencana Alam ini menggunakan konsep bentuk menjadikan ekspresi yang mengarah kepada arsitekturalnya, tentunya dengan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...
DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. efisiensi dan efektivitas (Masri, 2010: 27). Kedua hal tersebut merupakan masalah
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Terdapat dua hal yang menjadi ciri dari tuntutan peradaban modern, yaitu efisiensi dan efektivitas (Masri, 2010: 27). Kedua hal tersebut merupakan
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional
6 PEMBAHASAN 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Unit pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana (Damkar-PB) Pos Jaga Muara Baru dan TB.Mina Antasena mempunyai hubungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti laksanakan mulai dari proses perancangan model dari sistem hingga hasil
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen
Lebih terperinciSistem Deteksi Kebakaran Pada Gedung Berbasis Programmable Logic Controller (PLC)
: 99-104 Sistem Deteksi Kebakaran Pada Gedung Berbasis Programmable Logic Controller (PLC) Rika Sri Rizki #1, Ira Devi Sara *2, Mansur Gapy #3 # Jurusan Teknik Elektro, Fakultas teknik Universitas Syiah
Lebih terperinciNama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Tinjauan Pelaksanaan Program Tanggap Darurat Kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Tahun 2013 Nama : Bekerja di
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN OBJEK VITAL DAN FASILITAS PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )
TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK TEKNISI FIRE ALARM MELAKUKAN PRA-KOMISIONING SISTEM FIRE ALARM
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK TEKNISI FIRE ALARM MELAKUKAN PRA-KOMISIONING SISTEM FIRE ALARM 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA
Sidang Lisan PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Lia Wimayanti JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat
Lebih terperinciANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013
ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 Tri Kurniawan* L. Meily Kurniawidjaja** Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani
Lebih terperinciSISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA
SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA Lasarus Setyo P 1, Natalia Damastuti 2 1, 2, Jurusan Sistem Komputer,
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan
Lebih terperinciBAB III KEBUTUHAN GENSET
BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN HYDRANT
BAB III PERENCANAAN HYDRANT Dalam perencanaan hydrant, terlebih dahulu harus diketahui spesifikasi dan jenis bangunan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemasangan instalasi
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang
BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang a. Kegiatan Pelayanan Umum Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum Jenis Ruang
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang
BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang a. Kegiatan Pelayanan Umum Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum Jenis Ruang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan 1. Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI KABUPATEN BADUNG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang
Lebih terperinciLP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL
BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin
Lebih terperinciTata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung.
Kembali SNI 03-6574-2001 Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung. 1 Ruang Lingkup. 1.1 Standar pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem
Lebih terperinciPUSAT DATA (DATA CENTER) standar ini bertujuan untuk mengatur penyelenggaraan pusat data (data center) di Kementerian.
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran
BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk
Lebih terperinciPT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Standar : S2/DIT/2014/DS Tanggal : 1 Desember 2014 STANDAR RUANG DATA CENTER
STANDAR RUANG DATA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 LEMBAR PENGESAHAN... 3 BAB I TUJUAN DAN RUANG LINGKUP... 4 BAB II DEFINISI... 4 BAB III ACUAN... 4 BAB IV KETENTUAN UMUM... 5 BAB V STANDAR LOKASI DATA...
Lebih terperinciBAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG
BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan
Lebih terperinciPROFIL INFRASTRUKTUR PERALATAN PADA GEDUNG PUSAT KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012
PROFIL INFRASTRUKTUR PERALATAN PADA GEDUNG PUSAT KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 D. PETA INFRASTRUKTUR PERALATAN PADA GEDUNG MEKANIKAL / ELEKTRIKAL SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG TATA UDARA DALAM GEDUNG
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT
ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG
Lebih terperinci