Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Sekapur Sirih. Sungguminasa, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Gowa. Joni Matasik, SE

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

A. GAMBARAN WILAYAH. Kabupaten GOWA

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab IV KONDISI UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

III. KEADAAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Terselenggaranya Good Governance merupakan. persyaratan bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

Transkripsi:

Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR PETA iv DAFTAR LAMPIRAN v BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.3 Sasaran 2 1.4 Metodologi 2 1.5 Ruang Lingkup Wilayah 2 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan 2.1. Gambaran Umum Wilayah 3 2.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 3 2.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 5 2.1.3 Kependudukan 6 2.1.4 Sektor Pertanian 7 2.2. Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 8 2.3. Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 10 2.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang 10 Wilayah 2.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 12 2.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 12 BAB III Inventarisasi Lahan Sawah Kabupaten Gowa Dalam LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 14 BAB IV Kesimpulan dan Saran 18 LAMPIRAN 20 1

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Gowa Tahun 2010 4 Tabel 2.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan 5 Tahun 2012 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gowa Dirinci Menurut Kecamatan tahun 2012 7 Tabel 2.4 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gowa Hasil Audit Lahan Tahun 2012 9 Tabel 2.5 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa 13 Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Peta Lahan sawah dengan Rencana Kawasan Dalam RTRW Provinsi Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan 16 2

DAFTAR PETA Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa 4 Peta 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tahun 6 2012 Peta 2.3 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa Tahun 2012 9 Peta 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032 13 Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan 17 3

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Luas Lahan Sawah Hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian TA. 2012... 22 Lampiran 2. Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan... 25 a. Tabel Luas Rencana Tata Ruang Kabupaten Gowa... 26 b. Tabel Luas Hasil Overlay Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Gowa... 27 c. Peta Kesesuaian LP2B dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten Gowa... 28 d. Peta Sawah Eksisting pada Kawasan Budidaya Pertanian di Kabupaten Gowa... 29 e. Peta Sawah Irigasi pada Kawasan Budidaya Pertanian di Kabupaten Gowa... 30 f. Peta Sawah Non Irigasi pada Kawasan Budidaya Pertanian di Kabupaten Gowa... 31 g. Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa... 32 h. Peta Rencana Tata Ruang Kabupaten Gowa... 33 4

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius terhadap ketahanan dan keamanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman merata dan terjangkau. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Alih fungsi lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan marginal. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan, kamandirian dan kedaulatan pangan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan UU No 41 tahun 2009, untuk keperluan Kemandirian, Keamanan dan Ketahanan Pangan maka diperlukan Penyelamatan Lahan Pertanian Pangan. Penyelamatan harus segera dilakukan karena laju konversi lahan sawah atau pertanian pangan lainnya sangat cepat. penyelamatan lahan pertanian pangan dari lahan pangan yang sudah ada atau cadangannya yang disusun berdasarkan kriteria yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi lahan dan adanya luasan dalam satuan hamparan (Pasal 9). Amanat undangundang tersebut perlu ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi lahan pertanian yang ada saat ini baik yang beririgasi dan tidak beririgasi. Untuk menghambat laju konversi maka UU ini memerlukan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Upaya perlindungan LP2B dilakukan melalui pembentukan kawasan (KP2B) yang akan terdiri dari LP2B dan LCP2B dan berbagai unsur pendukungnya. Hal ini bermakna selain sawah maka berbagai unsur pendukung juga perlu diketahui untuk menentukan kebijakan atau program yang sesuai. KP2B selanjutnya perlu menjadi bagian integral Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, sedangkan LP2B dan LCP2B diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang rinci. Dalam perundangan ini juga dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi bisa menjadi bagian kawasan maupun membentang di luar kawasan. Dalam perundangan ini juga dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi dapat terdapat di dalam kawasan maupun di luar kawasan. Saat ini pemerintah kabupaten/kota menjadi 5

perintis upaya penyelamatan sawah. Hingga Juni 2014 dokumen RTRW Kabupaten/kota yang telah diperdakan mencapai 274 Kab/ Kota (55,80 %) yang belum 217 Kab/ Kota (44,20%) dan 79 Kab/ Kota diantaranya telah menetapkan luas LP2B di dalam Perda Tata Ruangnya. Luasan lahan LP2B yang sudah ditetap dalam RTRW seluas 1.635.786 ha, sedangkan luas lahan sawah hasil audit Kementerian Pertanian seluas 8.132.642 ha. Didasari hal tersebut diatas perlu dilakukan telaahan berdasarkan data lahan pertanian serta kesesuaian penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan melalui inventarisasi lahan pertanian pangan yang berkelanjutan dalam rencana tata ruang wilayah provinsi/ kabupaten/ Kota untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten. 1.2 Tujuan Adapun tujuan inventarisasi data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah melihat kesesuaian data Hasil Pemetaan Lahan Sawah dengan penetapan LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah dan memberikan masukan/saran kepada Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota mengenai luas dan lokasi penetapan LP2B. 1.3 Sasaran Sasaran pelaksanaan telaahan terhadap hasil inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah: a. Teridentifikasinya area LP2B di wilayah provinsi/ kabupaten/ kota b. Teridentifikasinya pola ruang wilayah provinsi/ kabupaten/ kota c. Teridentifikasinya lahan sawah hasil pemetaan lahan sawah yang terakomodir dalam area LP2B dan kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah provinsi/ kabupaten/ kota 1.4 Metodologi Metode yang digunakan dalam inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini yaitu melakukan analisis spasial dengan meng-overlay peta lahan sawah hasil kegiatan audit lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah yang didalamnya terdapat area yang ditetapkan sebagai LP2B atau lahan pertanian. 1.5 Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang memiliki data RTRW berikut data spasial hasil inventarisasi. 6

BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan 2.1 Gambaran Umum Wilayah 2.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05 34 49 sampai 05 04 47 Lintang Selatan dan 119 21 12 sampai 120 01 26 Bujur Timur. Berdasarkan perhitungan dari data citra landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah sekitar 1.809,7 km 2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat, Barombong, Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju, Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu, Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu). Perhitungan dari data citra landsat, Kabupaten Gowa berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut: Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar. Letak wilayah administrasi tersebut menempatkan Kabupaten Gowa pada posisi yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar) yang merupakan pusat pelayanan jasa dan perdagangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), posisi strategis ini menjadikan Kabupaten Gowa memiliki keunggulan kompetetif dan komperatif yang berdampak secara signifikan terhadap percepatan peningkatan aktivitas sosial kemasyarakatan dan perekonomian masyarakat Kabupaten Gowa. Secara Administrasi, wilayah Kabupaten Gowa beribukota di Sungguminasa yang terbagi menjadi 18 (Delapan Belas) kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan Tinggimoncong merupakan kecamatan terluas yaitu 275.63 km 2 atau 14.64 %, sedangkan Kecamatan Barombong adalah yang terkecil yakni 20.67 km 2. Wilayah administrasi Kabupaten Gowa berdasarkan luas per-kecamatan sebagaimana pada Tabel 2.1 sedangkan berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Gowa secara spasial disajikan pada Peta 2.1. 7

Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Gowa Tahun 2010 Sumber: Kab. Gowa Dalam Angka, Th. 2010 Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa Lereng dan topografi merupakan salah satu faktor penentu utama penggunaan lahan, termasuk untuk pengembangan komoditi pertanian. Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. 8

Kabupaten Gowa memiliki iklim yang cukup bervariasi, terutama dilihat dari suhu. Ini dimungkinkan karena variasi ketinggian tempat wilayah kabupaten ini, berkisar dari 0 sampai 2.853 m dari permukaan laut. Tipe iklim (Oldeman dan Sjarifuddin, 1977) diwilayah Kabupaten Gowa termasuk C2, C3, D3 dan D4. Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125 C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan. 2.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting Total penggunaan tanah di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 adalah seluas 180.209,41 ha, yang terbagi ke dalam 10 (sepuluh) jenis, yaitu : hutan primer seluas 50.232,61 ha, kebun campuran seluas 73.599,41 ha, perkebunan seluas 212,79 ha, pemukiman seluas 2.043,37 ha, rawa seluas 1.299,25 ha, sawah seluas 18.273,66 ha, semak/ belukar seluas 24.491,67 ha, tanah terbuka seluas 3.534,41 ha, tegalan/ ladang seluas 2.312,77 ha dan tubuh air seluas 4.209.48, untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.2 berikut:. Tabel 2.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 Sumber : Data Tutupan Vegetasi BLHD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012 9

Sedangkan berdasarkan spasial penggunaan lahan/tutupan lahan yang diperoleh dari hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ 2012, beserta sebaran luasan masing - masing jenis penggunaan/tutupan lahan sebagaimana pada peta 2.2. Peta 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012 Sumber : Data Tutupan Vegetasi BLHD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012 2.1.3 Kependudukan Kabupaten Gowa memiliki jumlah penduduk 617.317 jiwa di akhir tahun 2012, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 328 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tersebut bervariasi menurut kondisi masing-masing wilayah kecamatan. Kepadatan penduduk pada suatu wilayah merupakan salah satu indikator perkembangan dan kemajuan wilayah yang bersangkutan. Di Kabupaten Gowa, kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Sombaopu sebesar 98.799 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 3.517 jiwa/km 2, disusul oleh Kecamatan Palangga mencapai 85.628 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.775 jiwa/km 2. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Parigi mencapai 13.986 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 105 jiwa/km 2, sedangkan Kecamatan Parangloe merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yang hanya mencapai 74 jiwa/km 2. Kondisi penduduk di Kabupaten Gowa menurut kecamatan diuraikan pada Tabel 2.3. 10

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gowa Dirinci Menurut Kecamatan tahun 2012 No. Kecamatan/Kabupaten/Kota Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk 1 Bontonompo 30.4 40.779 2,11 1.314 2 Bontonompo Selatan 29.2 28.237 2,24 966 3 Bajeng 60.1 59.414 2,06 989 4 Bajeng Barat 19 22.700 1.85 1.192 5 Pallangga 48.2 85.628 3,07 1.775 6 Barombong 20.7 32.990 0,70 1.596 7 Somba Opu 28.1 98.799 0,90 3.517 8 Bontomarannu 52.6 28.613 1,89 544 9 Pattalasang 85 20.154 1,89 237 10 Parangloe 221.3 16.346 0.68 74 11 Manuju 91.9 14.859 1,87 162 12 Tinggimoncong 142.9 21.012 0,48 147 13 Parigi 251.8 27.978 1.90 111 14 Tombolopao 132.8 13.986 3,34 105 15 Bungaya 175.5 19.561 3,95 111 16 Bontolempangan 142.5 17.430 1.89 122 17 Tompobulu 132.5 32.542 1,88 246 18 Biringbulu 218.8 36.289 1.90 166 Total 1883.3 617.317 1,89 328 Sumber : BPS Kab. Gowa. 2012 Jumlah penduduk di Kabupaten Gowa berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki sebesar 305.202 jiwa (49,4%), kurang dari jumlah penduduk perempuan yang berjumlah 312.115 jiwa (50,6%). Dengan jumlah penduduk sebesar 617.317 jiwa, terdapat 144.704 rumah tangga yang mendiami Kabupaten Gowa. Sehingga secara rata-rata jumlah anggota rumah tangga yang terdapat di Kabupaten Gowa adalah 4 orang/rumah tangga. Berdasarkan jumlah rumah tangga yang terdapat di setiap kecamatan, maka Kecamatan Sombaopu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah anggota rumah tangga terbanyak mencapai 27.497 rumah tangga, sedangkan Kecamatan Manuju merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga yang paling rendah hanya mencapai 3.474 rumah tangga. 2.1.4 Sektor Pertanian Potensi Kabupaten Gowa yang terbesar adalah di sektor pertanian, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil pertaniannya berupa hasil tanaman pangan berupa padi, palawija dan tanaman holtikultura. Selain bertani dengan masa tanam yang pendek, para petani di Gowa juga banyak yang bertani tanaman umur panjang salah satunya tanaman markisa yang cukup dikenal dengan produk olahannya berupa sirup markisa yang menjadi buah tangan khas daerah Sulawesi Selatan, Desa Kanrepia, Kecamatan Tinggimoncong merupakan salah satu daerah penghasil markisa di Kabupaten Gowa. dilihat dari penyebarannya ternyata potensi daerah pertanian tanaman pangan terkonsentrasi di wilayah bagian timur (Kecamatan Tompobulu, Tinggimoncong, Bungaya, dan Parangloe) yaitu sebesar 71.757,61 Ha (58,51 11

%) dari luas potensi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Gowa. Pengwilayahan perkebunan di Kabupaten Gowa terdapat pada Tinggimoncong yakni perkebunan kopi, teh, dan markisa. Pada tahun 2009, Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor-sub sektor di dalamnya seperti Sub sektor tanaman bahan pangan mengalami pertumbuhan sebesar 5,29 persen, hal ini disebabkan produksi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan. Pada Tahun 2009 produksi padi (padi sawah dan padi ladang) mengalami kenaikan sekitar 14,18 persen dibandingkan dengan Tahun 2008, yaitu dari 217.991 ton menjadi 248.912 ton, walaupun luas panen menurun 1,61 persen. Dilihat dari sisi produktivitas dan jenis padinya, produktivitas padi sawah sebesar 52,72 kwintal/ha, sedangkan produktivitas padi ladang 39,77 kwintal/ha. Kecamatan-kecamatan yang berada di dataran tinggi seperti Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggi moncong merupakan sentra penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen sayur-sayuran melebihi 5.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu memenuhi pasar Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan dan Maluku melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju. 2.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Tahun 2012 Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di luar Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Untuk luas lahan sawah di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.3. 12

Tabel 2.4 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gowa Hasil Audit Lahan Tahun 2012 No Kecamatan Irigasi Tadah Hujan 1 BAJENG 253 2.643 2.896 2 BAJENG BARAT 1.429 1.429 3 BANGKALA 1 1 4 BAROMBONG 1.255 563 1.819 5 BIRINGBULU 44 2.007 2.051 6 BONTOLEMPANGAN 182 1.718 1.900 7 BONTOMARANNU 212 910 1.122 8 BONTONOMPO 202 2.411 2.613 9 BONTONOMPO SELATAN 1.487 533 2.019 10 BONTORAMBA 0 0 11 BUNGAYA 808 1.325 2.132 12 GALESONG 9 9 13 GALESONG SELATAN 5 5 14 GALESONG UTARA 0 5 6 15 KELARA 1 1 16 MANGGALA 12 12 17 MANUJU 1.234 241 1.475 18 MAPPAKASUNGGU 80 80 19 MONCONGLOE 0 0 20 PALLANGGA 2.405 559 2.964 21 PARANGLOE 192 901 1.093 22 PARIGI 31 1.682 1.713 23 PATTALLASSANG 66 2.443 2.509 24 POLOMBANGKENG UTARA 0 4 4 25 RUMBIA 0 0 26 SANROBONE 10 7 17 27 SINJAI BARAT 1 6 7 28 SOMBA OPU 502 588 1.090 29 TAMALATE 0 0 30 TINGGIMONCONG 1.345 1.464 2.808 31 TOMBOLO PAO 410 1.941 2.350 32 TOMPOBULU 54 2.003 2.057 33 TURATEA 1 1 Jumlah Jenis Sawah Total 10.773 25.410 36.183 Peta 2.3 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa Tahun 2012 Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Tahun 2012 13

2.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 2.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa tahun 2012 2032 yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gowa dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 31 dalam Perda No. 15/2012 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gowa meliputi : a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 46 yang terdiri dari : a. kawasan peruntukkan hutan produksi; b. kawasan peruntukkan pertanian; c. kawasan peruntukkan perikanan; d. kawasan peruntukkan pertambangan; e. kawasan peruntukkan industri; f. kawasan peruntukkan pariwisata; g. kawasan peruntukkan permukiman; dan h. kawasan peruntukkan lainnya. Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 46 point b, dijabarkan dalam pasal 48 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Gowa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b, terdiri atas: a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan; b. Kawasan peruntukan pertanian holtikultura; c. Kawasan peruntukan perkebunan; dan d. Kawasan peruntukan peternakan. (2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah dengan luas 33.201Ha (tiga puluh tiga ribu dua ratus lima puluh satu hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bajeng, sebagian wilayah Kecamatan Bajeng Barat, sebagian wilayah Kecamatan Barombong, sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Pallangga, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang, sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; dan 14

b. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan kering dengan luas 16.409 Ha (enam belas ribu empat ratus sembilan hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bajeng, sebagian wilayah Kecamatan Bajeng Barat, sebagian wilayah Kecamatan Barombong, sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Pallangga, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang. (3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan luas 12.386 Ha (dua belas ribu tiga ratus delapan puluh enam hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; (4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas 11.029 Ha (sebelas ribu dua puluh sembilan hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang, sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; (5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan kawasan peruntukan pengembangan ternak besar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, dan sebagian wilayah Kecamatan Manuju; (6) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah di Kabupaten Gowa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a yang beririgasi teknis ditetapkan sebagian sebagai kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan; dan (7) Kawasan peruntukan pertanian dan perkebunan tercantum pada Lampiran Tabel III.13 dan Lampiran III.14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini. 15

Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032 Sumber : RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032 2.3.2 Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa melalui Perda No. 15 Tahun 2012 ini juga telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu sebagian dari peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah (33.201Ha) yang beririgasi teknis ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Gowa, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya. 2.3.3 Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa Tahun 2012 2032 disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana Tabel 2.5. 16

Tabel 2.5 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa N0. Rincian Kawasan Luas (ha) % 1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44 2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12.073,23 6,69 3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00 4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14.363,01 7,96 5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39.357,17 21,81 6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17.756,36 9,84 7 Kaw. Hutan Lindung 23.602,76 13,12 8 Kaw. Hutan Produksi 23.102,04 12,80 9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17 10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20.287,22 11,38 11 Kaw. Konservasi 3.983,77 2,21 12 Kaw. Lindung lainnya 1.783,23 0,99 13 Kaw. Perairan 4.046,54 2,24 14 Kaw. Permukiman 6.054,69 3,36 Total 180.467,30 100,00 Sumber : RTRW Kabupaten Gowa tahun 2012-2032 Peta 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2032 Sumber : RTRW Kabupaten Gowa tahun 2012 2032 17

BAB III Inventarisasi Lahan Sawah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Dalam LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Inventarisasi terhadap LP2B dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Inventarisasi ini difokuskan pada lahan pertanian pangan berkelanjutan. Dalam melaksanakan inventarisasi lahan pertanian pangan berkelanjutan tersebut dilihat pengakomodiran lahan sawah dalam rencana tata ruang wilayah maka dilakukan overlay peta lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian tahun 2012 dengan rencana pola ruang wilayah pada RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan yang di dalamnya mencakup lahan yang ditetapkan sebagai LP2B. Kajian yang menggunakan metode analisis spasial dengan meng-overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah terdapat kelemahan mengenai perbedaan skala. Berdasarkan hasil overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah kabupaten dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut : a. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan merupakan lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar sesuai dan ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan pada masa yang akan datang. b. Overlay peta lahan sawah dalam menginventarisasi lahan pertanian pangan berkelanjutan di lakukan terhadap peta rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gowa dengan peta luas sawah Kabupaten Gowa, hasil audit lahan Kementerian Pertanian tahun 2012. Sebagaimana hasil overlay sawah terhadap rencana kawasan dalam RTRW terlampir. c. Provinsi Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan telah mengakomodir tentang lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dalam Perda nomor 15 Tahun 2012 pasal 48 ayat (6) yaitu Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah di Kabupaten Gowa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a yang beririgasi teknis ditetapkan sebagian sebagai kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan; d. Dalam Perda RTRW No 15 Tahun 2012 Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan belum jelas total luasan untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) karena dalam perda tersebut hanya mencantumkan sebagian dari lahan basah (33.201 ha) untuk dijadikan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan belum ada angka pastinya, sebagaimana pada pasal 48 ayat (6) diatas, sedangkan total luasan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) belum ditetapkan, hal ini disebabkan dalam perda tersebut hanya mencantumkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yaitu sebagian kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah 33.201 ha. Sedangkan berdasarkan data spasial pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 2032 terdapat 57.113,53 ha luasan kawasan pertanian yang terdiri dari lahan pertanian basah seluas 39.357,17 ha dan lahan pertanian kering seluas 17.756,36 ha yang dapat direkomendasikan untuk Lahan 18

Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Secara rinci luas kawasan berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut : N0. Rencana Penggunaan Lahan Luas (ha) 1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12.073,23 3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14.363,01 5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39.357,17 6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17.756,36 7 Kaw. Hutan Lindung 23.602,76 8 Kaw. Hutan Produksi 23.102,04 9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20.287,22 11 Kaw. Konservasi 3.983,77 12 Kaw. Lindung lainnya 1.783,23 13 Kaw. Perairan 4.046,54 14 Kaw. Permukiman 6.054,69 Total 180.467,30 e. Hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012, luas lahan sawah di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan seluas 36.183 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 10.773 ha (29,77%) dan sawah non irigasi seluas 25.410 ha (70,33%) yang tersebar di 33 Kecamatan. Hasil overlay sawah hasil audit lahan kementerian pertanian dengan pola ruang pada RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan yang masuk dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas 26.618 ha (73,56%) yang terdiri dari sawah irigasi seluas 8.003 ha dan sawah non irigasi seluas 18.615 ha. Sedangkan sawah di luar kawasan peruntukan pertanian dalam kawasan budidaya seluas 7.979 ha (22,05%) yang berada pada kawasan budidaya hutan seluas 2.998 ha, kawasan budidaya perkebunan seluas 1.923 ha, kawasan perairan seluas 187 ha dan pada kawasan peruntukan pemukiman seluas 2.871 ha. Terdapat lahan sawah yang tidak ada datanya (blank) dalam RTRW seluas 43 ha (sawah irigasi seluas 34 ha dan sawah non irigasi seluas 9 ha), hal ini disebabkan karena perbedaan skala antara peta sawah hasil audit lahan Kementerian Pertanian (1 : 10.000) dengan peta pola ruang wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan (1 : 250.000). Sawah yang berada di luar kawasan peruntukan pertanian akan mudah berpotensi untuk beralih fungsi ke lahan non sawah. Berdasarkan data tersebut diharapkan Pemerintah daerah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan untuk dapat menetapkan luasan lahan sawah yang telah dipetakan oleh Kementerian Pertanian sebagai Kawasan LP2B dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, melihat bahwa 73,56% lahan sawah yang merupakan hasil audit lahan Kementerian Pertanian sudah termasuk atau terakomodir dalam kawasan peruntukan pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah pada RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. f. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 1.543 Ha (4,26 %) yang terdiri dari sawah irigasi seluas 626 ha dan sawah non irigasi seluas 917 ha. 19

g. Hasil konfirmasi dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gowa tentang hasil telaahan Inventarisasi lahan sawah terhadap LP2B dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, Dinas Pertanian Kabupaten Gowa akan menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan hanya sekitar 8.000 ha yang terdiri dari luasan sawah beririgasi yang berada dalam kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah RTRW Kabupaten Gowa. Hasil audit lahan Kementerian Pertanian luas sawah di Kabupaten Gowa seluas 36.173 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 10.681 ha dan sawah non irigasi seluas 25.492 ha. h. Hasil overlay peta lahan sawah dengan rencana kawasan dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan terdapat luasan sawah yang masuk dalam kawasan pertanian seluas 26.618 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 8.003 ha dan sawah non irigasi seluas 18.615 ha. Lokasi sawah irigasi dan non irigasi yang masuk dalam kawasan budidaya pertanian berdasarkan pada data spasial sebagaimana terlampir. Untuk hasil overlay peta lahan sawah dengan rencana kawasan dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan secara detail dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.1 berikut : Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan No. Kawasan Irigasi Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung 626 917 1,543 4.26 Kawasan Lindung 626 917 1,543 4.26 II Kawasan Budidaya 10,146 24,494 34,640 95.74 Kawasan Budidaya Hutan 723 2,275 2,998 8.29 Kawasan Budidaya Perikanan - - - 0.00 Kawasan Budidaya Perkebunan 271 1,652 1,923 5.31 Kawasan Budidaya Pertanian 8,003 18,615 26,618 73.56 Kawasan Perairan 54 133 187 0.52 Kawasan Peruntukan Permukiman 1,061 1,810 2,871 7.93 (blank) 34 9 43 0.12 Jumlah 10,772 25,411 36,183 100.00 Sumber : Hasil Overlay Data Spasial Lahan Sawah Kementan Tahun 2012 dengan Rencana Pola Ruang Wilayah dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2032 20

Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Sumber : Hasil Overlay Data Spasial Lahan Sawah Kementan Tahun 2012 dengan Rencana Pola Ruang Wilayah dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2032

BAB IV Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil telaahan data autentik dan data yang tersedia yang berkaitan dengan inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, maka dapat disimpulkan serta disarankan hal-hal sebagai berikut: 4.1 Kesimpulan a. Total luas sawah di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan seluas 36.183 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 10.773 ha (29,77%) dan sawah non irigasi seluas 25.410 ha, sebanyak 26.618 ha (73,56% sudah termasuk atau terakomodir dalam kawasan peruntukan pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah pada RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan). Namun demikian, luas sawah yang sudah termasuk dalam kawasan peruntukan pertanian tersebut masih belum jelas apakah sudah ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan (LP2B) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagaimana dalam Perda RTRW No 15 Tahun 2012 dalam pasal 48 ayat (6) yaitu Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah di Kabupaten Gowa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a yang beririgasi teknis ditetapkan sebagian sebagai kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Berdasarkan ayat (2) huruf a yaitu Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah dengan luas 33.201 Ha. Pada ayat (2) huruf a tersebut tidak dicantumkan berapa luas lahan sawah yang beririgasi teknis, sehingga tidak dapat dipastikan total luas lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Gowa. Dibandingkan dengan luas hasil audit lahan Kementan seluas 36.183 ha dan yang beririgasi hanya seluas 10.773 ha. b. Untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sesuai perda RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan sudah ditetapkan berada dalam Kawasan Peruntukan Pertanian sedangkan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) belum ditetapkan dalam Perda RTRW. c. Dalam Perda RTRW No. 15 Tahun 2012 Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan belum menetapkan total luas lahan yang jelas untuk ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B), karena hanya menyampaikan sebagian sawah yang beririgasi teknis untuk dijadikan lahan pertanian pangan berkelanjutan. d. Berdasarkan hasil overlay peta audit lahan Kemeterian Pertanian dengan pola ruang pada RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, luas sawah di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan hasil audit lahan Kementerian Pertanian tahun 2012 seluas 36.183 ha (sawah irigasi 10.773 ha dan sawah non irigasi 25.410 ha) yang tersebar di 33 Kecamatan, dimana sawah yang masuk dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas 26.618 ha (sawah irigasi 8.003 ha dan sawah non irigasi 18.615 ha) dan diluar kawasan pertanian dalam kawasan budidaya seluas 7.979 ha yang berada pada kawasan budidaya hutan seluas 2.998 ha, kawasan budidaya perkebunan seluas 1.923 22

ha, kawasan perairan seluas 187 ha dan pada kawasan peruntukan pemukiman seluas 2.871 ha serta yang tidak ada datanya (blank) dalam RTRW seluas 43 ha (sawah irigasi seluas 34 ha dan sawah non irigasi seluas 9 ha), hal ini disebabkan karena perbedaan skala antara peta sawah hasil audit lahan Kementerian Pertanian (1 : 10.000) dengan peta pola ruang wilayah Kabupaten Gowa (1 : 250.000). Sawah yang berada di luar kawasan peruntukan pertanian akan mudah berpotensi untuk beralih fungsi ke lahan non sawah. e. Hasil inventarisasi lahan sawah di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan dari total luas sawah hasil audit lahan Kementan tahun 2012 terdapat luasan sawah yang berada pada Kawasan Lindung (dalam RTRW Kabupaten Gowa) seluas 1.543 Ha (4,26 %). f. Dinas Pertanian Kabupaten Gowa akan menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan hanya sekitar 8.000 ha yang terdiri dari luasan sawah beririgasi yang berada dalam kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah RTRW Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil audit lahan Kementerian Pertanian luas sawah di Kabupaten Gowa seluas 36.173 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 10.681 ha dan sawah non irigasi seluas 25.492 ha. g. Hasil overlay peta lahan sawah dengan rencana kawasan dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan terdapat luasan sawah yang masuk dalam kawasan budidaya pertanian seluas 26.618 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 8.003 ha dan sawah non irigasi seluas 18.615 ha. 4.2 Saran a. Dalam rencana penyusunan Perda mengenai LP2B dan LCP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tersebut hendaknya dapat menjabarkan secara detail total luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan total luas Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) yang terakomodir dalam Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta didukung dengan data spasial yang sesuai dengan yang tertuang dalam perda RTRW No. 15 tahun 2012 Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. b. Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, disarankan mengkaji ulang terhadap luasan sawah eksisting baik yang berada pada kawasan peruntukan pertanian maupun diluar kawasan peruntukan pertanian hasil overlay peta sawah hasil audit lahan dengan pola ruang Kabupaten Gowa, untuk di jadikan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan ditetapkan dalam Perda Kabupaten. c. Agar dapat diupayakan pembangunan basis data spasial oleh pemerintah daerah untuk dapat mengidentifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) maupun lahan lainnya yang potensial untuk mendukung ketahanan pangan nasional. d. Selain itu untuk mempertahankan keberadaan lahan sawah yang produktif (misi utama LP2B) maka pengembangan kelembagaan spesifik perlu dilakukan seperti dalam proses pengumpulan data melalui kerjasama perguruan tinggi atau instansi terkait lainnya. 23

e. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, hasil telaahan inventarisasi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang berdasarkan overlay hasil audit lahan Kementerian Pertanian tahun 2012 dengan rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, perlu tindaklanjut dengan melakukan croscek ke lapangan dari data hasil telaahan tersebut. f. Hasil telaahan ini, dapat di sampaikan ke Bappeda dalam bentuk paparan sebagai masukan dalam perencanaan tata ruang ke depan. 24

25

Luas Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan No Kawasan dalam RTRW Luas (ha) (%) 1 Hutan Konservasi 4.155,39 2,31 2 Hutan Lindung 23.602,76 13,11 3 Hutan Produksi Terbatas 20.274,51 11,26 4 Hutan Produksi Tetap 23.115,01 12,84 5 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 309,76 0,17 6 Kawasan Budidaya Agroforestry 8.996,61 5,00 7 Kawasan Budidaya Hortikultura 12.073,11 6,70 8 Kawasan Budidaya Perikanan 3,77 0,00 9 Kawasan Budidaya Perkebunan 13.073,15 7,26 10 Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah 33.725,86 18,73 11 Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Kering 16.867,98 9,37 12 Kawasan Industri 44,79 0,02 13 Kawasan Lindung Kabupaten 6.895,12 3,83 14 Kawasan Pendidikan 158,61 0,09 15 Kawasan Perairan 4.002,15 2,22 16 Kawasan Permukiman 12.606,14 7,00 17 TPA 169,89 0,09 Grand Total 180.074,61 100,00 26

Luas Hasil Overlay Sawah dengan Rencana Kawasan Dalam RTRW Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan No. Kawasan Irigasi Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung 626 917 1.543 4,26 Kawasan Lindung 626 917 1.543 4,26 II Kawasan Budidaya 10.146 24.494 34.640 95,74 Kawasan Budidaya Hutan 723 2.275 2.998 8,29 Kawasan Budidaya Perikanan - - - 0,00 Kawasan Budidaya Perkebunan 271 1.652 1.923 5,31 Kawasan Budidaya Pertanian 8.003 18.615 26.618 73,56 Kawasan Perairan 54 133 187 0,52 Kawasan Peruntukan Permukiman 1.061 1.810 2.871 7,93 (blank) 34 9 43 0,12 Jumlah 10.772 25.411 36.183 100,00 27

28

29

30