Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA RESMI STATISTIK

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

TATISTIK POTENSI DESA PROVINSI RIAU 2014

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

POTENSI DESA (PODES) DI DKI JAKARTA TAHUN 2014

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

Statistik Daerah. Kecamatan Barus Utara. Katalog BPS :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Katalog BPS :

BERITA RESMI STATISTIK

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V TINGKAT PERKEMBANGAN DESA

Katalog BPS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

PEDOMAN PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006 PENDATAAN BANGUNAN, PERALATAN, SARANA PENUNJANG, TENAGA, DAN BIAYA DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA


GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

Statistik Daerah. Kecamatan Sarudik. Katalog BPS :

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

STUDI POLA RUANG ALIRAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN ANTARWILAYAH DI PROVINSI BANTEN TUGAS AKHIR

serangkota.bps.go.id

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

Statistik Daerah. Kecamatan Lumut. Katalog BPS :

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan D

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

sesuai Keputusan Menteri Kesehatan tentang Akreditasi

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 12 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) KHUSUS 2005 KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Jasa-jasa : 4,45% Angkutan dan komunikasi : 3,84% Keuangan, persewaan & Jasa perusahaan : 2,68%

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN JUMLAH POLISI PAMONG PRAJA

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pelalawankab.bps.go.id

I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

PENGUKURAN KINERJA. NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) (5) 3 % 1,31 % 43,67

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

Transkripsi:

No. 13/02/36/Th.IX, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014 Provinsi Banten pada bulan April 2014 tercatat 1.551 wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa yang terdiri dari 1.237 desa dan 314 kelurahan. Podes juga mencatat sebanyak 155 kecamatan dan 8 kabupaten/kota. Jumlah wilayah administrasi menurut keberadaaan infrastruktur: Terdapat 8 desa/kelurahan (0,52%) tidak ada SD (termasuk MI). Seluruh kecamatan mempunyai SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat. Di seluruh kecamatan sudah tersedia fasilitas kesehatan berupa Puskesmas/Puskesmas Pembantu (Pustu). Sebanyak 971 desa/kelurahan (62,60%) tidak mempunyai fasilitas pasar baik dengan bangunan maupun tanpa bangunan. Seluruh desa/kelurahan terdapat keluarga pengguna listrik PLN. Sebanyak 601 desa/kelurahan (38,75%) belum mempunyai penerangan di jalan utama. Sebanyak 545 desa/kelurahan (35,14%) tidak ada angkutan umum yang melewati. Sebesar 95,21% desa/kelurahan sudah tersedia jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Artinya masih terdapat 4,53% desa/kelurahan yang lalu-lintasnya masih bergantung pada kondisi jalan dan cuaca serta 0,26% desa/kelurahan yang jalannya tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun. Menurut Podes 2014, di Provinsi Banten terdapat 1 desa/kelurahan yang mempunyai pulau kecil terluar sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2005 1. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan indeks komposit tertimbang dengan skala 0-100 yang dihitung untuk setiap desa. Semakin besar indeks menunjukkan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi. IKG di Provinsi Banten bervariasi antar wilayah dengan rentang antara 13,99 sampai 70,72. 1 Menurut PP No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau Kecil Terluar terdapat 92 pulau kecil terluar. Pulau kecil terluar adalah pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 km 2 yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional. 1

1. Wilayah Administrasi Pemerintahan Pendataan Podes dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Podes 2014 dilaksanakan pada bulan April 2014 secara sensus terhadap seluruh wilayah administrasi pemerintahan terendah setingkat desa, yaitu desa, kelurahan, nagari dan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Wilayah setingkat desa yang didata harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) mempunyai wilayah, 2) mempunyai penduduk, dan 3) mempunyai pemerintahan desa. Menurut Podes 2014, di Provinsi Banten tercatat sebanyak 1.551 wilayah administrasi setingkat desa yang terdiri dari 1.237 desa dan 314 kelurahan. Selain itu, juga tercatat sebanyak 155 kecamatan dan 8 kabupaten/kota, seperti terlihat pada Lampiran 1. Kecamatan Desa/Kelurahan 8 8 155 1.535 1.551 7 154 154 1.504 2008 2011 2014 2 008 2011 2014 2008 2011 2014 Gambar 1.1. Jumlah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan di Provinsi Banten Hasil Podes, 2008 2014 2. Keberadaan Infrastruktur 2.1. Pendidikan Hasil Podes 2014 menunjukkan bahwa hampir semua desa/kelurahan di Provinsi Banten sudah terjangkau oleh sarana pendidikan setingkat SD/MI. Hanya 0,52 persen (8 desa/kelurahan) yang tidak ada SD/MI. Sarana pendidikan menengah pertama dan menengah atas juga telah tersedia di seluruh wilayah kecamatan di Provinsi Banten. 2.2. Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945. Untuk itu, ketersediaan sarana kesehatan dasar di setiap wilayah menjadi sangat penting. Podes 2014 menunjukkan bahwa seluruh kecamatan di Provinsi Banten, yaitu sebanyak 155 kecamatan, telah dilengkapi infrastruktur kesehatan berupa Puskesmas/Puskesmas Pembantu. Sedangkan untuk level Desa/Kelurahan, hanya 3 desa/kelurahan (0,19%) di Provinsi Banten yang tidak dilengkapi dengan fasilitas Posyandu. 2.3. Pasar Tersedianya sarana perdagangan seperti pasar dapat menjadi salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu wilayah. Hasil Podes 2014 mencatat sebanyak 245 desa/kelurahan (15,80%) di Provinsi Banten sudah ada pasar dengan bangunan baik permanen maupun semi permanen dan sebanyak 335 desa/kelurahan (21,60%) hanya mempunyai pasar tanpa bangunan (pasar kaget, pasar subuh, dll). Sedangkan sebanyak 971 desa/kelurahan (62,60%) tidak mempunyai fasilitas pasar, baik pasar dengan bangunan maupun tanpa bangunan. Persentase desa/kelurahan menurut keberadaan pasar di Provinsi Banten tahun 2014 seperti terlihat pada Gambar 2.1. 2

15,8 62,6 21,6 Pasar dengan Bangunan Pasar tanpa bangunan Tidak ada pasar Gambar 2.1. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Pasar di Provinsi Banten, 2014 2.4. Listrik Ketersediaan penerangan listrik menjadi hal yang penting untuk menunjang kemajuan suatu wilayah. Seluruh desa/kelurahan di Provinsi Banten sudah teraliri listrik. Dari data Podes 2014 tercatat seluruh desa/kelurahan di Provinsi Banten sudah teraliri listrik. Sebanyak 1.116 desa/kelurahan dimana seluruh keluarga sudah menggunakan listrik dan sebanyak 435 desa/kelurahan dimana sebagian keluarga belum menggunakan listrik. Terkait keberadaan penerangan jalan utama di desa/kelurahan, sebanyak 601 desa/kelurahan (38,75%) masih belum tersedia penerangan jalan utama. Menurut jenis penerangannya dari 950 desa/kelurahan yang sudah tersedia penerangan jalan utama, dibedakan menjadi dua yaitu sebanyak 716 desa/kelurahan dengan listrik pemerintah dan sebanyak 234 desa/kelurahan disediakan oleh non pemerintah. Persentase desa/kelurahan menurut keberadaan keluarga pengguna listrik dan penerangan di jalan utama disajikan pada Gambar 2.2. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keluarga Pengguna Listrik Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Penerangan di Jalan Utama Gambar 2.2. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Keluarga Pengguna Listrik dan Penerangan di Jalan Utama Desa di Provinsi Banten, 2014 3

2.5. Jalan Infrastruktur transportasi merupakan infrastruktur dasar yang sangat penting sebagai sarana pengangkutan yang berperan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaliknya, prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan. Hasil Podes 2014 menunjukkan sebesar 95,21% desa/kelurahan sudah tersedia jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Artinya masih terdapat 4,53% desa/kelurahan yang lalulintasnya masih bergantung pada kondisi jalan dan cuaca serta 0,26% desa/kelurahan yang jalannya tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun. 3. Desa/Kelurahan Terluar Menurut Podes 2014, di Provinsi Banten terdapat 1 desa yang mempunyai pulau kecil terluar sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 2005. Pulau tersebut adalah Pulau Deli yang secara administratif menjadi bagian wilayah Desa Cikiruhwetan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang. Pulau ini berbatasan dengan wilayah laut Negara Australia. Jumlah penduduk yang menghuni Desa Cikiruhwetan adalah sebesar 6.194 jiwa. 4. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa, salah satu komponen yang digunakan dalam pengalokasian dana desa adalah IKG desa. BPS telah menyusun IKG untuk seluruh wilayah pemerintahan setingkat desa. IKG merupakan indeks komposit yang mempunyai skala dari 0-100 yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu: 1) ketersediaan pelayanan dasar, 2) kondisi infrastruktur, dan 3) aksesibilitas/transportasi. Semakin tinggi indeks menunjukkan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi. Tabel 4.1. menyajikan IKG setiap kabupaten di Provinsi Banten. IKG terendah sebesar 13,99 yang terdapat di Desa Curug Sangereng, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang dan IKG tertinggi sebesar 70,72 yang terdapat di Desa Cikate, Kecamatan Cigemblong, Kabupaten Lebak. Nilai tengah IKG secara provinsi adalah sebesar 39,79. Tabel 4.1. IKG Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten, 2014 Kabupaten IKG Desa Terendah Nilai Tengah Tertinggi (1) (2) (3) (4) Pandeglang 17,06 42,65 68,05 Lebak 18,79 40,94 70,72 Tangerang 13,99 33,95 55,19 Serang 14,22 39,72 53,59 Banten 13,99 39,79 70,72 4

Lampiran 1. Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan Menurut di Provinsi Banten, 2014 Kecamatan Desa Kelurahan Total Desa/Kelurahan (1) (2) (3) (4) (5) Kabupaten Pandeglang 35 326 13 339 Kabupaten Lebak 28 340 5 345 Kabupaten Tangerang 29 245 29 274 Kabupaten Serang 29 326 0 326 Kota Tangerang 13 0 104 104 Kota Cilegon 8 0 43 43 Kota Serang 6 0 66 66 Kota Tangerang Selatan 7 0 54 54 BANTEN 155 1.237 314 1.551 Lampiran 2. Jumlah Desa/Kelurahan yang Mempunyai Sekolah di Provinsi Banten, 2014 TK/RA/BA SD/MI SMP/MTS SMU/MA/SMK (1) (2) (3) (4) (5) Kabupaten Pandeglang 241 338 230 117 Kabupaten Lebak 177 342 267 135 Kabupaten Tangerang 241 274 228 163 Kabupaten Serang 178 326 232 147 Kota Tangerang 103 100 85 80 Kota Cilegon 42 43 37 34 Kota Serang 53 66 51 34 Kota Tangerang Selatan 54 54 52 44 BANTEN 1.089 1.543 1.182 754 5

Lampiran 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Sarana Kesehatan di Provinsi Banten, 2014 Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes Posyandu (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kabupaten Pandeglang 36 70 66 12 339 Kabupaten Lebak 41 77 65 15 345 Kabupaten Tangerang 41 43 59 36 271 Kabupaten Serang 31 43 49 23 326 Kota Tangerang 33 9 - - 104 Kota Cilegon 8 9 16 10 43 Kota Serang 16 13 20 8 66 Kota Tangerang Selatan 27 15 2-54 BANTEN 233 279 277 104 1.548 Lampiran 4. Jumlah Desa/Kelurahan yang Ada Keluarga Pengguna Listrik dan Penerangan di Jalan Utama Desa di Provinsi Banten, 2014 Keberadaan Keluarga Pengguna Listrik Penerangan Jalan Utama Desa Listrik PLN Listrik Non PLN Ada Tidak Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kabupaten Pandeglang 339 14 142 197 339 Kabupaten Lebak 345 12 200 145 345 Kabupaten Tangerang 274-153 121 274 Kabupaten Serang 326 1 198 128 326 Kota Tangerang 104-104 - 104 Kota Cilegon 43 2 41 2 43 Kota Serang 66 5 58 8 66 Kota Tangerang Selatan 54-54 - 54 BANTEN 1.551 34 950 601 1.551 6

Lampiran 5. Jumlah Desa/Kelurahan yang Ada maupun yang Tidak Ada Pasar dengan Bangunan di Provinsi Banten, 2014 Ada Pasar dengan Bangunan Ada Pasar Tanpa Bangunan Tidak Ada Pasar (1) (2) (3) (4) Kabupaten Pandeglang 32 6 301 Kabupaten Lebak 43 21 281 Kabupaten Tangerang 59 170 45 Kabupaten Serang 47 57 222 Kota Tangerang 34 46 24 Kota Cilegon 5 3 35 Kota Serang 7 3 56 Kota Tangerang Selatan 18 29 7 BANTEN 245 335 971 Lampiran 6. Persentase Desa/Kelurahan yang Lalu-Lintas dari dan ke Desa/Kelurahan Melalui Darat Menurut Kondisi Jalan yang Dapat Dilalui Kendaraan Roda 4 Atau Lebih di Provinsi Banten, 2014 Sepanjang Tahun Kondisi Jalan yang Dapat Dilalui Kendaraan Roda 4 atau Lebih Sepanjang Tahun kecuali Saat Tertentu Sepanjang Tahun kecuali Sepanjang Musim Hujan Tidak Dapat Dilalui Sepanjang Tahun (1) (2) (3) (4) (5) Kabupaten Pandeglang 91,74 3,83 4,42 0,00 Kabupaten Lebak 92,94 4,41 1,76 0,88 Kabupaten Tangerang 99,27 0,00 0,73 0,00 Kabupaten Serang 94,79 4,29 0,92 0,00 Kota Tangerang 98,08 0,00 1,92 0,00 Kota Cilegon 97,67 0,00 0,00 2,33 Kota Serang 100,00 0,00 0,00 0,00 Kota Tangerang Selatan 100,00 0,00 0,00 0,00 BANTEN 95,21 2,72 1,81 0,26 7