BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No 198 Semarang. Mom me Organic Baby And Kids Spa memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek tumbuh kembang pada anak, dewasa ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

BAB I PENDAHULUAN. pengoptimalan tumbuh kembang bayi, motor control, motor learning, dan

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FREKUENSI BABY SPA DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 4-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang berbeda menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang. pada anak akan diikuti oleh gangguan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif. Sedangkan pengertian tumbuh itu sendiri yaitu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Sentuhan dan pelukan dari

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

RUTINITAS PIJAT BAYI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 3-12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY

Bayi yang sehat dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia. aktifitas bermain dan beradaptasi dengan lingkungan.

BAB II LANDASAN TEORI

PROPOSAL TUGAS AKHIR IPTEK BAGI FISIOTERAPI

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

HUBUNGAN FREKUENSI BABY SPA DENGAN PERTUMBUHAN FISIK BAYI USIA 6-12 BULAN

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha!7

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan anak juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

1.1 Latar Belakang Masalah

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB I PENDAHULUAN. karena menentukan dasar kehidupan selanjutnya (Susilaningrum, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tangan mereka kelak nasib bangsa ini ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara baby spa dengan perkembangan bayi usia 3-12 bulan di Suiss Mom, Baby and Kids Spa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 di dua tempat yaitu di Suiss Mom, Baby and Kids Spa untuk responden eksperimen dan di wilayah Puskesmas Ngoresan untuk kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kedatangan rutin responden bagi kelompok eksperimen dan Denver II untuk mengetahui perkembangan bayi yang terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa bagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah bayi yang melakukan kunjungan baby spa secara rutin seminggu sekali sebanyak 17 bayi. Sesuai dengan teori Udin (2015) bahwa baby spa merupakan salah satu metode stimulasi komprehensif yang dapat memacu kecerdasan multipel bayi baik perkembangan maupun otak, sehingga apabila dilakukan secara terus menerus dan bervariasi dengan suasana bermain dan kasih sayang minimal satu minggu sekali hasil yang diperoleh lebih maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah bayi yang berusia 5 bulan (29,4%), sedangkan dari karakteristik jenis 44

45 kelamin pada penelitian ini mayoritas responden adalah perempuan (58,2%). Karakteristik usia dan jenis kelamin dalam penelitian ini digunakan sebagai matching pada kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol sebanyak 17 responden merupakan bayi yang tidak melakukan baby spa ataupun salah satu rangkaiannya (tidak diberi tambahan perlakuan sebagai stimulasi) dan sudah dimatching sesuai dengan usia dan jenis kelamin pada kelompok eksperimen sehingga dapat digunakan sebagai pembanding dalam pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan bayi pada kelompok eksperimen dan kontrol memilik perbedaan. Pada perkembangan normal mayoritas terdapat pada kelompok eksperimen yaitu sebanyak 13 bayi (76,5%) sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 6 bayi (35,3%). Sesuai dengan teori Aulia (2015) bahwa pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memerhatikan kebutuhan bayi sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, bayi yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan bayi yang kurang bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Bayi yang rutin melakukan baby spa yang tepat akan tidur lebih nyenyak dibanding biasanya. Proses tidur yang nyenyak dan teratur sangat baik bagi bayi sebab pada masa inilah bayi mengalami proses perkembangan (Rini, 2011). Pada kelompok eksperimen, bayi mendapatkan stimulasi secara komprehensif yaitu auditif, verbal, nonverbal, taktil dan juga visual yang diperoleh dari baby spa. Sehingga stimulasi komprehensif yang didapatkan secara terus menerus ini

46 memacu berbagai aspek kecerdasan bayi dan perkembangannya lebih optimal secara keseluruhan. Dari hasil pengamatan peneliti pada kelompok kontrol, stimulasi bayi diperoleh dari orangtua dan lingkungan yaitu lebih pada stimulasi auditif, nonverbal dan visual, sehingga perkembangan yang didapatkan kurang optimal karena tidak mendapat stimulasi taktil (sentuhan) yang dapat menunjang untuk peningkatan kemampuan perkembangan bayi dan otak sebagai pusat kecerdasan bayi. Sesuai dengan teori Galenia (2014) melalui sentuhan, bayi akan merasakan perhatian dan kasih sayang yang akan membuat otak akan berkembang sehat dan pertumbuhannya menjadi lebih baik. Hal ini terjadi karena ketika kulit disentuh, sebuah sinyal dikirim ke otak memerintahkan sel-sel saraf di otak untuk membuat hubungan antar sel sehingga merangsang tumbuh kembang fisik dan otak yang lebih baik. Semakin sering bagian otak tersebut mendapat stimulasi maka sinapsis pada bagian otak tersebut akan semakin sering diaktifkan sehingga menjadi semakin kuat. Hasil penelitian perkembangan suspek mayoritas terdapat pada kelompok kontrol sebanyak 8 bayi (47,1%) sedangkan pada kelompok eksperimen 4 bayi (23,5%), sebagian besar pada bayi berusia 5 bulan. Pada kelompok eksperimen mayoritas perkembangan suspek didapatkan karena adanya keterlambatan pada motorik kasar. Sementara pada kelompok kontrol mayoritas perkembangan suspek didapatkan karena adanya keterlambatan pada motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus sangat bergantung pada kematangan bayi. Kematangan (pembawaan) adalah urutan perubahan yang

47 dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh genetiknya sehingga sangat mempengaruhi perkembangan bayi, dalam proses mencari kematangan tersbut terdapat proses belajar dari interaksi lingkungan dan adanya rangsangan yang tepat sehingga perkembangan optimal dapat tercapai (Hidayat, 2008). Sehingga dalam hal ini adanya keterlambatan tidak dapat difokuskan akibat dari perlakuan baby spa saja meskipun bayi pada usia 3-6 bulan merupakan usia tahapan awal baby spa karena otot-otot bayi mulai melakukan gerakan-gerakan yang aktif, terkoordinir dari gerakan reflex pada usia sebelumnya. Indiarti (2007) menambahkan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang paling penting dalam perkembangan bayi karena saar bayi berinteraksi dengan lingkungan maka akan memberikan pengalaman-pengalaman bagi bayi dalam proses belajarnya berinteraksi yang berdampak pada perkembangannya. Selain faktor genetik dan lingkungan, terdapat pula faktor lain yang mempengaruhi perkembangan bayi seperti budaya lingkungan terkait pemenuhan gizi, status sosial ekonomi, status kesehatan kurang sehingga dapat terhambat perkembangannya. Hasil penelitian perkembangan abnormal hanya terdapat pada kelompok kontrol sebanyak 3 bayi (17,6%), pada sektor motorik kasar terdapat lebih dari dua keterlambatan dan satu peringatan. Teori Widyastuti (2010) menyebutkan bahwa meskipun pola perkembangan sama bagi semua anak, namun setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Ada anak yang berkembang secara bertahap sesuai dengan pola perkembangannya, ada juga yang berkembang tidak mengikuti pola perkembangannya. Apabila bayi pada usia tertentu belum dapat melakukan

48 gerakan pada umunya yang terjadi pada usia tersebut, orangtua perlu memperhatikan apabila terdapat gangguan atau hanya kurang stimulasi. Ditambahkan oleh Desmita (2008) Lingkungan berperan penting dalam mempengaruhi perkembangan anak melalui cara pengasuhan yang diberikan. Perkembangan motorik anak tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal ataupun tingkat pendidikan orangtua. Jika anak mendapatkan gizi yang cukup, perawatan kesehatan yang baik, mempunyai ruang gerak yang cukup dan mendapat kesempatan untuk melatih kemampuan motorik maka perkembangan motorik akan berkembang normal. Tetapi lingkungan yang memiliki kekurangan dalam berbagai aspek akan memperlambat perkembangan motorik tersebut. Fungsi keluarga adalah memberikan kesempatan dan stimulasi yang dapat menambah pengetahuan anak tentang dunia sekitarnya yang dapat dilakukan dengan cara memberi kasih sayang, selalu memberikan stimulasi baik visual, verbal, auditif maupun taktil dengan cara bermain bersama anak dalam suasana riang gembira. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas bayi yang melakukan baby spa memiliki perkembangan yang normal yaitu 13 bayi (76,5 %) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas memiliki perkembangan suspek yaitu 8 bayi (47,1%). Perbedaan perlakuan stimulasi dapat memperjelas bahwa dengan pemberian stimulasi tambahan yang komprehensif dan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan perkembangan secara keseluruhan. Menurut Suranto (2011), saat bayi mengalami perkembangan otak yang pesat tentu berpengaruh terhadap motorik kasar dan motorik halus karena stimulasi sentuhan

49 yang bertahap dan terus menerus merangsang homunculus serebri yaitu bagian otak yang berperan sebagai pusat gerakan otot-otot dan keseimbangan tubuh sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan. Hasil penelitian Budi (2014) menunjukkan bahwa perkembangan bayi setelah baby spa mengalami peningkatan pada motorik kasar, secara deskriptif terlihat baby spa memberikan pengaruh terhadap perkembangan bayi khususnya pada motorik kasar. Riset lainnya yang dilakukan oleh Widodo dan Herawati (2008) menunjukkan adanya pengaruh massageefflurage (pijat dengan cara usap) terhadap motorik kasar pada bayi usia 3-4 bulan dalam kemampuan mengangkat kepala dan berguling. Selain itu gerakan yang dilakukan bayi pada saat berenang sangat luas sehingga memungkinkan bayi untuk mengeksplor seluruh kemampuannya dalam bergerak bebas. Kegiatan baby gym, baby swim, dan baby massage bila dilakukan teratur maka akan menstimulasi komprehensif bayi agar perkembangan bertambah pesat dan dengan mudah melakukan gerakan kompleks dan terkoordinasi. Sel sensorik juga tidak kalah penting karena berfungsi untuk perkembangan bahasa yang mencerminkan kemampuan intelektual atau kecerdasannya. Komunikasi nonverbal sangat penting karena membantu perkembangan sel sensorik. Otak bayi diibaratkan seperti sirkuit-sirkuit yang berdiri sendiri namun, dengan adanya rangsangan nonverval akan membantu otak membentuk sinapsis atau serabut yang menghubungkan sel-sel otak. Jika semakin banyak sel yang terhubung, bayi akan semakin pintar (Martha, 2009). Stimulasi bisa dilakukan pada saat terapis melakukan rangkaian baby spa sebaiknya

50 mengajak bayi berbicara dengan menerangkan kegiatan yang dilakukan, diiringi dengan ekspresi muka seperti tersenyum dan tertawa. Perkembangan personal sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi, kemampuan mandiri dan berinteraksi dengan lingkungan. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan bayi, yang akan membuat bayi menjadi lebih ekspresif dan riang. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian bayi terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya (Desmita, 2008). Pada saat melakukan baby spa, ajak bayi bermain dan berinteraksi dengan menggunakan mainan sambil tersenyum sehingga bayi tertarik untuk mengamati mainan, karena pada tahun pertama bayi hanya mengamati objek disekitarnya kemudian di tahun selanjutnya barulah bayi akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi, mengenal nilai moral dan etika, hal salah dan benar. Rangkaian baby spa memiliki manfaat yang baik bila dilakukan secara rutin sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2014) menunjukkan hasil bahwa frekuensi baby spa dengan kategori rutin memiliki perkembangan normal sejumlah 13 (86,7%) dan perkembangan suspek sejumlah 2 (13,3%). Sedangkan frekuensi baby spa dengan kategori tidak rutin memiliki perkembangan normal sejumlah 9 (47,4%) dan perkembangan suspek sejumlah 10 (52,6%). Hal ini membuktikan bahwa stimulasi harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga didapatkan hasil yang optimal dalam kemampuan

51 perkembangan bayi karena menstimulasi saraf otak sehingga kecerdasan dan koordinasi otot-otot bayi menjadi lebih baik. Pada responden yang tidak melakukan baby spa hasil menunjukkan bahwa sebagian responden mengalami perkembangan suspek (47,1%). Berdasarkan 4 sektor yang diteliti, hampir kebanyakan responden mengalami keterlambatan pada kemampuan motorik kasar. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan ibu yang belum mengerti mengenai pentingnya perkembangan bayi yang harus dicapai oleh bayi sesuai usia. Juga dilihat dari sikap keluarga, orangtua kurang memberikan stimulasi kepada bayinya sehingga bayi tidak dapat berkembang secara optimal (Rini, 2014). Usia 0-5 tahun merupakan golden age dimana merupakan masa bayi yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang bayi secara cermat agar sedini mungkin terdeteksi apabila terjadi kelainan. Soetjiningsih (2012) menambahkan faktor lain yang mempengaruhi diantaranya cinta dan kasih sayang orangtua terhadap bayi, bayi yang tidak diasuh secara langsung oleh orangtua seperti dititipkan kepada pengasuh atau keluarga menyebabkan kurangnya untuk mendapatkan rasa cinta kasih dari orangtuanya sehingga perkembangan juga dapat terhambat. Faktor pemberian gizi juga penting dalam menunjang perkembangan bayi. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi maka dapat meningkatkan tumbuh kembang bayi. Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan uji Chi-square dengan nilai 0,016 (p<0,05), menunjukkan terdapat hubungan baby spa dan perkembangan bayi usia 3-12 bulan.

52 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014), Hubungan Frekuensi Baby spa dengan Perkembangan pada Bayi Usia 4-6 bulan di Klinik Baby spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bayi yang rutin baby spa mengalami perkembangan normal sebesar 64,7% dibandingkan yang melakukan baby spa tidak rutin dengan hasil p-value (0,043 <0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi (2014) Pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan di Mom me Organic Baby and Kids Spa Kota Semarang bahwa terdapat pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik bayi dengan hasil p-value 0,000<0,05. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Daniati (2012) Pengaruh baby spa terhadap kemampuan motorik kasar bayi usia 6-9 bulan dengan hasil p=0,002<0,005 yang berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap motorik kasar bayi Stimulasi yang diberikan akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan bayi baik dari pemberian stimulasi verbal, nonverbal, sentuhan, auditif maupun visual. Orangtua yang sering memberikan stimulasi kepada bayinya secara tidak langsung merupakan bounding attachment yang dapat mempererat ikatan antara ibu dan bayi. Karena saat ibu berbicara dengan bayi, bayi akan lebih tertarik mendengar suara ibu dibandingkan dengan bunyi mainan. Dengan ciuman dan pelukan maka bayi akan merespon dengan melepaskan hormon oploid, hormon yang menciptakan perasaan senang dan merasakan kasih sayang sehingga meningkatkan bounding attachment (Galenia, 2014)