BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

Perdagangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Perdagangan Indonesia

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB II ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) penjelasan mengenai ASEAN, dan terbentuknya Asean Free Trade Area

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat hidup bersama. Setiap negara yang melakukan kerja sama internasional pasti mengharapkan hasil yang lebih baik dibanding jika hidup sendiri (Rahardja dan Mandala Manurung, 2008). Dampak perkembangan globalisasi yang di alami oleh ASEAN menjadikan kawasan ini perlu mengadakan kerjasama ekonomi di dunia internasional, mengingat pentingnya perdagangan ASEAN dengan negara-negara lain di luar kawasan. Hal ini agar berbagai peluang kerjasama dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha ASEAN untuk bersaing secara internasional, disamping itu ASEAN harus dapat menjadi pasar yang menarik bagi investasi asing. Melalui pembentukan kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area/ FTA) ASEAN melakukan kerjasama ekonomi dengan beberapa negara mitra seperti Jepang, China, Korea, Australia, Selandia Baru dan india. Dalam kerjasama ini pula setiap negara anggota ASEAN dapat melakukan kerjasama bilateral dengan negaranegara yang menjadi mitra ASEAN tersebut. Free Trade Agreement atau perjanjian perdagangan bebas adalah perjanjian antar dua negara atau lebih untuk mengurangi hambatan tarif dan nontarif atas lalu lintas barang dan jasa sesama negara anggota ( Prabowo dan Sonia Wardoyo, 2004 ).

Melihat perkembangan ekonomi dari beberapa mitra ASEAN, Cina merupakan negara yang mengalami perkembangan paling pesat. Pasca reformasi Deng Xio ping, Cina mengalami kemajuan yang sangat besar terutama dalam bidang ekonomi. Faktanya saat ini Cina telah menjadi salah satu negara penggerak perkeonomian dunia. Hal ini terlihat pada produk-produk China yang telah mampu menjangkau berbagai belahan dunia. Selain luasnya wilayah perdagangan China juga memiliki kelebihan dimana harga produk yang di tawarkan jauh lebih murah. Disamping itu China memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia dan kemajuan tekhnologi serta infrastruktur lainnya yang tentu saja dapat menunjang kemajuan negara ini (Desriyanti, 2012). Kesepakatan ACFTA dimulai pada tahun 2001 diadakan ASEAN-China Summit di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Pertemuan kelima antara ASEAN dengan China ini menyetujui usulan China untuk membentuk ACFTA (ASEAN- China Free Trade Area) dalam waktu 10 tahun. Adapun bidang usaha yang disepakati adalah lima bidang kunci yang disepakati untuk dilakukan kerjasama adalah pertanian, investasi antara-negara, telekomunikasi, pengembangan sumberdaya manusia, dan pembangunan di sekitar area sungai Mekong (Desriyanti, 2012). Kerjasama ACFTA ini merupakan salah satu kerjasama yang sangat penting, mengingat tujuan-tujuan yang ingin dicapai bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi negara-negara yang terlibat apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu tujuan yaitu memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan yang dapat menguntungkan tanpa menjatuhkan yang satu dengan yang lainnya. Dalam kesepakatan tersebut juga akan merealisasikan liberalisasi

jasa dan investasi dan juga investasi yang telah disepekati setelah tarif barang dilakukan, menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota. Beberapa kalangan menerima pemberlakuan ACFTA sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena dipandang sebagai ancaman. Dalam ACFTA, kesempatan atau ancaman ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, ACFTA dipandang positif karena bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk yang baru masuk ke Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragam produk China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat ACFTA diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan menguntungkan konsumen (penduduk/pedagang Indonesia (Jiwayana, 2010). Menurut Kuncoro (2012) Penurunan tarif dalam kerangka kerjasama ACFTA dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu (1) Early Harvest Programme (2) Normal Track Programme (3) Senscitive Track yang meliputi Sensitive List dan Highly Sensitive List. Dengan adanya pengurangan tarif tersebut perdagangan bebas antara Cina dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara telah di laksanakan tentu hal ini para pelaku yang bermain didalamya harus mampu memanfaatkan peluang yang ada agar dapat memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.

Program perjanjian ACFTA untuk produk pertanian secara umum diberlakukan pada tahun 2004. Untuk produk olahan karet alam termasuk smoked sheet dimasukkan kedalam tahap Sensitive Track, dan lebih spesifik lagi termasuk ke dalam Highly Sensitive List. Berikut cakupan Produk dalam Sensitive Track Indonesia : Produk-produk dalam sensitive list adalah tarif BM akan diturunkan atau dihapuskan menjadi 0-20% pada tahun 2012 sampai dengan 2017 dan menjadi 0-5% mulai tahun 2018. Sebesar 304 pos tarif (HS 6 digit) yang diantara lain terdiri dari tas kulit, alas kaki, sepatu, kacamata, alat musik, mainan, alat olahraga, alat tulis, besi dan baja, spare part, alat angkut, glosida dan alkaloid nabati dan antibiotik. Produk-produk dalam Highly Sensitive list adalah tarif BM akan diturunkan atau dihapuskan menjadi 0-50% mulai tahun 2015 sebesar 47 pos tariff (HS 6 digit) di antara lain terdiri dari produk pertanian, seperti beras, gula, jagung dan kedelai,produk industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) dan produk otomotif. Produk andalan Indonesia yang oleh China dimasukkan dalam sensitive track dan highly sensitive list antara lain palm oil dan turunannya (HS 1511), karet alam (HS 4001), playwood (HS 4412). Sebaliknya Indonesia juga memasukkan produk-produk unggulan ekspor China ke Indonesia antara lain barang jadi, tas kulit, alas kaki, sepatu sport, kacamata, alat musik, alat olahraga, besi dan baja, spare part.barang-barang palstik, produk pertanian, seperti beras, gula jagung dan kedelai, produk industri tekstil dan produk tekstil (ITPT), produk otomotif, produk ceramic tableware (Desriyanti, 2012).

Dengan adanya penurunan dan penghapusan tarif, produk ASEAN-China bersaing ketat memasuki pasar Indonesia. Indonesia pun memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pasar ASEAN-China, dan produk andalan ekspor Indonesia yang bersaing di pasar ASEAN-China adalah karet alam komoditas Smoked Sheet. Keunggulan produk Smoked Sheet adalah memiliki daya elasistas yang tinggi dan tahan lama. Melalui kesepakatan ini, produk impor dari pasar ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan lebih murah karena adanya pengurangan tarif dan penghapusan tarif menjadi nol persen. Sebaliknya, Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pasar dalam negeri negara ASEAN dan China dengan komoditi unggulan ekspornya. Dengan pemberlakuan kerjasama ACFTA berbagai pengamat memprediksi bahwa produk produk yang ekspornya akan meningkat adalah kelompok produk pertanian, antara lain kelapa sawit, karet, dan kopi. Kemudian produk yang diprediksi akan terkena dampak negatif adalah produk yang pasarnya di dalam negeri, antara lain garmen,elektronik, sektor makanan, industri baja/besi, dan produk hortikultura (Mutakin dan Salam, 2009). Salah satu komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor adalah karet alam dan barang olahan dari karet. Ekspor karet alam mengalami perkembangan yang signifikan semenjak dunia otomotif mengalami perkembangan, khususnya sebagai bahan baku dalam hal vulkanisir ban sebesar 73 persen, sedangkan sisanya dalam bentuk alat kesehatan, mainan anak-anak, peralatan otomotif, sol sepatu dan sandal. Hal ini membuat permintaan dunia akan karet alam terus bertambah setiap

tahunnya. Dan permintaan ini direspon baik oleh Indonesia, karena kondisi ini menguntungkan Indonesia, dimana Indonesia memiliki iklim yang sangat cocok untuk tanaman karet dan masih tersedianya lahan yang sangat luas. Tanaman karet juga dapat berproduksi sepanjang tahun di Indonesia dan hampir semua daerah di Indonesia cocok untuk ditanami karet. Hal tersebut yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen karet di dunia. Dan salah satu konsumen utama karet alam dunia adalah negara China, konsumsi karet alam yang tinggi di China member peluang bagi perluasan pasar bagi produsen karet karet alam dunia. Jenis produk ekspor karet Indonesia. pada tahun 1969 didominasi oleh sit asap (Ribed Smoked Sheet - RSS) HS 400121, tetapi sepuluh tahun kemudian tahun 1980 didominasi oleh bentuk karet spesifikasi teknis (Standart Indonesian Rubber- SIR) atau TSR (Technical Specified Rubber). Akan tetapi pada tahun 2008-2013 karet jenis SIR mengalami pemberhentian ekspor, terutama ke Negara ASEAN dan Negara China. Hal ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia oline. Sementara untuk produk bentuk Smoked Sheet rutin dilakukan ekspor bahkan setiap bulan (BPS Indonesia, 2013).

Untuk melihat pertumbuhan volume ekspor karet alam Indonesia dalam berbagai bentuk tipe olahan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Pertumbuhan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Berdasarkan Tipe Produk Tahun 1969-2002 1969 1980 1990 2002 Produk Volume Volume Volume Volume % % % % (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) RSS 387,6 59 191,9 20 124 12 44,2 3 SIR 4,0 1 658,3 67 915,3 85 1435,3 96 Crepe 78,8 12 81 8 4,2 0 0 0 Lateks 33,9 5 43,9 4 31,7 3 8,6 1 Lain 153,0 23 1,2 0 2,2 0 7,8 1 Total 657,3 100 976,3 100 1077,4 100 1495,9 100 Sumber : Internasional Rubber Study (IRSG), 2003 Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa ekspor karet alam bentuk RSS (Ribed Smoked Sheet) dari tahun 1980-2002 mengalami penurunan yang cukup drastis, dibanding sebelumnya tahun 1969 menjadi unggulan ekspor dengan perkembangan 50%. Meskipun mengalami penurunan tatapi rutin diekspor bahkan setiap bulan sampai saat ini. Dan bentuk olahan karet alam yang peningkatan sangat signifikan adalah SIR (Standard Indonesian Rubber), terlihat jelas dari sepeluh tahun berturut-turut mulai tahun 1980-2002 mengalami persentase perkembangan yang sangat signifikan bahkan di tahun 2002 mencapai perkembangan 96%, hal ini dikarenakan meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara pengimpor karet, terutama industri otomotif.

Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 setelah pemberlakuan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) namun belum adanya pengurangan dan penghapusan tarif dalam sensitive track, karena pemberlakuan untuk sensitive track baru berlaku pada tahun 2015, dan untuk melihat volume dan nilai ekspor karet alam bentuk smoked sheet Indonesia ke negara ASEAN dan China dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 2. Volume Ekspor Karet Alam Bentuk Smoked Sheet Indonesia Ke Negara ASEAN dan China ASEAN China Tahun Volume (kg) Nilai FOB ($) Volume (kg) Nilai FOB ($) 2005 12.715.450 17.327.756 37.773.890 48.867.740 2006 17.974.653 37.253.554 51.296.861 97.855.246 2007 18.604.003 39.450.214 41.028.729 83.312.167 2008 16.097.502 43.370.761 12.887.144 33.338.757 2009 6.510.669 12.063.225 17.797.728 26.950.953 2010 7.868.778 22.640.704 6.482.846 20.147.197 2011 7.847.262 36.901.188 12.318.018 56.915.592 2012 6.427.735 21.358.415 11.457.507 36.815.330 2013 5.990.816 12.596.726 10.611.418 28.287.029 Sumber : UN Comtrade Tabel 2, menunjukkan bahwa umumnya volume ekspor karet alam bentuk Smoked Sheet Indonesia setelah pelaksanan ACFTA mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan baik negara-negara ASEAN maupun ke negara China. Hal ini dikarenakan belum berlakunya tarif 0 % yang disepakati dalam perjanjian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Dengan pemberlakuan ACFTA diharapkan terjadi peningkatan volume ekspor dan harga ekspor smoked

sheet lebih bersaing kompetitif. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisis dampak kerjasama perjanjian ACFTA terhadap perdagangan karet alam bentuk Smoked Sheet Indonesia, dimana Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar kedua setelah Thailand diantara negaranegara ASEAN. 1.2 Identikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet Indonesia ke negara ASEAN sebelum dan sesudah ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)? 2. Bagaimana harga karet alam bentuk smoked sheet ekspor Indonesia ke negara ASEAN sebelum dan sesudah adanya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)? 3. Bagaimana volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet Indonesia ke negara China sebelum dan sesudah ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)? 4. Bagaimana harga karet alam bentuk smoked sheet ekspor Indonesia ke negara China sebelum dan sesudah adanya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet Indonesia ke negara ASEAN sebelum dan sesudah adanya ACFTA (ASEAN- China Free Trade Area)? 2. Untuk menganalisis harga karet alam bentuk smoked sheet ekspor Indonesia ke negara ASEAN sebelum dan sesudah adanya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)? 3. Untuk menganalisis volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet Indonesia ke negara China sebelum dan sesudah adanya ACFTA (ASEAN- China Free Trade Area)? 4. Untuk menganalisis harga karet alam bentuk smoked sheet ekspor Indonesia ke negara ASEAN sebelum dan sesudah adanya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)? 1.4 Kegunaan Penelitian : 1. Sebagai bahan informasi bagi Pengusaha karet dalam melakukan ekspor karet 2. Sebagai pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijaksanan kerjasama 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan 4. Sebagai bahan infornasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang mendasari penelitian selanjutnya.