PIDATO KUNCI REKTOR PADA PEMBUKAAN SEMINAR TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN (BHP) SEBAGAI PENYELENGGARA PENDIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (PT BHMN), dan kemudian disusul dengan 3 (tiga) Perguruan Tinggi Negeri

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

JAWA POS, 24/7/03 PT-BHMN KELUAR DARI CUL-DE-SAC

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Assalamu alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakatuh

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI PERTANIAN RI. PADA KONFERENSI INTERNASIONAL HAK ASASI PETANI Jakarta, 21 Juni 2008

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi

GUBERNUR PAPUA. Syaloom, Salam sejahtera bagi kita semua, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketua dan anggota majelis hakim yang mulia, Bapak, Ibu, dan hadirin serta para pemohon yang saya hormati,

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom. Om Swastiastu.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAH DESA BIDANG MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA

MEMANTAPKAN RAMBU SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KEGIATAN AKADEMIK ITB. Oleh: Djoko Santoso, DR., Ir., M.Sc. Profesor dan Ketua Senat Akademik ITB

Sambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB MEMANTAPKAN AKUNTABILITAS DAN MUTU ITB

SAMBUTAN KETUA DPR-RI

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

SAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK ITB Dies Natalis ke-56 Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Senin 2 Maret 2015

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

MENURUT UUD Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati;

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TANGGAL : 11 MEI 2016

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. bangsa agar salah satu tujuan Negara Indonesia tercapai. Berdasarkan visi dalam

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-71 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. Jakarta, 30 Oktober 2017

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

S A M B U T A N PADA UPACARA PENGIBARAN BENDERA KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA BULAN APRIL 2015 TINGKAT KABUPATEN BOGOR. Jumat, 17 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016

PIDATO KETUA SENAT AKADEMIK. Peran dan Tanggung Jawab Senat Akademik Menjembatani Retorika Pendidikan Tinggi dengan Realita

Bismillahi rahmani rahiim,

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET

KEYNOTE ADDRESS INTERNATIONAL CONFERENCE PRINCIPLES FOR ANTI-CORUPTION AGENCIES (ACA)

RABU, 20 JANUARI 2016

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-70 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN JAKARTA, 31 OKTOBER 2016

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

Tunjangan Kinerja pada PTN Badan Hukum. Dialog Bersama Rektor IPB Bogor, 17 Februari 2014

STRATEGI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM RAPAT KOORDINASI DEWAN PENGAWAS BLU TAHUN 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Jakarta, 10 November 2011

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA PERINGATAN HARI KRIDA PERTANIAN (HKP) KE-42 TAHUN 2014 JAKARTA, 23 JUNI 2014

Puji syukur kehadirat Allah SWT, kita berkumpul dalam rangkaian acara ITB

SAMBUTAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

Assalamu allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita sekalian

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN RI PADA SEMINAR DAN LAUNCHING INDONESIAN WOMEN FOR WATER, SANITATION and HYGIENE) IWWASH MENTENG, 18 FEBRUARI 2015

Yth. Sdr. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Yth. Sdr. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 DESEMBER 2015

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Keynote Speech. Menteri Pertanian Republik Indonesia PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA DAN PENYERAHAN HADIAH LOMBA TANGGAL : 9 OKTOBER 2014

MEDIA INDONESIA 22/7/03 CAPITAL FLIGHT DAN PENDIDIKAN TINGGI. Sofian Effendi 1

Bapak/Ibu, serta hadirin yang kami muliakan.

S A M B U T A N PADA UPACARA PENGIBARAN BENDERA KEBANGSAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 17 BULAN FEBRUARI 2017 TINGKAT KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. semakin dahsyat dengan datangnya kapitalis dunia. P. Berger dalam meramalkan, dalam era

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua


PIDATO BUPATI KAPUAS HULU

S A M B U T A N PADA UPACARA PENGIBARAN BENDERA KEBANGSAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 17 BULAN JANUARI 2018 TINGKAT KABUPATEN BOGOR

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014

Yth. Anggota Komisi XI DPR RI, Ibu Indah Kurnia, Para Pelaku Industri Perasuransian, Para hadirin sekalian

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KERJA MENTERI KEUANGAN DENGAN KOMISI XI DPR-RI

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA BULAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

Materi Pidato Pengantar Menteri Pertanian pada Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR-RI.

Pidato Ketua Senat Akademik ITB Pada Peringatan Dies Natalis ke-49 ITB

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS KAUKUS PEREMPUAN PARLEMEN REPUBLIK INDONESIA (KPP-RI) Periode

SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN PEMBEKALAN CPNS ANRI TAHUN 2015 JAKARTA, 9 APRIL 2015

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR Rl TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

ARAH KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS Oleh : FX Soekarno, SH. 2

S A M B U T A N PADA UPACARA PERINGATAN HARI JADI BOGOR KE-535 TAHUN 2017 TINGKAT KABUPATEN BOGOR. 3 Juni 2017

Oleh Oktaviaa Ester Pangaribuan,

BEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

SOAL JALUR SESAT YANG MENYESATKAN

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN MUSRENBANG POLRI TAHUN 2015 TANGGAL 25 MEI 2015

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG T E N T A N G PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA (PAN) TAHUN ANGGARAN 2003

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA SILATURAHMI PIMPINAN DPR RI, MENKO POLHUKAM, MENKO EKUIN DAN MENKO KESRA SERTA PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II

Transkripsi:

PIDATO KUNCI REKTOR PADA PEMBUKAAN SEMINAR TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN (BHP) SEBAGAI PENYELENGGARA PENDIDIKAN 12 Juli 2005 Hotel Santika, Yogyakarta Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua Selamat pagi. Yang saya hormati: Ketua Badan Pembinaan Hukum Nasional Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM Para pimpinan perguruan tinggi Para undangan, serta Para peserta Seminar. Sebagai mahluk beragama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata ala atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah Nya kepada kita semua sehingga pagi ini dapat bersama-sama menghadiri upacara Pembukaan Seminar tentang Badan Hukum Pendidikan sebagai Penyelenggara Pendidikan yang diadakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional bekerjasama dengan Kanwil Departemen Hukum dan HAM, Propinsi DIY, dan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Pada kesempatan yang amat baik ini saya pribadi ingin menyampaikan penghargaan kepada Kepala BPHN atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan sambutan dan sekaligus membuka Seminar ini. Sebagai pimpinan sebuah PTN yang sejak 2000 telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai sebagai salah satu PTN otonom untuk mengelola urusannya, tema Seminar Badan Hukum Pendidikan sebagai Penyelenggara Pendidikan, sangatlah tinggi relevansinya dengan permasalahan dilapangan yang sedang dihadapi oleh 6 PT- BHMN. Karena itu saya harapkan Seminar ini akan dapat menghasilkan solusi konkret berupa usulan landasan hukum yang mantap bagi pelaksanaan UUD 1945 yang menetapkan bahwa salah satu tugas Pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Usulan tersebut juga merupakan pelaksanaan dari UU Sisdiknas khususnya Pasal 53 ayat (1) yang mencitacitakan setiap penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan berbentuk badan hukum. Saudara Kepala BPHN dan hadirin yang saya hormati, Dalam merespon berbagai hambatan dan tantangan yang muncul bersamaan dengan revolusi teknologi komunikasi serta globalisasi yang sedang melanda berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia, sebagai bangsa kita telah menghasilkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. UU tersebut merupakan perubahan paradigma bidang pendidikan, paling tidak dalam 3 bidang: Pertama, bahwa sistem pendidikan nasional adalah merupakan pengejahwantahan dari tugas konstitusional pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi berbagai tantangan selaras dengan tuntutan perubahan kehidupan masyarakat lokal, nasional dan global. Ketiga, bahwa pendidikan adalah tanggungjawab BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 2

bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat. Pergeseran paradigma, atau kalau mau menggunakan bahasa Thomas Kuhn paradigm shift, sistem pendidikan nasional ini memang sangat diperlukan karena selama dua dekade kita terus menerus menyaksikan sistem pendidikan nasional kita semakin tertinggal dari negara lain. Penyebab ketertinggalan tersebut berbeda pada jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan dasar, kita relatif unggul dari segi tingkat partisipasi tetapi jauh tertinggal pada kualitas. Pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi kita tertinggal dalam partisipasi dan mutu. Di Mesir, misalnya, yang secara ekonomis kondisinya tidak terlalu berbeda dengan Indonesia, tingkat partisipasi pendidikan tinggi telah mencapai 30 persen dan Malaysia 38 persen dan masih terus meningkat. Sedangkan Indonesia baru 14 persen penduduk usia 19-24 tahun terdaftar sebagai mahasiswa. Mesir berhasil mencapai tingkat partisipasi yang tinggi karena pemerintahnya mempunyai komitmen yang tinggi pada pendidikan dan telah mengalokasikan 28 persen anggarannya untuk bidang tersebut. Pemerintah Malaysia bahkan lebih tinggi komitmen politiknya pada pendidikan. Alokasi APBN untuk pengembangan sumber daya manusia mencapai 34 persen. Padahal Indonesia baru mampu mengalokasikan 7-8 persen anggaran negara untuk pendidikan. Rendahnya komitmen Pemerintah Indonesia terhadap pendidikan membawa konsekuensi yang amat tragis, seperti ditunjukkan oleh survey yang diadakan oleh majalah Newsweek edisi Asia tahun 2004. Tidak ada satupun perguruan tinggi Indonesia berhasil masuk sebagai 200 top Asian universities atau 500 top world universities. Kegagalan perguruan tinggi nasional tersebut terjadi karena PT Indonesia belum memiliki kualitas dosen yang memenuhi standar Asia (minimal 70 persen dosen bergelar doktor), publikasi ilmiah rendah (.001 Scientific Citation Index per dosen per tahun), alokasi anggaran untuk perpustakaan tidak mencapai 5 persen anggaran belanja PT, alokasi anggaran untuk penelitian rendah, dan ketersediaan akses ke jaringan internet global belum memenuhi standar Asia sebesar 1 Kbps per mahasiswa. Lembaga pendidikan nasional belum mampu mencapai standar minimal Asia karena tidak mendapat dukungan dana yang memadai dari Pemerintah. Di berbagai PTN, rata-rata biaya pendidikan yang disediakan oleh Pemerintah hanya sekitar Rp. 4,2 juta per mahasiswa per tahun. Biaya satuan pendidikan tinggi yang disediakan Pemerintah Indonesia ternyata lebih rendah dari biaya per mahasiswa yang disediakan Pemerintah Mesir sebesar Pound Mesir 6.000 atau sekitar 10,8 juta. Padahal biaya yang diperlukan untuk mencapai standar mutu nasional adalah Rp. 18,1 juta per mahasiswa per tahun. Untuk mencapai standar mutu Asia diperlukan biaya rata-rata sekitar Rp. 77 juta per mahasiswa per tahun. Guna mempercepat perluasan akses pendidikan tinggi dan peningkatan mutu sebagaimana diamanatkan oleh UU No 20 tahun 2003, Pemerintah memberikan otonomi yang lebih luas kepada perguruan tinggi, dimulai dengan 6 PTN yaitu UI, IPB, ITB, UGM, USU dan UPI -- untuk memperlebar pintu partisipasi masyarakat termasuk dunia usaha dalam pembiayaan di perguruan tinggi tersebut. Selanjutnya pengembangan otonomi PT akan dilakukan secara bertahap dan selektif. Bertahap karena pemberian otonomi kepada PT akan dilakukan tidak secara serentak, Selektif karena penetapan sebagai PT otonomi hanya diberikan atas dasar penilaian terhadap kemampuan masing-masing PT untuk melaksanakan otonomi. Namun pelaksanaan otonomi PT ternyata tidak berjalan mulus karena menghadapi kendala legal maupun BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 3 BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 4

sosial-politis yang cukup besar yang perlu dicarikan solusinya. Kendala legal yang paling utama adalah karena belum adanya bentuk badan hukum yang mantap untuk penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan. Juga terdapat kendala sosial politis yang cukup besar karena masyarakat pada umumnya beranggapan penetapan perguruan tinggi sebagai badan hukum, walaupun milik negara, adalah sama dengan komersialisasi pendidikan. Pandangan tersebut sedemikian menyebar pada berbagai komponen masyarakat, mulai dari masyarakat lapisan bawah sampai ke lapisan elit. Guna mengatasi kendala legal, UU Sisdiknas mengamanatkan adanya UU badan hukum pendidikan (Pasal 53 Ayat (4)) untuk semua jenjang pendidikan, baik yang milik Pemerintah mau pun milik masyarakat. Namun, ketentuan tersebut bukannya menjadi solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi, tetapi sebaliknya menambah kompleksitas legal dan politik dalam pengelolaan sistem pendidikan nasional. Para peserta yang saya hormati, Sebenarnya sistem hukum positif Indonesia mengenal beberapa bentuk badan hukum bagi penyelenggara layanan umum dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yaitu yayasan, badan, persyarikatan dan persekutuan. Sebagai badan hukum perdata, badan-badan hukum tersebut dibentuk dengan memisahkan kekayaan para pendirinya sebagai modal awal dari yayasan, persekutuan dan badan. Sebagian besar penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan milik masyarakat sudah menggunakan salah satu dari tiga badan hukum perdata tersebut. Dengan UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pemerintah telah menetapkan pola keuangan badan layanan umum untuk instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pelayanan umum dalam bidang pendidikan, kesehatan, penelitian dan pengembangan, pelatihan, pengelolaan dana, serta pengelolaan kawasan. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 menetapkan badan layanan umum atau BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU bukan badan hukum perdata, seperti yayasan, badan mau pun persekuatuan. Dia adalah instansi pemerintah yang diberi otonomi untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi yang ditugaskan oleh Pemerintah. UU Nomor 20 Tahun 2004 Pasal 53 ayat (1) menetapkan Penyelengggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Harap diperhatikan betul, bahwa ayat tersebut menuliskan badan hukum pendidikan dengan huruf kecil, yang dapat diartikan sebagai nama generik untuk berbagai badan hukum dalam sistem hukum positif yang dapat digunakan sebagai badan hukum pendidikan Mungkin UU Sistem Pendidikan Nasional menggunakan konsep generik tersebut, sehingga badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksudkan bukanlah satu-satunya badan hukum untuk penyelenggara dan/atau satuan pendidikan yang didirikan oleh Pemerintah dan oleh masyarakat. Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud pada pasal 53 tersebut dapat menggunakan legal entity yang ada, misalnya yayasan atau persekutuan untuk penyelenggara pendidikan milik swasta, dan badan untuk satuan pendidikan. Dari segi legal formal, satuan pendidikan milik pemerintah punya dua pilihan bentuk badan hukum yaitu badan layanan umum sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PP Nomor 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 5 BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 6

keuangan negara, atau badan usaha nirlaba yang RUU nya sedang disiapkan oleh Kantor Menteri Negara PAN. Saudara Kepala BPHN dan hadirin yang saya hormati, Menurut pandangan saya penerapan satu bentuk badan hukum untuk semua tingkat dan jenis satuan pendidikan BHPDM dan BHPT justru akan menimbulkan komplikasi legal baru dan akan memicu keresahan yang tidak perlu di masyarakat. Sementara itu, landasan hukum yang kokoh untuk PT milik masyarakat sudah cukup terpenuhi oleh sistem hukum perdata. Keperluan PT Otonom milik Negara juga sudah cukup terjamin dengan adanya bentuk BLU yang ditatapkan dengan UU No. 1 tahun 2004, dan PP Nomor 23 tahun 2005. RUU BHP menetapkan penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan adalah badan usaha nirlaba. Ketentuan tersebut mungkin akan bertabrakan dengan UU Nomor 7 Tahun 1994 tentang tata perdagangan barang, jasa dan trade related intellectual property (TRIP). General Agreement of Trade in Services (GATS) yang merupakan lanjutan pelaksanaan dari UU No. 7 Tahun 1994 akan menetapkan pendidikan sebagai industri jasa yang bebas dari intervensi pemerintah. Dengan demikian, pendidikan dalam Perjanjian tersebut tidak lagi dikategorikan sebagai kegiatan budaya yang nirlaba, tetapi adalah salah satu industri jasa atau komoditi ekonomi. Pada bulan Desember 2005, dalam perundingan WTO di Hong Kong, Pemerintah Indonesia akan menawarkan liberalisasi pendidikan menengah atas kejuruan dan teknik, pendidikan tinggi kejuruan dan teknik, dan pendidikan tinggi. Penawaran ini merupakan konsekuensi dari Pasal 65 UU Sisdiknas yang menganut asas globalisasi pendidikan. Dengan demikian, PT Luar Negeri yang membuka cabang di Indonesia juga harus menggunakan bentuk BHP, sehingga harus mendapat perlakuan yang sama dengan PTN dan PTS Indonesia. Apabila terjadi perbedaan perlakuan, PT Luar Negeri dapat mengadukan Pemerintah Indonesia ke Mahkamah Internasional sebagaimana ditetapkan oleh peraturan arbitrasi WTO. Kebutuhan masyarakat akan adanya kepastian hukum untuk satuan pendidikan sebenarnya cukup mendesak. Tetapi di lain pihak kita juga melihat bahwa hukum positif kita sebenarnya mengenal adanya legal entity yang sebenarnya dapat digunakan sebagai badan hukum pendidikan. Karena itu menurut pandangan kami ada dua cara yang dapat ditempuh untuk memantapkan landasan hukum untuk badan penyelenggara pendidikan. Alternatif pertama, menerapkan bentuk generik badan hukum pendidikan. Apabila alternatif ini yang ditempuh, bentukbentuk badan hukum perdata yayasan, persekutuan dan badan dan bentuk badan hukum publik seperti BLU sebagaimana ketentuan UU No 1 Tahun 2004 dan PP No 23 Tahun 2005 serta bentuk lainya dapat digunakan sebagai badan hukum bagi penyelenggaara dan/atau satuan pendidikan. Selain itu Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) saat ini sedang menyusun Rancangan Perpu tentang Badan Usaha Nirlaba sebagai bentuk badan hukum untuk rumah sakit pemerintah eks Perjan. Bentuk Badan Usaha Nirlaba dapat juga digunakan oleh satuan pemdidikan. Dengan demikian pemantapan badan hukum penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan dapat dilakukan dengan mengadakan revisi terhadap pasal 53 ayat (4) sehingga bunyinya menjadi Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur sesuai undang-undang yang berlaku. Pemikiran seperti ini disampaikan oleh Dirjen Administrasi Hukum Umum, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia pada dengar pendapat dengan Komisi X DPR-RI. BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 7 BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 8

Alternatif kedua, menciptakan badan hukum perdata khusus yang dibentuk tidak melalui pemisahan kekayaan milik pemerintah atau masyarakat untuk menyelenggarakan layanan pendidikan secara nirlaba. Apabila alternatif kedua ini yang ditempuh, dalam penyusunannya haruslah dijaga betul agar tidak bertabrakan dengan UU No. 7 Tahun 1994, UU No. 43 Tahun 1999, UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2005. Melalui seminar ini saya juga mengusulkan perlunya kita meninggalkan pendekatan yang terlalu sektoral dalam penyusunan peraturan perundangan, karena pendekatan semacam itu hanya akan menghasilkan peraturan perundangan yang saling bertentangan sehingga terdapat banyak masalah dalam pelaksanaannya. Sudah saatnya Pemerintah menerapkan kebijakan legislasi satu pintu dengan menunjuk Departemen Hukum dan HAM, cq Badan Penelitian Hukum Nasional, yang akan bekerjasama dengan DPR-RI dalam penyusunan undang-undang. Saya harapkan Seminar ini akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bernas dan jernih tentang badan hukum pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan lembaga pendidikan nasional serta untuk menghadapi tantangan global yang semakin keras. Akhirnya, dengan mengucapkan Bismillahi rahmanir rohim saya buka dengan resmi Seminar tentang Badan Hukum Pendidikan sebagai Penyelenggara Pendidikan. Yogyakarta, 12 Juli 2005 UNIVERSITAS GADJAH MADA Prof. Dr. Rektor BHP sebagai Penyelenggara Pendidikan 9