BAB I PENDAHULUAN. maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. berbagai isu strategis pembangunan. Ketimpangan pembangunan poros utaratengah-selatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan pariwisata secara signifikan pada perkembangan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan. (ribuan orang) (hari)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok bagi mereka. Semakin berkembangnya persaingan bisnis di era globalisasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I LATAR BELAKANG

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi fenomena global baik dalam persaingan bisnis maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan hidup serta hubungan antar bangsa dan negara. Perubahan struktur ekonomi dunia serta pesatnya perkembangan teknologi informasi dan transportasi menyebabkan pariwisata menjadi salah satu mega industri di abad ke-21, terutama dalam penyediaan barang dan jasanya khususnya untuk wisatawan selama melakukan perjalanannya. Kompetisi antarnegara dan antar destinasi dewasa ini terjadi sangat ketat khususnya di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Munculnya perdagangan bebas ASEAN melalui Free Trade Area (AFTA) telah menyebabkan intensitas persaingan dalam industri pariwisata semakin tinggi, mengingat negara-negara di kawasan ASEAN relatif menjual daya tarik yang mirip karena kesamaan rumpun, akar sejarah, jejak budaya dan peradaban, serta kondisi alamnya. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena mempunyai tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah masyarakat (people). Masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa bersahabat dengan bangsa manapun. Potensi ke dua adalah alam (nature heritage). Indonesia mempunyai alam yang indah, yang tidak dipunyai negara- 1

2 negara lain, misalnya pegunungan yang ada di setiap pulau, pantai yang indah, goa, serta hamparan sawah yang luas. Potensi yang ketiga adalah budaya (cultural haritage). Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Setiap suku, kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari segi logat, baju, bangunan rumah, musik, maupun upacara-upacara adat. Semuanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya budaya. Hal itu merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia karena rasa keingintahuannya. (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata : 2012). Ketiga unsur tersebut yang akan mendukung pesatnya kemajuan kepariwisataan Indonesia di masa yang akan datang. Namun sayangnya, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selalu kalah bila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Singapura. Berikut ini adalah data jumlah kunjungan wisatawan antanegara ke ASEAN tahun 2008 sampai dengan 2012 : TABEL 1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DI ASEAN TAHUN 2008-2011 (Orang) Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Brunai Darussalam 17.5 225.8 157.5 160.1 163.1 Kamboja 2,015 2,125.5 2,161.6 2,179.0 2,181.0 Indonesia 5,505.8 6,429.0 6,452.0 6,720.0 7,111.0 Laos 1,623.9 4,004.8 2,008.4 2,108.3 2,205.3 Malaysia 20,236.0 22,052.5 23,646.2 24,652.7 24,857.6 Myanmar 732.1 660.8 762.5 769.3 778.4 Philipina 3,092.0 3,139.4 2,705.0 2,813.5 2,903.5 Singapura 10,287.6 10,116.5 9,681.3 9,863.0 9,987.0 Thailand 14,464,2 14,597.5 14,091.0 14,265.8 14,507.8 Vietnam 4,149.5 4,253.7 3,772.3 3,875.6 3,905.3 Sumber : ASEAN Statistical Yearbook (ASEAN, 2012) Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Indonesia hanya memiliki kunjungan wisman yang lebih banyak diatas Brunei Darussalam dan Filipina yang sejak diberlakukannya AFTA tahun 2002, tetapi masih dibawah Malaysia, Thailand dan

3 Singapura. Padahal Indonesia memiliki daratan dan lautan yang lebih luas, suku bangsa dan kebudayaan yang lebih beraneka ragam, dan bentang alam yang lebih banyak. Pariwisata sebagai industri ini agar dapat menjadi andalan dalam perekonomian suatu negara, maka diperlukan perencanaan dan penggarapan yang matang. Agar perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata dapat terpuaskan, maka diperlukan pengemasan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Pengelolaannya memerlukan langkah integratif pemerintah dan pelaku usaha. Pengelolaan itu dibuktikan tidak hanya dengan keseriusan pemda untuk memperbaiki fasilitas dan sarana wisata, kemudahan layanan imigrasi, transportasi memadai, tetapi juga peran pelaku usaha dalam mengelola kawasan wisata, hingga pemasaran produk khas daerah. Menurut Jero Wacik hanya tujuh dari 33 provinsi di Indonesia yang secara swadaya giat berpromosi dan mendorong pariwisata yang salah satu diantaranya adalah Provinsi Jawa Barat. Wilayah Jawa Barat, dikenal karena memiliki kekayaan dan keragaman sumber daya pariwisata yang tinggi seperti wisata alam, wisata budaya, dan wisata khusus. Kegiatan pariwisata telah diandalkan sebagai sektor yang potensial untuk pembangunan Jawa Barat, karena alasan ekonomi, sosial, konservasi dan pelestarian lingkungan dan budaya. Namun demikian, pariwisata dan budaya Jawa Barat masih menghadapi sejumlah permasalahan dalam perkembangannya, sehingga kontribusi kedua bidang tersebut bagi peningkatan kehidupan sosial budaya dan ekonomi daerah masih belum optimal. Permasalahan tersebut muncul

4 dari kelemahan intern, kekurangsigapan dalam pelaksanaan otonomi daerah dan antisipasi terhadap arus globalisasi disegala bidang kehidupan. Sebagai gambaran Tabel 1.2 dibawah ini menunjukkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat Periode 2008-2012. TABEL 1.2 KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA DAN ASING KE JAWA BARAT TAHUN 2008-2012 Tahun Wisatawan Nusantara (Orang) Pertumbuhan (%) Wisatawan Asing (Orang) Pertumbuhan (%) 2008 23.782.802-0,3 338.959 49,3 2009 24.075.027 1,2 254.551-24,9 2010 25.066.687 4,1 205.033-19,5 2011 25.781.420 2,8 215.347 5,0 2012 26.012.223 4,8 221.410 2,8 Sumber : Disbudpar Provinsi Jawa Barat, 2012 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat untuk cenderung fluktuatif bahkan pada tahun-tahun tertentu terjadi penurunan yang cukup signifikan, misalnya pada tahun 2009 wisatawan asing yang datang ke Jawa Barat turun hingga -24,9%. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke sejumlah objek wisata di Jawa Barat. Meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata tentunya dapat berdampak positif bagi perkembangan sektor pariwisata di daerah-daerah yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu alternatif destinasi wisata di Jawa Barat, namun dalam perkembangannya objek wisata Majalengka yang sebagian besar masih belum tergarap secara maksimal yang tentunya menjadi tantangan sendiri bagi Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk bisa mendatangkan para investor. Berdasarkan data jumlah wisatawan yang

5 berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Majalengka dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari 141.000 orang di tahun 2008 menjadi 184.578 orang pada tahun 2012 atau naik rata-rata sebesar 6,9% per tahun. Peningkatan tersebut dimungkinkan karena tersedianya pilihan kawasan wisata yang tersedia di Kabupaten Majalengka. Salah satu kekuatan pariwisata Kabupaten Majalengka adalah banyaknya jenis wisata alam dan minat khusus yang dapat dijadikan sebagai kawasan wisata unggulan bagi pengembangan wisata di daerah tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Majalengka tahun 2012, secara keseluruhan jumlah objek wisata yang ada di Kabupaten Majalengka cukup beragam seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3. TABEL 1.3 OBJEK WISATA DI KABUPATEN MAJALENGKA No Nama Objek Wisata Jenis Wisata Lokasi 1 Talaga Herang Alam Desa Jeruk Leuet, Kec Sindangwangi 2 Kolam Renang Tirta Minat Khusus Kec Sindangwangi Indah 3 Situ Cijuda Alam Kec Sindangwangi 4 Curug Maja Alam Desa Argamukti, Kec Argapura 5 Talaga Cipanten Alam Gunung Kuning, Kec Sinadng 6 Situ Cipadung Alam Desa Pajajar, Kec Sindang 7 Curug Tonjong Alam Desa Teja, Kec Rajagaluh 8 Taman Nasional Alam & Minat Payung Rajagaluh Sadarehe Khusus 9 Objek Wisata Prabu Budaya Padjajar Rajagaluh Siliwangi 10 Taman Dinosaurus Minat Khusus Kec Bantarujeg 11 Musieum Talaga Budaya Desa Talaga Wetan, Kec Talaga Manggung 12 Sumur Sindu Budaya Jatitujuh 13 Bendungan Rentang Alam Jatitujuh 14 Situ Sangiang Alam Cigasong 15 Air Terjun Cilutung Alam Desa Campaga, Kec Talaga 16 Situ Batu Budaya Kec Malausma 17 Panorma Cikebo Alam Desa Tegal Sari, Kec Maja

6 18 Situ Janawi Alam Desa Payung, Kec Rajagaluh 19 Gunung Batu Tilu Alam Desa Jatimulya, Kec Kasokandel 20 Situ Resmi Alam Desa Sukasari, Kec Argapura No Nama Objek Wisata Jenis Wisata Lokasi 21 Panorama Lemahputih Alam Desa Lemahputih, Kec Lemahsugih 22 Sirkuit Gagaraji Alam & Minat Desa Pangkalan pari, Kec Khusus Jatitujuh 23 Situ Anggarahan Alam Desa Pilangsari, Kec Jatutujuh 24 Kebun Teh Cipasung Alam Desa Sipasung, Kec Lemahsugih 25 Perkebunan Teh Alam Desa Payung, Kec Rajagaluh Sadarehe 26 Batu Luhur Alam Kec Sindangwangi 27 Bulit Alam Hejo Alam Desa Heubeulsiuk 28 Curug Sawer Alam Desa Argalingga, Kec Argapura 29 Air Terjun Cibali Alam Desa Cikondang 30 Curug Muara Jaya Alam Desa Argalingga, Kec Argapura Sumber: Dinas Budpar Kab. Majalengka, tahun 2012 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Kabupaten Majalengka memiliki objek dan daya tarik wisata alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Melihat modal dasar dalam bidang pariwisata alam khususnya, Kabupaten Majalengka mempunyai prospek yang baik dalam industri pariwisata. Jumlah penduduk Majalengka pada tahun 2012 berdasarkan hasil registrasi penduduk adalah 1.514.319 jiwa, angka pertumbuhan 0,82% per tahun merupakan pasar utama dalam industri pariwisata. Apabila 30% saja dari penduduk Majalengka mau mengunjungi objek wisata di Majalengka sendiri maka akan ada pemasukan yang cukup besar ke Pemerintah Daerah. Meningkatnya jumlah kunjungan ini akan turut menggerakan roda ekonomi masyarakat sekitar tempat wisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Terjadinya peningkatan jumlah kunjungan ke tempat wisata yang ada di Kabupaten Majalengka tentunya tidak terlepas dari peran strategis dari objek wisata dan daya tarik wisata yang tersebar di beberapa wilayah yang ada di

7 Kabupaten tersebut. Sebagian besar pilihan wisatawan berkunjung ke objek-objek wisata di Kabupaten Majalengka adalah kemenarikan wisata alamnya yang asri dan belum tercemar polusi, namun selama ini masih ada anggapan bahwa beragamnya kemenarikan objek wisata di Kabupaten Majalengka ini kurang didukung oleh penyediaan sarana penunjang untuk berwisata. Selama ini upaya yang dilakukan oleh Disbudpar Kabupaten Majalengka, dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan masih sebatas pada penyebaran booklet, dan leaflet. Oleh karena itu Disbudpar Kabupaten Majalengka dituntut untuk mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, dimana strategi pemasaran harus disesuaikan menurut kebutuhan wisatawan, sehingga intensitas kunjungan wisatawan yang masuk ke Kabupaten Majalengka, semakin meningkat. Pengembangan dan pembenahan atribut-atribut dari produk wisata alam yang selama ini menjadi andalan dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung perlu mendapatkan prioritas agar jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Majalengka semakin meningkat. Salah satu destinasi wisata alam yang menjadi andalan dan banyak dikunjungi oleh wisatawan di Kabupaten Majalengka adalah Curug Muara Jaya. Wisata alam ini sudah cukup dikenal luas, karena daya tariknya dan fasilitas pendukung di Curug Muara Jaya sudah dikelola dengan cukup baik. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah kunjungan wisatawan nusantara cenderung menurun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

8 TABEL 1.4 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA KE CURUG MUARA JAYA DAN CURUG TONJONG TAHUN 2008-2012 Tahun Curug Muara Jaya (orang) Pertumbuhan (%) Curug Tonjong (orang) Pertumbuhan (%) 2008 13.921 2,8 643 11,6 2009 13.064-6,2 689 7,2 2010 12.876-1,4 740 7,4 2011 11.824-8,2 732-1,1 2012 11.624-1,9 759 3,7 Sumber: Dinas Budpar Kabupaten Majalengka, 2011 Tabel 1.4 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan nusantara yang berkunjung ke Curug Muara Jaya dari tahun 2008-2012 cenderung fluktuatif dengan kecenderungan yang menurun. Pada tahun 2008 pertumbuhan wisatawan nusantara masih menunjukkan tren positif tetapi sejak tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang negatif bahkan di tahun 2011 terjadi penurunan yang signifikan yakni -8,2% jauh lebuh rendah dibandingkan dengan penurunan jumlah pengunjung yang juga terjadi pada Curug Tonjong. Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa keputusan wisatawan nusantara untuk melakukan kunjungan ke Curug Muara Jaya juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah kunjungan tersebut terjadi disebabkan karena semakin banyaknya alternatif pilihan wisata keluarga di Kabupaten Majalengka. Pada tataran inilah atribut wisata menjadi satu hal yang penting dan menjadi satu pertimbangan wisatawan ketika mereka memutuskan untuk datang berkunjung ke objek wisata yang akan mereka pilih. Selama ini upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola yaitu Kompepar dalam meningkatkan jumlah kunjungan hanya sebatas

9 pada penyebaran booklet, leaflet yang disebarkan pada saat liburan atau akhir pekan saja yakni Sabtu dan Minggu. Suh dan Gartner (2004) menyatakan bahwa faktor penyebab konsumen berkunjung ke suatu objek wisata adalah karena tertarik dengan atribunya baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Richardson dan Fluker (2004:50) juga menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan berkunjung, yaitu destination attractions, destination facilities, accessibility dan image. Selain itu Pitana dan Gayatri (2009:73), mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan berkunjung seseorang, yaitu keunggulan daerah tujuan wisata yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang ditawarkan, layanan, lingkungan fisik dan sosial, keamanan, aksesibilitas dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan. Melihat dari fenomena yang ada, maka Kompepar selaku pengelola objek wisata Curug Muara Jaya perlu untuk meningkatkan persentase jumlah kunjungan wisatawan, yaitu melalui atribut produk wisata yang terdiri dari harga yang kompetitif, atraksi budaya, menawarakan keindahan alam di sekeliling curug muara jaya dan jaminan keamanan bagi setiap pengunjung yang datang. Atraksi wisata yang dapat dinikmati atau dilakukan oleh wisatawan di Curug Muara Jaya, yaitu berenang di bawah siraman air terjun dengan ketinggian kurang lebih 75 meter, dapat melihat atraksi kesenian Jaipongan yang rutin digelar setiap akhir pekan dan musim liburan lainnya, panorama alam pegunungan dan kawasan agrowisata dengan udaranya yang sejuk. Atraksi wisata lainnya adalah upacara adat Pareresan yang digelar oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu,

10 untuk menunjang berbagai macam aktivitas yang akan dilakukan oleh wisatawan selama berwisata, pihak Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) selalu pengelola telah memiliki beberapa fasilitas pendukung seperti mushola, toilet, warung, shelter, parkir, balai pertemuan dan loket karcis. Akan tetapi dari aspek aksesibilitas pendukung menunju Curug Muara Jaya masih dirasakan kurang terutama belum tersedianya infrastruktur jalan yang memadai untuk roda empat. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang, keamanan dan kenyamanan lingkungan tentunya berperan penting dalam menunjang kenyamanan pengunjung yang berarti pula kepuasan mereka terhadap tempat wisata tersebut akan semakin tinggi. Untuk itu, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan pengembangan produk wisata Curug Muara Jaya. Pengembangan produk wisata ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan produk yang sudah ada melalui renovasi/perbaikan dan juga bisa dengan cara menciptakan produk wisata baru yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Atribut Produk Wisata Alam Curug Muara Jaya Terhadap Keputusan Berkunjung (Survei pada Pengunjung Curug Muara Jaya Kabupaten Majalengka). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana atribut produk wisata alam Curug Muarajaya Kabupaten Majalengka

11 2. Bagaimana keputusan berkunjung wisatawan pada Curug Muarajaya Kabupaten Majalengka 3. Bagaimana pengaruh atribut produk wisata alam terhadap keputusan berkunjung wisatawan 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil kajian mengenai: 1. Atribut produk wisata alam Curug Muarajaya Kabupaten Majalengka 2. Keputusan berkunjung wisatawan pada Curug Muarajaya Kabupaten Majalengka 3. Seberapa besar pengaruh atribut produk wisata alam terhadap keputusan berkunjung wisatawan 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan : 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi pengembangan ilmu dan penelitian dalam bidang disiplin ilmu Manajemen Pemasaran Pariwisata khususnya mengenai atribut produk wisata dan keputusan berkunjung wisatawan, sehingga dapat memberikan masukan bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan Manajemen Pemasaran Destinasi.

12 2. Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pengelola objek wisata alam Curug Muarajaya Kabupaten Majelengka untuk dapat lebih mengetahui program mana yang dapat memberikan keuntungan lebih banyak terutama dalam hal pengembangan atribut produk wisata dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, sehingga dapat menjadikan bahan informasi agar nantinya dapat lebih dikembangkan lagi kearah yang lebih baik bagi pengembangan wisata alam di Kabupaten Majalengka.