PENGARUH MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI DI RS DR. R SOEDJATI PURWODADI

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI KELURAHAN ASUHAN PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

PENGARUH PENERAPAN METODE KANGURU TERHADAP PENINGKATAN SUHU BAYI BARU LAHIR (Di BPS. Kasih Ibu Ny. Soenarlin Jatirogo Tuban)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Penulis. Eprila1, Hasbiah Muhayan2, Dian Lestari3. Data Penulis

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i3 ( )

Pengaruh Pelaksanaann Kelas Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan Tentang Persiapan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN kelahiran, angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan angka-angka di

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK. : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

DEWI SUSANTI ( S)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR ABSTRAK

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

EFEKTIFITAS PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL(APN) TERHADAP KETERAMPILAN BIDAN DI KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN PERILAKU BIDAN DALAM PENERAPAN 58 LANGKAH APN DI RSUD KOTA BEKASI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Dwi Sogi Sri Redjeki 1, Husin Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarmasin. ABSTRAK

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Hidayah, et al., Gambaran Ibu Nifas Tentang...

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

SUYANI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015) Husnul Mutoharoh*

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Susi Widiawati Dosen STIKES Harapan Ibu Jambi ABSTRAKS

BAB 1 PENDAHULUAN. baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. bahwa saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah tertinggi. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

*Armi


Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

DAFTAR PUSTAKA. Ambarwati, Eni Retna Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offset

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEWONDO KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Ns. Zahlimar, S.Kep, M.Kep Dosen Akper Setih Setio Muara Bungo ABSTRAK

EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI PREMATUR DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT IMELDA MEDAN

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Meningkatkan Kinerja Bidan dalam Upaya Menurunkan Angka Kejadian Partus Lama di RSUD Rokan Hulu. Andriana* Syafneli**

BAB I PENDAHULUAN. persalinan, perawatan bayi yang baru lahir dan pemeliharaan ASI

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA PTT DALAM PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Lies Indarwati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI DI RS DR. R SOEDJATI PURWODADI Oleh; Mun Aminah 1), Riski Sahara 2) 1). Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi DIII Kebidanan 2). Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK Latar belakang: hipotermi neonatus merupakan keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh di bawah 36 o C oleh karena terpapar lingkungan yang dingin, suhu yang rendah, permukaan atau aliran udara yang dingin. Pada bayi baru lahir banyak yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh oleh karena dalam penanganannya tubuh bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus kain kering dan jangan langsung dimandikan setelah kelahiran. Di Kabupaten Grobogan jumlah bayi baru lahir hidup menurun dari tahun 2009 sebanyak 23673 menjadi 22494 jiwa. Di RS dr. R Soedjati Purwodadi mandi rendam pada bayi baru lahir dilakukan 6 jam setelah kelahiran. Tujuan penenlitian adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh mandi rendam pada bayi baru lahir terhadap kejadian hippotermi di RS dr. R Soedjati Purwodadi. Metode: penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen. Populasinya semua bayi baru lahir normal di RS dr. R Soedjati Purwodadi dan besar sampel 30 responden yang dibagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan lembar kerja dan observasi. Data di analisis menggunakan uji statistik paired t test. Hasil penelitian: Ada pengaruh yang signifikan baik mandi rendam maupun mandi washlap terhadap kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di RS dr. R Soedjati Purwodadi dengan nilai t hitung (4.861) > tabel (2.145) dengan df =4 dan nilai p < 0.005. Rekomendasi: berdasarkan hasil penelitian tersebut sebaiknya bidan / perawat atau keluarga tidak langsung memandikan bayi baru lahir agar supaya tidak terjadi hipotermi. Bidan diharapkan meningkatkan pelayanan dan penanganan terhadap bayi daru lahir dengan segera mengeringkan dan membungkus bayi menggunakan kain bersih dan kering. Kata kunci : Mandi rendam, hipotermi, bayi baru lahir 28

PENDAHULUAN Angka kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Global / MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tigaperempatnya dalam kurun waktu 1990 2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990 2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH, AKB dari 68 menjadi 23/1000 KH dan AKABA dari 97 menjadi 32/1000 KH pada tahun 2015 (Depkes RI, 2009). Menurut RIKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%) (Depkes RI, 2009). Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh dibawah 36 o C atau kehilangan suhu tubuh (Saifuddin, 2006). Hipotermi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh karena terpapar pada lingkungan yang dingin, suhu lingkungan yang rendah, permukaan dingin atau aliran udara. Suhu tubuh normal bagi bayi baru lahir (neonatus) adalah 36,5 o C 37 o C tanpa disertai adanya tanda-tanda kedinginan pada bayi baru lahir. Kebanyakan bayi baru lahir membutuhkan ruangan yang hangat bersih dan observasi ketat, bayi segera diberikan pada ibunya untuk dihangatkan tubuhnya dengan mendapatkan ASI (Ngastiah,2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan diperoleh data dari catatan rekam medik RS dr R. Soedjati Purwodadi, bahwa pada tahun 2009 tercatat ada sebanyak 266 kelahiran hidup dengan persalinan normal dan pada tahun 2010 ada sebanyak 205 kelahiran hidup dengan persalinan normal. Di RS dr R. Soedjati Purwodadi mandi rendam pada bayi baru lahir dilakukan sesuai protap rumah sakit yaitu 6 jam setelah kelahiran bayi karena ada kekhawatiran akan terjadi hipotermi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh mandi 29

rendam pada bayi baru lahir terhadap kejadian hipotermi di RS dr. R. Soedjati Purwodadi. cheklist yang dibuat oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada. Analisis data menggunakan paired t test. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah quasi eksperimen Penelitian ini terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok intervensi 1 yang dilakukan mandi rendam, dan kelompok intervensi 2 yang dilakukan mandi spon/washlap. Pada kedua kelompok diawali dengan pre-test untuk mengetahui suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan mandi rendam. Pre-test dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian kelompok intervensi 1 diberikan mandi rendam dan kelompok intervensi 2 dilakukan mandi spon, setelah itu akan dilakukan kembali post-test pada kedua kelompok, yaitu kelompok intervensi 1 dan kelompok intervensi 2. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling, Banyaknya sampel sebanyak 15 responden, dan jumlah seluruh bayi baru lahir yang diberikan intervensi 2 di RS dr. R Soedjati Purwodadi sebanyak 15 responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2011 di Rumah sakit dr. R. Soedjati Purwodadi. Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar kerja dan lembar observasi HASIL DAN PEMAHASAN A. Hasil Analisis Univariat 1. Pendidikan ibu Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu No Pendidikan terakhir Klp mandi rendam Klp mandi washlap 1 SD 5 33% 4 27% 2 SMP 3 20% 8 53% 3 SMA 7 47% 2 13% 4 Perguruan tinggi 0 0% 1 7% Jumlah 15 100% 15 100% Hasil analisis menunjukkan distribusi pendidikan ibu responden pada kedua kelompok tidak merata. Pada kelompok mandi rendam terlihat bahwa tidak ada responden berpendidikan Perguruan tinggi, (47%), sedangkan pada kelompok mandi washlap terlihat bahwa ada (7%) 1 responden berpendidikan Perguruan tinggi, 2. Pekerjaan ibu Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu No Pekerjaan Klp mandi rendam Klp mandi washlap 1 IRT 6 40% 5 33% 2 Swasta 4 27% 5 33% 3 Tani 5 33% 4 27% 4 PNS 0 0% 1 7% Jumlah 15 100% 15 100% Hasil analisis menunjukkan distribusi pekerjaan ibu responden pada kedua 30

kelompok tidak merata. Pada kelompok mandi rendam terlihat bahwa pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga (IRT) ada (40%) 6 responden, (27%) 4 responden bekerja dibidang swasta, (33%) 5 responden bekerja sebagai petani dan tidak ada responden yang bekerja sebagai PNS. Pada kelompok mandi washlap/spon terlihat bahwa pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga (IRT) ada (33%) 5 responden, (33%) 5 responden bekerja dibidang swasta, (27%) 4 responden bekerja sebagai petani dan (7%) 1 responden yang bekerja sebagai PNS. 3. Jenis kelamin responden Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No Jenis kelamin Klp mandi rendam Klp mandi washlap 1 Laki-laki 7 47% 7 47% 2 Perempuan 8 53% 8 53% Jumlah 15 100% 15 100% Hasil analisis menunjukkan distribusi jenis kelamin pada kedua kelompok tidak merata tetapi pada kedua kelompok terdiri dari 7 orang laki-laki (47%) dan 8 orang perempuan (53%) pada masing-masing kelompok. 4. Suhu tubuh Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh Bayi Suhu tubuh Sebelum Sesudah Mean Median SD Mean Median SD N Klp mandi rendam 36.58 36.60 0.16 36.28 36.30 0.17 15 Klp mandi washlap/spon 36.50 36.50 0.14 36.27 36.30 0.14 15 Hasil penelitian diperoleh bahwa suhu pada kelompok perlakuan mandi rendam yaitu rata-rata suhu sebelum dilakukan mandi rendam 36.58, median 36.60 dengan standar deviasi 0.16, sedangkan rata-rata suhu sesudah dilakukan mandi rendam adalah 36.28, median 36.30 dan standar deviasi 0.17, sedangkan pada kelompok perlakuan mandi washlap/spon yaitu rata-rata suhu sebelum perlakuan 36.50, median 36.50 dan standar deviasi 0.14. sedangkan ratarata suhu setelah perlakuan adalah 36.27, median 36.30 dan standar deviasi 0.14. B. Hasil Analisis Bivariat Tabel 5.5 Pengaruh Mandi Rendam Dan Mandi Washlap/Spon Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi Suhu tubuh Sebelum - sesudah Nilai Nilai Mean SD SE t P Klp mandi rendam 0.30 0.24 0.06 4.861 0.000 Klp mandi washlap/spon 0.23 0.08 0.02 10.990 0.000 Hasil penelitian diperoleh bahwa perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum-sesudah dilakukannya mandi 31

rendam adalah 0.3 dengan standar deviasi 0.24. Hasil uji statistik diperoleh nilai t hitung adalah 4.861 (t tabel = 2.145) dan nilai p adalah 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak yang artinya suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah mandi rendam adalah berbeda atau ada pengaruh mandi rendam terhadap penurunan suhu tubuh. Sedangkan pada kelompok mandi washlap/spon didapat perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir adalah 0.23 dengan standar deviasi 0.08. Hasil uji statistik diperoleh nilai t hitung adalah 10.990 (t tabel = 2.145) dan nilai p adalah 0.000, maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak yang artinya suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah mandi washlap/spon adalah berbeda atau ada pengaruh mandi washlap/spon terhadap penurunan suhu tubuh. Hal tersebut berarti ada pengaruh mandi rendam maupun mandi washlap/spon terhadap hipotermi (penurunan suhu tubuh pada bayi baru lahir) di RS dr. R Soedjati Purwodadi. PEMBAHASAN 1. Perbandingan mandi rendam dan mandi washlap/spon pada bayi baru lahir terhadap kejadian hipotermi di RS dr. R Soedjati Purwodadi. Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan perlakuan baik mandi rendam maupun mandi washlap/spon pada awal pre-test, suhu awal bayi baru lahir berkisar antara 36,2ºC - 36,8ºC pada kelompok mandi rendam dan kelompok mandi washlap/spon, tidak ada bayi yang mengalami hipotermi berat. Kemudian setelah dilakukan perlakuan baik mandi rendam maupun mandi washlap/spon, suhu bayi menjadi berkisar antara 36ºC - 36,7ºC. Pada kelompok perlakuan mandi rendam mengalami perubahan suhu sebelum dan sesudah perlakuan berkisar 0,2-0,5ºC, bahkan ada yang meningkat 5ºC dengan rata-rata perbedaan suhu 0,3 ºC, sedangkan pada kelompok perlakuan mandi washlap/spon mengalami perubahan suhu sebelum dan sesudah perlakuan berkisar 0,1-0,4ºC dengan rata-rata perbedaan suhu 0,23ºC. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengaruh baik mandi rendam maupun mandi washlap/spon terhadap kejadian hipotermi pada bayi baru lahir dengan nilai p = 0.000, hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rifani (2009) juga tentang pengaruh mandi rendam pada bayi baru lahir terhadap kejadian hipotermi di Yogyakarta yang diperoleh hasil bahwa ada perbedaan antara kelompok mandi rendam dengan kelompok kontrol terhadap kejadian hipotermi, tetapi perbedaan tersebut tidak sebanyak pada kelompok mandi rendam 32

Pada bayi baru lahir mandi rendam sesudah dikeringkan dengan nilai p= 0,000 (p<0,05). Sunartyo (2008) menyatakan memandikan bayi merupakan suatu kejadian penting dalam keseharian, baik bagi ibu maupun anak. Setiap kali prosedur pada pertolongan bayi baru lahir dilakukan upaya untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas tubuh pada bayi (hipotermi). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Afriani (2010) tentang pengaruh IMD terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir yang hasilnya menunjukkan bahwa hipotermi dapat dicegah dengan tindakan inisiasi menyusu dini dari ibu yang baru melahirkan. Stres dingin (cold stress) akan mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Keadaan tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen bayi dan dapat mengganggu keseimbangan asam basa sehingga bayi akan bereaksi dengan meningkatkan kecepatan pernafasannya dan kemungkinan dapat mengalami sianotik (kebiruan). Suhu aksila harus diukur setiap jam untuk memantau ada tidaknya kehilangan panas tubuh sampai temperatur menjadi stabil. Perawat dapat membantu menstabilkan temperatur tubuh bayi baru lahir dengan beberapa cara. Bayi baru lahir harus dikeringkan dan dibungkus dengan selimut hangat segera setelah lahir, perhatikan supaya kepala juga harus diselimuti selama bayi digendong orang tuanya (Bobak dkk, 2004). 2. Pengaruh mandi rendam dan mandi washlap/spon pada bayi baru lahir terhadap kejadian hipotermi di RS dr. R Soedjati Purwodadi. Berdasarkan hasil uji paired t diperoleh adanya pengaruh mandi rendam terhadap penurunan suhu tubuh (kejadian hipotermi), dengan nilai p = 0.000, begitu juga pada kelompok mandi washlap/spon diperoleh hasil ada pengaruh mandi washlap/spon terhadap penurunan suhu tubuh (kejadian hipotermi) dengan nilai p=0.000.pada kelompok mandi rendam jika dilihat dari korelasi pada tabel perbandingan suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh hasil nilai correlation = -0.007 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan suhu tubuh bayi baru lahir antara sebelum dan sesudah dilakukan mandi rendam. Sedangkan pada kelompok mandi washlap/spon jika dilihat dari korelasi pada tabel perbandingan suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh hasil nilai correlation = 0.831 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan suhu tubuh bayi baru lahir antara sebelum dan sesudah dilakukan mandi washlap/spon. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengaruh baik mandi rendam maupun 33

mandi washlap/spon terhadap kejadian hipotermi pada bayi baru lahir, kedua perlakuan diperoleh nilai p hitung = 0.000 (p<0,005). Hasil penelitian tersebut di atas hampir sama dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Rifani (2009), menunjukkan bahwa pada bayi baru lahir yang belum dilakukan mandi rendam kemudian dikeringkan diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05), 1 jam pertama sesudah mandi rendam nilai p= 0,010 (p<0,05); 2 jam pertama sesudah mandi rendam nilai p= 0,025 (p<0,05) dan kemudian 3 jam pertama sesudah dilakukan mandi rendam diperoleh nilai p= 0,014 (p<0,05), dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terhadap kejadian hipotermi pada bayi baru lahir dengan mandi rendam. Hal tersebut di atas didukung oleh pendapat Affandi (2007) yang menyatakan bahwa jangan segera memandikan bayi baru lahir, karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian) sebelum melakukan penimbangan terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Suhu tubuh normal adalah suhu tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi secara individual (dapat terpenuhi dengan suhu bayi stabil dengan suhu aksila antara 36,5 o C 37,5 o C. Pada bayi baru lahir ada banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermi, antara lain bayi baru lahir tidak segera dikeringkan, terlalu cepat dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi pakaian, tidak segera didekap pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya, berat badan bayi baru lahir rendah, bayi tidak segera dibungkus dan bayi sakit (Depkes RI, 1998). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dilakukan mandi rendam adalah 36.58 o C dan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dilakukan mandi washlap/spon adalah 36.50 o C, sedangkan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sesudah dilakukan mandi rendam adalah 36.28 o C dan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sesudah dilakukan mandi washlap/spon adalah 36.27 o C. 2. Ada perbedaan suhu tubuh antara sebelum dan sesudah dilakukan mandi rendam dengan selisih suhu tubuh sebesar 0.30 o C sedangkan pada mandi washlap/spon antara sebelum dan sesudah terapat selisih suhu tubuh sebesar 0.23 o C. 3. Ada pengaruh yang signifikan baik mandi rendam maupun mandi washlap/spon terhadap kejadian 34

hipotermi pada bayi baru lahir di RS dr. R Soedjati Purwodadi dengan nilai p=0.000 (p<0.005) dan nilai t hitung 4.861 (pada mandi rendam) dan 10.990 pada mandi washlap/spon > nilai t tabel = 2.145 (dengan df=4). REFERENSI Alimul, A. (2008). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba. Jakarta. Afandi. (2007). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. EGC. Jakarta. Afirani. (2010). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan Hipotermi di Klinik Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan. Jurnal karya Tulis Ilmiah tidak diedarkan. Anik, M & Nurhayati. (2008) Buku saku asuhan bayi baru lahir normal. TIM. Jakarta. Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Mitra Cedekia Press. Yogyakarta. Bonny & Mila. (2003). 40 hari pasca persalinan masalah dan solusinya. Puspa swara. Jakarta. Depkes RI. (2009). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta. Henderson, C. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan, EGC. Jakarta. Kosim, MS. (2003). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat, Bidan, Penerbit Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Lubis B, (2007). Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta. Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, buku Kedokteran EGC. Jakarta. Manuaba, I.B.G. (2007). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mueser, A. (2007). Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Anak. Diglossia Media. Yogyakarta. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Nursalam. (2003). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Jilid I, Salemba Merdeka. Jakarta. Prasetyo, B. dan Jannah, LM. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Patricia, W. L, dkk. (2006) Asuhan keperawatan ibu bayi baru lahir. EGC. Jakarta. Rifani. (2009). Pengaruh Mandi Rendam Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi di Bidan Didien Godean Sleman. Jurnal Penelitian tidak diedarkan Saifuddin, AB. (2002). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Saifuddin, A.B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal, Edisi I, YBPSP. Jakarta. Sarwono, P. (2001). Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Straight. B. R. (2004). Keperawatan Bayi Baru Lahir. Edisi 3. EGC. Jakarta. Subekti. (2008). Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Penerbit EGC. Jakarta. 35

Sunartyo. (2008). Panduan Merawat Bayi dan Balita agar tumbuh sehat dan cerdas. Diva Press. Yogyakarta. Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, HN. (2006). Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan, Edisi III, YBPSP. Jakarta 36