BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

V. KONSEP PENGEMBANGAN

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. misalnya Kotabaru yang memiliki citra sebagai kawasan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Pariwisata Dalam Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sebagai sumber pendapatan tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II DESA SENDANGDUWUR. Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II : TINJAUAN TEORI GALLERY SENI, PRESERVASI, KONSERVASI,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

VI. PERENCANAAN LANSKAP

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

2015 KEMENARIKAN SUNGAI MUSI SEBAGAI WISATA SUNGAI DI KOTA PALEMBANG

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

Ketahanan Kawasan Wisata Berbasis Masyarakat Dalam Penguatan Ekonomi Lokal Dan Pelestarian Sumberdaya Kebudayaan Kawasan Kotagede Yogyakarta

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. tarik wisatawan domestik maupun asing. Selain itu Jakarta juga sebagai kota

Data Pribadi Responden Jenis Kelamin : a. Laki-laki

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di utara, Kabupaten lamongan di timur, Kabupaten nganjuk, Kabupaten madiun,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Paket Wisata. Hoshizora Tour

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

PASAR KOTAGEDE. Oleh : Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi Pariwisata di Indonesia

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya para peziarah mendatangi makam orang tua, kakek/ nenek, saudara, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede berjajar toko-toko kerajinan perak, maka dari itu sangat mudah bagi wisatawan untuk mendapatkan kerajinan perak di kawasan ini. a) Kotagede Kotagede, mungkin tidak banyak yang mengenal daerah ini, atau mungkin mengenal tetapi tidak mengetahui apapun tentang kota ini kecuali perak -nya. Kotagede merupakan sebuah daerah di Kota Yogyakarta yang sedikit terlupakan oleh masyarakat kita, bahkan masyarakat Yogyakarta sendiri. Padahal Kotagede merupakan daerah yang memiliki nilai sejarah tinggi dan menjadi tonggak awal Kota Yogyakarta. (Sumber: www.kompasiana.com/post/jalan-jalan/2010/11/20/ mengenal-kotagede-kota-permulaan-djogja-jogja-dalam-cerita/, diakses pada 17 Februari 2012) Di sepanjang jalan utama di wilayah yang terletak 7 km arah tenggara pusat Kota Yogyakarta ini berjajar toko-toko yang menjajakan kerajinaan Perak Kotagede. Kata perak' dan 'silver' tertera di kanan-kiri Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, hingga Jalan Tegalgendu. Sebelum tahun 1990-an hanya pengusaha perak yang beromset besar saja yang 1

membuka showroom Kerajinan Perak Kotagede, seperti Tom Silver, MD Silver, HS Silver, Narti Silver, dan sebagainya. Namun menginjak pertengahan dekade 90-an, pengusaha kecil dan menengah mulai meramaikan bisnis Perhiasaan Perak ini. Banyak diantaranya dahulu bekerja sebagai pengrajin perak di perusahaan besar. (sumber: www.mycityblogging.com, diakses pada 19 Februari 2012) Menengok kembali 7 abad silam, Kotagede merupakan kota kuno bekas ibu kota Kerajaan Mataram yang awalnya dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan di Abad-XVI. Dari peninggalan di kawasan tua ini, terlihat bahwa Kotagede merupakan jembatan yang menghubungkan tradisi Hindu-Budha-Islam. Peninggalan Kompleks Masjid Makam Panembahan Senopati beserta keluarga, dan sisa peninggalan Kerajaan Mataram berupa Pintu Gerbang Komplek Makam Kotagede yang berbentuk Gapura Paduraksa yang dikenal sejak zaman Majapahit, serta pohon beringin tua, masih berdiri kokoh sampai sekarang. Masyarakat Kotagede yang mayoritas beragama Islam dikenal mempunyai etos kerja yang tinggi. Mereka berdagang dan membuat kerajinan tangan yang berbahan dasar dari unsur perak. Kemampuan berdagang mereka dapat secara turun temurun. Pada masa kejayaan Mataram di Kotagede, orang Kalang menjadi konglomerat pribumi. Saat ini masih dapat disaksikan kehebatan orang Kalang melalui ukiran yang dipahatkan pada kerangka bangunan rumah mereka, sebuah pameran akan kemewahan di masa itu. Kawasan ini kaya akan berbagai 2

peninggalan rumah tradisional seperti rumah Kalang, Joglo, dan rumahrumah kampung bergaya Arsitektur Jawa. (sumber: www.peradabanlampau.blogspot.com/2009/10/sejarah-kota-gede.html, diakses pada 17 Februari 2012) b) Daya Tarik Wisata Selain Kerajinan Perak, Kotagede Memiliki Atraksi Budaya sebagai Daya Tarik Wisata Yaitu: 1. Arsitektural Arsitektural kota tua di Kotagede merupakan peninggalan Mataram Islam Kotagede, di sini wisatawan diajak untuk mempelajari kembali aspek-aspek arsitektural Kotagede termasuk budaya yang melingkupi dan mempengaruhinya. (Sumber: www.heritagekotagede.com/2011/03/24/paketwisatakotagede/he ritagetrail/wisataarsitektural.htm, diakses pada 21 Februari 2012) Artraksi arsitektural di Kotagede merupakan gambaran perkembangan dari masa ke masa yang terdiri dari situs peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam Kotagede, rumahrumah adat jawa, rumah joglo, rumah para saudagar kaya peninggalan masa kejayaan industri perak yang membentuk sebuah perkampungan dengan sendirinya. Atraksi arsitektural tersebut antara lain: 3

a) Situs Watu Gilang b) Situs Bokong Semar c) Situs Jebolan Raden Rangga d) Between Two Gates (rumah joglo) e) Gapura Paduraksa f) Masjid Mataram g) Pasareyan Agung h) Situs Sendang Selirang i) Lorong Gang Soka (dinding rumah bapak Rudi Pesik) j) Langgar Dhuwur k) Pos Malang l) Omah UGM (rumah joglo) Letak daya tarik arsitektural tersebar di kawasan Kotagede dan dibatasi oleh Jalan Kemasan, Jalan Mondarakan, Jalan Karang Lo, Jalan Cantheng, dan Pasar Legi sebagai titik pertemuannya. 2. Jalan Rukunan Daya tarik wisata yang lain adalah menyusuri lorong-lorong sempit di tengah Kampung merupakan sebuah keunikan tersendiri di Kotagede. Lorong panjang yang seperti tidak ada habisnya menyerupai labirin di antara dinding-dinding bangunan, di dalam lorong Kotagede juga banyak terdapat lorong yang disebut jalan rukunan. Wibowo (2011) menerangkan sebuah karakteristik jalan rukunan yang ada di Kotagede. Jalan Rukunan adalah tanah yang direlakan untuk kepentingan bersama sebagai fungsi jalan yang 4

luasannya antara 1,5 meter sampai 2,5 meter dan beberapa lokasi dibatasi dengan dua buah pintu. Salah satu contoh adalah Between Two Gates yang merupakan salah satu sistem tata lingkungan kampung yang ada di Kotagede, Sembilan rumah berjajar membujur dari timur ke barat yang sebagian bergaya arsitektur Jawa dan terdapat jalan yang membelah kawasan tersebut yang dibatasi dua buah gerbang. Pada prinsipnya, Between Two Gates adalah satuan lingkungan terkecil pemukiman yang besifat semi tertutup karena diapit oleh gerbanggerbang pada kedua ujungnya. Nuansa berbeda akan dirasakan wisatawan saat menyusuri lorong/ jalan rukunan Kotagede dan dapat melihat rumah-rumah tradisional di Kotagede yang berumur sekitar abad ke-18 dengan nuansa kekunoannya. Juga bisa melihat reruntuhan Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16 yang masih tersisa sampai sekarang. Dalam perjalanan tersebut wisatawan dapat melihat berbagai aktiifitas masyarakat Kotagede dan proses pembuatan berbagai kerajinan tradisional Kotagede. (Sumber: www.kotagedeheritage.com/2011/03/24/paketwisatakotagede/he ritagetrail/wisataarsitektural.htm,) 3. Spiritual/ Budaya Atraksi wisata spiritual/ budaya yang ada di Kotagede adalah mengunjungi Makam Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam 5

beserta keluarganya yang merupakan pendiri Kerajaan Mataram Islam Kotagede. Dalam paket ini wisatawan diajak untuk berziarah masuk makam pada hari-hari tertentu yang sakral menurut perhitungan Jawa dengan keharusan memakai pakaian tradisional Jawa berupa kemben untuk perempuan dan pranakan untuk lakilaki. Di samping itu, wisatawan juga dapat mengikuti upacara Caos yaitu persembahan doa kepada penghuni makam yang merupakan raja dan keturunannya yang dipercayai dapat mengabulkan segala permohonan kemakmuran dan kekayaan. Di dalam makam ini terdapat beberapa museleum yang berasitektur tradisional Jawa berisi pusara atau disebut kijing dalam bahasa Jawa yang terbuat dari marmer asli, berumur ratusan tahun yang masih tetap terpelihara sampai saat ini. (Sumber: www.kotagedeheritage.com/2011/03/24/paketwisatakotagede/he ritagetrail/wisataarsitektural.htm, diakses pada 29 November 2011) Kirab budaya Nawu Sendang Selirang di kompleks Makam Raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta. Upacara tahunan yang digelar warga Desa Jagalan Banguntapan dan Kotagede itu untuk membersihkan air sendang di kompleks makam Panembahan Senopati dan pendiri dinasti Mataram. (Sumber: www.detik.com/ 6

kirab-budaya-nawu-sendang-selirang, diakses pada 13 Januari 2012) 4. Kuliner Kawasan Kotagede mempunyai Kuliner yang dapat menjadi atraksi makanan ringan seperti jajan pasar, Kembangwaru, Kipo (makanan yang paling di cari di Kotagede), Legamara, Ukel yang dapat ditemukan di Pasar Kotagede. Terdapat juga tempat makan besar seperti Warung Bakso Sido Semi yang berdiri sejak tahun 50-an dengan menu minuman es kacang hijau dan saparela yang kemasannya berupa botol kuno. Ada pula Sate Lapangan Karang, yaitu kuliner di malam hari, Omah Duwur Resto, dan Sekar Kedaton Resto. c) Persepsi Masyarakat Terhadap Daya Tarik Wisata Kotagede Berdasarkan data eksisting di atas yang menyebutkan daya tarik wisata Kotagede tidak hanya perak, dengan bantuan media sosial BlackBerry untuk melakukan proses uji coba awal ini untuk menghetahui persepsi masyarakat umum terhadap kawasan Kotagede sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Yogyakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya tarik wisata bangunan arsitektural peninggalan budaya di daerah tersebut terhadap daya tarik wisata lainnya, termasuk perak di dalamnya. 7

Uji coba ini menggunakan 4 empat kata kunci yaitu: (1) perak; (2) arsitektur; (3) sejarah dan budaya; (4) kuliner. Hasil uji coba yang dilakukan adalah perak lebih melekat di ingatan masyarakat dan wisatawan secara umum, 5 (lima) responden menjawab perak, 4 (empat) responden menjawab sejarah budaya dan 1 (satu) responden menjawab arsitektural dari total 8 (delapan) responden. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa bahwa Kotagede lebih dikenal dengan daya tarik wisata peraknya dibandingkan daya tarik lainya. Daya tarik arsitektural di sini sangat tidak popular di kalangan masyarakat umum. 1.2. Rumusan Permasalahan Kotagede merupakan kawasan heritage, Kawasan ini mempunyai daya tarik perak yang sangat melekat di ingatan masyarakat umum dibandingkan dengan daya tarik lainnya. Mengapa daya tarik selain perak yang salah satunya adalah daya tarik arsitektural kurang dikenal dan ada apakah dengan daya tarik arsitektural yang berada di sini, padahal daya tarik arsitektural tersebut merupakan bangunan peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi di kawasan ini. 8

1.3. Pertanyaan dan Sasaran Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian dan sasarannya adalah mengetahui: 1. Seperti apa persepsi masyarakat tentang Kotagede? 2. Seperti apa persepsi masyarakat terhadap daya tarik arsitektural peninggalan budaya di kawasan Kotagede? 3. Bagaimana kualitas produk wisata arsitektural peninggalan budaya di kawasan Kotagede? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui persepsi masyarakat tentang Kotagede. 2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap daya tarik arsitektural peninggalan budaya di kawasan Kotagede 3. Mengetahui bagaimana kualitas produk wisata arsitektural bangunan peninggalan budaya di kawasan Kotagede, berdasarkan persepsi wisatawan. Tujuan tersebut di atas supaya wisata arsitektural di Kotagede dapat dikenal seperti daya tarik perak yang sudah melekat di ingatan masyarakat umum tentang kawasan Kotagede. 9

1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini untuk selanjutnya diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan praktis sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan wisata arsitektural di kawasan Kotagede. 2. Memberikan gambaran kepada masyarakat umum bahwa kawasan Kotagede ini mempunyai nilai sejarah tinggi dari masa ke masa hingga meninggalkan artefak-artefak berupa bangunan arsitektural peninggalan budaya yang unik untuk diminati dan dinikmati. Jadi dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa Kotagede tidak hanya mempunyai daya tarik perak saja. 10

1.6. Keaslian Penelitian Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian NO Nama NIM Judul Penelitian Tahun Lokus Fokus 1. Ida Bagus Made Gipsi 07/270944/ PTK/4910 Pengaruh Kualitas Produk Pariwisata Terhadap Tingkat kunjungan Wisatawan di Pantai Segara Sari Mangar, Balikpapan 2010 Pantai Segara Sari Mangar, Balikpapan Pengaruh Kualitas Produk Pariwisata Terhadap Tingkat kunjungan Wisatawan di Pantai Segara Sari Mangar, Balikpapan 2. Syaiful Muazir 18036/PS/ MPAR/05 Karakteristik Produk Kawasan Wisata Tepi Sungai (Kajian Evolusi, Daya tarik dan Kesiapan Produk Wisata Pada Kawasan Wisata Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat) 2008 Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Balikpapan (Kajian Evolusi, Daya tarik dan Kesiapan Produk Wisata Pada Kawasan Wisata Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat) 3. Pairan 08/278319/ PTK/5442 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Wisatawan Pada Objek Wisata Kota Tua Sunda Kelapa di Jakarta 2010 Kota Tua Sunda Kelapa Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Wisatawan 4. Bobby Citra Octaviano 10/310846/ PTK/07347 Kualitas Produk Wisata Arsitektural di Kawasan Kotagede, Yogyakarta. 2013 Kawasan Kotagede, Yogyakarta Arsitektrur peninggalan budaya di Kotagede 11