BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

dokumen-dokumen yang mirip
MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

OPT PADA TANAMAN PADI

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

Hama Penyakit Tanaman Padi Gogo. Tim : BPTP Jawa Tengah

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PERUBAHAN IKLIM DAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA PADA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 SET A. INDIVIDU PETANI

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

III. BAHAN DAN METODE

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pembangunan pertanian

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Padi Gogo Pemuliaan Padi Tipe Baru

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

I. KEBERADAAN OPT PADI

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Transkripsi:

BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang. Benih dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Setelah perkecambahan spora, infeksi pasak yang terbentuk akan menembus kutikula dan epidermis tanaman. Luka blas bisa terjadi pada semua bagian tanaman padi pada fase pertumbuhan yang berbeda. Dalam kondisi infeksi yang parah, tanaman memperlihatkan gejala seperti terbakar sehingga disebut blas. Gejala blas Blas padadaun berupa bercak: bercak berwarna abu-abu di bagian tengah dengan bagian sisinya berwarna gelap, dan berbentuk berlian/belah ketupat. Luka biasanya bermula dari spot seperti tusukan-pin dan tampak hampir sama dengan luka bercak coklat. Beberapa bercak bersatu membentuk pola yang lebih besar dan tidak beraturan. Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. Blas node/buku: node berubah menjadi coklat tua hinga hitam dan mudah patah. Blas leher: luka blas tampak seperti seperti sabuk coklat di sekeliling node/buku malai yang menyebabkan malai terluka. Gejala blas leher berbeda dengan gejala sundep yang disebabkan oleh luka akibat hama penggerek batang, dimana seluruh batang dapat dengan mudah ditarik dari pangkal tanaman. Gejala blas leher, batang malai tidak mudah ditarik dari pangkal tanaman. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan hawar daun bakteri Suhu rendah pad amalam hari (17 230C) Kelembaban relative tinggi (. 90%) Periode embun yang sering dan berkepanjangan (. 10 jam) Periode kebasahan daun lama Berselang-selingnya curah hujan dan langit mendung

Tanah aerobik (lingkungan dataran tinggi/lahan kering dan tadah hujan) Penggunaan pupuk nitrogen tinggi Tanaman inang, rumput-rumputan/gulma lainnya Pengendalian Penyakit Blast dengan Teknik Budidaya 1. Penanaman Benih Sehat Jamur penyebab penyakit blast dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin. Pertanaman yang terinfeksi penyakit blast sangat tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai benih. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan fungisida anjuran. 2. Perendaman (Soaking) benih Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman. 3. Cara pelapisan (Coating) benih Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan. 4. Cara tanam Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.

5. Pemupukan Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blast. Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blast. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. 6. Penanaman Varietas Tahan. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blast adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blast di wilayah desa Tuliskriyo dan Bendowulung diantaranya adalah Beo, Mutiara dan Zavalnos. Upaya lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus atau dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas. 7. Penggunaan Fungisida untuk Penyemprotan Tanaman Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman. Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan jamur P. grisea. Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga. Dari pengalaman beberapa petani di desa Jeding, penyemprotan pada malam hari lebih efektif mengendalikan serangan blast. Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk pengendalian penyakit blast tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Fungisida untuk pengendalian penyakit blast melalui penyemprotan Nama Umum (Bahan Aktif) Nama Dagang Dosis Formulasi /aplikasi Volume Semprot /ha Isoprotiolan Fujiwan 400 EC 1 lt 400-500 lt Trisiklazole Dennis 75WP, Blast 1 lt / kg 400-500 lt 200SC, Filia 252 SE Kasugamycin Kasumiron 25 WP 1 kg 400-500 lt Thiophanate methyl Topsin 70WP 1 kg 400-500 lt

Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blast. 1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat. 2. Gunakan benih sehat. 3. Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas dosis anjuran. 4. Melakukan rotasi tanaman dan rotasi varietas 5. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan. 6. Perlakuan benih dengan fungisida. 7. Melakukan pengamatan secara kontinyu. Sesuai prinsip PHT 8. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blast daun dan blast leher terutama di daerah endemik. 9. Terapkan system tanam jajar legowo. 10. Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.