BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada wanita, menstruasi terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

I. PENDAHULUAN. menstruasi dan gangguan menstruasi sering terjadi (Lee dkk, 2006) dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas bukanlah masalah baru bagi dunia kesehatan dan ternyata

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 119.630.913 (50,43%) dan jumlah penduduk berjenis kelamin wanita sebanyak 118.010.413 (49,57%). Terdapat 63,4 juta penduduk Indonesia adalah remaja. Jumlah tersebut terdiri dari 50,70% remaja lakilaki dan 49,30% remaja putri. Jumlah penduduk yang besar mempengaruhi munculnya berbagai masalah, salah satunya adalah masalah kesehatan. Data Global Nutrition Report (2014) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki permasalahan gizi. Remaja mengalami perubahan dimana terjadi pertumbuhan fisik, mental dan emosional yang sangat cepat (Proverawati dan Asfuah, 2009). Kebutuhan gizi remaja laki-laki dan wanita berbeda, karena wanita mengalami perubahan besar dalam sistem reproduksinya. Remaja putri yang terpelihara status gizinya, akan terpelihara kesehatan reproduksinya (Proverawaty dan Wati, 2011). Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis dan mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja (Tarwoto dkk, 2010). Selain itu, status gizi pada

remaja putri juga mempengaruhi sistem hormonal, yang terkait dengan jumlah lemak dalam tubuh. Lemak mempengaruhi produksi hormon estrogen, dimana hormon tersebut merupakan salah satu hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi remaja putri (Verawaty dan Rahayu, 2012). Sistem reproduksi remaja putri tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi status gizinya. Masalah kesehatan lain yang sering muncul pada remaja putri adalah anemia. Anemia menyebabkan anoksia (kekurangan suplai oksigen) pada organ tubuh karena berkurangnya jumlah oksigen yang dibawa darah ke jaringan. Hal ini menyebabkan menurunnya kerja organ tubuh dan terganggunya metabolisme tubuh, termasuk sistem neurologi yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Salah satu gejala umum yang muncul akibat anemia adalah gangguan urogenital yang berupa gangguan menstuasi (Handayani dan Hariwibowo, 2008). Permasalahan status gizi pada saat ini tidak hanya berupa kekurangan gizi yang menyebabkan tubuh kurus atau berat tubuh kurang/underweigth, melainkan juga karena berat badan berlebih atau disebut dengan obesitas/overweight. Hasil penelitian Felicia (2015) menunjukkan bahwa remaja putri dengan status gizi kurus dan gemuk mayoritas mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Menurut Wahyuningsih (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan siklus menstruasi. Menurut Anggarini (2012) terdapat hubungan yang signifikan 2

antara kadar hemoglobin dan status gizi dengan pola siklus menstruasi pada remaja akhir. Anemia dapat mempengaruhi perubahan siklus menstruasi. Anemia juga dapat disebabkan oleh kelainan koagulasi yang apabila tidak ditangani dapat mengakibatkan terganggunya pola siklus menstruasi. Keteraturan siklus menstruasi sangat penting bagi wanita, karena berhubungan dengan tingkat kesuburan. Jarak menstruasi yang terlalu panjang dapat menjadi tanda bahwa tidak terjadinya ovulasi dalam tubuh wanita. Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja juga dapat mengganggu prestasi belajarnya, karena ketidakteraturan hormon dalam tubuh dapat menyebabkan remaja rentan mengalami stres, sensitif, dan gangguan psikologis yang mempengaruhi minat belajar serta prestasi di sekolah (Verawaty dan Rahayu, 2012). Hasil survei National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2009-2010 (National Obesity Observatory, 2011) di Amerika, persentase obesitas berdasarkan kelompok umur tertinggi dialami oleh remaja umur 12-19 tahun sebesar 33,6%. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih pada remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2007 yang semula hanya 1,4% menjadi 7,3%. Berdasarkan data Riskesdas 2010, secara nasional obesitas didominasi oleh perempuan. Kejadian obesitas di Jawa Tengah pada remaja umur 15 tahun keatas mencapai 18,4%, sedangkan kejadian obesitas di Kota Surakarta sebanyak 10,7%. World Health Organization/WHO (2008) melaporkan bahwa 3

prevalensi anemia pada wanita tidak hamil di Asia Tenggara mencapai 45,7%. Indonesia memiliki prevalensi anemia pada wanita tidak hamil sebanyak 33,1%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT (2004) prevalensi anemia remaja putri usia 10-18 tahun sebanyak 57,1%. Prevalensi anemia secara nasional setelah disesuaikan menurut acuan Riskesdas tahun 2007 adalah sebesar 11,9%. Jawa tengah memiliki prevalensi jauh di atas nasional yaitu sebesar 22,8%. Hasil studi pendahuluan di SMA Batik 1 Surakarta terhadap 20 siswi, terdapat 20% siswi dengan status gizi gemuk dan obesitas, 50% siswi dengan anemia, dan terdapat 30% siswi mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta oleh Cahyaningrum (2013) menunjukkan bahwa terdapat 44,7% remaja putri memiliki status gizi tidak normal (kurang 17,9% dan lebih 26,8%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2014) di SMA Batik 1 Surakarta menunjukkan bahwa terdapat 46% remaja putri mengalami anemia. Berdasarkan penelitian sebelumnya, prevalensi status gizi tidak normal ( gizi kurang dan lebih) dan anemia di SMA Batik 1 Surakarta tergolong tinggi. Status gizi dan anemia mempengaruhi siklus menstruasi pada remaja, akibat dari terganggunya keseimbangan hormon dalam tubuhnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis Hubungan antara Status Gizi dan Anemia dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di SMA Batik 1 Surakarta. 4

B. Masalah Penelitian Adakah hubungan antara status gizi dan anemia dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara status gizi dan anemia dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran status gizi remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. b. Mengetahui gambaran anemia remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. c. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. d. Menganalisis hubungan antara anemia dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi lingkungan pendidikan, untuk meningkatkan pengetahuan siswi mengenai status gizi, anemia dan kesehatan reproduksi terutama siklus menstruasi. 5

2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian mendatang. 3. Bagi tenaga kesehatan, sebagai sumber informasi agar lebih memperhatikan masalah kesehatan berupa status gizi dan anemia pada remaja putri. 6