Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

dokumen-dokumen yang mirip
JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION. Siswandi

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

SKRIPSI. Oleh : JULIANA WIDYOWATI NPM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

PROSIDING ISBN :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kualitas. pembelajaran IPS di kelas IVB SDN Nanggulan Sleman.

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

Efektivitas Penggunaan Metode Kooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat

Konseling dan Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126

Dedi Kurniawan ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI VARIASI MODEL THINK PAIR AND SHARE

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

Aziar SD Negeri Pengawu, Palu, Sulawesi Tengah. Kata Kunci: Kualitas pembelajaran IPA, Pembelajaran Kooperatif Group lnvestigation

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS IVSDN BINJAI TIMUR

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SDN 20 PASAMAN

BAB V PENUTUP. dalam aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Geografi XI IPS 1 di. SMA N 1 Pleret, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

Model Kooperatif GI Berbasis Outdoor Study Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA SD

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8 ISSN X. Indri

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Eutik Mulyati dan Guntarsih ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar*

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MULTIMEDIA 2 SMK NASIONAL MALANG Rizky Ridlo Rahmanda Putri Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran GI (Group Investigation). Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan yang digunakan dalam penelitian adalah perencanaan, pemberian tindakan kelas, observasi, serta refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, lembar observasi, dan catatan lapangan. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, berupa kata-kata atau kalimat dan kuantitatif, berupa angka. Data kualitatifnya berupa catatan lapangan, observasi, dan wawancara. Data kuantitatifnya terdiri atas data keterlaksanaan pembelajaran, data aktivitas, dan data prestasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Multimedia SMK Nasional Malang yang berjumlah 40 siswa. Berdasarkan penelitian selama proses pelaksanaan tindakan diperoleh persentase keterlaksanaan model pembelajaran GI, pada siklus I sebesar 79,3 % dan pada siklus II sebesar 95,7%. Persentase aktivitas belajar fisika siswa juga meningkat dari siklus I ke II sebesar 73,12 % ke 86,25%. Jumlah siswa yang mempunyai nilai mencapai KKM sebelum diterapkan model pembelajaran GI adalah 14 siswa dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 35 %. Berdasarkan analisis prestasi belajar fisika siswa siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 65%. Jumlah siswa yang mempunyai nilai mencapai KKM pada siklus I adalah 26 siswa. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 90%. Jumlah siswa yang mempunyai nilai mencapai KKM pada siklus II adalah 36 siswa.dari data tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar dan nilai rata-rata tes prestasi dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa kelas X MM 2SMK Nasional Malang. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Suprijono (2010:46) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan aplikasinya pada tingkat operasional dikelas. Huda (2013:73) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional dan memandu proses pengajaran dikelas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang menggambarkan urutan alur tahap - tahap

kegiatan keseluruhan yang ada umumnya disertai dengan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa yang didalamnya terdapat strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Pada paham konstruktivisme strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan besarnya pengetahuan yang diperoleh siswa. Paham ini menyatakan bahwa manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Berpijak pada paham konstruktivisme, para ahli mengembangkan strategi baru dalam proses belajar mengajar yaitu pembelajaran kooperatif. Isjoni (2007:15) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang menekankan pada kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sehingga pembelajaran ini sebagian besar aktivitas belajar berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran dikemas menjadi proses membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung, siswalah yang harus aktif membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dari proses terseb Model pembelajaran GI sering dipandang sebagai model yang paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Model GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan - bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap awal sampai tahap akhir pembelajaran.aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Menurut Hamalik (2007:171) aktivitas belajar siswa adalah sesuatu hal yang dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang dapat diperolehnya dari pengamatan, pengalaman bekerja serta diskusi dengan rekan kerja. Sedangkan Sanjaya (2006:132) menyatakan bahwa aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Aktivitas siswa dapat diperoleh dari hasil observasi dan pengamatan. Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas kooperatif. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang setelah melakukan kegiatan atau perbuatan belajar (Djamarah, 2010:19). Prestasi belajar pada dasarnya merupakan ukuran intelektual siswa dan kemampuan ini dapat diukur menggunakan pelajaran atau lebih dikenal sebagai evaluasi belajar. Prestasi belajar merupakan tingkat kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh siswa karena pengalaman yang diikutinya selama proses belajar mengajar. Prestais belajar fisika merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar fisika.

METODE Penelitian ini dirancang dengan desain PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Menurut Muslich (2009:10) penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memperdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Sedangkan menurut Kunandar (2011:44) penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Dari kedua pengertian di atas dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui beberapa siklus dimana tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan atau pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Apabila dalam siklus pertama proses pembelajaran sudah mencapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti cukup menggunakan satu siklus saja. Akan tetapi dalam siklus pertama masih terdapat kekurangan dan perlu adanya perbaikan, maka peneliti perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Subjek penelitian siswa kelas X MM 2 SMK Nasional Malang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40. Penelitian ini dilakukan di ruang kelas. Dari hasil wawancara dengan guru dan beberapa dari siswa kelas X MM 2, diperoleh bahwa siswa kelas X MM 2 kurang berminat dalam mempelajari fisika. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah. 1) data keterlaksanaan pembelajaran model GI, Data keterlaksanaan pembelajaran ini diperlukan untuk memastikan bahwa temuan yang didapati dalam penelitian ini adalah benar - benar merupakan hasil dari penerapan pembelajaran GI pada siswa kelas X MM2 SMK Nasional Malang. Data ini diperoleh dengan melakukan observasi keterlaksanaan dari penerapan model Pembelajaran GI yang bersumber dari aktivitas yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar baik oleh siswa maupun guru. Untuk mengukur atau mengambil data ini, digunakan instrumen penelitian berupa observasi keterlaksanaan pembelajaran. 2) data peningkatan aktivitas belajar, Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Berdasarkan macam - macam aktivitas, peneliti menggunakan kriteria aktivitas yang mencakup beberapa aspek. 3) data prestasi belajar siswa, Prestasi belajar fisika siswa dapat diketahui dari nilai tes dari kemampuan kognitif yaitu meliputi pegetahuan, pemahaman, menerapkan, dan menganalisis yang dilakukan tindakan pada akhir setiap siklus. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik antara lain wawancara, observasi, instrumen penelitian, tes, dan dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan tidak terstruktur, hal ini bertujuan agar lebih leluasa dalam melakukan wawancara dengan nara sumber yaitu guru fisika siswa kelas X MM 2 SMK Nasional Malang. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung mengenai proses pembelajaran sebelum diterapkan pembelajaran GI. Observasi Menurut Sanjaya (2009:86), observasi adalah teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati. Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati aktivitas siswa yang berkaitan dengan tindakan yang diberikan pada

proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model dan aktivitas belajar siswa yang dilakukan dengan model pembelajaran Group Investigation. Instrumen penelitian diperoleh dari soal tes, catatan lapangan, RPP, dan LKS. Hal ini dilakukan saat dan sesudah pembelajaran berlangsung. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar pada aspek kognitif yang dilakukan pada akhir setiap siklus, tes yang dilakukan berupa tes pilihan ganda. Pemberian tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan prestasi belajar yang sudah didapatkan siswa setelah proses pembelajaran GI dilakukan. Selanjutnya data prestasi yang terkumpul pada siklus I dan siklus II dianalisis kemudian dibandingkan dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari penelitian baik berupa foto maupun hitungan data yang relevan dari penelitian yang dilakukan. Data dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar nilai siswa. Dengan membandingkan skor aktivitas belajar siswa dan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus II. Dalam penelitian ini, tindakan yang diberikan dapat dikatakan berhasil jika aktivitas belajar mencapai 75% dan hasil belajar klasikal mencapai 85%. Prosedur tindakan kelas terdiri dari dua siklus tindakan. Setiap siklus tindakan terdiri dari satu sub konsep yang dibelajarkan. Penelitian tindakan kelas merupakan proses pembelajarn dikelas yang berdaur dan terdiri dari 4 tahap yaitu : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan (d) refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Pelaksaan tindakan berhasil apabila keterlaksaan pembelajaran model GI, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa sebagai subjek penelitian ada peningkatan, apabila diperoleh persentasi yaitu lebih dari atau sama dengan 75%. HASIL Pada siklus I, tahap orientasi siswa terhadap masalah ini mencapai keterlaksanaan sebesar 81,25%. Tahapan ini dapat terlaksana dengan baik dimungkinkan karena pada pembelajaran yang sebelumnya, siswa tidak asing dengan kegiatan orientasi kepada masalah, sehingga siswa dapat mudah untuk diarahkan sesuai petunjuk guru. Pada kegiatan mendengarkan guru, hampir semua siswa mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru dengan baik. Pada kegiatan guru membuka pelajaran, pemberian motivasi kepada siswa, dan menjelaskan indikator pembelajaran, siswa terlihat sudah melakukan kegiatan tersebut dengan baik namun belum terlaksana dengan maksimal. Pada kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru juga sudah baik namun masih ada siswa yang tidak mendengarkan, sehingga belum terlaksana dengan maksimal. Tahap pengelompokan, pada tahap ini terdapat poin pada lembar observasi yang kurang terlaksana dengan baik, yaitu kegiatan pengelompokan siswa. hal ini dikarenakan siswa kurang terbiasa berkumpul bukan dengan sebangkunya atau bukan teman dekatnya, ketika siswa mengetahui bahwa tidak satu kelompok dengan teman akrabnya mereka banyak yang protes. Tetapi pada saat di suruh untuk bergabung dengan kelompoknya mereka bersedia. Pada kegiatan mengikuti perintah guru, siswa melakasanan kegiatan tersebut dengan baik namun belum terlaksana dengan maksimal. Dari hal tersebut persentase keterlaksanaan pada tahapan pertama hanya 75%. Pada tahap perencanaan, poin - poin yang ada belum terlaksana

dengan maksimal namun sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dimungkinkan karena guru kurang terlalu memberikan arahan mengenai langkah - langkah dalam melakukan praktikum dan siswa juga sudah merencanakan apa yang akan mereka kerjakan namun belum maksimal. Dari hal tersebut persentase untuk tahap perencanaan yaitu sebesar 75%. Pada tahap penyelidikan keterlaksanaannya mencapai 83,3% namun belum semua poin dalam tahap penyelidikan terlaksana dengan maksimal. Pada saat melakukan percobaan, tidak semua siswa melakukan percobaan, ada yang hanya sebagai penonton atau bahkan ada yang mengobrol dengan teman, namun secara keseluruhan terlaksana dengan baik. pada kegiatan mendorong siswa melakukan percobaan dengan benar, guru melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik, namun ada beberapa kelompok yang belum diberi dorongan untuk melakukan kegiatan praktikum dikarenakan. Tahap berikutnya yaitu tahap keorganisasian dimana tahap ini persentase keterlaksanaannya 75%, dalam hal ini masih ada kelompok yang belum bisa bekerjasama dalam hal siapa yang akan mewakili kelompoknya dalam presentasi kelas, hal ini dikarenakan kurang akrabnya mereka dengan teman sekelompoknya. Tetapi keterlaksanaannya sudah baik namun belum terlaksana dengan maksimal. Tahap presentasi, pada tahap ini siswa belum melaksanakan presentasi dengan sempurna. Berdasarkan lembar observasi keterlaksanaan tahap presentasi tingkat persentase yang dihasilkan yaitu 87,5%, namun belum terlaksana dengan maksimal. Tahapan ini dapat terlaksana dengan baik dimungkinkan karena pada pembelajaran yang sebelumnya, sehingga siswa tidak asing dengan kegiatan presentasi ini dan kegiatan presentasi juga sudah pernah dilakukan pada pertemua yang sebelumya.tahapan GI yang terakhir yaitu analisis dan evaluasi, yang mencapai keterlaksanaan dengan persentase 80%. Poin yang ada sudah terlaksana dengan baik namun belum maksimal yaitu membimbing siswa melakukan refleksi dan evaluai terhadap praktikum yang telah dilakukan, siswa mereview tujuan dan hasil praktikum serta diskusi yang telah dilakukan, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, dan pemberian tugas mandiri pada siswa. Pada siklus II keterlaksanaan penerapan pembelajaran fisika melalui tahapan model Group Investigation sudah menunjukkan persentase yang sangat bagus yaitu hampir semua rencana tindakan sudah 95,7% terlaksana. Hal ini menunjukkan bahwa guru, siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana. Peningkatan aktivitas belajar siswa telah terjadi hampir pada semua aspek aktivitas belajar siswa dengan baik yaitu dengan persentase 86,25% terlaksana. Peningkatan aktivitas dapat dilihat dari sebelum dan sesudah tindakan. Sedangkan pada level kelas dapat dilihat dari sebelum tindakan, proses siklus I, dan siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa telah terjadi pada semua aspek penilaian prestasi belajar siswa dengan baik. peningkatan ini dapat dilihat dari level individu maupun level kelas mulai dari sebelum tindakan sampai setelah tindakan pembelajaran fisika meggunakan model Group Investigation (GI). Berdasarkan hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran pada siklus II, diketahui keaktifan dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih meningkat. Maka dalam pembelajaran selanjutnya penting bagi guru untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran semaksimal mungkin, meningkatkan keaktifan siswa dan memberikan kebebasan yang lebih pada siswa dalam menyampaikan idenya, sehingga akan semakin meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran fisika melalui

tahapan model Group Investigation (GI), perlu diperhatikan masalah waktu, perencanaan dan pengorganisasian. Guru hendaknya meningkatkan situasi kompetisi kelompok untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa. oleh karena itu disarankan agi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan penelitian dengan model pembelajaran Group Investigation agar tahapan - tahapan pembelajaran lebih diperhatikan sehingga dapat terlaksana dengan baik. PEMBAHASAN Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian pada bab IV, maka pada bab ini dibahas tentang pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa.model pembelajaran Group Investigation dipilih untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar fisika siswa kelas X MM 2 SMK Nasional Malang. Penerapan model pembelajaran GI dilaksanakan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya. Selama pelaksanaan tindakan diperoleh data keterlaksanaan model pembelajaran GI pada siklus I sebesar 79,3% dan pada siklus II sebesar 95,7%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa setiap tahap model pembelajaran GI mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan ini merupakan hasil refleksi yang dilakukan setelah siklus I dengan memperbaiki kekurangan - kekurangan yang terjadi pada siklus I dan mempertahankan kelebihan pada siklus I untuk diterapkan pada tindakan selanjutnya. Persentase keterlaksanaan model pembelajaran GI pada tahap orientasi masalah untuk siklus I adalah 81,25% dan siklus II 100%. Tahap Grouping untuk siklus I persentasinya 75% dan untuk siklus II 93,75%. Pada tahap planning untuk siklus I sebesar 75% dan siklus II 87,5%. Selanjutnya tahap investigating untuk siklus I 83,33% dan siklus II 100%. Sedangkan untuk tahap organizing siklus I sebesar 75% dan untuk siklus II sebesar 87,5%. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semua taha mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Temuan-temuan yang terdapat pada observasi awal sangat berbeda dengan observasi kegiatan pembelajaran selama siklus I. Temuan - temuan yang terdapat dalam siklus I antara lain : 1) kegiatan proses pembelajaran telah menggunakan Group Investigation. Secara umum, proses pembelajaran yang dilakukan telah melaksanakan tahap - tahap yang direncanakan, yaitu tahap pengelompokan (grouping), tahap perencanaan (planning), tahap penyelidikan (investigation), tahap pengorganisasian (organizing), tahap presentasi (presenting), tahap evaluasi (evaluating). 2) kelas yang ketika observasi awal (sebelum diberi tindakan) terlihat siswa kurang aktif dan jarang dilibatkan dalam proses pembelajaran, saat diberi tindakan pertama sudah terlihat aktif namun masih ada siswa yang belum aktif dikarenakan belum terbiasa dengan kegiatan praktikum dan diskusi yang dilakukan. Hal semacam ini sudah biasa dan merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan. Hal ini merupakan indikator kemajuan proses pembelajaran siklus I dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelum pemberian tindakan siklus I. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan yang terjadi selama proses siklus I. Kelemahan yang dimaksud adalah: 1) Peran guru kurang maksimal dalam mengkondisikan kelas ketika prosespembelajaran. 2) Jumlah LKS pada setiap kelompok kurang. 3) Guru kurang memberi motivasi kepada siswa sebelum dan pada saat pelaksanaan diskusi. Berdasarkan kegiatan

pembelajaran siklus I, maka diadakan perbaikan dalam beberapa rancangan kegiatan untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan yang terdapat pada siklus I. Oleh karena itu dilaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sebagai perbaikan dari kegiatan pembelajaran siklus I. Pada observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II didapatkan temuan - temuan sebagai berikut. 1) proses pembelajaran telah berjalan lancar dan sesuai rencana dengan menggunakan model pembelajaran GI. 2) siswa terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3) LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran siklus II cukup mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan lebih baik dari pada pembelajaran siklus I.Aktivitas belajar yang meningkat merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Sebelum diterapkan model pembelajaran GI, aktivitas abelajar siswa masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari aktivitas siswa yang masih rendah, siswa jarang terlibat dalam proses pembelajaran.berdasarkan hasil observasi, selama pelaksanaan tindakan diperoleh data aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 73,12% dan pada siklus II sebesar 86,25%. Persentase keterlaksanaan aktivitas siswa pada aspek menghargai kontribusi untuk siklus I 75% dan siklus II 86,68%. Pada aspek mengambil giliran dan berbagi tugas mencapai 72,5% untuk siklus I dan untuk siklus II 87,5 %. Selanjutnya pada aspek bertanya untuk siklus I sebesar 72,5% dan siklus II 85,75%. Kemudian aspek memeriksa ketepatan jawaban untuk siklus I mencapai 73,12% dan untuk siklus II 86,25%. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. hasil ini menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hasil dari prestasi belajar fisika siswa dilihat berdasarkan pada ranah kognitif. Aspek ini diukur dengan tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil tes pada siklus I diperoleh rata - rata nilai sebesar 67,02% dengan persentase 65 % dari siswa yang mengikuti tes telah mencapai KKM, jumlah siswa yang tuntas ada 26 siswa dari 40 siswa. Pada siklus II diperoleh rata - rata nilai sebesar 79,75 dengan persentase 90% sebesar dari siswa yang mengikuti tes telah mencapai KKM, jumlah siswa yang tuntas 36 siswa dari 40 siswa. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Penerapan pembelajaran model Group Investigation (GI) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa kelas X MM 2 SMK Nasional Malang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persentase peningkatan kterlaksanaan model pembelajaran GI dari 79,3% menjadi 95,7%, peningkatan aktivitas belajar fisika dari 73,12% menjadi 86,25%, dan prestasi belajar fisika dari 65% menjadi 90% siswa yang mencapai KKM

Saran Berdasarkan kesimpulan peneliti, bahwa dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar fisika siswa kelas X MM 2 SMK Nasional Malang, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran GI dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa. Namun pada saat kegiatan pembelajaran terdapat kendala yang perlu diperhatikan oleh guru. Salah satunya adalah kurangnya jumlah LKS. Hal ini menyebabkan sebagian siswa dalam kelompok terlihat kurang aktif. Disamping itu, penerapan model pembelajaran GI ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru fisika dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran fisika guna meningkatkan aktivitas dan prestasi. Bagi peneliti berikutnya, disarankan untuk melakukan penelitian tentang model pembelajaran GI pada materi yang berbeda untuk mengembangkan dan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigation DAFTAR RUJUKAN Akib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT RinekaCipta Djamarah, S.B. & Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Diniasih, Tri. 2008. Perbandingan Kooperatif Model Group Investigation (GI) dengan Metode Ceramah untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Malang. (Online), (http://http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/4349/), diakses tanggal 15 April 2014 Gunawan, R.P. 2013. Model Pembelajaran Group Investigation (GI). (Online), (http://http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/06/modelpembelajaran-group-investigation_8266.html?m=1/), diakses tanggal 5 Maret 2014 Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: PT. Rajawali Mirandandha.2012. Tugas dan Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (Online), (http://http://mirandamustafa.blogspot.com/2012/08/tugas-danperan-guru-dalam-proses.html?m=1/), diakses tanggal 28 Februari 2014 Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Riyadi, Bambang. 2010. Teori Belajar Konstruktivisme dari Jean Peaget. (Online), (http://http://wong-q-to.blog.com/2010/12/3/teori-belajarkonstruktivisme-dari-jean-peaget/), diakses tanggal 5 Maret 2014 Riyani. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SDN 130 Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Sanjaya, Wina.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group Solihatin, Etin & Raharjo. 2009. Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Sudrajat, Akhmad. 2009. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI). (Online), (http://http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategipembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/), diakses tanggal 7 Mei 2014 Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT. RinekaCipta Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana