Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perasaanya. Sebagai masyarakat yang berinteraksi mereka mempunyai penilaian

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

Wacana Merbayopada upacara perkawinan Batak Pakpak: kajian tindak tutur. Oleh Flora Sinamo Hendra K Pulungan, S.Sos, M.I.

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

Transkripsi:

ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK Penggunaan bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari didasarkan atas kepentingan agar komunikasi tetap dapat berjalan. Dengan mengikuti kecenderungan dalam etnometodologi, bahasa digunakan oleh masyarakat tutur sebagai cara para peserta interaksi saling memahami apa yang mereka ujarkan. Ada tiga jenis tindak tutur yang digunakan dalam praktik penggunaan bahasa, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi adalah melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu, tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu, dan perlokusi adalah melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Dinilai dari segi komunikatifnya, tuturan yang disampaikan seseorang juga dapat ditelaah dengan menggunakan tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif. Erdidong-didong merupakan sebuah tradisi masyarakat Karo yang biasanya disajikan ketika melaksankan upacara adat. Bahasa tutur yang dipakai oleh rakut sitelu merupakan kajian pragmatik. Karena yang dikaji dalam tuturan tersebut adalah makna satuan lingual dari tuturan yang disampaikan. Seperti halnya dalam kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur. Kata Kunci : Tindak Tutur, Rakut sitelu, Erdidong-didong. PENDAHULUAN Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, keduanya merupakan konsep yang saling berkaitan. Masyarakat merupakan pendukung dari kebudayaan. Wujud dari kebudayaan itu sendiri berupa aturanaturan yang telah ada di tengah-tengah masyarakat kemudian tumbuh dan berkembang pada pelaksanaan adat istiadat atau tradisi masyarakat. Salah satu wujud dari pelaksanaan kebudayaan adalah adat istiadat, sedangkan upacara adat merupakan wujud nyata dari adat istiadat tersebut yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Upacara adat perkawinan merupakan upacara 1

adat yang penting bagi sekelompok masyarakat karena merupakan jembatan yang memperkenalkan keluarga pengantin dari kedua belah pihak. Salah satunya adalah upacara adat perkawinan masyarakat suku Karo. Dalam perkawinan adat suku Karo dikenal dengan adanya merga silima, tutur siwaluh, rakut sitelu. Ketiga hubungan kekeluargaan ini memiliki peranan peranan penting dalam perkawinan adat suku Karo. Memahami adat istiadat Karo secara baik tidak ada jalan lain selain terlebih dahulu memahami tentang tutur yang tampak pada hubungan kekeluargaan. Tutur adalah merga yang terdiri dari lima induk merga yang menghasilkan delapan hubungan kekerabatan, dan mengikat tiga kekerabatan Karo satu sama lain dalam hubungan adat. Dengan demikian struktur kekerabatan masyarakat Karo terdiri atas merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu (Meliala, 2007:1). Secara umum antar masyarakat Karo terikat dalam hubungan adat yang disebut rakut sitelu dan diperoleh berdasarkan hubungan darah dan perkawinan karena dalam setiap pelaksanaan adat istiadat yang berperan adalah rakut sitelu. Rakut sitelu yang artinya tiga ikatan adalah unsur yang menjadi satu kesatuan sebagai penghubung ikatan kekeluargaan dalam satu sistem kekerabatan sosial dan cara hidup masyarakat serta mempunyai peranan penting dalam setiap pelaksanaan upacara adat istiadat masyarakat suku Karo. Unsur kekeluargaan dalam rakut sitelu tersebut terdiri dari Kalimbubu, Senina/Sukut dan Anak beru. Ungkapan rakut sitelu ini menggambarkan satu sistem dengan tiga unsur yang erat hubungannya satu sama lain. Dengan kata lain sistem itu hanya berfungsi jika ada ketiga unsurnya. Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada maka upacara perkawinan tidak berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sebuah upacara perkawinan secara adat Karo. Ketiga kelompok yang termasuk ke dalam rakut sitelu ini mempunyai fungsi dan tugasnya masing-masing dalam setiap acara pesta adat. Fungsi dan tugas kelompok satu dengan kelompok satunya berbeda-beda, dengan kata lain antara Kalimbubu dengan Sukut ataupun Anak Beru itu mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Salah satu dari keunikan dari budaya Karo dapat kita temukan pada pesta adat perkawinan masyarakat Karo dimana dikenal sebuah tradisi yang masih kental dalam budaya ketika pihak rakut sitelu menyampaikan 2

petuah-petuah serta harapan-harapannya kepada mereka yang melaksanakan perkawinan yakni erdidong-didong. Uniknya erdidong-didong ini, petuah-petuah serta harapan - harapan tersebut disampaikan seperti sebuah nyanyian atau senandung. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa halus yang mengandung unsur keindahan dan menggunakan bahasa kiasan yang memiliki makna yang lebih mendalam dibanding dengan jika pihak rakut sitelu menyampaikan dengan ucapan biasa saja. Kata erdidong-didong diambil dari kata didong yang artinya bernyanyi. Diperkirakan pada zaman dahulu masyarakat Karo belum mengenal seni suara secara nyata. Kemudian dalam perkembangannya muncullah lagu-lagu yang dibawakan seseorang sebagai Perende-ende (penyanyi). Lagu ini biasanya dibawakan untuk pengantar sebuah cerita atau memuja seseorang, juga dibawakan untuk menyampaikan doa atau nasehat. Dari kebiasaan ini kemudian akhirnya muncul kata erdidong-didong. Erdidong-didong ini selalu digunakan dalam setiap upacara adat istiadat masyarakat Karo. Baik dalam adat perkawinan, kematian, memasuki rumah baru, ataupun kegiatan adat lainnya. Bahasa tutur yang dipakai oleh rakut sitelu merupakan kajian pragmatik. Karena yang dikaji dalam tuturan tersebut adalah makna satuan lingual dari tuturan yang disampaikan. Seperti halnya dalam kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang tumbuh di Eropa mulai tahun 1940-an. Perkembangan ini diawali dari pandangan Morris pada tahun 1938 tentang semiotika. Ia membagi ilmu tanda menjadi tiga, yakni sintaksis, semantik, dan pragmatik. Pandangan itu kemudian mendapat sambutan dari ahli lain seperti Halliday yang pada tahun 1960-an yang kemudian mengembangkan teori sosial mengenai bahasa dengan memandang bahasa sebagai fenomena sosial. Teori mereka mengenai tindak ujaran ini kemudian mempengaruhi perubahan linguistik dari pengkajian bentuk-bentuk bahasa ke arah fungsi-fungsi bahasa dan pemakaiannya dalam komunikasi. Tindak tutur merupakan kajian konsep yang membahas bagaimana seseorang menggunakan tuturan serta tindakan tuturan tersebut kepada orang lain. 3

Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar, pokok tuturan, serta situasi saat bertutur. Chaer (1995:65) mengungkapkan bahwa, Tindak tutur merupakan tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturan itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur, lalu tindak tutur dan peristiwa ini menjadi dua gejala yang terdapat dalam satu proses yakni komunikasi. Searle dalam (Aslinda, 2007:34) mengemukakan bahwa Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari interaksi lingual. Tindak tutur adalah melakukan tindakan tertentu melalui kata, misalnya memohon sesuatu, menolak, berterima kasih, memberi salam, memuji, meminta maaf dan mengeluh. Bentuk lahiriah tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu yang sebenarnya kita lakukan ketika kita berbicara dan terlibat dalam suatu percakapan. Dalam melakukan tindak tutur, penutur harus mempertimbangkan berbagai hal yang ditimbulkan dari komunikasi yang akan disampaikan. Komunikasi yang digunakan harus dapat menciptakan dan menjaga hubungan sosial. Hal ini sering disebut siasat kesantunan. Kesantunan dalam berkomunikasi ini pada dasarnya dapat digunakan dalam berkomunikasi yang memiliki fungsi kompetitif yakni tindak tutur seperti meminta, memerintah, dan menuntut. Sedangkan fungsi convivial meliputi menawarkan, mengundang, memberi salam dan berterima kasih. Menurut Searle dalam Nadar (2009:13) mengemukakan bahwa Secara pragmatik ada tiga jenis tindak bahasa yang dapat diwujudkan seorang penutur. Ketiga macam tindak tutur tersebut adalah Tindak Tutur Lokusi, Tindak Tutur Ilokusi dan Tindak Tutur Perlokusi. Tindak lokusi merupakan tindak yang semata-mata menyatakan sesuatu tanpa mempermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur. Austin dalam Purba (2002:78) mengungkapkan bahwa Tindak tutur lokusi yaitu penutur melakukan tindak bahasa dengan mengatakan sesuatu yang pasti. Searle dalam Rahardi (2008:35) menyatakan bahwa Tindak tutur ilokusi ialah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Austin dalam Purba (2002:87) mengungkapkan Tindak tutur perlokusi 4

adalah tindak tutur yang diucapkan seorang penutur yang mempunyai efek dan daya pengaruh, baik secara sengaja maupun tidak sengaja bagi yang mendengar. Selanjutnya dikatakan oleh Searle 1990 (dalam Nadar, 2009:16) bahwa sehubungan dengan pengertian tindak tutur, tindak tutur berdasarkan nilai komunikatifnya (maksud penutur saat berbicara) dapat dikategorikan menjadi lima jenis yakni: Asertif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklaratif. Searle dalam Rahardi (2008:36) menyatakan bahwa, Asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Menurut Tarigan (2009:43) Tindak tuturan direktif merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan apa yang dikehendaki. Tindak tutur ekspresif merupakan bentuk tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu (Tarigan, 2009:43). Menurut Finegan dalam Nadar (2009:16) Komisif merupakan ungkapan terhadap seseorang berupa berjanji, mengancam dan mengusahakan. Menurut Tarigan (2009:43) Tindak tutur deklaratif merupakan bentuk tindak tutur yang menghubungkan antara isi tuturan dengan kenyataan. Bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial. Seperti lazimnya kegiatan-kegiatan sosial lain, kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para peserta tuturan terlibat aktif dalam proses bertutur tersebut. Agar proses komunikasi dapat berjalan baik dan lancar, maka haruslah dapat saling bekerja sama. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu penyelesaian masalah dengan mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang didasari oleh disiplin ilmu untuk mengetahui masalah yang timbul (Depdiknas, 2007:741). Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam memilih metode penelitian. Sebagai upaya mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan bersifat kualitatif dengan metode deskriptif yang artinya pendekatan tidak menggunakan analisis data statistik karena data yang 5

diperoleh merupakan kata-kata dan bukan angka. Metode deskriptif kualitatif ini dipilih oleh penulis karena metode ini dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan bahasa, gejala dan kelompok tertentu. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian yaitu data yang secara langsung berkaitan dengan masalah yang diteliti dan langsung dari sumber. Sumber tersebut berupa tuturan yang disampaikan dalam kalimat erdidong yang berbentuk lisan dan diperoleh dari rekaman CD pelaksanaan upacara adat perkawinan yang sudah ada sebelumnya, serta hasil dari wawancara dengan orang-orang tua atau tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat yang mengetahui prosesi upacara perkawinan Karo. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahanbahan tertulis yang berhubungan dengan buku tindak tutur, jurnal dll. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak yang dilakukan dengan cara merekam pembicaraan para informan dengan maksud agar data yang didapat benar-benar akurat dan sesuai dengan masalah sebenarnya. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik interview yaitu dengan melakukan wawancara kepada beberapa tokoh adat, penyaji maupun individu-individu yang pernah terlibat dalam menyajikan didong ini. Adapun teknik wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Peneliti juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak hanya terfokus pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang kepokok permasalahan lainnya yang bertujuan untuk memperoleh berbagai ragam data, namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik dokumentasi. Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sehingga bisa digunakan untuk mengambil keputusan. Penelitian ini bersifat kulitatif yang hanya mendeskripsikan hasil penelitian tanpa menggunakan rumus ataupun angkaangka. Oleh karena itu, penelitian ini hanya memaparkan hasil yang telah diperoleh yakni mendeskripsikan tindak tutur yang disampaikan oleh rakut sitelu saat erdidong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang diucapkan oleh penutur (pihak rakut sitelu). Peneliti kemudian menganalisis jenis tuturan erdidong-didong tersebut dengan menggunakan teori Searle yang mengkaji tuturan berdasarkan pragmatiknya yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi setelah itu barulah penulis menganalis bentuk tuturan yang disampaikan berdasarkan nilai komunikatifnya yakni asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif serta makna yang terkandung dalam tuturan yang disampaikan. Pembahasan Tuturan-tuturan yang disampaikan oleh rakut sitelu saat erdidong-didong memiliki jenis dan bentuk serta makna. Kalimat-kalimat yang dituturkan tersebut kemudian akan dianalisis berdasarkan tindak tuturnya. Berikut ini adalah penjabaran jenis tindak tutur berdasarkan situasi tuturannya, bentuk tindak tutur dinilai dari segi komunikatifnya dan makna yang terkandung dari tuturan tersebut setelah diketahui bentuk tuturannya. Dalam hal ini situasi tuturan adalah penyampaian didong-didong oleh rakut sitelu kepada pihak yang melangsungkan pesta dan keluarga. a) Enggo melala kata pedah ajar rikut toto mehuli ituriken. Malem kel ate kami ngalo-ngalo kepulungenndu kalimbubu puang kami. (Telah banyak nasehat dan doa yang diberikan. Dengan penuh rasa bahagia kami menyambut dan menerima kehadiran Puang Kalimbubu kami). Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Kalimbubu kepada pihak yang berpesta sebagai ucapan terimakasih karena telah disambut dengan baik dan sekaligus salam pembuka kepada semua yang hadir pada pesta tersebut. Kalimat tuturan (a) termasuk dalam jenis tindak tutur lokusi dimana tuturan tersebut merupakan kalimat yang mengandung informasi yang disampaikan kepada semua yang hadir dalam pesta tersebut tanpa mengubah fungsi ataupun mempengaruhi mitra tuturnya. b) Enggo me kam tading wari sekalenda mereken toto pasu-pasu. Maka natap dage pertendinndu ibas kami pulung e. (Kamu sudah tidak dapat ikut dalam kebahagiaan kami saat ini namun kami tetap meminta agar kamu dapat mendoakan kami dari tempatmu). 7

Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh kalimbubu kepada ayah yang telah tiada sebagai ungkapan kesedihan dengan ketidakhadiran beliau dalam pesta tersebut. Tuturan (b) merupakan tuturan yang di dalamnya terdapat kalimat berupa menyarankan dan memerintah dimana tuturan tersebut mengandung suatu daya yang menuntut si penutur ataupun mitra tuturnya melakukan isi dari tuturannya. Dalam hal ini kondisi dan situasi sangat berpengaruh dengan hasil tutur yang disampaikan seperti terlihat pada kalimat tersebut dimana keadaannya sedang dalam berduka namun dituntut untuk berbahagia disebabkan kondisi sedang dalam acara pernikahan. c) Nggo turikenndu kata pusuhndu, malemka ate kami ngalo-ngalosa. (Sudah kamu sampaikan isi hatimu, dan kami pun senang mendengarnya). Konteks Tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Kalimbubu kepada anak berunya, dimana pihak kalimbubu akan merasakan bahagia seandainya anak beru mempersunting putri mereka sebagai menantu. Kalimat tuturan (c) merupakan kalimat yang memberikan efek atau pengaruh kepada pendengarnya dan kalimat tersebut memiliki tujuan tertentu pada perkataan yang diungkapkan. d) Adi nulih kami kutengah jabundu Tarigan mergana, bagi singingeti sitading lupa nina pusuh kami. (Jika kami melihat dalam keluarga, seperti mengingatkan sesuatu pada kami). Konteks tuturan: tuturan ini disampaikan kepada keluarga pengantin perempuan, dimana jika masih merasakan kesedihan jika mengingat ayah mereka yang baru meninggal. Disimpulkan bahwa kalimat tuturan tersebut menyatakan sesuatu kebenaran yang dimana pihak keluarga merasakan kesedihan karena ayah mereka meninggal. Dalam ungkapan tuturan ini terkandung juga makna yakni mengeluh. e) Ula bangger-bangger cawir kam metua man penggurun kami. (Janganlah kamu sakit-sakit, panjang lah umurmu sebagai tempat kami belajar). Konteks tuturan: tuturan ini disampaikan oleh anak beru kepada pihak kalimbubunya sebagai doa agar kalimbubunya selalu dalam keadaan sehat serta panjang umur. 8

Tuturan tersebut mengungkapkan tuturan direktif yang mengharapkan agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Hal ini terlihat dari tuturan yang mengatakan agar kalimbubu panjang umur sehingga menjadi tempat belajar. Tuturan ini juga mengandung makna meminta. f) Bagepe enggo iturikenndu kerna kata ras ajarndu nangdangi beru Karo ras Ginting mergana gelah lit pagi gelemenna. (Kamu juga sudah menyampaikan pesan dan nasehat kepada beru Karo dan merga Ginting, sehingga itu akan mereka pakai dalam kehidupan mereka). Konteks tuturan: tuturan tersebut disampaikan oleh pihak senina kepada kalimbubu karena mereka sudah memberikan banyak pengajaran kepada pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan. Dalam tuturan ini kalimat tersebut mengandung ucapan terimakasih, karena pihak kalimbubu dimana dalam situasi adat memang kalimbubu lah yang seharusnya memberikan doa. Maka dalam hal ini, kalimat tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif. g) Enggo turikenndu kata pusuhndu, malemka ate kami ngalo-ngalosa. (Dimana sudah kamu sampaikan isi hatimu, kami pun bahagia mendengarnya). Konteks tuturan: tuturan tersebut mengungkapkan penawaran dari kalimbubu kepada anak berunya agar mempersunting putrid mereka sebagai menantu. Dalam konteks tuturan ini terdapat tawaran dimana pihak kalimbubu memberikan penawaran kepada anak beru agar anak beru menjadikan putrid mereka sebagai menantu. Dalam hal ini kalimat tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur komisif yang mengandung makna tawaran. h) Bapa Karo mergana wari sekalenda pulung kami kerina ermeriah ukur ibas lanai kepe tertimai ndu pulung kita kerina ras sangkep geluh bapa. (Ayah merga Karo, hari ini kami semua berkumpul dalam kebahagiaan tanpa kehadiranmu). Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh pihak senina kepada semua yang hadir dalam pesta sebagai ungkapan kesedihan karena dalam kebahagiaan mereka ternyata orangtua mereka tidak dapat hadir. Dalam konteks tuturan ini, kalimat yang disampaikan merupakan berkaitan dengan keadaan yang sebenarnya. Dimana kalimat tersebut menyatakan bahwa ada kesedihan ketika mereka mengingat ayah mereka yang telah meninggal. Hal ini berkaitan dengan tuturan deklaratif yakni situasi tuturan berkaitan dengan kenyataan. Tuturan ini juga mengandung makna berpasrah. 9

Dari hasil pembahasan jenis dan bentuk tindak tutur serta makna yang terkandung dalam tuturan, maka diketahui bahwa tuturan yang disampaikan oleh seorang penutur pastilah mengandung maksud dan tujuan tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh situasi tuturan serta kepada siapa tuturan tersebut disampaikan. Setelah melihat penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa isi tuturan yang disampaika berupa pesan, doa dan harapan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa, wujud pemakaian tindak tutur yang disampaikan rakut sitelu saat erdidong-didong secara umum tidak memiliki struktur teks yang baku. Artinya teks yang diungkapkan oleh penyaji dituturkan berdasarkan isi hati si penyaji itu sendiri. Berdasarkan pengamatan penulis, sajian teks didong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu terdapat 3 jenis tuturan yakni lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam hal ini, jenis tuturan yang paling dominan adalah tuturan ilokusi yang berisikan kalimat-kalimat tuturan yang mengharapkan si mitra tutur (dalam hal ini orang yang melangsungkan pesta) melakukan apa yang penutur (pihak rakut sitelu) kehendaki. Terdapat pula bentuk tuturan berupa asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Dilihat dari jenis serta bentuk tuturan, maka diketahui bahwa tuturan yang disampaikan saat erdidong-didong memiliki banyak makna seperti ungkapan terimakasih, permohonan maaf, ungkapan berpasrah, memberkati, memberikan nasehat, ungkapan tawaran, ungkapan janji, dan ungkapan belasungkawa. Tuturan dalam erdidong-didong ini tidak memiliki struktur yang baku. Pesan-pesan yang disampaikan oleh si penyaji diungkapkan berdasarkan perasaan si penyaji dan diungkapkan secara acak. Namun setiap tuturan yang disampaikan memiliki makna yang hampir sama. Penulis menyimpulkan bahwa penggunaan tindak tutur dalam erdidong-didong tidak berdasarkan tingkatan adatnya. Hal ini terlihat dari isi erdidong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu. Dilihat dari makna yang tersirat pada tuturan tersebut, pesan-pesan yang terkandung dari tuturan memiliki nilai sosial budaya yakni sebagai perantara atau media pendidikan sosial dan budaya terhadap masyarakat Karo. Berdasarkan penjelasan diatas maka diketahui bahwa penggunaan erdidong-didong yang disajikan di 10

dalam pesta perkawinan masyarakat Karo ini, jelas dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Karo itu sendiri. Jika erdidong-didong ini dilakukan oleh setiap generasi, sudah dapat dipastikan bahwa kelestariannya akan tetap terjaga sebagai sebuah warisan kebudayaan pada masyarakat Karo. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ginting, M. Ukur.2008. Adat Karo Sirulo. Medan. Nadar. F. X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press. Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Erlangga. Meliala, Terang Malem. 2007. Indahnya Perkawinan Adat Karo. Jakarta. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. 11