1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Proses tersebut melibatkan banyak pihak dimana pihak yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya kini juga dirasakan oleh kaum non Islam. Disaat Bank-Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran inbal jasa penjaminan oleh Pemerintah. ini dapat tercermin dari eksistens UMKM yang cukup dominan di Indonesia.

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1.

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. proporsi penggunaan pembiayaan dan loyalitas nasabah terutama tentang keberlanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia perbankan di Indonesia memasuki masa persaingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam hal penyediaan dana. Bank dalam bahasa itali adalah banca yang

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1997 yang mengguncang perekonomian Indonesia telah membawa dampak terhadap sendi-sendi kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia (Yuli 2009). Pasca terjadinya krisis ekonomi disadari bahwa hampir semua usaha besar terkena dampak krisis moneter sedangkan usaha kecil justru terhindar dari krisis moneter. Selain terhindar dari krisis, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan penyangga perekonomian Indonesia. Afrizal (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan salah satu sektor usaha penyangga utama yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Arianto (2009) juga menyatakan bahwa dengan tetap hidupnya usaha kecil secara langsung juga akan tetap memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selama ini mungkin UMKM hanya dianggap sebelah mata oleh masyarakat sebagai penggerak perekonomian namun jika ditinjau lebih jauh sesungguhnya peran UMKM itu sangatlah besar bagi penyerapan tenaga kerja dan memberikan domestik bruto bagi Indonesia (Roida 2010). Apabila sektor UMKM dapat ditingkatkan pendapatannya, maka dengan sendirinya ketahanan perekonomian nasional akan lebih kuat dan pada akhirnya tujuan pembangunan nasional yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dapat terwujud (Tui 2013). Tambunan (2009) melakukan penelitian terkait hambatan utama yang dihadapi UMKM di sejumlah negara sedang berkembang di Asia dimana setiap negara memiliki empat hambatan utama yang berbeda-beda namun terdapat satu jenis hambatan yang dimiliki oleh seluruh negara yang sedang berkembang, yaitu hambatan dalam permodalan. Rahman (2011) menyatakan bahwa keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata dari kehidupan sosial dan ekonomi terbesar dari rakyat Indonesia. Pengembangan usaha mikro ternyata masih banyak mengalami kendala, antara lain terbatasnya volume usaha dan minimnya laba usaha (Pristiyanto et al. 2013). Laba usaha yang rendah dapat disebabkan oleh rendahnya modal yang dimiliki oleh pelaku UMKM. Salah satu kekurangan UKM adalah keterbatasan keuangan (Aslichan et al. 2009). Permasalahan modal merupakan masalah yang klasik bagi UMKM (Tri dan Darwanto 2013). Kebutuhan modal tidak hanya dibutuhkan untuk membuat UMKM itu kuat, namun juga untuk bersaing dengan produk-produk luar negeri dengan pangsa pasar yang sama dengan pelaku UMKM. Tantangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) saat ini sangat berat karena ketatnya persaingan, apalagi dengan masuknya produk-produk luar negeri (Ramdhansyah dan Silalahi 2013). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor UMKM membutuhkan tambahan dana dalam menjalankan usahanya. Salah satu sumber dana yang bisa diperoleh pelaku UMKM adalah pembiayaan dari Bank. Bank diharapkan tidak lagi hanya memburu perusahaan-perusahaan yang telah mapan, akan tetapi juga menjadi pelopor untuk mengembangkan potensi perekonomian dengan menumbuhkan wirausahawan melalui dukungan akses permodalan bagi pengembangan wirausaha baru di sektor UKM (Sriyana 2010).

2 Dari berbagai hasil studi ternyata akses sebagian besar UMKM terhadap perbankan masih terbatas. Permasalahan ini terkait dengan profil debitur-debitur usaha skala mikro yang kurang atau bahkan tidak bankable atau tidak memenuhi persyaratan-persyaratan teknis perbankan (Susilo 2010). Kantor Bank Indonesia Yogyakarta (2010), mengkategorikan pola pembiayaan UMKM menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: (1) UMKM yang potensial namun tidak feasible dan tidak bankable. (2) UMKM yang potensial dan feasible namun tidak bankable. (3) UMKM yang potensial dan bankable namun tidak feasible. (4) UMKM yang potensial, feasible dan bankable. Umumnya perbankan membiayai UMKM yang potensial, feasible dan bankable. Menurut Susilo (2010), berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan berbagai pihak (Kantor Bank Indonesia Yogyakarta, Disperindagkop dan UKM Provinsi DIY, Perbankan, KADIN, dan responden), maka pembiayaan UMKM melalui perbankan seharusnya difokuskan untuk UMKM yang potensial yang termasuk kategori yang kedua (feasible dan tidak bankable), dan ketiga (tidak feasible dan bankable). Sunardi (2008) menyatakan bahwa disaat perbankan menghadapi kesulitan untuk mencari debitur (nasabah pembiayaan), UMKM menjadi alternatif pemyaluran kredit perbankan. Pembiayaan kepada pelaku UMKM juga bukannya tanpa kendala. Pembiayaan ke sektor UKM terkendala oleh beberapa hal (Wahyudi et al. 2013). Umumnya UKM belum memiliki format laporan keuangan yang baku. Informasi keuangan yang diberikan bersifat kurang dapat dipercaya. Faktor lain yang menjadikan UKM kurang diminati oleh perbankan adalah (i) usaha masih baru, (ii) tidak ada jaminan yang memadai, (iii) penguasaan teknologi yang rendah, dan (iv) pendiri dan pengelola UKM belum memiliki pengalaman manajerial mengelola bisnis (track record) yang memadai. Kalaupun bank bersedia membiayai, bank akan meminta imbal hasil yang tinggi sebagai kompensasi potensi meningkatnya jumlah kredit bermasalah sebagai akibat kesalahan memilih debitur. Untuk meminimalisasi risiko ini, bank seharusnya menggunakan alat seleksi yang efektif untuk membedakan mana debitur yang akan menjadi gagal bayar atau lancar setelah bank menyetujui permohonan pembiayaannya. Nilai pembiayaan yang diberikan ke UKM umumnya adalah kecil-kecil, namun jumlahnya sangat banyak sehingga menyebabkan biaya pengawasan yang sangat besar bagi bank. Pembiayaan kepada pelaku UMKM umumnya mengandung risiko dikarenakan tata kelolanya yang belum profesional dan kurang teradministrasi dengan baik namun apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan keuntungan bagi bank. Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2009) yang menyatakan bahwa risiko bisa mengandung di dalamnya suatu peluang yang sangat besar bagi mereka yang mampu mengelolanya dengan baik. Pentingnya kontribusi UMKM membuat pemerintah menetapkan kebijakankebijakan strartegis yang mendukung pelaku UMKM. Perhatian Pemerintah Indonesia terhadap pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) sebenarnya cukup besar yang telah dimulai sejak Pelita III, yakni ditunjukkan dengan banyaknya program pembinaan USK baik yang berupa program bantuan permodalan yakni Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) pada dekade 1970-1980 maupun gerakan nasional program kemitraan melalui program bapak angkat pada tahun 1990 an (Sukidjo 2004). Bahkan pada tahun 2012, pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 13/22/PBI/2012 menetapkan pembiayaan terhadap sektor UMKM paling rendah 5% pada tahun 2015, pada tahun 2016 paling rendah 10%, pada tahun 2017 paling rendah 15% dan pada tahun 2018 paling rendah 20%. Definisi UMKM pada Peraturan Bank Indonesia tersebut merujuk pada definisi UMKM menurut UU No.20 tahun 2008. Peraturan tersebut berlaku untuk seluruh Bank Umum, termasuk Bank Umum Syariah. Pembiayaan kepada sektor UMKM turut membantu pengentasan kemiskinan dan sejalan dengan prinsip syariah. Menurut Herijanto (2013), misi dasar dan utama syariah yakni pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Karakteristik dari perbankan syariah adalah pembiayaan kepada sektor riil. Uang harus digunakan secara produktif, dimana kekayaan hanya dapat dihasilkan melalui perdagangan yang sah dan investasi dalam aktiva (El-Galfy dan Khiyar 2012). Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Perbankan syariah mampu melaksanakan fungsi intermediasi keuangan yang memadai sekaligus merupakan bagian penting bagi upaya menjaga stabilitas keuangan secara nasional (Andriansyah 2009). Bank syariah pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1992 dengan landasan hukum Undang-undang No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah. Perbankan syariah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hal ini tercermin dari perkembangan jumlah perbankan syariah yang ada di Indonesia pada Tabel 1. Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang menarik. Bahkan, IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktik perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan internasional sehingga memberi peluang upaya penyempurnaan sistem keuangan internasional yang banyak mengalami goncangan dan ketidakstabilan (Umam 2013). Salah satu bagian penting dari perbankan syariah adalah Bank Umum Syariah. Tabel 1 Jumlah bank umum syariah, bank pembiayaan rakyat syariah dan unit usaha syariah di Indonesia tahun 2009-2013 Kelompok Bank Syariah 2009 2010 2011 2012 2013 Bank Umum Syariah 6 11 11 11 11 Unit Usaha Syariah 25 23 24 24 23 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 138 150 155 158 163 Jumlah 169 184 190 193 197 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia Desember 2013 PT. Bank Syariah X merupakan salah satu dari 11 Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia. Selama 3 tahun terakhir realisasi laba yang dihasilkan PT. Bank Syariah X berada dibawah target laba yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti yang tercemin pada Gambar 1. Realisasi penerimaan laba PT. Bank Syariah X yang tidak mencapai targetnya mengindikasikan adanya kesenjangan strategik (strategic gap). Hal tersebut membuat PT. Bank Syariah X perlu mengevaluasi apakah target yang diberikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk tercapai atau sudah tepat namun kinerjanya yang belum optimal sehingga tidak mencapai target yang sudah ditetapkan. 3

4 Sumber: laporan tahunan dan rencana bisnis PT. Bank Syariah X Gambar 1 Pencapaian laba PT. Bank Syariah X Salah satu cara untuk mengevaluasi tepat/tidaknya target yang sudah ditetapkan adalah dengan membandingkan laba PT. Bank Syariah X dengan industri perbankan syariah. Berdasarkan data laporan tahunan PT. Bank Syariah X yang diperbandingkan dengan statistik perbankan syariah Indonesia diketahui bahwa pembiayaan PT. Bank Syariah X pada tahun 2013 sebesar 1,78% dari pembiayaan seluruh perbankan syariah di Indonesia yang mencapai Rp184 triliun namun laba yang dihasilkan untuk periode yang sama adalah Rp19,55 M atau hanya 0,60% dari laba perbankan syariah yang mencapai Rp3,3 T. Selain itu, juga diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir pertumbuhan laba PT. Bank Syariah X berada di bawah pertumbuhan laba industri perbankan syariah, hal ini terlihat pada Gambar 2. Sumber: laporan tahunan PT. Bank Syariah X dan statistik perbankan syariah Indonesia 2013 Gambar 2 Pertumbuhan laba PT. Bank Syariah X dibandingkan industri Pada Gambar 2 terlihat bahwa kenaikan pertumbuhan laba PT. Bank Syariah X secara signifikan terjadi pada tahun 2012, yaitu 42% namun pertumbuhan laba tersebut tetap berada dibawah industri yang mencapai 72%. Berdasarkan laporan tahunan PT. Bank Syariah X diketahui bahwa tidak terdapat perubahan strategi korporasi dari tahun 2011 ke tahun 2012. Selain didorong perbaikan kualitas para pelaku industri perbankan syariah, kinerja industri perbankan syariah meningkat disebabkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem syariah. Selain itu, terdapat aturan peningkatan uang muka kredit (loan to value) kredit kendaraan bermotor (KKB), kredit pemilikan rumah (KPR),

dan apartemen bagi perbankan konvensional. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan laba yang diperoleh industri syariah karena beralihnya pembiayaan tersebut ke perbankan syariah, termasuk PT. Bank Syariah X. Kebijakan tersebut juga diberlakukan bagi perbankan syariah pada tahun 2013. Realisasi laba yang tidak mencapai target dan pertumbuhan laba yang berada dibawah rata-rata industri selama tiga tahun terakhir, membuat PT. Bank Syariah X perlu membuat strategi untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membiayai sektor yang memiliki margin tinggi. Pembiayaan terhadap sektor UMKM memiliki prosentase margin yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Data Bank Indonesia menunjukkan rata-rata suku bunga dasar kredit perbankan kepada sektor UMKM untuk posisi akhir September 2013 adalah 13,97% sedangkan suku bunga dasar sektor lain untuk periode yang sama rata-rata sebesar 11,26%. Tingginya margin kepada UMKM sesuai dengan risiko yang dihadapinya. Jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi dan sebaliknya (Fahmi 2011). Pada Desember 2013, pembiayaan PT. Bank Syariah X sebesar Rp3,3 T dengan klasifikasi Rp2,7 T atau 82% dari total pembiayaan telah disalurkan kepada sektor UMKM yang merupakan sektor dengan margin pembiayaan tinggi dan sisanya merupakan pembiayaan di luar sektor UMKM. Dari Rp2,7 T pembiayaan yang disalurkan kepada sektor UMKM, sekitar 60% dibiayai secara langsung oleh PT. Bank Syariah X kepada nasabah sedangkan 40% lagi melalui pola pembiayaan channeling dimana PT. Bank Syariah X melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan lain untuk mencari nasabah. Kondisi tersebut membuat margin yang diterima PT. Bank Syariah X tidak sama dengan margin yang dibayarkan oleh nasabah karena lembaga keuangan yang melakukan kerjasama dengan pola channeling juga mengambil margin/fee atas pembiayaan yang diberikan. Tingginya margin yang diperoleh melalui pembiayaan secara langsung kepada nasabah tanpa melalui sistem channeling merupakan peluang tersendiri dan memerlukan strategi pembiayaan yang tepat. 5 Perumusan Masalah Tingkat margin yang tinggi dengan melakukan pembiayaan secara langsung kepada pelaku UMKM merupakan peluang tersendiri bagi PT. Bank Syariah X. Adanya faktor lingkungan eksternal maupun internal yang mempengaruhi pembiayaan, oleh karena itu diperlukan strategi pembiayaan yang tepat Rumusan masalah dalam penelitan ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan: 1. Apa yang menjadi critical success factor dalam membiayai pelaku UMKM dan bagaimana kemampuan PT. Bank Syariah X merespon critical success factor tersebut dibandingkan pesaingnya? 2. Faktor strategis eksternal dan internal apa yang mempengaruhi pembiayaan UMKM pada PT. Bank Syariah X? 3. Strategi alternatif apa yang dapat direkomendasikan bagi PT. Bank Syariah X dalam membiayai sektor UMKM? 4. Bagaimana tingkat kemenarikan strategi alternatif yang dihasilkan dalam pembiayaan UMKM oleh PT. Bank Syariah X?

6 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi critical success factor PT. Bank Syariah X dalam membiayai pelaku UMKM dan membandingkan dengan pesaingnya. 2. Menganalisis faktor strategis eksternal dan internal yang mempengaruhi pembiayaan UMKM bagi PT. Bank Syariah X. 3. Menganalisis strategi alternatif yang dapat direkomendasikan bagi PT. Bank Syariah X dalam membiayai sektor UMKM. 4. Menentukan tingkat kemenarikan atas strategi alternatif yang dihasilkan bagi PT. Bank Syariah X dalam membiayai sektor UMKM. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi PT. Bank Syariah X, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam mengoptimalkan pembiayaan terhadap sektor UMKM dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca terhadap perbankan syariah dan strategi untuk mengoptimalkan pembiayaan pada sektor UMKM. 3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sebuah media untuk menerapkan teoriteori yang telah diperoleh penulis ketika kuliah. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kemampuan penulis untuk memecahkan sebuah masalah melalui penelitian. Ruang Lingkup Penelitian Sebagai sebuah bank, PT. Bank Syariah X yang memiliki fungsi utama untuk menghimpun dan menyalurkan dana. Penelitian ini berfokus pada strategi pembiayaan yang direkomendasikan bagi PT. Bank Syariah X untuk dapat mengoptimalkan pembiayaan pada sektor UMKM dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Batasan UMKM yang dibahas pada penelitian ini adalah yang menjadi segmen pembiayaan PT. Bank Syariah X, yaitu: pendidikan, kesehatan, lembaga keuangan, minyak dan gas, transportasi, hotel dan restoran, konstruksi, perdagangan, serta multifinance.