BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Adapun berdasarkan sebaran

dokumen-dokumen yang mirip
III.METODE PENELITIAN. go public yang melakukan pengungkapan informasi dalam annual report-nya dan

Nama : Nurlita NPM : Pembimbing : Rini Tesniwati,SE.,MM

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB III METODE PENELITIAN. mengamati suatu kejadian terterntu pada periode tertentu. Penelitian ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran data yang akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel dalam penelitian disajikan pada tabel berikut: TABLE 4.1 Proses Pengambilan Sampel

BAB IV HASIL PENGUJIAN. yang terdapat dalam delapan jenis industri yang berbeda-beda. Kedelapan jenis industri

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia (BEI) untuk tahun , sampel dalam penelitian ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini sampel dan data penelitian diambil dari perusahaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari data-data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diperoleh, maka

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEKANISMECORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDITOR, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data hasil perhitungan data adalah sebagai berikut:

Fildza Aqmarina Imanda. II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

pengerjaan audit sehingga audit fee yang didapatkannya akan semakin kecil. dalam laporan keuangan terlambat didapat oleh investor.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuktikan hubungan biasa (korelasi) antara variabel bebas (independent

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sum, kurtosis dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Variabel

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di bidang industri

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya operasional terendah adalah dialami oleh PT. Centrin Online Tbk (CENT), dan tertinggi di alami oleh Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di BEI selama tahun Sedangkan sampelnya adalah dengan

BAB IV METODA PENELITIAN. manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Langkah selanjutnya adalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Berikut ini disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB III. berubahnya suatu variabel lain (variabel dependen). Variabel independen. dalam penelitian ini yaitu: Struktur Kepemilikan Manajerial (X 1 ),

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang

BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN. laporan keuangan dan Annual Report dari Objek yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya (Ulum dan

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan laporan keuangan (annual report) kepada publik periode 2013

BAB III DESAIN PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. variabel dependen yang digunakan dalam model analisis regresi linear berganda.

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK / DESAIN PENELITIAN. 10 besar CGPI dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada tiga kriteria yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskriptif Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dewan komisaris dan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate risk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Malaysia (BEM) pada tahun Sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

penelitian menjelaskan dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian.

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Perusahaan Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010. Adapun berdasarkan sebaran data penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Sebaran Perusahaan Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 146 selama periode 2008-2010 2. Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2008-2010 dan tidak dinyatakan dalam Rupiah (Rp) (18) 3. Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian dan data tidak tersedia lengkap (73) Jumlah Sampel Penelitian 55 Sumber: Indonesia Capital Market Directory, 2011 Berdasarkan hasil sebaran perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian diketahui bahwa terdapat 146 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai tahun buku berakhir 31 Desember 2009-2010. Berdasarkan 146 perusahaan tersebut terdapat 18 perusahaan yang berturutturut tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode 2008-2010 dan tidak dinyatakan dalam rupiah dan 73 perusahaan mengalami kerugian dan tidak tersedia lengkap, baik data mengenai komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, ukuran perusahaan serta 40

41 data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba, sehingga diperoleh 55 perusahaan yang layak digunakan sebagai sampel penelitian. B. Analisis Statistik Diskriptif Analisis statistik diskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Statistik Diskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Komp.Dewan Komisaris 165 20,00 100,00 38,64 11,25 Ukuran Dewan Komisaris 165 2,00 11,00 4,28 2,05 Keberadaan Komite Audit 165 0,00 1,00 0.46 0,50 Ukuran Perusahaan 165 11,03 17,67 13,73 1,55 Manajemen Laba 165-0,30 0,68 0,02 0,14 Sumber: data sekunder diolah, 2011 Komposisi dewan komisaris merupakan prosentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa dari 55 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010 mempunyai nilai komposisi dewan komisaris terendah 20,00, sementara nilai komposisi dewan komisaris tertinggi adalah 100,00 dan dengan standar deviasi 11,25. Adapun rata-rata komposisi dewan komisaris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 adalah 38,64. Hal ini menunjukkan bahwa ratarata prosentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total

42 komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 adalah 38,64%. Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa dari 55 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia mempunyai ukuran dewan komisaris terendah 2,00, sementara nilai ukuran dewan komisaris tertinggi adalah 11,00 dan dengan standar deviasi 2,05. Adapun rata-rata ukuran dewan komisaris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 adalah 4,28. Hal ini berarti bahwa rata-rata jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan adalah 4,28 Keberadaan komite audit merupakan adanya komite audit dalam perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa dari 55 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia mempunyai nilai keberadaan komite audit terendah 0,00, sementara nilai keberadaan komite audit tertinggi adalah 1,00 dan dengan standar deviasi 0,50. Adapun rata-rata keberadaan komite audit pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 adalah 0,46 yang jauh dari 1. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010 tidak memiliki komite audit. Ukuran perusahan merupakan besar kecilnya perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa dari 55 perusahaan

43 manufaktur di Bursa Efek Indonesia mempunyai nilai ukuran perusahaan terendah 11,03, sementara nilai ukuran perusahaan tertinggi adalah 17,67 dan dengan standar deviasi 1,55. Adapun rata-rata ukuran perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 adalah 13,73. Hal ini berarti bahwa rata-rata ukuran perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 termasuk kategori yang besar. Manajemen laba adalah suatu kondisi di mana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikan, dan menurunkan pelaporan laba. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa dari 55 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia mempunyai indeks manajemen laba terendah adalah -0,30, sementara nilai indeks manajemen laba tertinggi adalah 0,68 dan dengan standar deviasi 0,14. Adapun rata-rata indeks manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 adalah 0,02. C. Pengujian Asumsi Klasik Formula atau rumus regresi diturunkan dari suatu asumsi data tertentu. Dengan demikian tidak semua data dapat diterapkan regresi. Jika data tidak memenuhi asumsi regresi, maka penerapan regresi akan menghasilkan estimasi yang bias. Berikut ini adalah hasil pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

44 1. Uji Normalitas Normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai p > 0,05 maka data terdistribusi normal (Ghozali, 2009:74). Berikut adalah hasil pengujian normalitas: Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kolmogorov p value Keterangan Smirnov Z Unstandardized Residual 0,688 0,731 Normal Sumber: data primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai kolmogorov smirnov z untuk residual (µ i ) sebesar 0,688 dengan probability 0,731. Perbandingan antara probability dengan standar signifikansi yang sudah ditentukan diketahui bahwa nilai probaility sebesar 0,731 lebih besar dari 0,05. Sehingga menunjukkan bahwa distribusi data dalam penelitian normal. 2. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas adalah hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah

45 mempunyai nilai (VIF) disekitar angka satu, dan mempunyai Tolerance Value mendekati 0,1 sedangkan batas nilai VIF adalah 10.. Berikut adalah hasil pengujian multikolinearitas: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas No Variabel Tolerance VIF Keterangan 1. Komp.Dewan Komisaris 0,934 1,071 Tidak Terjadi Multikolinearitas 2. Ukuran Dewan Komisaris 0,794 1,260 Tidak Terjadi Multikolinearitas 3. Keberadaan Komite Audit 0,977 1,024 Tidak Terjadi Multikolinearitas 4. Ukuran Perusahaan 0,763 1,311 Tidak Terjadi Multikolinearitas Sumber: data sekunder diolah, 2011 Dengan melihat hasil pengujian multikolinearitas di atas, diketahui bahwa tidak ada satupun dari variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Begitu juga nilai VIF masing-masing variabel tidak ada yang lebih besar dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang sempurna antara variabel bebas (independent), sehingga model regresi ini tidak ada masalah multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Gejala heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan dari asumsi klasik yang berarti keadaan homoskedastisitas tidak terpenuhi. Dalam analisis ini, pengujian heteroskedastisitas berguna untuk menganalisis apakah semua variabel bebas mempunyai varian kesalahan pengganggu yang sama pada model di atas. Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran atau varian faktor mengganggu (distur bance)

46 tidak konstan sepanjang observasi. Teknik Park, yaitu dengan melakukan analisis regresi menggunkan nilai residual sebagai variabel dependen yang diperoleh dari analisa regresi biasa, kemudian membandingkan nilai t hitung dan t tabel dengan menggunakan critical value: DF (n-1-k). Berikut adalah hasil pengujian heteroskedastisitas: Tabel 4.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas No Variabel t hitung Sig. Keterangan 1. Komp.Dewan Komisaris 1,822 0,070 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 2. Ukuran Dewan Komisaris 0,997 0,320 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 3. Keberadaan Komite Audit -0,006 0,995 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 4. Ukuran Perusahaan -0,865 0,389 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Sumber: data sekunder diolah, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai t hitung untuk masing-masing variabel dengan probability lebih besar dari 0,05. Perbandingan antara probability dengan standar signifikansi yang sudah ditentukan diketahui bahwa nilai probability masing-masing variabel lebih besar dari 0,05, sehingga menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Autokorelasi diartikan sebagai korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu (jika datanya time series) atau korelasi antara tempat yang berdekatan (jika datanya Cross-sectional).

47 Autokorelasi terjadi apabila ada kesalahan pengganggu (error of disturbancel/ui) suatu periode berkorelasi dengan kesalahan periode sebelumnya. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya korelasi adalah uji Durbin Watson. Adapun untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi adalah dengan menggunakan metode Durbin-Watson yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: a. Angka D-W antara 0 sampai 0,5 berarti ada korelasi positif. b. Angka D-W antara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W antara 2,5 sampai 4 berarti ada korelasi negatif. Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai Durbin- Watson sebesar 1,691 (lihat lampiran uji autokorelasi). Dengan nilai Durbin-Watson 1,691 yang berada di antara 1,5 sampai 2,5 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah autokorelasi. D. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

48 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Variabel Coefficient Beta t hitung p (Constant) -0,154-1,511 0,133 Komp. Dewan Komisaris 0,003 0,225 2,915 0,004 Ukuran Dewan Komisaris 0,012 0,166 1,981 0,049 Keberadaan Komite Audit -0,027-0,093-1,233 0,219 Ukuran Perusahaan 0,002 0,021 0,241 0,810 Adj R 2 = 0,085 F hitung = 4,810 F tabel = 2,45 t tabel = 1,984 Sumber: Data sekunder diolah, 2011 Dari tabel 4.5 yang merupakan hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,154 + 0,003KDK + 0,012UDK - 0,027KKA + 0,02UKP + e Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dibuat interpretasi sebagai berikut: 0 = -0,154 Nilai konstan untuk persamaan regresi adalah -0,154 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan ukuran perusahaan, maka kebijakan manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia akan mengalami penurunan. 1 = 0,003 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel komposisi dewan komisaris adalah 0,003 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi

49 peningkatan komposisi dewan komisaris sebesar 1%, maka akan berdampak terhadap peningkatan keputusan manajemen laba sebesar 0,003% dengan asumsi variabel yang lain konstan. 2 = 0,012 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel ukuran dewan komisaris adalah 0,012 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada ukuran dewan komisaris sebesar 1%, maka akan berdampak terhadap peningkatan keputusan manajemen laba sebesar 0,012% dengan asumsi variabel yang lain konstan. 3 = -0,027 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel keberadaan komite audit adalah -0,027 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan komite audit sebesar 1%, maka akan berdampak terhadap penurunan keputusan manajemen laba sebesar 0,027% dengan asumsi variabel yang lain konstan. 4 = 0,002 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan adalah 0,002 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan sebesar 1%, maka akan berdampak terhadap peningkatan keputusan manajemen laba sebesar 0,002% dengan asumsi variabel yang lain konstan.

50 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris mempunyai nilai koefisien beta lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0,225. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. 2. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi yaitu untuk mengukur proporsi atau presentasi sumbangan dari seluruh variabel bebas (X) yang terdapat dalam model regresi terhadap variabel terikat (Y). Dalam hal ini untuk mengukur proporsi atau presentasi sumbangan dari variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (Adj R 2 ) sebesar 0,085. Hal ini berarti bahwa variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan ukuran perusahaan memberikan sumbangan sebesar 8,5% terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010, sedangkan sisanya sebesar 91,5% dapat dijelaskan oleh variabel yang lain di luar model.

51 3. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai probability 0,001 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sehingga pemilihan variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan ukuran perusahaan sebagai prediktor dari manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sudah tepat. 4. Uji t Uji t ini merupakan pengujian variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen untuk menganalisis apakah pengujian terhadap variabel dependen untuk mengetahui faktor fundamental manakah yang mempengaruhi manajamen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Pengujian t Statistik Variabel t hitung p Keterangan Komp. Dewan Komisaris 2,915 0,004 H 0 ditolak Ukuran Dewan Komisaris 1,981 0,049 H 0 ditolak Keberadaan Komite Audit -1,233 0,219 H 0 diterima Ukuran Perusahaan 0,241 0,810 H 0 diterima Sumber: Data sekunder diolah, 2011

52 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, variabel komposisi dewan komisaris diperoleh nilai probability 0,004 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya komposisi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel ukuran dewan komisaris diperoleh nilai probability 0,049 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil perhitungan untuk variabel keberadaan komite audit diperoleh nilai probability 0,219 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai probability 0,810 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. E. Pembahasan Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian

53 terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masingmasing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki sehingga muncullah informasi asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Earnings management dapat menimbulkan masalah-masalah keagenan (agency cost) yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan pengelola / manajemen perusahaan (agent). Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, sehingga akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang. Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan adalah earnings mangement yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu.

54 Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh hasil bahwa komposisi dewan komisaris diperoleh nilai probability 0,004 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya komposisi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H 1 yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba diterima kebenarannya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Veronica dan Bachtiar (2004) yang menemukan bahwa variabel persentase dewan komisaris independen tidak berkorelasi secara signifikan terhadap akrual kelolaan, walau begitu interaksi antar variabel akrual kelolaan dan dewan komisaris independen menunjukkan koefisien positif yang signifikan terhadap return perusahaan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan makin tingginya persentase dewan komisaris independen maka akrual kelolaan makin berpengaruh terhadap return. Variabel ukuran dewan komisaris diperoleh nilai probability 0,049 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H 2 yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba diterima kebenarannya.

55 Hasil ini relevan dengan penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan tanda positif. Hal tersebut berarti makin besar ukuran dewan komisaris maka makin banyak manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah komisaris yang lebih sedikit lebih mampu mengurangi indikasi manajemen laba daripada jumlah komisaris yang banyak. Hasil perhitungan untuk variabel keberadaan komite audit diperoleh nilai probability 0,219 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H 3 yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak kebenarannya. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Veronica dan Utama (2005) menguji pengaruh keberadaan komite audit dalam perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut melaporkan bahwa variabel keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan, artinya keberadaan komite audit tidak mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai probability 0,810 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh

56 signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H 4 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak kebenarannya. Dari pengujian Veronica dan Utama (2005) dilaporkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besaran manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Makin besar ukuran perusahaan, makin kecil tindak manajemen labanya. Rahmawati dan Baridwan (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan kapitalisasi pasar berpengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajer perusahaan besar mendapat insentif yang lebih ketika dia melakukan manajemen laba demi mengurangi kos politisnya.