BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAANN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN SUB-SUB DAS CIKADU, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT DINDA TALITHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI MODEL TANGKI DAN PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE MUSLE BERBASIS DATA SPAS DI SUB DAS SIBARASOK GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENERAPAN APLIKASI TANK MODEL DAN METODE MUSLE DALAM MENDUGA NERACA AIR, EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB-DAS CICANGKEDAN KABUPATEN SERANG

PENDUGAAN NERACA AIR MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN PERHITUNGAN EROSI SEDIMENTASI DENGAN METODE MUSLE DI SUB-DAS CIBENGANG KABUPATEN BANDUNG

3.4.1 Analisis Data Debit Aliran Analisis Lengkung Aliran Analisis Hidrograf Aliran Analisis Aliran Langsung

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

PENDUGAAN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN METODE MUSLE DI SUB DAS CILEBAK KABUPATEN BANDUNG

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon

APLIKASI MODEL TANGKI UNTUK PENDUGAAN NERACA AIR DAN LAJU SEDIMENTASI MENGGUNAKAN METODE MUSLE DI SUB DAS LAHAR KABUPATEN BLITAR RIAN SELAMET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

PENDUGAAN NERACA AIR MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN LAJU SEDIMEN DENGAN METODE MUSLE DI SUB DAS MELAMON KABUPATEN MALANG RAHMA AMALIA ISMANIAR

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS

(Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

VOLUME 4 No. 2, 22 Juni 2015 Halaman

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

MONITORING DAN EVALUASI TATA AIR

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan. Tabel 7. Hujan Harian Maksimum di DAS Ciliwung Hulu

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

APLIKASI TANK MODEL DAN ANALISIS EROSI BERBASIS DATA SPAS DI SUB-SUB DAS CIMANUK HULU KABUPATEN GARUT ASWIN RAHADIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA

Data Hidrologi dan Survey Hidrometri

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN EROSI DAN SEDIMENTASI PADA DAS CIDANAU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI AGNPS (Agricultural Non Points Source Pollution Model)

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Siklus hidrologi

PENGENDALIAN TRANSPOR SEDIMEN SUNGAI SEBAGAI UPAYAPENGENDALIAN BANJIR DI KOTA GORONTALO. Ringkasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

ANALISIS DEBIT ANDALAN

MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIK MENGGUNAKAN PARAMETER MORFOMETRI (STUDI KASUS DI DAS CILIWUNG HULU) BEJO SLAMET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

Teknik Konservasi Waduk

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian mengenai sebaran bahaya erosi serta respon aliran ini adalah :

III.BAHAN DAN METODE. Gambar 1. Lokasi Penelitian (DAS Ciliwung Hulu)

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB III METODA ANALISIS

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daur Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

Tahun Penelitian 2005

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 1. Peta DAS penelitian

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai

Transkripsi:

9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012 di Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Cikadu Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Hidrologi Hutan dan DAS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1. AWLR (Automatic Water Level Recorder). 2. ARR (Automatic Rainfall Recorder). 3. GPS (Global Potitioning System) 4. Turbidity meter untuk mengukur konsentrasi sedimen. 5. Stopwatch untuk mengukur waktu tempuh pelampung. 6. Meteran untuk mengukur ukuran SPAS. 7. Pelampung (Bola ping-pong) untuk mengukur kecepatan aliran air. 8. Botol sampel untuk mengambil sampel air. 9. Seperangkat komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows xp yang dilengkapi software Tank Model GA Optimizer 2006, Microsoft Office Excel 2007, Minitab 14.0, dan ArcGIS 9.3 dengan berbagai Extentions yang dibutuhkan dalam pengolahan data. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu: a. Data primer dan sekunder yaitu: 1. Data tinggi muka air pengukuran AWLR harian. 2. Data curah hujan dari ARR 3. Data tinggi muka air. 4. Sampel air. 5. Data kecepatan aliran air.

10 b. Data Spasial 1. Peta digital tutupan lahan. 2. Peta digital sungai. 3. Peta digital kontur. 3.3 Metode Penelitian Penelitian dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Menentukan titik koordinat SPAS Cikadu menggunakan Global Positioning system (GPS). 2. Pengukuran debit aliran dilakukan dengan mengukur bentuk bangunan SPAS, mengukur tinggi muka air dengan meteran dilakukan tiga kali pengulangan pengukuran dibagian awal, tengah, dan akhir, dan mengukur kecepatan arus sungai menggunakan metode pelampung dan stopwatch dengan melakukan minimal tiga kali ulangan kecepatan untuk masing-masing tinggi muka air. 3. Pengukuran data curah hujan menggunakan ARR 4. Pengambilan sampel air saat hujan dan tidak hujan untuk pengukuran besar laju sedimen 5. Pengumpulan dan transfer data sekunder (tinggi muka air, konsentrasi sedimen, dan curah hujan) dari data logger. 6. Analisa hubungan tinggi muka air, debit aliran dan laju sedimentasi dengan mencari nilai korelasi dan rating curve antara debit aliran dengan tinggi muka air, dan antara debit aliran dengan laju sedimentasi. 7. Membuat grafik hidrograf untuk mencari hubungan antara curah hujan menurut waktu terhadap debit aliran air. 8. Pengolahan data curah hujan, evapotranspirasi, dan debit aliran sebagai data masukan Tank Model. 9. Pengolahan Tank Model dan menghitung laju erosi. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Analisis Curah Hujan Analisis data curah hujan dilakukan dengan melakukan tabulasi curah hujan bulanan rata-rata serta dilakukan analisis korelasi antara curah hujan dan

11 debit untuk mengetahui sejauh mana curah hujan dapat menggambarkan besar debit aliran. 3.4.2 Analisis Debit Aliran Untuk menghitung debit digunakan metode pelampung dengan melakukan minimal tiga kali ulangan kecepatan untuk masing-masing tinggi muka air, sehingga diperoleh kecepatan rata-rata dari pelampung. Dari kecepatan pelampung tersebut akan diperoleh kecepatan air dengan mengalikannnya dengan koefisien yang dirumuskan sebagai berikut (Sosrodarsono S & Takeda K 2003) : γ = 1 0,116 {( 1-λ )-0,1}... ( 2 ) λ = ( t 1 / TMA)... ( 3 ) V = γ u... ( 4 ) γ t 1 = koefisien kecepatan pelampung = kedalaman pelampung (m) TMA = tinggi muka air (m) V u = kecepatan aliran rata-rata (m/detik) = kecepatan rata-rata pelampung (m/detik) Dalam perhitungan debit aliran digunakan persamaan Manning yang menganggap suatu penampang melintang seragam, kekasaran dasar sungai yang tidak berubah dan menggunakan aliran tetap yang seragam. Debit aliran diperoleh dari hasil perkalian kecepatan aliran rata-rata (m 3 /detik) dengan luas penampang sungai (m) yang dirumuskan sebagai berikut (Seyhan 1990) : Q = V A... ( 5 ) V = ( )...( 6 ) R = A / P... ( 7 ) dimana: Q V = debit aliran (m 3 /detik) = kecepatan aliran rata-rata maning (m/detik) A = luas penampang melintang basah (m 2 ) R = radius hidrolik (m)

12 P = keliling basah (m) S = kemiringan saluran (%) n = koefisien kekasaran Manning sebesar 0,025 (tembok atau di semen) Pengukuran debit aliran dilakukan dengan beberapa ulangan pada tinggi muka air yang berbeda sehingga diperoleh hubungan antara debit aliran dengan tinggi muka air dari penampang sungai tersebut dalam sebuah discharge rating curve atau lengkung aliran. Berdasarkan hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran diperoleh persamaan sebagai berikut : Q = a TMA b... ( 8 ) Q = debit aliran (m 3 /detik) TMA = tinggi muka air (m) a,b = konstanta 3.4.3 Analisis Hidrograf Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003) diagram yang menggambarkan hubungan variasi debit atau aliran permukaan menurut waktu disebut hidrograf. Kurva itu memberikan gambaran mengenai berbagai kondisi didaerah itu secara bersama-sama. Jadi jika karakteristik daerah aliran berubah maka bentuk hidrograf akan berubah. Bentuk hidrograf dapat ditandai dengan tiga sifat pokoknya, yaitu waktu naik (time of rise), debit puncak (peak discharge), dan waktu dasar (time of base). Waktu naik (Tp) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu terjadinya debit puncak. Debit puncak adalah debit maksimum yang terjadi dalam suatu kasus tertentu. Waktu dasar (Tb) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit kembali pada suatu besaran yang ditetapkan. Prosedur penyusunan hidrograf satuan adalah: 1. Menentukan aliran dasar (base flow), aliran dasar yang dipakai adalah debit minimum (m 3 /detik) pada saat debit sebelum mengalami kenaikan setelah hujan.

13 2. Menghitung volume direct runoff (DRO) DRO = Q BF ---------------------------------------------------------------------- (9) dimana: DRO = direct runoff Q = debit (m 3 /detik) BF = base flow (m 3 /detik) 3. Menghitung volume aliran langsung Vtotal DRO = DRO x t --------------------------------------------------------- (10) Vtotal DRO = Volume aliran langsung DRO = jumlah debit aliran langsung (m 3 /detik) t = selang waktu (detik). 4. Menghitung tebal aliran langsung dihitung dengan persamaan: TDRO =... (11) TDRO = tebal DRO (mm) A = luas sub-sub DAS (m 2 ) 5. Menghitung Koefisien Runoff dengan persamaan : Koefisien runoff = ------------------------------------------------------ (12) TDRO = tebal DRO (mm) CH = curah hujan (mm) 6. Membangun hidrograf satuan setelah didapat harga unit hidrograf satuan. 3.4.4 Pengolahan Data Input Tank Model Data masukan utama Tank Model yaitu curah hujan (P), evapotranspirasi (ETP), dan debit (Q) yang dioptimasi menghasilkan keluaran berupa nilai parameter Tank Model, indikator keandalan model, nilai keseimbangan air, kurva hidrograf, dan regresi. Masukan data harian curah hujan, evapotranspirasi, dan debit semua dikonversi menjadi satuan mm.

14 Gambar 2 Skema representasi Tank Model (Setiawan 2003). Pada Gambar 2 terlihat model ini tersusun atas 4 (empat) reservoir vertical, yaitu bagian atas mempresentasikan surface reservoir (A), dibawahnya intermediate reservoir (B), kemudian sub-base reservoir (C), dan paling bawah base reservoir (D). Lubang outlet horizontal mencerminkan aliran air, yang terdiri dari surface flow (Y a a2), sub-surface flow (Y a1 ), intermediate flow (Y b1 ), sub-base flow (Y c1 ), dan base flow (Y d1 ). Infiltrasi yang melalui lubang outlet vertical dan aliran yang melalui lubang outlet horizontal dikuantifikasikan oleh parameter- masing-masing parameter Tank Model. Aliran ini hanya terjadi bila tinggi air padaa reservoir (Ha, Hb, Hc, dan Hd) melebihi tinggi lubangnya (H a1, H a2, H b1, dan H c1 ). Setiawan (2003) menyatakan secara global persamaan keseimbangan air Tank Model adalah sebagai berikut : = P(t) ET(t) Y(t) -------------------------------------------------- ------------ (13) dimana, H adalah tinggi air (mm), P adalah hujan (mm/hari), ET adalah evapotranspirasi (mm/hari), Y adalah aliran total (mm/hari), dan t adalah waktu (hari). Pada standar Tank Model terdapat 4 tank, sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : = + ------------------------------------------- (14) Aliran total merupakan penjumlahan dari komponen aliran yang dapat ditulis sebagai berikut:

15 Y(t) = Ya(t) + Tb(t) + Tc(t) + Td(t) ------------------------------------------------ (15) Lebih rinci lagi keseimbangan air dalam setiap reservoir dapat ditulis sebagai berikut: = P(t) ET(t) Ya(t) ----------------------------------------------- ------------ (16) = Ya o (t) Yb(t) ------------------------------------------------------ ------------ (17) = Yb o (t) Yc(t) ----------------------------------------------------- ------------ (18) = Yc o (t) Yd(t) ----------------------------------------------------- ------------- (19) dimana Ya, Yb, Yc, dan Yd adalah komponen aliran horizontal dari setiap reservoir, dan Ya o, Yb o, dan Yc o adalah aliran vertikal (infiltrasi) setiap tank (A,B dan C). 3.4.4.1 Pengolahan Data Curah Hujan Data kejadian hujan per lima belas menit dari bulan Januari 2011 hingga Maret 2011 yang terekam pada ARR di SPAS diolah menjadi data kejadian hujan harian. Data curah hujan dalam satuan mm/hari akan digunakan sebagai salah satu data masukan Tank Model. 3.4.4.2 Pengolahan Data Evapotranspirasi Penentuan besarnya evapotranspirasi menggunakan metode Penman- Monteith (Cepece et al. 2002 diacu dalam Supraypgi et al 2003). Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan permukaan vegetasi yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu, kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi netto. 3.4.4.3 Pengolahan Data Debit Data debit dari hasil perkalian luas penampang melintang weirs dan kecepatan aliran sungai sepanjang penampang weirs menghasilkan data debit

16 aliran dengan satuan m3/s, pada input data tank model data debit harian harus dikonversi ke dalam satuan mm/hari dengan rumus : Q = Q = debit (mm/hari) Q = debit (m 3 /detik) A = luas DAS (m 2 ) x1000... (20) 3.4.5 Analisis Hubungan Debit Aliran (Q) dengan Laju Sedimen (Qs) Beban angkutan sedimen diturunkan dari data laju sedimen melalui persamaan yang menggambarkan hubungan antara debit aliran dengan beban angkutan sedimen yang nilainya di dapat berdasarkan pengukuran dengan alat turbiditymeter, dimana satuan untuk sedimen adalah ppm atau mg/liter. Dengan asumsi bahwa konsentrasi sedimen merata pada seluruh bagian penampang melintang sungai maka laju sedimen dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara konsentrasi dengan debit aliran (Asdak 2002) yaitu : Qs = 0,0864 C Q... (21) Qs = laju sedimen (ton/hari) Q = debit aliran (m 3 /detik) C = konsentrasi sedimen (ppm atau mg/l) Pengambilan sampel air sedimen dan pengukuran debit dilakukan berulang kali pada ketinggian muka air yang berbeda sehingga diperoleh hubungan antara debit aliran dengan angkutan sedimen. Berdasarkan hubungan tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut : Qs = a Q b.....(22) Keterangan : Qs = laju sedimen (ton/hari) Q = debit aliran (m 3 /detik) a,b = konstanta

17 3.4.6 Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen Sungai Hasil Optimasi Tank Model menghasilkan debit kalkulasi tank model. Debit kalkulasi ini digunakan untuk menduga besarnya laju erosi. Untuk menduga besarnya laju erosi yang terjadi digunakan rumus sebagai berikut (Arsyad 2006): E = --------------------------------------------------------------------- ------------- (23) Dimana SDR, Auerswald (1992) (dalam Arsyad (2006)) yaitu : SDR = -0,02 + 0,385 A -0,2... (24) E = Laju erosi (ton/ha/hari) Qs = Laju sedimentasi (ton/ha/hari) SDR = Sediment Delivery Ratio (Nisbah pelepasan sedimen (NPE)) A = Luas sub-sub DAS (ha) 3.4.7 Analisis Laju Sedimen dengan Model Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) Model MUSLE merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menduga laju sedimentasi yang merupakan metode yang dikembangkan dari metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode USLE (Universal Soil Loss Equation). MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan sebagai trigger penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan. Faktor limpasan permukaan mewakili energi yang digunakan untuk penghancuran dan pengangkutan sedimen. Persamaan untuk menghitung jumlah sedimen yang berasal dari DTA menurut Williams (1995) (diacu dalam Murtiono 2008) adalah sebagai berikut : Sed = 11.8.(Q surf.q peak.area hru ).K.L.S.C.P...(25) Sed = jumlah sedimen (ton) Sed = jumlah sedimen yang masuk sungai (ton) q peak Q surf = puncak laju debit (m 3 /detik) = debit (mm)

18 area hru = luas DAS (ha) K = faktor erodibilitas tanah C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah LS = faktor topografi Aliran lateral dan base flow juga membawa sedimen masuk ke dalam sungai. Jumlah sedimentasi yang berasal dari aliran lateral dan base flow dihitung dengan persamaan berikut : sed Keterangan: Q lat Q gw lat ( Q + Q ). area. conc = 1000 lat gw hru sed = lateral flow (mm) = base flow (mm)...(26) area hru = luas DTA (m 2 ) conc sed = Konsentrasi sedimen yang berasal dari lateral dan base flow (mg/l)