II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1989 ; 32). Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SDN 185/VII KECAMATAN MANDIANGIN KABUPATEN SAROLANGUN SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS IX SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

TINJAUAN PUSTAKA. akan terlihat dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2003 : 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang

Psikologi Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diharapkan harus dirumuskan

PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DITINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF (INNOVATIVE LEARNING) TIPE PICTURE AND PICTURE

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

Diajukan oleh: DESI KUSUMA NURDINI A

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menghadapi perkembangan dan modernisasi kehidupan. Pada. ataupun dalam lingkungan nonformal (keluarga, masyarakat).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti. pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Minat Belajar Siswa. kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

PERSEPSI SISWA TERHADAP KESIAPAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN (Studi Pada SMP Negeri 18 Banda Aceh)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya (Slameto, 102:2003). Menurut Basri (dikutip oleh Setia Budi pada bagian Tinjauan Pustaka,pdf. Yang termuat pada www. Google. com ) persepsi juga dapat dikatakan sebagai kemampuan individu untuk mengamati atau mengenal perangsang sehingga terkesan menjadi suatu pemahaman, pengetahuan, sikap dan anggapan. Sedangkan Menurut Irwanto (1996:71) persepsi ialah miliki. Proses penerimaan rangsangan ini disebut penginderaan (sensation). Tetapi pengertian kita akan lingkungan atau dunia di sekitar kita bukan sekedar hasil penginderaan itu. Ada unsur interhasil terhadap rangsangan-rangsangan yang diterima dan inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses diterimanya (obyek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan Rakhmat ( dikutip oleh Setia Budi pada bagian Tinjauan Pustaka,pdf. Yang termuat pada www. Google. Com.) peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi. Menafsirkan makna inderawi tidak hanya melibatkan sensi, tetapi juga atensi, ekspentasi, motivasi, dan memori. Pendapat mengenai persepsi di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bimo Walgito ( dikutip oleh Setia Budi pada bagian Tinjauan Pustaka,pdf. Yang termuat pada www. Google. com ) bahwa Stimulus yang diinderakan itu oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterhasilkan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, inilah persepsi.

Dalam Kamus Besar Indonesia Persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdikbud, 1997: 759). Menurut Satiadarma ( dikutip oleh Setia Budi pada bagian Tinjauan Pustaka,pdf. Yang termuat pada www. Google. com) persepsi seseorang mengenai suatu hal akan mengarahkannya untuk memperhatikan hal tersebut, bila dianggap hal tersebut suatu yang buruk maka akan cenderung bersikap buruk pula. Berdasarkan uraian di atas, bahwa persepsi adalah proses penerimaan rangsangan dari luar sehingga mendorong seseorang untuk melakukan suatu hubungan, hubungan ini dilakukan lewat penginderaan, yaitu indera penglihat, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman. Persepsi juga merupakan proses psikologis sehingga seseorang menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar. Pada semester III, mahasiswa Program Studi Sejarah khususnya angkatan 2008 mendapatkan matakuliah yang bersifat pendidikan dan materi atau yang berhubungan dengan keahlian dan keprofesionalan, ada juga yang berhubungan dengan program studi. Maka dalam penelitian ini, ingin mengetahui pemahaman atau persepsi mahasiswa terhadap matakuliah IPS Terpadu, yaitu matakuliah yang berhubungan dengan keahlian. Dengan persepsi individu mahasiswa dapat diketahui kemampuan mahasiswa dalam meningkatkan keprofesionalannya untuk menjadi seorang guru yang handal. 2. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan begitu juga berinteraksi dengan atau wilayah. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu

kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interhasil berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap iinformasi tersebut secara menyeluruh. Bagaimana seseorang melakukan persepsi serta bagaimana suatu rangsangan dipersepsi, banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga. Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor -faktor pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang. Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang berhubungan dengan kderajat kes adaran seseorang mengenai stimulus tersebut. Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya. Respon orang lain dapat memberi kearah suatu tingkah laku konform. Studi Flamen (1961, yang d ikutip pada buku Basrowi dan Soenyono) menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang seseorang juga sangat berpengaruh terhadap suatu stimulus. Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu: 1) Faktor-faktor fungsional Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional sehingga obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang menentukan respon atau stimulus. 2) Faktor- faktor Struktural Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat stimulus fisik dan efekefek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersiapkan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan. Sebagai contoh dalam memahami seseorang harus melihat masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial budayanya. Dalam mengorganisasi sesuat harus melihat konteksnya. Walaupun stimulus yang terima tidak lengkap, akan mengisinya dengan interhasil yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang kita persepsi. Oleh karena manusia selalu memandang stimulus dalam konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Proses persepsi terjadi karena banykanya rangsangan yang ada pada individu, karena rangsangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi adanya persepsi. Menurut Bimo Walgito (2004: 89-90) faktor-faktor lain yang berperan terhadap adanya persepsi yaitu:

1. Obyek yang dipersepsi, obyek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu. 2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf merupak alat untuk menerima rangsangan yang diteruskan oleh syaraf sensorik untuk diterima dan diolah di pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3. adanya perhatian terhadap obyek merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi, karena tanpa ada perhatian maka tidak akan ada persepsi. 3. Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti kita ketahui bersama bahwa setelah obyek dapat menimbulkan stimulus dan mampu memberikan perhatian, dan stimulus mengenai alat indera pada tahap ini sering disebut penginderaan atau proses fisiologi menurut Bimo Walgito yang kemudian diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak sebagai pusat kesadaran yang disebut proses psikologi. Penggambaran yang lebih jelas mengenai proses terjadinya persepsi dapat dilihat pada skema di bawah ini yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (2004: 91) St St St St SP Respon Fi Fi Fi Fi Gambar 1. Skema Proses terjadinya Persepsi St : Stimulus (faktor luar) Fi : Faktor intern (Faktor dalam termasuk perhatian)

Berdasarkan skema di atas dapat dilihat bahwa seorang individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus, berbagai macam stimulus tersebut tidak semua mendapatkan respon dari individu untuk dipersepsi, stimulus yang akan mendapat respon pada perhatian yang bersangkutan. 4. Persepsi Individu dan Kelompok Persepsi individu disebut juga dengan persepsi pribadi, yaitu persepsi yang dimiliki oleh seseorang mengenai suatu hal yaitu yang berhubungan dengan faktor-faktor internal seperti agama, ideology, tingkat ekonomi, pekerjaan, cita rasa dan budaya. Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi kelompok disebut juga dengan persepsi sosial. Persepsi yang memiliki keragaman kelompok sosial yang ada di masyarakat, mulai dari keragaman adat, agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan cita rasa dan budaya. (dikutip dari http://kuliahkomunikasi.com/2008/11/persepsi, diakses pada tanggal 24 Agustus 2010). 5. Bentuk-Bentuk Persepsi persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yng bersifat positif dan negatif. 1. Persepsi Positif

Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. 2. Persepsi Negatif Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. 6. IPS Terpadu Istilah Ilmu Pengetahuan (IPS) merupakan apa yang dalam dunia pendidikan Amerika Serikat dinamakan Sosial Studies sesuai denagan isinya IPS boleh saja dikatakan penelaah masyarakat. Dalam buku pedoman khusus di bidang studi IPS menurut kurikulum 1975, IPS didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan ilmu Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum dan Budaya. Namun dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPS di sekolah menengah pertama, mata pelajaran IPS dispesifikasikan hanya mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi. Menurut Trianto, SPd, MPd. Yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan sosial adalah: -cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah,geografi, ekono mi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, Berdasarkan pengertian di atas maka IPS dapat pula didefenisikansebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia hidup dalam masyarakat, yang meliputi bagaimana manusia bergaul dengan sesama (secara individu atau berkelompok), bagaimana manusia

memenuhi kebutuhannya, dan berbagai masalah kehidupan lain yang terjadi dalam masyarakat. Kata terpadu disini dimaksudkan untuk menyebutkan salah satu sifat pengajaran yang harus dilakukan seorang guru dalam mengajar IPS. Joni T.R dalam Triyanto berpendapat tentang pengajaran terpadu sebagai berikut: siswa, baik secara individual maupun kelompok secara aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip kailmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik atau tema menjadi pengendali di dalam pembelajaran. Dengan perpartisipasi di dalam eksplorasi tema atau peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajara Ujang Sukandi, dkk berpendapat pengajaran terpadu pada dasarnyab dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan dalam setiap pertemuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran terpadu yaitu pengajaran suatu bidang ilmu tertentu dengan cara guru memberikan suatu topik atau tema yang didalamya mencakup materi-materi- materi beberapa mata pelajaran atau beberapa disiplin ilmu. Sehingga dalam satu topik yang dibahas para peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan satu disiplin ilmu, melainkan dapat belajar beberpa disiplin ilmu. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS Terpadu merupakan suatu model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggabungkan antardisiplin ilmu sosial yaitu, Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum dan Budaya. 7. Hasil Belajar

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran yang didapatkan mengalami peningkatan atau perubahan. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi dosen, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi mahasiswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2001: 30). Sementara menurut Alwasilah (2000: 90-91), mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilanmahasiswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Output yang diharapkan dari proses belajar adalah hasil. (Brahim, 2007: 39) Dalam lingkup pendidikan setiap jangka waktu tertentu, diadakan suatu tes untuk mengetahui tingkat penyerapan mahasiswa terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Berdasarkan hasil tersebut selanjutnya dosen mengadakan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa dalam proses belajarnya. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran yang didapatkan mengalami peningkatan atau perubahan. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka mahasiswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar ini dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauhmana tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik. Tercapainya tujuan belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas mahasiswa dalam belajar. Dari hasil belajar tersebut dapat diketahui seberapa jauh tujuan pendidikan telah tercapai. Menurut Benjamin S Bloom dalam Sudjana (2004: 59-60), belajar dikatakan berhasil apabila terdapat perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran dikatakan efektif apabila setelah dilakukan pengajaran terjadi perubahan kemampuan dan persepsi dari mahasiswa. Efektivitas pengajaran diukur dengan tingkat pencapaian belajar pada tujuan pengajaran yang ditetapkan. Indikator efektivitas adalah hasil belajar mahasiswa, yaitu semakin tinggi hasil belajar mahasiswa maka semakin efektif pengajaran. Daya tarik pengajaran dapat diukur dengan mengamati kecenderungan mahasiswa untuk terus belajar, indikator yang dipakai untuk mengukur daya tarik mahasiswa adalah aktivitas dan motivasi yaitu keinginan lebih lama yang diperlihatkan oleh mahasiswa. Semakin menarik pengajaran, maka semakin meningkat aktivitas, dan mahasiswa ingin lebih lama untuk mengikuti pelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa hasil belajar adalah salah satu hasil ujian dalam proses pengajaran yang dilaksanakan secara formal. Tingkat keberhasilan mahasiswa di dalam menguasai materi dinyatakan dalam simbol angka dan diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah matakuliah tertentu. Pengukuran hasil belajar mahasiswa diukur dari waktu ke waktu dan merupakan gabungan dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. B. Kerangka Pikir Dalam meningkatkan sebuah mutu pendidikan diperlukan upaya yang sangat besar, agar suatu pendidikan bisa dikatakan berkualitas. Pendidikan dapat dikatakan berkualitas jika produk pendidikan dapat langsung diserap oleh pemakai pendidikan tersebut, dan pendidikan juga memerlukan suatu wadah untuk ilmu pengetahuan. Dalam hal ini perdosenan tinggi merupakan wadah pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Fungsi perdosenan tinggi secara umum adalah untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi yaitu salah satunya adalah menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. Khususnya pada Fakultas Kedosenan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, yang bertujuan untuk menciptakan dosen-dosen atau tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional. Seorang mahasiswa diberi beban dalam perkuliahan atau Sistem Kredit Semester yang sudah ditentukan oleh fakultas. Banyaknya satuan kredit semester yang diberikan untuk mata kuliah atau kegiatan proses belajar mengajar lainnya adalah besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha menyelesaikan kegiatan akademik seorang mahasiswa. Dengan Sistem Kredit Semester (SKS) yang ada menuntut mahasiswa untuk dapat mempelajari dan memahami materi perkuliahan yang didapat. Agar mendapatkan hasil belajar yang baik, suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran yang didapatkan mengalami peningkatan atau perubahan. Dengan hasil belajar yang baik, akan menunjang prestasi mahasiswa pada semester yang diduduki. Dari hasil belajar tersebut juga dapat diketahui seberapa jauh tujuan pendidikan telah tercapai. Hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa tentu saja berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri (faktor internal) dan ada juga yang berasal dari luar diri mahasiswa (faktor eksternal). Pada observasi awal yang dilakukan, diketahui bahwa pada semester III, mahasiswa Program Studi Sejarah khususnya angkatan 2008 mendapatkan matakuliah yang bersifat pendidikan dan materi, dengan kata lain matakuliah yang berhubungan dengan keahlian dan keprofesionalan dan yang berhubungan dengan program studi. Salah satu matakuliah yang bersifat pendidikan atau berhubungan dengan keahlian adalah IPS Terpadu. Dimana mahasiswa yang dilatih untuk menjadi seorang dosen yang dapat memadukan antardisiplin ilmu-ilmu sosial pada mata pelajaran IPS.

Persepsi individu mahasiswa terhadap matakuliah IPS Terpadu merupakan faktor yang penting dalam hubungannya dengan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Karena persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik kognitif mahasiswa, sehingga antara persepsi mahasiswa itu tidaklah sama yang mengakibatkan hasil belajar mereka juga berbeda-beda. C. Paradigma Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Pada Semester III Mata Kuliah IPS Terpadu Hasil Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Pada Semester III Keterangan: : garis pengaruh : garis persepsi D. Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 64) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak adanya pengaruh antara persepsi individu mahasiswa terhadap matakuliah IPS Terpadu dengan hasil belajar mahasiswa Program Studi

Pendidikan Sejarah pada semester III angkatan 2008. Ha : Adanya pengaruh antara persepsi individu mahasiswa terhadap matakuliah IPS Terpadu dengan hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah pada semester III angkatan 2008. REFERENSI

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara : Bandung. Halaman 64 Basri. Dikutip Oleh Setia Budi Pada Bagian Tinjauan Pustaka, pdf. Yang Termuat Pada www. Google. Com. Diakses Pada Tanggal 20 April 2010. Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta. Halaman 759 Depdikbut. Op. Cit. Halaman 3 Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Halaman 3. Flamen. 1961. Dikutip Pada Buku Budi Koestoro dan Basrowi. Halaman 96. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Budi Akasara: Jakarta. Halaman 30 Irmanto. 1996. Psikologi Umum. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Halaman 71. Rahmat. Dikutip Oleh Setia Budi Pada Bagian Tinjauan Pustaka, pdf. Yang Termuat Pada www. Google. Com. Diakses Pada Tanggal 20 april 2010. Satiadarma. Dikutip Oleh Setia Budi Pada Bagian Tinjauan Pustaka, pdf. Yang Termuat Pada www. Google. Com. Diakses Pada Tanggal 20 april 2010. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta. Halaman 102. Ibid. Halaman 54 Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta. Halaman 89-90