BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG

PENERTIBAN HEWAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 06 TAHUN 2014 PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 07 TAHUN 2006 TENTANG PETERNAKAN DAN PENERTIBANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BERKAKI EMPAT DALAM KOTA PAGAR ALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk menjaga ketertiban umum

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN BUKTI KEPEMILIKAN TERNAK DALAM KABUPATEN BULUKUMBA

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

7. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kabupaten Lahat sebagai Daerah Otonom; diatur kembali;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

BUPATI GIANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 16

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI (CHAIN SAW)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN IJIN PEMELIHARAAN TERNAK DI KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN TERNAK DAN PERIZINAN USAHA DIBIDANG PETERNAKAN

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GORONTALO, Menimbang : a. bahwa hewan ternak yang dilepas oleh pemiliknya telah menimbulkan persoalan kemasyarakatan seperti kerusakan tanaman pertanian/perkebunan, merusak nilai-nilai estetika, merusak kebersihan lingkungan dan timbulnya kecelakaan bagi pengguna kenderaan, sehingga perlu dilakukan penertiban; b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten DaerahTingkat II Gorontalo Nomor 4 Tahun 1995 tentang Larangan Melepas Hewan (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gorontalo Tahun 1995 Nomor 15 seri D), sudah tidak sesuai lagi dengan dinamika dan perkembangan sosial kemasayarakatan sehingga pengaturannya perlu disempurnakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penertiban Hewan Ternak; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1979 tentang Pemindahan Kabupaten Dati II dari Isimu ke Limboto (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 45,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3147); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GORONTALO dan BUPATI GORONTALO Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK.

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Gorontalo. 2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. 3. Pemerintah daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5. Kepala daerah adalah Bupati Gorontalo. 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Gorontalo. 7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. 8. Penertiban adalah tindakan penangkapan dan penahanan terhadap hewan ternak yang dilepas, dibiarkan oleh peternak. 9. Hewan adalah semua jenis hewan atau binatang baik menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan maupun menurut kepatutan harus dipelihara/digembalakan oleh pemilik/pengusaha/pengembalanya. 10. Peternak adalah orang/badan Hukum/Pengusaha yang memiliki atau orang yang disuruh memelihara hewan ternak. 11. Petugas adalah Satuan Polisi Pamong Praja,satuan tugas desa/kelurahan atau yang ditunjuk oleh pejabat yang berwewenang.

4 BAB II JENIS HEWAN TERNAK Pasal 2 Jenis hewan ternak yang dilarang dilepas di tempat-tempat tertentu, diklasifikasikan : a. Hewan ternak besar, meliputi : 1. Kerbau; 2. Sapi; dan 3. Kuda; b. Hewan ternak kecil, meliputi : 1. Kambing; 2. Babi; dan 3. Rusa; BAB III LARANGAN DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Larangan Pasal 3 (1) Setiap Peternak dilarang menggembala, melepas dan/atau membiarkan hewan ternaknya berkeliaran di tempat-tempat tertentuyang digunakan sebagai fasilitas umum yang dapat mengganggu ketertiban umum, ketertiban lalulintas dan ketentraman penduduk serta mengganggu kebersihan dan keindahan kota atau desa. (2) Tempat-tempattertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu: a. jalan umum; b. rumah sakit; c. pasar; d. halaman kantor; e. sekolah; f. tempat ibadah; g. lapangan umum; h. lahan pertanian dan perkebunan; i. lokasi penghijauan, reboisasi dan pembibitan; j. taman kota,

5 k. tempat pelelangan ikan; l. sanggar seni; m. tempat pertemuan umum; n. tempat wisata; dan/atau o. tempat bermain anak-anak; (3) Fasilitas umum selain yang dimaksud pada ayat (2) sebagaimana ditentukandalam ketentuan peraturan perundang undangan. Bagian Kedua Kewajiban Peternak Pasal 4 (1) Setiap Peternak wajib menggembala hewan ternak pada tempattempat yang secara khusus diperuntukkan bagi penggembalaan hewan ternak. (2) Setiap Peternak wajib mengawasi hewan ternaknya yang digembala sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan kepentingan umum. Pasal 5 Setiap Peternak wajib menyediakan kandang ternak atau sebutan lainnya sebagai tempat untuk memelihara hewan ternak. Pasal 6 (1) Setiap Peternak wajib menyediakan makanan bagi hewan ternak yang ditertibkan oleh Petugas dan berada di kandang penampungan atau tempat lainnya dalam pengawasan Petugas, terhitung sejak diterimanya pemberitahuan tindakan penertiban hewan ternak sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini. (2) Dalam hal Peternak tidak menyediakan makanan bagi hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka kepadanya dikenakan biaya operasional penertiban hewan ternak sebesar Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) untuk 1 (satu) ekor setiap hari. (3) Biaya operasional penertiban hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diserahkan kepada petugas.

6 Pasal 7 (1) Peternak yang melanggar larangan dan/atau kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1), sehingga menimbulkan kerugian materil bagi pihak lain, wajib mengganti kerugian tersebut. (2) Penggantian kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghapus kewajiban membayar denda dan/atau tuntutan pidana atau denda pidana sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB IV PENERTIBAN HEWAN TERNAK Pasal 8 (1) Petugas berwenang melakukan penertiban terhadap hewan ternak yang dilepas pada ditempat yang dilarang. (2) Dalam melakukan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Petugas dapat melakukan penangkapan dan penempatan hewan ternak pada tempat yang telah ditentukan. (3) Petugas dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Desa dan/atau Pemerintah Kecamatan untuk mengelola penempatan hewan ternak yang ditertibkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 9 (1) Petugas memberitahukan tindakan penertiban hewan ternak kepada Peternak selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak dilakukan penertiban. (2) Dalam melakukan penertiban hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), petugas berkoordinasi dengan Camat dan/atau Kepala Desa/Lurah. Pasal 10 (1) Petugas mencatat setiap pelanggaran oleh Peternak terhadap larangan sebagaimana dimaksd dalam Pasal 3 dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 dalam buku register.

7 (2) Tata cara dan bentuk pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Petugas. Pasal 11 Petugas yang ditunjuk dilepaskan dari tuntutan dan tanggung jawab atas kematian,hilang dan cederanya hewan ternak yang ditangkap dan ditempatkan ditempat yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2). BAB V DENDA Pasal 12 (1) Hewan ternak yang ditertibkan oleh Petugas dapat diambil kembali oleh Peternak setelah membayar dendatebusan : a. Hewan ternak besar sebesar Rp. 150.000,- / ekor/hari b. Hewan ternak kecil sebesar Rp. 100.000,- / ekor/hari (2) Denda tebusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke kas daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembayaran dan penyetoran denda tebusan ke kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 13 (1) Pembayaran denda tebusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10ayat (1) dilakukan dalam tenggang waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak diberitahukannya tindakan penertiban hewan ternak kepada Peternak. (2) Setelah tengang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Petugas wajib memberitahukan kepada Peternak tentang berakhirnya masa pembayaran denda tebusan. (3) Dalam hal dendatebusan tidak dibayarkan dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah dapat menjual hewan ternak kepada orang atau badan lain melalui lelang.

8 (4) Hasil penjualan hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikembalikan pada peternak setelah dikurangi dengan biaya biaya yang dikeluarkan selama masa penertiban. (5) Penjualan hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menghapus tuntutan pidana atau denda pidana sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. (6) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pelaksanaan lelang hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. BAB VI PENYIDIKAN Pasal 14 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan. (3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

9 f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan menghentikan; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana. BAB VII KETENTUAN PIDANA Pasal 15 (1) Setiap orang atau badan yang tidak membayar denda tebusan dalam waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah). (2) Setiap orang atau badan yang menurut catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 untuk kedua kalinya diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

10 (3) Setiap orang atau badan yang tidak mengganti kerugian bagi pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (4) Tindak pidana sebgaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (5) Denda pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 16 1. Masyarakat berhak menangkap hewan ternak yang memasuki halaman/pekarangan atau tempat-tempat lain miliknya. 2. Masyarakat dapat memberikan informasi kepada petugas mengenai keberadaan hewan ternak pada tempat-tempat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2). BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 17 1. Setiap peternak diwajibkan membayar ganti rugi terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh hewan ternak lepas pada halaman rumah dan tempat-tempat tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) 2. Setiap pengguna jalan umum yang menggunakan jalan umum sesuai ketentuan perundang-undangan, menabrak hewan ternak sehingga mengakibatkan hewan ternak mati atau cacat, dilepaskan dari kewajiban membayar ganti kerugiandan kepada peternak wajib memberi ganti rugi kepada penabrak.

11 BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pada saat diundangkan Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Kabupaten DaerahTingkat II Gorontalo Nomor 4 Tahun 1995 tentang Larangan Melepas Hewan (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gorontalo Tahun 1995 Nomor 15 seri D),dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gorontalo. Ditetapkan di Limboto pada tanggal BUPATI GORONTALO, DAVID BOBIHOE AKIB Diundangkan di Limboto pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GORONTALO, HADIJAH U. TAYEB LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2014 NOMOR NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO, PROVINSI GORONTALO : (3/2014)

12 PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK I. UMUM Hewan ternak yang menjadi salah satu sumber penghidupan masyarakat di daerah akan berdampak baik dan positif manakala dalam pelaksanannya dikelola secara teratur dan tertib. Akan tetapi akan menimbulkan persoalan kemasyarakatan ketika hewan ternak dilepas secara liar oleh pemilik atau orang yang diberi tugas memeliharanya. Persoalan-persoalan dimaksud antara lain kerusakan pada tanaman pertanian, mengganggu nilai-nilai estetika dan kebersihan lingkungan serta seringkali berdampak pada kecelakaan bagi pengguna jalan umum. Untuk itu dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah serta mmperhatikan ciri khas daerah, maka pengaturan tentang penertiban hewan ternak perlu dilakukan dalam peraturan daerah. Peraturan Daerah ini merupakan penyempurnaan atas pengaturan tentang hewan ternak sebelumnya yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten DaerahTingkat II Gorontalo Nomor 4 Tahun 1995 tentang Larangan Melepas Hewan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (2) huruf i Yang dimaksud lahan pertanian dan perkebunanadalah sebidang tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh seseorang dan/atau badan hukum secara sah menurut ketentuan hukum dan difungsikan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan.

13 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (2) biaya operasional penertiban hewan ternak dimaksud adalah biaya makan dan biaya keamanan. Pasal 7 Pasal 8 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud tempat yang telah ditentukan adalah kandang atau tempat lain yang secara khusus digunakan untuk menempatkan atau menampung hewan ternak sebagai hasil operasi penertiban. Ayat (3) Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Tindakan pencatatan terhadap pelanggaran atas larangan dan kewajiban dilakukan sebagai data pelanggaran oleh Peternak. Pelanggaran atas larangan dan kewajiban untuk kedua kalinya akan dilakukan penyidikan, sehingga memberikan efek jera bagi pelanggar peraturan daerah. Ayat (2) Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13

14 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR