PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BONTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PROSIDING ISSN:

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-1 SMP NEGERI 5 PENAJAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE BERBASIS LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

Kata Kunci: Pohon Matematika, Berpikir kreatif

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

*Keperluan korespondensi, HP: ,

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 04

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN ALAT PERAGA

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Problem Based Learning Berpendekatan Scientific pada Materi Trigonometri

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

PEMBELAJARAN MELALUI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN SISWA SMP. Abstract

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MATERI SEGIEMPAT PADA SISWA SMP NEGERI 5 GERUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER GASAL SMK HARAPAN

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik dan Percaya Diri Siswa Kelas X Melalui Model Discovery Learning

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TPS DENGAN PENDEKATAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah disajikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ANALISIS REAL

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SQUARE (TPS) TO IMPROVE MATHEMATICS ACHIEVEMENT GRADE X AP 1 SMK PGRI PEKANBARU

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Setiawati 28. Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Model Traffinger. Guru Administrator Perkantoran SMKN 4 Jember

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

Girlda Elynikie B. 25, Dinawati Trapsilasiwi 26, Arif Fatahillah 27

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

BAB V PEMBAHASAN. sesuai temuan penelitian tersebut yang akan dibahas sebagai berikut:

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BONTANG Sugeng Suprayogi, Ipung Yuwono, dan Makbul Muksar Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang E-mail: sugeng_supra@yahoo.co.id, ipung@mat.um.ac.id, mmuksar@yahoo.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas X SMK Negeri 1 Bontang, materi sistem pertidaksamaan linier dua variabel dan penerapannya pada masalah program linier. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematika, yaitu: (1) orientasi, (2) menyajikan masalah, (3) mengumpulkan informasi dan membuat dugaan penyelesaian, (4) menguji dugaan penyelesaian dan membuat kesimpulan sementara, (5) mengkomunikasikan hasil, dan (6) refleksi dan kesimpulan. Peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian serupa, dapat mengembangkan pembelajaran inkuiri pada materi yang lain, dan sebaiknya mempertimbangkan penilaian terhadap sikap kreatif siswa. Kata Kunci: pembelajaran inkuiri, menumbuhkan, berpikir kreatif matematika Belajar matematika memerlukan kesiapan intelektual memadai, aktivitas mental yang tinggi dan kemampuan kognitif yang kompleks, meliputi kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah. Namun umumnya kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika cenderung prosedural dan berorientasi pada hasil belajar secara kognitif, kurang memperhatikan kemampuan berpikir kreatif siswa baik dalam proses konstruksi pengetahuan maupun memecahkan suatu masalah, sebagaimana yang terjadi SMK Negeri 1 Bontang. Pembelajaran matematika di SMK Negeri 1 Bontang berpusat pada guru, terjadi kecenderungan siswa meniru atau menghafal cara/rumus yang diberikan, yang berakibat belum tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif siswa sebagaimana yang diharapkan. Indikasi belum tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif tersebut antara lain: (1) siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan atau ide/gagasan, (2) siswa ragu-ragu bahkan tidak berani menjawab pertanyaan guru dengan ide/gagasannya sendiri, (3) siswa tidak berani menyelesaikan soal dengan caranya sendiri dengan alasan takut salah, terdapat kecenderungan bahwa cara berpikir siswa meniru cara-cara yang diberikan guru atau buku, dan (4) siswa peran siswa dalam mengerjakan soal masih kurang, hanya beberapa siswa pandai yang berinisiatif menyelesaikan di papan tulis. Sementara itu, berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru di SMK Negeri 1 Bontang, beberapa contoh yang menggambarkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan 328

329, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 masalah matematika, antara lain: (1) pada saat siswa diberikan soal Buatlah pertidaksamaan linier dua variabel yang salah satu anggota penyelesaiannya adalah (-2, -3)! Sebagian kecil siswa dapat menuliskan jawaban dengan benar. Namun siswa tersebut ragu-ragu, apakah jawaban yang mereka tulis benar, sebab jawaban siswa berbeda satu sama lain, sehingga siswa kurang yakin, (2) pada saat siswa diberikan soal Susunlah sistem pertidaksamaan linier dua variabel yang daerah penyelesaiannya berbentuk segitiga! Siswa terlihat bingung, siswa beranggapan sistem pertidaksamaan linier hanya dapat disusun jika grafik daerah himpunan penyelesaiannya telah diketahui. Memperhatikan permasalahan di atas, dipandang perlu menerapkan strategi pembelajaran yang membuat siswa termotivasi untuk berpikir kreatif dalam pembelajaran. Munandar (2009); Ruseffendi (dalam Hidayat, 2001:2) berpendapat, tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif berhubungan dengan cara mengajar guru. Kemampuan berpikir kreatif akan tumbuh jika siswa belajar atas prakarsanya sendiri, guru memberi kepercayaan kepada siswa untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan, memberikan stimulus, penghargaan, menyajikan materi ajar melalui berbagai cara/media, melatih siswa melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan, pemecahan masalah, dan brain stroming. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat ditumbuhkembangkan melalui penerapan pembelajaran yang melatih siswa menggali ide-ide dan mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri, baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran tersebut bernuansa eksplorasi, inkuiri, penemuan, atau pemecahan masalah. Salah satu pembelajaran yang memiliki karakter menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif adalah pembelajaran inkuiri. Goos, Stillman, & Vale (2007) berpendapat, pembelajaran inkuiri pada matematika menghasilkan pemahaman lebih dalam dan fleksibel. Berbagai penelitian baru berbasis konstruktivis menganjurkan pembelajaran matematika melalui inkuiri dan meminta guru melibatkan siswa untuk berpikir kreatif, bernalar, dan memecahkan masalah. Sedangkan menurut pendapat Silver (1997), pembelajaran matematika berorientasi inkuiri yang kaya aktivitas pemecahan masalah dapat digunakan guru untuk menumbuhkan berpikir kreatif siswa Siegrist (2009) menyampaikan beberapa karakteristik pembelajaran inkuiri dalam matematika, antara lain: (1) siswa membangun pemahaman matematika melalui dialog, (2) siswa bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah matematika, (3) adanya koreksi dari siswa, bahwa siswa melakukan pemeriksaan terhadap hasil jawaban mereka sendiri untuk mengetahui adanya kesalahan, (4) keberanian mengambil resiko, kritikan dianggap sebagai salah satu cara untuk mendapatkan ide, (5) siswa mempertimbangkan, mengusulkan, dan membangun alternatif cara/pendekatan untuk memecahkan masalah, (6) siswa menyelidiki prosedur penyelidikan, bahwa ketika siswa berpikir tentang apa yang mereka lakukan selama proses pemecahan masalah, maka mereka secara tidak langsung belajar bagaimana menyelidiki prosedur penyelidikan, dan (7) guru memfasilitasi siswa mempelajari matematika seperti layaknya ahli matematika. Berdasarkan pendapat tersebut, karakteristik pembelajaran inkuiri yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi partisipasi, kerjasama, penyelidikan, dan pemberian bimbingan guru (scaffolding). Partisipasi merupakan peran

Suprayogi, Penerapan Pembelajaran Inkuiri,330 serta siswa bertanya dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi atau masalah yang dipertanyakan dan menyelesaikan tugas di kelas. Kerjasama merupakan peran serta siswa bekerja secara kelompok, berdiskusi dan bertukar pikiran/ide/gagasan. Penyelidikan merupakan peran serta siswa dalam menemukan konsep dan memecahkan suatu masalah melalui aktivitas pengumpulan informasi dan pengajuan dugaan, menguji/menganalisis dugaan dan membuat kesimpulan. Pemberian bimbingan guru (scaffolding), yaitu pemberian bantuan seperlunya pada tahap awal pembelajaran, kemudian secara perlahan menguranginya untuk memberi siswa kesempatan mengerjakan sendiri tugasnya. Bimbingan yang diberikan bisa berupa penjelasan masalah, pemberian motivasi, pemberian pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pada penyelesaian masalah. Goos (2004) mengajukan asumsi dan menggambarkan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri, yaitu: (1) Cara berpikir matematik adalah sebuah tindakan dari membuat perasaan dan berbagai proses dari mengkhususkan, menggeneralisir, memperkirakan, dan meyakinkan, (2) Proses inkuiri matematika didukung dengan kebiasaan dari pemikiran individu dan pemantauan diri, (3) Cara berpikir matematis berkembang melalui dorongan guru tentang proses inkuiri, (4) Cara berpikir matematik dapat dibangkitkan dan diuji melalui partisipasi siswa sebaya dengan status yang sama, (5) Hubungan pengetahuan formal dan umum dapat membantu siswa untuk mengadopsi konvensi komunikasi matematika. Sedangkan tahapan pembelajaran inkuiri matematika menurut Menezes, Canavarro, & Oliveira (2012), sebagai berikut: (1) penyajian tugas, pembelajaran diawali dengan pemberian tugas yang menantang siswa untuk menyelesaikannya, (2) mendukung siswa bekerja mandiri dalam menyelesaikan tugasnya, guru meminta siswa untuk memberikan pembenaran (alasan) dan menyarankan cara-cara pemecahan yang berbeda, (3) merancang diskusi, guru mendorong pengajuan pertanyaan untuk klarifikasi ide, menjembatani diskusi dan perbandingan ide-ide, (4) sistematisasi pembelajaran, guru meminta siswa untuk mengidentifikasi konsep matematika berdasarkan masalah yang diberikan, memperjelas definisi dengan mengeksplorasi representasi, mengidentifikasi prosedur matematika yang digunakan dan menerapkannya. Berdasar pada Goos (2004); Menezes, Canavarro, & Oliveira (2012), langkah pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini adalah: (1) orientasi, (2) menyajikan masalah, (3) mengumpulkan informasi dan menyusun dugaan penyelesaian, (4) menguji dugaan dan membuat kesimpulan sementara, (5) mengkomunikasikan hasil, dan (6) refleksi dan kesimpulan. Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Menurut Mc Gregor (2007), berpikir kreatif matematika merupakan proses berpikir yang mengarahkan pada pemerolehan wawasan, pendekatan, perspektif, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Pehkonen, 1999: Krutetskii, 1976; Haylock, 1997; Silver, 1997 (dalam, 2006) berpendapat, berpikir kreatif matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan divergen yang memperhatikan aspek fleksibilitas, kefasihan, dan kebaruan. Sedangkan Grieshober (dalam Mahmudi, 2010), berpikir kreatif sebagai proses konstruksi ide menekankan pada aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kebaruan (originality), dan keterincian. Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kreatif didasarkan pada tiga aspek, yaitu kelancaran (fluency), fleksibel

331, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 (flexibility), dan orisinil (originality). Kelancaran (fluency) adalah kemampuan menemukan jawaban masalah dengan mudah, benar dan menghasilkan jawaban beragam. Fleksibel (fleksibility) adalah kemampuan menerapkan cara-cara yang berbeda dan benar dalam memperoleh jawaban. Sedangkan orisinil (originality) adalah kemampuan menemukan jawaban berbeda yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada tingkat pengetahuannya. Untuk mengukur berpikir kreatif dalam matematika, Mann (2005) menetapkan beberapa kriteria, antara lain: (1) kemampuan untuk merumuskan hipotesis mengenai hubungan sebab akibat dalam situasi matematis, (2) kemampuan untuk menentukan pola, (3) kemampuan memecahkan masalah matematika, (4) kemampuan mempertimbangkan dan mengevaluasi ide-ide matematika yang tidak biasa, untuk memikirkan kemungkinan akibat, dan (5) kemampuan merasakan apa yang hilang dari suatu siuasi matematika yang diberikan dan mengajukan suatu pertanyaan. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengacu pada model Kemmis & McTaggart (Arikunto, Suhardjono, & Supardi; 2010), berupa siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (action), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflection). Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas X kompetensi keahlian Analisis Kimia SMK Negeri 1 Bontang semester II tahun pelajaran 2012/2013, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Data yang diperoleh dalam penelitian meliputi: (1) deskripsi dan skor hasil pengamatan tindakan guru dan respon siswa dalam pembelajaran, (2) hasil penyelesaian LKS kelompok, (3) hasil tes berpikir kreatif, dan (4) deskripsi hasil wawancara. Pengamatan aktivitas pembelajaran dilakukan untuk mendeskripsikan tindakan guru dan respon siswa selama proses pembelajaran. Pada setiap pertemuan, LKS kelompok dikumpulkan dan dilakukan penilaian. Tes berpikir kreatif dilakukan pada setiap akhir siklus, berbentuk uraian. Sedangkan wawancara dilakukan tehadap tiga subyek penelitian (terdiri dari satu siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah), bertujuan mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dan menelusuri kemampuan berpikir kreatif subyek penelitian dalam menyelesaikan masalah yang disajikan. Tindakan dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) hasil pengamatan tindakan guru dan respon siswa selama pembelajaran minimal mencapai kategori baik, (2) hasil penyelesaian LKS kelompok, minimal 80% kelompok mencapai kategori cukup kreatif atau lebih, (3) hasil tes secara klasikal minimal 80% siswa mencapai kategori cukup kreatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini terlaksana dalam dua siklus. Setiap siklus berlangsung dalam empat kali pertemuan (tiga pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes). Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil pengamatan tindakan guru dan respon siswa mencapai 87,7% berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil analisis penyelesaian LKS kelompok, diketahui seluruh kelompok (8 kelompok) mencapai

Suprayogi, Penerapan Pembelajaran Inkuiri,332 kategori kreatif, memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu minimal 80% kelompok mencapai kategori cukup kreatif atau lebih. Berdasarkan hasil analisis tes akhir (berpikir kreatif), diketahui sebanyak 6 siswa dari 32 siswa atau 18,8% dari kreatif, 19 siswa atau 59,3% dari cukup kreatif, 7 siswa atau 21,9 % dari kurang kreatif. Dengan demikian sebanyak 25 siswa dari 32 siswa atau 78,2% dari minimal cukup kreatif atau lebih, pencapaian tersebut belum memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu minimal 80% dari keseluruhan siswa mencapai kategori cukup kreatif atau lebih. Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I, diperoleh informasi bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran, senang terlibat dalam kegiatan penyelidikan, bekerjasama dan berdiskusi kelompok. Subyek wawancara menyampaikan kesulitan yang dialami dalam pembelajaran dan memberikan koreksi positif terhadap tindakan guru, diantaranya siswa merasa waktu yang didisediakan terasa singkat sehingga presentasi terkesan buru-buru, siswa malu bertanya kepada guru, dan siswa mengalami kesulitan disebabkan guru tidak memberitahu contoh cara penyelesaiannya. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, diketahui hasil tes berpikir kreatif belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian disimpulkan bahwa tindakan dilanjutkan ke siklus II. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil pengamatan tindakan guru dan respon siswa mencapai 95,6% berada pada kategori sangat baik, memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu minimal mencapai kategori baik. Hasil analisis penyelesaian LKS kelompok, diketahui seluruh kelompok (8 kelompok) mencapai kategori kreatif, memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu minimal 80% kelompok mencapai kategori cukup kreatif atau lebih. Dari hasil analisis tes akhir (tes kemampuan berpikir kreatif) pada, diketahui sebanyak 2 siswa dari 32 siswa atau 6,2% dari sangat kreatif, 17 siswa atau 53,1% dari kreatif, 10 siswa atau 12,5 % dari cukup kreatif, dan 3 siswa atau 9,4% dari kurang kreatif. Dengan demikian sebanyak 29 siswa dari 32 siswa atau 90,6% dari keseluruhan siswa telah mencapai kategori minimal cukup kreatif atau lebih. Hasil tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu minimal 80% dari cukup kreatif atau lebih. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa pembelajaran inkuiri membantu siswa mempelajari materi sistem pertidaksamaan linier dua variabel dan penerapannya pada masalah program linier dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran serupa pada materi matematika yang lain. Ketiga aspek berpikir kreatif (kelancaran, fleksibel, dan orisinil) telah tampak dari jawaban siswa. Aspek kelancaran ditunjukkan dengan mampu menentukan nilai optimum masalah program linier dengan langkahlangkah yang tepat dan benar. Aspek feksibel ditunjukkan dari kemampuan siswa menuliskan cara-cara yang berbeda dalam menyusun model matematika. Aspek orisinil ditunjukkan kemampuan siswa menuliskan cara yang berbeda dari siswa lainnya, sebagai comtoh adalah siswa menggunakan pendekatan grafik untuk menentukan kemungkinan sepatu

333, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 model A dan model B yang terjual dengan keuntungan Rp400.000,00. Berdasarkan hasil penelitian di atas, langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X program studi Analisis Kimia di SMK Negeri 1 Bontang pada materi sistem pertidaksamaan linier dua variabel dan penerapannya pada masalah program linier adalah sebagai berikut. a. Tahap Awal Orientasi, guru membangkitkan semangat dan partisipasi siswa untuk siap mengikuti pembelajaran dengan mengingatkan pengetahuan prasyarat di awal pembelajaran melalui pertanyaan yang menarik dan menantang tentang persamaan linier dua variabel, sistem pertidaksamaan, daerah penyelesaian, model matematika (fungsi kendala dan fungsi obyektif), seperti: Sebutkan contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan penerapan dari pertidaksamaan atau sistem pertidaksamaan linier! Guru memberi kesempatan siswa menyebutkan/membuat contoh baru yang berbeda. b. Tahap Inti (1) menyajikan masalah, guru melatih siswa berpikir divergen melalui LKS yang berisi masalah terbuka tentang himpunan penyelesaian pertidaksamaan linier dua variabel, sistem pertidaksamaan linier dua variabel, menyusun model matematika, menentukan nilai optimum masalah program linier untuk dipecahkan siswa. (2) mengumpulkan informasi dan menyusun dugaan penyelesaian, siswa dilatih belajar secara mandiri dengan mengerjakan LKS yang didiskusikan bersama kelompoknya. Meminta siswa menuliskan semua ide atau gagasan dalam menyelesaikan masalah tentang sistem pertidaksamaan linier dan penerapannya pada masalah program linier. Guru memberikan bimbingan yang mengarahkan siswa menemukan penyelesaian masalah yang disajikan, berupa petunjuk secara verbal, seperti: Baca kembali soal tersebut dengan cermat!, Coba perhatikan kembali daerah penyelesaian soal tersebut!. Berupa pertanyaan, seperti: Tunjukkan garis yang membatasi daerah penyelesaian!, Berapa banyak daerah pada gambar tersebut yang dapat dipilih sebagai daerah penyelesaian?, atau berupa anjuran menyelesaikan masalah secara bertahap, seperti: Coba gambarkan dulu daerah penyelesaian dari pertidaksamaan x 3y 9, setelah itu gambarkan daerah penyelesaian dari 2 x 2 dan y 0, menurutmu adakah irisan dari ketiga daerah penyelesaian tersebut? Jika ada, tunjukkan dan tandailah daerah irisan tersebut! dalam proses penyelesaian masalah, guru memberi kesempatan siswa untuk mencari informasi yang mendukung penyelesaian dari buku siswa dan buku sumber lainnya yang relevan. (3) menguji dugaan dan menyusun kesimpulan sementara, meminta siswa mendiskusikan ide atau gagasan penyelesaian yang diperoleh masingmasing siswa dalam menyelesaikan masalah yang disajikan bersama kelompoknya dan menentukan beberapa alternatif penyelesaiannya. Meminta siswa menuliskan penyelesaian masalah yang telah disepakati oleh anggota kelompok dan menyiapkannya untuk kegiatan presentasi. (4) mengkomunikasikan hasil, beberapa kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan

Suprayogi, Penerapan Pembelajaran Inkuiri,334 meminta kelompok lainnya memberikan tanggapan, koreksi, dan alternatif cara pemecahan masalah. Guru memberikan penguatan jawaban benar dan mengarahkan siswa mengetahui letak kesalahannya, juga memberikan apresiasi/penghargaan verbal berupa pujian atau tepukan tangan kepada siswa atau kelompok yang berani menyampaikan ide atau gagasannya. c. Tahap Akhir Refleksi dan kesimpulan, guru meminta siswa melakukan pengecekkan kembali (me-review) langkah penyelesaian yang telah diperoleh sebagaimana hasil diskusi kelas (presentasi) dan membuat kesimpulan hasil belajar. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, penerapan pembelajaran inkuiri yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematika, dengan langkah-langkah: (1) orientasi, membangkitkan semangat dan partisipasi siswa untuk siap mengikuti pembelajaran dengan mengingatkan pengetahuan prasyarat di awal pembelajaran melalui pertanyaan yang menarik dan menantang, (2) menyajikan masalah, melatih siswa berpikir divergen melalui pemberian LKS yang memuat masalah terbuka, dan siswa memahami dan mencermati masalah, (3) mengumpulkan informasi dan membuat dugaan penyelesaian, melatih siswa belajar secara mandiri dengan mengerjakan LKS yang didiskusikan bersama kelompoknya, (4) menguji dugaan penyelesaian dan membuat kesimpulan sementara, meminta siswa mendiskusikan ide atau gagasan penyelesaian yang diperoleh masingmasing anggota kelompok, membahas beberapa alternatif penyelesaian, (5) mengkomunikasikan hasil, beberapa kelompok mempresentasikan jawaban, meminta kelompok lainnya memberikan tanggapan, koreksi, atau alternatif pemecahan masalah, (6) refleksi dan kesimpulan, melakukan pengecekkan kembali langkahlangkah penyelesaian dan membuat kesimpulan hasil belajar. Bagi peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian serupa, dapat mengembangkan pembelajaran inkuiri pada materi yang lain, dan untuk mendukung hasil tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif siswa, sebaiknya dilakukan penilaian terhadap sikap kreatif siswa. DAFTAR RUJUKAN Arikunto & Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidkan, Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara. Goos, M. 2004. Learning Mathematics in a Classroom Community of Inquiry. Jurnal for research in Mathematics Education 2004 Vol 35, No. 4, 258-291. Goos, Stillman, & Vale. 2007. Teaching Secondary School Mathematics, Research and Practice for the 21 st century. Australia: Allen & Unwin. Hidayat, Rachmat. 2001. Proses Pendidikan Matematika Ekonomi yang Ideal Ditinjau dari Pandang Kurikulum. Fokus, Jurnal Akuntansi dan Manajemen Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi Bandung, Volume 2 No. 3, Februari 2001. Mahmudi, Ali. 2010. Pengaruh Strategi MHM Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Persepsi terhadap

335, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 Kreativitas. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: UNY. Mann, E. L. (2005). Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Disertasi University of Connectitut. [online] tersedia di: http://www.gifted.uconn.edu/siegle/ Dissertations/Eric%20Mann.pdf (diakses 12 Desember 2012). Mc Gregor. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press. Menezes, Canavarro, & Oliveira. 2012. Teacher Practice in Inquiry-Based Mathematics Classroom. Hellenic Mathematical Society, International Journal for Mathematics in Education. Volume 4. 2012. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Siegrist, R. 2009. Characteristics of a High School Classroom Community of Mathematical Inquiry. Analitic Teaching and Philosophical Praxis, Vol. 29 No. 1. [on line] tersedia di www.viterbo.edu/uploadedfiles/aca demics/letters/philosophy/atp/siegris t.pdf (diakses 27 September 2012). Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing. (on line). (http://www.fzkarlsruhe.de/fiz/publication/zdm973 a3.pdf., diakses 2 Agustus 2012) Siswono, T. Y. E. 2006. Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Jurnal terakreditasi PancaPendidikan, FKIP Universitas Negeri Jember. Tahun XIX, No. 63, April 2006.